Di awal musim dingin itu saat pertama kalinya kita bertemu. Saling bertengkar satu sama lain dan mengakhiri hubungan kita dengan begitu akrab.

Kalau saja hal itu tidak pernah terjadi, aku pasti tak akan sendirian sekarang.

Kau begitu menyebalkan. Meninggalkanku tanpa mendapat izin dariku.


Disclaimer: Inazuma Eleven selalu jadi milik LEVEL-5, aku Cuma Author narsis kurang kerja yang minjem tokohnya doing.

Summary: Masih ingatkah kau dengan kenangan yang telah kau tinggalkan denganku? Kuharap waktu dapat kembali lagi agar kita dapat mengulangi kembali kenangan indah itu.

Warning: OOC, OOT, Alur acak-acakan, aneh.

Note: full of Midorikawa's POV, Please Review, Author butuh pencerahan Q_Q. Dan disini... Midorikawa saya jadiin cewek, gomennasai TTATT

.

Winter's Flower

.

.


-Flashback-


3 tahun yang lalu…


Angin musim dingin bertiup dengan begitu lembut menerka rambut hijauku yang diikat dengan begitu rapi.

Aku terus membaca buku pelajaran matematika yang selalu bertengger di tanganku saat aku dalam perjalanan pulang ataupun berangkat ke sekolah.

#BRUKK!

Tanpa sengaja aku menabrak sesosok pemuda seumuranku karena terlalu fokus pada bukuku.

"Ah! maaf, apa kau terluka?" itulah kalimat pertama yang ia ungkapkan padaku.

Aku menggeleng cepat tanpa memperhatikan wajah pemuda tersebut.

Tapi kuberanikan untuk menatap sosok pemuda dihadapanku.

Dengan seragam yang sama denganku, dan penampilan yang sedikit terkesan acak-acakan itu, tampak sesosok pemuda berambut merah terang sedang menampilkan wajah cemas kearahku.

Aku tak mengenalnya. Tentu saja begitu, karena ini masih awal dari pertemuan kami.

"Ti-tidak apa kok. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku. Perkenalkan namaku Midorikawa Ryuuji. Kalau kau?" dengan perasaan yang begitu gugup, aku langsung membalas segala ucapannya dengan cepat.

"Oh, aku Kiyama Hiroto. Murid kelas 9-7, Kau kelas berapa Midorikawa?" pemuda itu, Hiroto langsung kembali bertanya denganku mencoba terdengar sedikit akrab.

Aku semakin gelagapan dibuatnya. Tak kusangka pemuda dihadapanku itu seorang kakak kelas yang sampai sekarang belum kukenal.

"A-aku kelas 8-2, aku tak tahu kalau Hiroto-senpai itu… senpaiku disekolah. Ma-maaf…"

Hiroto-senpai tertawa geli menatapku yang begitu gugup. Dari tawanya mulai muncul tetesan air mata.

Apa tawanya begitu ia tahan sampai membuatnya meneteskan air mata?

"Karena kau sudah memanggilku dengan nama kecilku, mungkin aku akan memanggilmu dengan nama kecilmu juga, Ryuuji-CHAN." Hiroto-senpai tersenyum dengan begitu ramah, tapi hawanya terlihat penuh dengan kelicikan.


Hiroto-senpai semakin hari semakin akrab denganku. Terkadang ia terlihat begitu menyebalkan dengan sikap cerobohnya itu.

Tapi senyumnya selalu saja membuatku melupakan segala penat di hati dan di otakku.

Kalau saja aku punya kakak seperti dia… rasanya itu tak akan terjadi, Hiroto-senpai bukanlah image yang cocok untuk menjadi seorang kakak, apa dia lebih cocok jadi… seorang kekasih…

Ah! Aku mikir apaan sih!?

"Ryuuji! Lihat! Ada bunga musim dingin! Indah ya…" teriakan Hiroto-senpai berhasil menghancurkan lamunanku dari benakku.

