Ada yang suka VIXX?

WARNING!

Cerita aneh. Maksa. Banyak TYPO. DLDR!

.

.

ROOMATES 620

(Secret Night)

.

.

"..Selamat malam semuanya.."

Semua penghuni masuk kekamar mereka masing-masing. Sudah waktunya untuk beristirahat.

.

.

Malam hujan yang dingin. Hongbin tidak bisa memejamkan matanya walaupun kamar sudah gelap. Ada satu hal yang membuatnya gelisah. Ada satu rutinitas yang belum dia lakukan. Tapi sebelum melakukan hal itu, dia harus memastikan bahwa setiap orang yang tinggal diapartemen ini sudah tidur.

Sudah tiga tahun dia hidup bersama lima orang kenalannya dalam sebuah apartement. Mereka patungan untuk bayar sewa bulanan. Karena apartemen luas dengan tiga kamar harganya cukup mahal. Tapi jika menyewa apartemen perorangan, biayanya akan sulit ditanggung sendiri. Karena beberapa dari mereka masih bekerja paruh waktu.

Hongbin menoleh, berusaha melihat teman sekamarnya di kegelapan yang tidur besebrangan ranjang dengannya. "Hyung...", panggilnya dengan berbisik.

Hakyeon adalah orang yang sensitif pada suara. Dia bisa bangun kapan saja jika mendengar suara. Tapi dia tidak menyahut. Sepertinya dia sudah terlelap.

"Hakyeon Hyung..?", panggilnya lagi.

Setelah memastikan bahwa Hakyeon benar-benar sudah tidur. Hongbin menyibak selimut dan turun dari tempat tidurnya. Dia berjalan mengendap-endap dan menyelinap keluar kamar dengan hati-hati.

Ruangan diapartemen sudah gelap. Tapi dia hafal dimana letak ruangan yang ingin dia kunjungi.

Tidak perlu waktu lama untuk Hongbin sampai didepan pintu ruangan-atau lebih tepatnya kamar.

Dengan hati-hati, Hongbin membuka pintu tanpa suara dan segera melancarkan aksinya. Dan saat dia selesai, dia disambut dengan ruang tengah yang terang dan seseorang yang menunggunya disana.

.

.

Hakyeon terbangun karena mendengar seseorang memanggil namanya. Dia melihat tempat tidur Hongbin yang kosong. Sambil bertanya dalam hati, kemana teman sekamarnya itu pergi setelah membangunkannya, Hakyeon berjalan keluar kamar, menuju dapur untuk membasahi tenggorokkannya yang kebetulan gatal.

Namun, tujuannya teralihkan saat melihat pintu kamar temannya yang lain terbuka.

Dia mendekat untuk memeriksa. Siapakah salah satu dari Ken dan Hyuk(penghuni kamar itu)yang belum tidur.

Apa Hyuk belajar sampai larut malam? Ah, dia terlalu bekerja keras untuk ujian sekolahnya. Begitulah yang ada dibenak Hakyeon. Namun tidak sesuai perkiraannya, dia malah mendapati teman sekamarnya yang menghilang ada disana.

Ruangan itu tidak segelap kamar Hakyeon. Masih ada cahaya lampu tidur disana. Hakyeon bisa melihat dengan sangat jelas, Hongbin nampak sedang membetulkan selimut roommate termuda mereka dan membisikkan sesuatu. Dan yang paling mengejutkan Hakyeon, Hongbin memberikan sebuah kecupan dipipi Hyuk yang sedang terlelap.

"Apa yang dia lakukan?", tanyanya hampir tanpa suara.

Segera saja Hakyeon pergi dari sana dan berjalan cepat menuju dapur untuk melanjutkan niatnya.

.

Tepat saat Hongbin menutup pintu kamar Hyuk-Ken, Hakyeon menyalakan lampu ruang tengah.

"H-Hyung? K-kau belum tidur?" tanya Hongbin. Dia nampak terkejut dengan kehadiran Hakyeon disana.

"kebetulan aku terbangun karena... haus" jawab Hakyeon santai.

"o-oh. Begitu..", Hongbin menggaruk kepalanya gugup. Lalu dia menguap. Hakyeon yakin dia hanya pura-pura menguap. "Hooaaam~ Ayo kembali tidur, Hyung. Aku mengantuk" katanya seraya berjalan kembali kekamar mereka.

