Halo semuanya!

Cerita ini adalah terjemahan dari "The Love I'm Not Used To", spesial untuk pecinta ShinShi/AiCon yang dari Indonesia! Dan karena ini terjemahan, jadi updatenya akan cepat dan sering! Selamat membaca, dan ditunggu review nya ya J xxx -wendykei-

Disclaimer: I do not own Detective Conan.


CHAPTER 1: SHINICHI-KUN DAN SHIHO-CHAN

Kudou Shinichi

"Meong...meong..."

Argh, pasti anak kucing itu lagi! Sudah empat hari ini berisik sekali setiap pagi!

"Meonggg...meongggg...MEONGGGGGG..."

Ah, baiklah, pikirku dengan gusar. Sambil menggerutu, aku bangun dari tempat tidurku yang anehnya terasa sangat nyaman. Aneh karena tempat tidurku hanya terasa nyaman di pagi hari, terlebih lagi di pagi yang dingin seperti ini. Ah, musim gugur pasti akan datang sebentar lagi.

Masih setengah tidur, aku membuka tirai yang menutupi jendela kamarku. Cahaya matahari yang cerah memasuki kamarku, membuatku memicingkan mata. Aku mencari-cari kucing yang menyebalkan itu, yang biasanya duduk manis di tembok pemisah rumahku dan rumah Agasa Hakase.

Hanya saja, bukan cuma anak kucing itu yang menyita pandangaku…

"Pus…pus…kucing manis… Kamu pasti lapar ya? Sepertinya kamu baru di sekitar sini, aku belum pernah melihatmu sebelumnya," ujar gadis itu, sambil mengelus-elus anak kucing berwarna oranye yang sekarang kelihatan sangat bahagia. Anak kucing itu menyeruput susu dengan rakus, dan entah mengapa pemandangan itu membuat perutku lapar. Tak kusangka aku bisa tergiur melihat seekor anak kucing minum susu…

Tetapi, pandanganku tidak bisa lepas dari gadis itu. Gadis yang tadi malam kujadikan kekasihku. Aku tersenyum, mengingat bagaimana aku hampir kehilangan dia selamanya ketika dia meninggalkan rumah Agasa Hakase empat hari yang lalu. Sinar matahari menyentuh wajahnya, membuatku menyadari betapa cantiknya kekasihku itu.

Hanya saja, kecantikannya tidak memudarkan naluri tajam Black Organisation nya. Dalam waktu 10 detik, dia menyadari bahwa aku mengawasinya dari jendela rumahku, tersenyum seperti orang bodoh. Aku melambai padanya, yang tidak ia balas. Malah, gadis itu beranjak masuk ke dalam rumah Agasa Hakase. Senyumku memudar, heran akan tingkah lakunya.

Aku kembali berbaring di ranjangku, berencana untuk memejamkan kembali mataku selama beberapa menit ketika sebuah pesan masuk ke dalam telepon genggamku.

Haibara Ai: Sarapan?

Ah, aku lupa mengganti namanya di teleponku. Harus kulakukan secepatnya!

OK, begitu balasanku kepada pesannya. Aku melompat turun dari ranjangku secepatnya, dan bersiap-siap sebelum aku berjalan ke rumah Agasa Hakase. Kubuka pintu gerbang rumah itu, yang AKHIRNYA dibetulkan setelah sekian lama aku masuk dan keluar lewat pintu belakang, dan mataku bertemu dengan mata pirus gadis itu.

Rambut cokelat keemasannya terlihat sangat cantik pagi itu. Aku tersenyum, mendekatinya yang sedang mempersiapkan dua mangkuk bubur telur. Kalau melihat anak kucing yang minum susu tadi sudah membuatku tergiur, maka aroma sedap bubur itu membuat perutku berkeriuk lapar.

"Hakase tidak ikut sarapan?" tanyaku.

"Tidak. Tadi dia sudah keluar pagai-pagi sekali. Itulah kenapa aku punya porsi lebih untuk bubur ini," ujarnya, dengan nada dingin seperti biasa.