Dengan cepat kuhampiri sosok senpaiku itu. Dan langsung menatap takjub kearah benda yang sedari tadi ia ucapkan.

"Kirei…"

"Ya kan? Hmm, Ryuuji…" Hiroto-senpai langsung berbalik dari menjawab menjadi memanggil.

Aku hanya membalasnya sembari menatap bingung kearah Hiroto-senpai.

"Rambutmu selalu kau ikat ya…" ujarnya dengan begitu singkat.

"Yah, soalnya kalau tidak diikat akan sangat merepotkan. Memangnya tampak aneh?"

Hiroto-senpai kembali tersenyum hangat.

"Tidak, gaya rambutmu cocok kok. Tapi aku penasaran dengan penampilanmu kalau rambutmu tidak diikat." Dengan senyuman yang begitu indah itu ia langsung menjawab seluruh ucapanku.

Aku blushing mendengar ucapannya. Pertama kalinya ada orang yang mau mengkomentari gaya rambutku.

Beberapa perasaan aneh muncul di otakku. Senang, tapi entah kenapa ada perasaan kesal, dan kecewa yang tercampur dalam hatiku.

"Suatu saat…"

Hiroto-senpai tampak bingung mendengar ucapanku.

"Suatu saat, aku akan memperlihatkan senpai gaya rambutku itu. Tapi, ketika aku siap." aku langsung melanjutkan ucapanku sambil menahan rona merah yang muncul di mukaku.

Ia kembali tersenyum dengan cengiran khasnya, dan langsung mengangguk senang.

"Ryuuji, kurasa… tempat ini akan menjadi tempat persembunyian kita. Dibawah pohon sakura tua ini dan dihadapan bunga musim dingin ini." Lanjutnya.

Aku hanya bisa tersenyum senang mendengar ucapannya.

Tak lama setelah itu, butir-butir kristal es mulai berjatuhan. Suhu daerah tempat kami berpijak semakin dingin dan membuatku semakin kedinginan.

"Hatchi!"

"Nih… pakailah, bisa-bisa kau sakit karena kedinginan." Hiroto-senpai melepaskan syal merah yang bergantung di lehernya, dan langsung menyerahkannya padaku.

"Ti-tidak usah, lebih baik senpai saja yang pakai. Aku kan masih bisa sekolah walaupun sedang sakit." Aku berusaha menyanggah ucapannya.

Tapi tangan Hiroto-senpai langsung membelitkan syal merah itu dileherku, memberikan kehangatan yang cukup kepadaku.

Aroma Hiroto-senpai mulai tercium dari syal merahnya. Wajahku kembali merona, tapi kusembunyikan semu-an merah itu dibalik syal yang melebihi wajahku.

Hiroto-senpai tampak semakin menggigil. Bagaimana mungkin ia meminjamkan syal-nya padaku sementara ia saja tidak mengenakan sarung tangan ataupun syal.

Dengan cepat kuraih tangan besarnya dan kumasukkan kedalam saku jaketku yang telah kuisi dengan pemanas instan.

"Tenang saja, aku sudah memberikan pemanas instan didalam jaketku." Jelasku sembari mengangkat syal-nya berusaha menutupi rona yang tampak jelas diwajahku.

"Maaf…"

Sepatah kata keluar dari mulut Hiroto-senpai. Membuatku menatap kearah sumber suara.

"Maaf sudah merepotkanmu…" ujarnya singkat dengan wajah yang telah memerah semerah buah apel.

Aku tertawa geli menatapnya. Dengan wajah yang selalu tersenyum ceria seperti itu, ia tak pernah menampilkan wajah yang merona malu seperti ini.

Rasanya seperti ada perasaan baru yang muncul di benakku.


Musim dingin semakin memasuki pertengahan. Sebuah pesan singkat muncul di Hp-ku.

Dengan cepat kubuka dan kubalas pesan yang berasal dari senpai-ku itu.

From: Hiroto-senpai

To: Ryuuji

Subject: There's something I need to tell you

Ryuuji, bisa datang ke depan bunga itu tidak? Ada sesuatu yang ingin kusampaikan padamu. Tolong balas… ASAP

-Hiroto.