Hakyeon hanya menggeleng melihat keahlian akting Hongbin. Lalu dia mematikan lampu dan menyusul Hongbin masuk kekamarnya.

.

"Apa yang kau lakukan dikamar mereka?" tanya Hakeyeon sambil memakai selimut.

"Apa? oh, i-itu. A-Aku hanya... mengambil sesuatu milikku", jawab Hongbin.

"Kau pikir aku tidak lihat, huh?" kata Hakyeon sambil menyamankan posisi tidurnya. "kau suka pada Hyuk?" tanyanya lagi.

Hongbin tersentak bangun ditempatnya, "Ssssttt~ Pelankan suaramu Hyung!". Hakyeon terkekeh melihatnya.

"Aku hanya...dia..dia terlalu keras belajar untuk ujian" katanya. Lalu dia diam. Hakyeon hanya memperhatikannya dari tempat tidurnya saja. "Aku hanya ingin menyemangatinya saja", tambahnya.

"Kau kira Hyuk akan semangat jika kau memberinya ciuman secara diam-diam?", celetuk Hakyeon dan sedetik kemudian dia tertawa tanpa suara karena Hongbin langsung meledak.

"Itu bukan ciuman, Hyung! Pelankan suaramu!". Hongbin mendengus keras. Sepertinya dia kesal sekali. Hahaha..

"Arraseo..". Mungkin bagi Hongbin, ciuman dilakukan oleh dua pihak. Tapi bagi Hakyeon, ciuman tetap saja ciuman. "...sejak kapan?", tanya Hakyeon.

"Apanya?"

Hakyeon menghela nafas. "Kau menyukai Hyuk".

Butuh waktu yang lama untuk Hakyeon mendengar jawaban dari mulut Hongbin. Mungkin dia sedang memikirkan sebuah alasan untuk mengelak atau sebuah jawaban untuk mengakui.

Tinggal bersama dengan orang asing selama bertahun-tahun, bukan hal yang mustahil jika muncul perasaan suka diantara mereka.

"..sejak kami berbaikkan, setahun yang lalu"

Ah, saat itu. Hakyeon ingat. Hyuk dan Hongbin saling mendiamkan satu sama lain selama seminggu hanya karena sebuah kaos milik Hongbin yang terkena lunturan warna pada hari tugas Hyuk untuk mencuci. Hyuk juga sempat menangis karena sulit beradaptasi dengan penghuni lain. Dan sejak berbaikkan, mereka menjadi dekat. Bahkan mereka suka bekerja sama untuk menjahili Hakyeon.

"...dia adalah namja yang manis sekaligus menyebalkan. Tapi aku menyukainya, dia adikku yang manis". Hongbin bicara dnegan tulus, terpancar sangat jelas dari cara dia mengucapkannya.

"Kenapa kau tidak bilang saja padanya?" tanya Hakyeon. "Kau tidak mungkin menyelinap terus setiap malam ke kamarnya, kan?", tambahnya.

"Aku tidak ingin merusak kedekatan kami". Haah~ Alasan yang sudah usang. "Aku hanya ingin melihatnya tersenyum saja. Itu sudah cukup bagiku". Kuno sekali!

Tapi mau dibilang apa lagi. Kalau memang itu yang terbaik, biarlah itu yang terjadi. Hongbin tidak mungkin menyingkirkan perasaannya itu. Kalau dia bahagia menyelinap kedalam kamar Hyuk, biarlah dia menyelinap dan-

"Tapi, kau jangan cerirakan rahasia ini pada siapapun ya! Awas saja!"

- Hakyeon akan pura-pura tidak tahu.

.

.

"aku pulang"

Hakyeon mengalihkan pandangannya dari televisi pada Hongbin yang baru pulang. Hongbin bersama kantung plastik yang dibawanya memasuki apartemen dengan wajah pucat dan nafas tersenga-sengal. Dia menyeret kakinya mendekat pada Hakyeon dan ikut duduk bersama disofa.

"Ahh~ Lelah sekali", desahnya sambil meluruskan kakinya.

Hakyeon menpuk kaki Hongbin. "Kau hanya penyiar radio, kerjaanmu hanya duduk dan bicara saja. Apanya yang lelah?".

