"No Escape"
Ib Fanfiction
Disclaimer © Kouri-sama
Story By Hikkun
Enjoy Reading
"Kau harus segera mendapatkan mawar milikmu, Gary!"
Ib pun panik dan Gary pun hanya bisa tersenyum agar membuat Ib merasa tenang. "Jangan khawatirkan aku. Aku masih baik-baik saja. Ya kan?"
Meski Gary bicara seperti itu Ib tidak bisa berhenti mencemaskan keadaan Gary. Ia menggenggam erat bunga mawar miliknya. Mawar itu adalah penentuan hidupnya dalam labirin yang tiada habisnya.
"Pertama kita harus keluar dari sini."
"Tidak!"
Gary menatap Ib yang secara spontan tidak menuruti perkataannya. "Aku tidak ingin kau akan mati disini. Kau tahu kan hidup kita bergantung pada mawar yang kita ambil."
Ib pun tidak bisa membendung air matanya. Ia berusaha tidak mengeluarkan air matanya tetapi gagal. Gary pun menepuk kepala Ib, "Hentikan sikap cemasmu itu. Kita akan menemukan Mary dan membujuknya untuk mengembalikan mawar biru itu."
Akhrinya bujukan Gary kali ini berhasil membuat Ib tidak terlalu merasa cemas. Kini di wajahnya berganti sebuah senyuman yang cukup ia paksakan, "Baik!"
Mereka berdua berjalan menyusuri labirin. Mereka cukup terkejut mendengar suara Mary yang tertawa dengan kerasnya.
"Kita harus bergegas." Ujar Ib menarik tangan Gary. Langkah kaki mereka semakin cepat. Namun tak lama terasa lambat. Ib menengok ke belakang dan ia cukup terkejut. Kondisi Gary kini tidak sebaik sebelumnya. Wajah Gary cukup pucat.
"Kau duluan saja. Aku akan menyusul." Ujar Gary sambil memegang tangan Ib. Ia kemudian duduk dan bersandar di tembok. "Kalau kondisiku sudah mulai baikan aku akan menyusulmu."
Sebenarnya Ib tidak mau melakukan hal itu. Tapi Gary semakin memaksa Ib. Dengan terpaksa Ib pun meninggalkan Gary sendirian, "Kau harus menepati janjimu."
Ib melangkah menaiki anak tangga. Rasa cemas dalam dirinya tidak bisa ia bendung lagi. Segera ia berbalik arah untuk melihat kondisi Gary. Ia berlari menuju Gary.
Nafasnya tersengal-sengal. Ia melangkah mendekati Gary, "Ga-Gary?"
Gary hanya terdiam. Hanya terdengar suara nafasnya. Ib mengguncangkan tubuh Gary dan berusaha untuk membangunkannya. "Gary! Bangunlah! Kumohon!"
Ib pun menitikkan air matanya. Ia tidak percaya dan bahkan tidak ingin percaya hal ini menimpa mereka.
"Ib."
Ib pun menatap Gary. Akhirnya ia membuka matanya! Perasaan haru dan gembira pun tak bisa disembunyikan. "Gary! untunglah. Kau membuatku cukup cemas."
"Sudah kubilang kan? Kau harus cepat menemui Mary." Ujar Gary sambil memberikan korek api gas miliknya. "Ambillah. Mungkin ini bisa berguna."
"Ta-tapi ini kan..." Ib menatap Gary. ia tahu bahwa pematik itu adalah barang berharga milik Gary.
"Berhentilah mencemaskan kondisi orang lain. Kalau aku ikut denganmu maka aku akan menghambatmu. Jadi kumohon ambillah pematik ini."
Gadis kecil itu pun menerima pemberian itu, "Aku akan mengambil kembali mawar biru milikmu itu dan kita akan keluar dari sini bersama-sama."
Sudah 10 menit Ib berjalan menyusuri tempat itu. Rasanya tiada habisnya jalan yang ia lalui. Beberapa anak tangga ia langkahi dan ia melihatbeberapa kelopak bunga mawar yang berada di depannya. "Bunga itu….."
Langkahnya terhenti sejenak dan ia bisa melihat sebuah bayangan di ujung tangga itu.
"Suka. Nggak. Suka. Nggak….."
Itu pasti Mary!
Secepat kilat Ib menaiki anak tangga itu. "Mary!"
Gadis bersurai pirang itu menoleh dan melihat sesosok gadis seumurannya terengah-engah. "Oh, Ib!"
"Ke-kembalikan mawar itu!" teriak Ib sambil berjalan menghampiri Mary yang sekarang sedang memegang mawar biru yang dicari Ib.
"Tidak!"
Ib tersentak kaget mendengar pekikan Mary. "Kumohon. Itu milik Gary."
Mary mengacungkan pisau yang ia bawa. "Tidak! Bila kuberikan maka kau akan meninggalkanku! Kau tidak tahu betapa liciknya Gary! Berhentilah percaya padanya!"
Ib menggigit bibirnya, "Gary tidak seperti itu! Kau salah!" Mary pun tertawa, "Yang salah itu kau! Kenapa kau bisa percaya pada perkataannya yang jelas penuh dengan kebohongan! Aku hanya ingin melindungimu darinya!"