From: Ryuuji

To: Hiroto-senpai

Subject: (Re:) There's something I need to tell you

Ya, aku segera kesana. Mungkin sekitar 10 menit lagi aku akan sampai.


Dengan cepat aku langsung bergegas mengambil topi rajut, beserta jaket dan syalku yang tersusun rapi di atas meja dan lemari pakaianku.


Sosok Hiroto-senpai telah tampak, raut wajahnya tampak sedih dari kejauhan. Aku menjadi sedikit mengkhawatirkan keadaannya.

Tapi dengan cepat kuraih pundaknya dan kusapa dia dengan lembut.

"Hiroto-senpai, apa yang ingin senpai sampaikan?" tanyaku penasaran.

Ia tersenyum kembali dengan senyuman khasnya.

Pertanyaanku terpotong saat tiba-tiba ia mengecup bibirku dengan lembut. Aku tersontak kaget melihat tindakannya, tapi kubiarkan saja tanpa ada perasaan menolak.

"Senpai… apa maksudnya tadi?" tanyaku setelah mendapatkan hadiah yang begitu mengejutkan itu.

Ia kembali tersenyum tapi senyum itu hilang setelah ia menampilka wajah yang begitu serius.

"Tidakkah kau menyadari dengan apa yang kulakukan tadi? Aku melakukannya untuk mengungkapkan perasaanku padamu. Ryuuji, aku menyukaimu… Will you be my girlfriend?" tanyanya dengan wajah yang begitu serius.

Air mataku langsung terjatuh. Perasaan kaget dan senang terus bercampur aduk didalam hatiku. Aku langsung mengangguk senang.


Beberapa hari berlalu, perasaan kami yang terus bersatu, terus-menerus mendekatkan kami antar satu sama lain.

Tapi itu semua berlalu dengan begitu cepat. Ditengah musim dingin dimana salju-salju menari-nari diudara dengan indahnya, Hiroto-senpai mati karena sebuah kecelakaan lalu lintas yang begitu parah.

Aku tidak bisa menerima kenyataan yang telah terjadi. Kulalui jalan dengan tujuan ke tempat persembunyian kami. Dengan butir-butir kristal bening yang terus mengalir dari mataku.

Aku tak dapat menahan segala perasaan yang berkecamuk dihati. Kami baru saja memulai kehidupan dengan rasa yang berbeda tapi secepat itu pula kau hentikan hubungan kami.

Kutatap kembali bunga musim dingin yang masih tumbuh dihadapan pohon sakura itu. Terbayang senyum ceria Hiroto-senpai dibenakku.

"Ryuuji..."

"Hahaha, kau terlalu sensitif tentang hal itu."

"Lihat, pemandangannya indah lho..."

Kata demi kata yang sering ia lontarkan kepadaku mulai terukir kembali diotakku. Membuat butiran kristal bening itu tak dapat dihentikan.

Kuusap dengan cepat kedua mataku sembari menghilangkan air mata itu. Kugerakkan bibirku dengan paksa walaupun kalimat itu akan terhapus dengan kedatangan air mataku lagi.

"Hiroto-senpai… Aishiteru mo…" bisikku pelan.

Perasaanku yang bagaikan salju yang menari-nari diudara, kini telah hilang dengan hilangnya kehadiran dirimu…

Kuharap kau dapat kembali hadir disisiku lagi… menemaniku disini, disampingku, selalu dan selamanya.


-End of Flashback-


Kutersenyum menatap langit biru dimusim dingin itu. Mengingat kembali kenangan dari bunga musim dingin itu.

Hiroto-senpai... dia adalah orang yang menyebalkan akan tetapi aku akan terus menyukainya dan juga kata-kata manis yang ia ungkapkan padaku.

"Ryuuji, kau seperti bunga dimusim dingin ya. Indah dan menghangatkan hati ditengah dinginnya musim dingin."