"Aku habis dikejar anjing"

Hakyeon langsung meledak tertawa mendengarnya. "MWO? Hahaha! Bagaimana bisa?". Dia memukul-mukul pundak Hongbin sambil terus mentertawai.

"Aku lewat gang belakang", jawab Hongbin dengan nafas tersengal-sengal.

Hakyeon semakin tertawa mendnegarnya. "Apa yang kaupikirkan sampai kau lewat sana?" Hakyeon memukul-mukul Hongbin semakin kuat.

Di gang belakang memang ada anjing liar yang suka menggigit orang asing. Hakyeon saja pernah hampir digigit anjing itu.

"Aku mau beli-Ah! Hyuk-ie"

Wajah Hongbin yang lelah langsung berubah cerah dan semangat begitu melihat Hyuk keluar dari kamarnya. Nafasnya bahkan sudah tidak ngos-ngosan lagi. Hakyeon menghela nafas sambil menggeleng pelan. Mungkin itulah yang disebut kekuatan cinta.

"Hyung, kau sudah pulang" kata Hyuk, dia memberikan sebuah senyuman yang membuat Hongbin duduk dengan tegak.

"Ne", jawab Hongbin semangat. Matanya berbinar dan pipinya bersemu melihat wajah Hyuk yang imut. Hakyeon mual sekali melihat ekspresi Hongbin saat ini. EWWWH!

"Aku beli tteokpokki Kim Ahjumma. Ini kesukaanmu, kan?" katanya sambil mengangkat bungkusan plastik yang tadi dia bawa.

Ah, pantas saja Hongbin dikejar anjing liar. Warung tteokpokki Kim Ahjumma kan memang ada disekitar gang belakang. Wah, kekuatan cinta sungguh mengerikan. O.O

"Ah, gomawo ! Aku senang sekali. Sudah lama aku tidak makan tteokpokki Kim Ahjumma", Kata Hyuk sambil menerawang plastik berisi tteokpokkinya. "Ayo, Hyung. Kita makan bersama", ajak Hyuk.

"Ayo!" seru Hakyeon seraya bangkit dari duduknya. Tapi Hongbin membuatnya duduk lagi dengan mendorong wajahnya.

"Hyung disini saja. Jangan mengganggu" kata Hongbin, lalu dia berlari menyusul Hyuk ke dapur.

"Huh! Tidak sopan" cibir Hakyeon sambil mengusap-usap bekas tangan Hongbin diwajahnya.

.

Di hari libur yang yang hanya terjadi setiap seminggu sekali ini, tidak akan mereka sia-siakan otak mereka untuk berpikir kerasa seperti biasanya. Hari ini mereka akan bersenang-senang. Tentunya dengan cara mereka sendiri. Seperti main kartu.

"Hey! Kenjumma curang!"

Hakyeon tertawa saat kecurangan Ken ketahuan oleh Hyuk. Mata si maknae itu memang tajam, sama seperti lidahnya yang tajam.

"Ah, diamlah!", canda Ken dengan suara nyaring mirip seorang ahjumma. Tidak ada cara lain selain mengalah. Kenjumma mengembalkan kartu yang tidak seharusnya dia ambil.

"Sekarang giliran Hakyeon Umma", kata Hyuk.

"ani. Giliran Appa dulu", Ravi menyela. Dan Hyuk membenarkannya. "Ayo appa, sekarang giliranmu", kata Ravi. Leo menurut dan membuka kartu yang dia pegang dengan tenang.

Hakyeon tertawa dalam pikirannya. Mereka memberi sebutan seenak hati. Hakyeon senang dia mendapat julukan Umma dan Leo yang menjadi Appanya. Entahlah. Sudah jangan dibahas, hakyeon malu. Haha..

Hakyeon tidak sengaja melihat Hongbin yang sedang bertukar kartu dengan Hyuk ditengah permainan. Hakyeon tidak terlalu memusingkannya. Mereka terus melanjutkan permainan sampai akhirnya Hyuk yang menjadi pemenangnya dan Hongbin lah yang kalah.

Lagi, Hongbin benar-benar membuat Hyuk tersenyum dengan melakukan pengorbanan. Meskipun mengorbankan hal yang sepele, Hakyeon merasa Hongbin benar-benar menyukai Hyuk.