Mary melepas semua kelopak mawar yang masih berada di tangkainya. Ib tak percaya melihat apa yang dilihatnya. "Kali ini aku akan melindungimu dan kita akan keluar bersama dari sini." Ujarnya sambil melangkah mendekati gadis yang masih terdiam di tempatnya.
"Aku tidak bisa mempercayaimu."
"Kalau begitu akan kubuat kau percaya."
Kejadian kali ini cukup menegangkan. Mary menghampiri Ib dengan sebilah pisau yang masih berada di genggamannya. Secepat kilat Ib melarikan diri dari tempat itu. Ib tidak bisa berpikir dengan tenang dan yang ada di pikirannya kali ini ia harus menjauh dari Mary. Sejauh yang ia bisa.
Langkah Ib terhenti. Kini ia berada di ruangan tanpa jalan keluar. Ib mengamati sejenak tempat itu dan mungkin saja ada jalan keluar dari sela-sela ruangan yang cukup berantakan itu. Satu persatu ia membuka buku yang berserakan di lantai. Ia tidak terlalu mahir membaca tetapi ia tahu kalau buku itu adalah tentang karya-karya yang ada di galeri ini. "Ini bukan waktunya membaca." Gumamnya sambil meletakkan buku itu. Kini perhatiannya fokus pada lukisan besar yang ada di ruangan itu.
Ia teringat lukisan itu. Lukisan yang diceritakan oleh Gary saat mereka berdua terpisah. Sejenak ada ide yang terlintas dalam benak Ib.
Terdengar suara langkah dari belakang Ib. "Ayo kita keluar dari sini bersama-sama dan lupakan―" Mata Mary tertuju pada Ib yang sudah memegang pematik yang akan dinyalakan oleh Ib.
"APA YANG KAU LAKUKAN, IB?! JAUHKAN KOREK ITU DARI LUKISAN ITU!" Teriak Mary sambil berlari mendekati Ib. Ia berusaha menghentikan tindakan Ib yang akan membakar lukisan Mary.
Namun terlambat sudah, lukisan itu sudah termakan oleh api. "I-Ib! Arrgh!"
Tubuh Mary terbakar bersamaan dengan lukisan itu. Ib ketakutan melihat hal itu. Selesai sudah peristiwa mengerikan tersebut. Ib beranjak dari tempatnya dan segera mencari jalan keluar.
Ib melangkah mencari jalan keluar. Kini ia sendiri lagi seperti awal kejadian di galeri seni yang membawanya dalam kengerian labirin-labirin yang mengharuskannya melewati hal-hal yang cukup menegangkan baginya. Terlintas dalam benaknya tentang Gary. Ia tidak percaya bahwa ia harus kehilangan nyawanya. Mawar milik Gary pun dicabut habis oleh Mary dan kini Mary sudah ia kalahkan.
"Ib..."
Gadis cilik itu pun merasa mengenal suara itu. Ia melihat sosok pria berambut ungu di hadapannya. Itu Gary!
"Ga-Gary? Bagaimana bisa?" Ib menatap tak percaya apa yang ada di hadapannya. Gary masih hidup. Ia berpikir ulang dan menemukan sebuah keganjalan. "Kau bukan Gary."
"Hah? Bagaimana kau tidak bisa mengenaliku? Ini aku, Ib." Sahut Gary melangkah mendekati Ib. Ib pun menggelengkan kepalanya, "Seingatku mawar biru milikmu―"
"―Kau siapa?" tanya Ib melangkah mundur menjauhi Gary yang ia anggap palsu. Kali ini ia terkejut melihat Gary yang tertawa, "Kurasa tidak bisa kusembunyikan lagi. Kau memang sangat pintar meski kau masih kecil. Itulah yang membuatku suka padamu."
"Tapi bagaimana bisa kau masih bisa hidup?" Ib masih tidak mau mendekati Gary. Ia menatap ngeri melihat kelaukan Gary yang berubah.
"Ssh. Itu tidak penting. Kau telah membunuh Mary dan itu sudah cukup bagiku."
Kepalan tangan Ib semakin mengencang, "Ma―Mary? Aku tidak bisa mengerti semua ini."
Gary masih saja tersenyum kepada Ib, "Kami berusaha merebutmu satu sama lain. Dia menggunakan caranya dan aku menggunakan caraku. Bagaimana dengan aktingku? Cukup alami bukan?" senyum Gary kini menjadi sangat menakutkan. Ia tidak ingin menghadapi mimpi buruk ini.
"Sekarang kau akan bersamaku selamanya."
-END-
.
.
.
.
A/N : Akhrinya selesai *elap keringat* maaf kalau ceritanya mungkin beda sama alur game-nya. Ini buatnya berdasarkan ingatan sih. Kalau ooc ya maaf lah *digampar* oh ya, kalau ada kesalahan dalam pengambilan genre cerita ini tolong diingatkan yah, saya kurang bisa memahami genre cerita dan itulah kelemahan saya. btw thanks to you who read my fiction. I hope you enjoyed it very well