Aku merasa sedikit kecewa mendengarnya, karena aku dengan bodohnya berharap bahwa bubur ini sengaja dia buat untuk sarapan pagiku. Hah, mana mungkin dia akan berbuat seperti itu kepada pria yang baru beberapa jam yang lalu menjadi kekasihnya.

Selama beberapa menit, kami berdua makan dalam diam. Haibara sibuk dengan telepon genggamnya, sedangkan aku sibuk memandanginya. Beberapa kali, aku memergokinya melirik kepadaku, dan wajahnya sedikit memerah setiap kali hal itu terjadi.

"Hei, menurutku, karena sekarang kita sudah kembali ke tubuh dewasa kita, bolehkan aku memanggilmu…Shiho-chan?"

Haibara tersedak mendengar nama Shiho-chan. Cepat-cepat aku memberikannya selembar tisu dan segelas air mineral untuk menenangkannya.

"Shiho-chan?! Dapat dari mana ide itu?!" ujarnya dengan keras. Aku menaikkan alisku dengan bingung.

"Lho, bukannya kamu…" kurasakan pipiku menghangat,"...kekasihku?"

Kini gantian dia yang memandangku, wajahnya merona merah jambu. Lalu, dia kembali menatap mangkuk buburnya, menyembunyikan sebuah senyuman tertahan. Aku nyengir dan meraih dagunya dengan jemariku.

"Apa yang kukatakan tadi malam? Jangan menghindari pandangaku. Aku mau melihat tawamu, tangismu, semuanya tentang kamu…"

"Oh, jangan ulangi lagi! Memalukan, tahu!" katanya, wajahnya menjadi lebih merah lagi.

"Jadi? Boleh, ya? Aku akan memanggilmu Shiho-chan, dan kau akan memanggilku Shinichi-kun…"

Dia menghembuskan nafas, "Terserah maumu apa, deh…"

"Panggil namaku kalau begitu…"

"Eh?"

"Shiho-chan!"

Pipinya memerah lagi mendengar nama itu keluar dari mulutku. "Baiklah, baiklah, Shinichi-kun!"

Hatiku melembung bahagia mendengar namaku disebut oleh suaranya yang begitu indah. Gadis itu memandangku dengan mata yang terpicing, dan melengos dingin.

"Oh ya, kau ada acara hari Jumat ini?" tanyaku, ketika Shiho membawa mangkuk bubur yang sudah kosong ke tempat cuci piring.

"Hm…sepertinya. Kenapa?"

"Ah tidak. Ujian masuk universitasku akan diadakan pada hari Jumat pagi. Aku berpikir ingin merayakan kebebasanku dari ujian dengan kamu. Eh…mungkin kita bisa pergi…menonton film? Atau…uh…makan siang?" sambungku, dengan jantung yang berdebar semakin cepat.

Shiho terdiam. Aku semakin gelisah, berharap cemas agar Shiho tidak menolak ajakanku.

"Me…menonton film? Makan siang? Uh, mm…boleh kok, kenapa tidak? Aku suka dua-duanya…" ujar Shiho dengan nada suara yang dibuat-buat.

Tetapi aku tidak peduli, yang penting dia tidak menolak ajakanku. Aku menyeringai, mulai berpikiran jahil.

"Oke kalau begitu. Senangnya, aku akan berkencan denganmu…"

"Ken…kencan? Tunggu, Shinchi-kun, bu…bukannya kau bilang kau ingin merayakan…"

Aku memotong perkataannya dengan sebuah kecupan di pipi kirinya.

"Sampai ketemu hari Jumat kalau begitu, Shiho-chan…" ujarku, sambil berjalan keluar dari rumah Agasa Hakase. Aku mengedipkan sebelah mataku dengan jahil, membuatnya terlihat semakin frustrasi karena ia tidak bisa berpura-pura dingin lagi seperti biasanya.

Sepertinya aku akan banyak bersenang-senang dengan kekasih baruku ini…


Uh, Shinichi nakal! Jangan lupa review, follow, dan favourite ya! Terima kasih! xxx -wendykei-