Terpancar dari bagaimana Hongbin menatap Hyuk yang sedang tersenyum. Dia terlihat puas dan bahagia. Hakyeon jadi iri. Apakah ada orang yang ingin membuatnya tersenyum?

Dia melirik Leo yang hanya diam merapikan kartu-kartu dimeja. Hakyeon melirik Leo bukan berarti dia berharap Leo yang melakukan. Tidak, jangan salah paham.

Apa Hakyeon menyukainya? mungkin sedikit, karena Leo adalah tipe idamannya. Tenang dan tenang. Kkkk~

.

Sebulan berlalu. Hakyeon masih sering melihat Hongbin melakukan kebiasaan menyelinapnya. Dan juga sering membawakan sesuatu yang bisa membuat Hyuk tersenyum.

Tapi sesperti janjinya, Hakyeon pura-pura tidak tahu.

Dia akan pura-pura tidak tahu jika Hongbin menyukai Hyuk sebagai seseorang yang spesial, bukan sebatas adik saja. Padahal, bagi Hakyeon, Hyuk adalah namja yang paling jahil dan banyak tingkah di apartement ini. Dia seperti anak kecil yang hyperactive.

Dan kedekatan mereka itu sama sekali tidak membuahkan keuntungan bagi Hakyeon. Karena mereka jadi semakin kompak dalam hal mengerjainya.

Hingga tibalah hari ini. Hari dimana Hyuk menunjukkan betapa bahagianya dia hari ini. Pasalnya, hari ini adalah hari kelulusannya. Hakyeon, Hongbin orang tua Hyuk yang menghadiri upacara kelulusannya tadi.

Ken dengan dibantu oleh penghuni lainnya, memasak banyak hidangan makan malam yang enak untuk merayakan kelulusan Hyuk.

"Masakan terakhir sudah siap~" seru Ken sambil meletakkan sepanci besar sup daging sapi kualitas terbaik ditengah-tengah meja(jarang-jarang mereka makan daging kualitas. Harganya cukup mahal). Disusul oleh seruan semua penghuni yang sudah menunggu dimeja makan(kecuali Leo).

"Sup terbaik dari koki terbaik. Jeongmal gomawoyo, hyung" kata Hyuk pada ken. Dan setelah itu, mereka makan malam dengan perasaan bahagia.

.

Semua sudah beres. Saat ini para penghuni sedang bersantai diruang tengah. Ken dan Hakyeon sedang menyelesaikan beberapa piring terakhir untuk dicuci. Tapi wajah Ken menunjukkan bahwa tenaganya sudah terkuras habis.

"tidak apa-apa. Biar aku yang selesaikan ini. Kau istirahatlah" kata Hakyeon. Ken tidak mau meninggalkan piring-piringnya. Padahal terlihat sekali tangannya yang gemetar saat memegang piring.

"Aku tahu kau koki hebat, tapi aku lebih hebat dalam mencuci piring" canda Hakyeon. "Jangan khawatir, Aku tidak akan memecahkan piring-piringnya. Sudah sana!" tambahnya.

Ken nampak ragu, tapi akhirnya dia setuju. "Baiklah. Gomawo, Hyung" kata Ken, diakhiri dengan menghela nafas kelelahan. "Aku istirahat dulu, Hyung", tambahnya sebelum benar-benar keluar dari dapur dengan segelas jus.

Hakyeon segera menyelesaikan tugasnya. Dia juga ingin segera bersantai bersama teman-temannya yang lain.

"Hongbin Hyung, Jusnya sudah habis!"

Suara Hyuk yang berteriak membuat Hakyeon hampir menjatuhkan piring terakhir ditangannya. Mungkin dia terlalu fokus mencuci piring sampai sampai dia tidak sadar jika Hyuk juga sedang berada didapur.

"Kau mengagetkanku saja". Hakyeon mengelap tangannya yang basah. Hyuk hanya tertawa dan berkata 'mian'. Anak itu memang suka menjahili hyung-hyungnya.

"Jus terakhir sudah diambil Ken. Besok saja kita beli lagi" kata Hakyeon.

"Iya, baiklah. Kami minum susu saja" kata Hyuk sambil menuangkan susu untuknya dan Hongbin, Hyung kesayangannya.

Bicara soal Hongbin dan Hyuk. Hakyeon jadi teringat sesuatu.

"Uhm..Hyukie-a..". Hyuk hanya bergumam sebagai jawaban. Dia sedang fokus menuang susu. "Tidak jadi. Aku lupa mau bilang apa. Hehe.."

Hakyeon meninggalkan Hyuk sendirian didapur. Dia memukul kepalanya. Hampir saja dia membocorkan rahasia Hongbin.

"Gwaenchanha?"

Hakyeon terkejut saat Leo berdiri didepannya. Dia mendadak jadi gugup saat Leo menatapinya. Buru-buru Hakyeon menurunkan tangannya dari atas kepala.

"ne", jawab Hakyeon. Setelah mendengar jawaban Hakyeon, Leo langsung pergi meninggalkan Hakyeon sendiri. Huh! Tahu begitu, Hakyeon akan bilang kalau kepalanya sakit.

.

Hakyeon sedang berbaring ditempat tidurnya saat seseorang mengetuk pintu kamarnya. "masuklah", ucap Hakyeon sedikit geli. Tumben sekali pakai mengetuk pintu. Biasanya orang-orang lebih suka nyelonong masuk kedalam kamar Hakyeon Umma tanpa permisi.

Hakyeon tahu Hyuk yang akan datang. Dia memang sering datang untuk memijit kaki Hakyeon. Tapi selalu ada maksud dibalik pijatannya.

"Annyeong", sapanya.

Hyuk langsung mendekati kasur Hakyeon dan langsung duduk dipinggirnya. Dia memijit kaki Hakyeon yang memang kebetulan sedang pegal. "Ada apa?", tanya Hakyeon.

Hyuk menggeleng. Dia tetap memijit kaki 'umma'nya. "Aku tahu ada sesuatu yang kau inginkan", ucap Hakyeon.

Hyuk memukul kakinya. Bertepatan itu seseornag membuka pintu kamar. "Hyung, apa kau lihat Hyuk?"

Ternyata itu Hongbin. Dia masuk kedalam kamar saat tahu Hyuk ada didalam. "Oh, kau disini", katanya.

"Waeyo?", tanya Hyuk. Masih sambil memijit kaki Hakyeon.

Bukannya menjawab, Hongbin malah diam dan menggosok tengkuknya. Hakyeon memperhatikan kedua anak muda itu. Sepertinya Hongbin butuh privasi. "Ah, kalau begitu aku keluar dulu", kata Hakyeon seraya bangkit dari tidurnya.

"Ini untukmu"

Belum sempat Hakyeon menyentuhkan kakinya kelantai, Hongbin sudah mengeluarkan sebuah tas toko dari dalam lemarinya dan menyerahkannya pada Hyuk. "Hadiah kelulusan untukmu", kata Hongbin.

Hyuk terlihat antusias. Dia langsung membuka tas itu dan mengeluarkan isinya. "Woow!", Hakyeon dan Hyuk berseru melihat hadiah itu.

Sebuah jaket yang bagus dan terlihat mahal. Hakyeon langsung merebutnya dan meneliti setiap inchi jaket itu.

"Hyung, bagus sekali jaketnya. I-itu pasti mahal sekali", kata Hyuk dia merebut kembali jaket itu dari tangan Hakyeon dan menelitinya.

"Ya, sebenarnya aku menghabiskan gajiku bulan ini. Hehe.." kata Hongbin. Hakyeon dan Hyuk terkejut mendengarnnya. "Tidak apa. Aku ingin sekali membeli jaket itu untuk Hyuk", lanjutnya.

"Lagi pula aku beli yang sama untukku juga", kata Hongbin sambil tersenyum.

.

"kau gila!", ucap Hakyeon sambil menatap langit-langit kamar yang gelap. "Aku tidak akan menghabiskan uangku hanya untuk membuat seseorang tersenyum", lanjutnya. Dan yang dia dengar hanyalah suara helaan nafas Hongbin saja.

"Kalau kau suka padanya, seharusnya kau katakan saja"

"Sudah kubilang aku tidak bisa", jawab Hongbin. "aku takut dia menjauh dariku. Dia pasti akan menganggapku tidak normal".

Hakyeon terdiam. Dia tidak menganggap Hongbin tidak normal. Menyukai seseorang bukanlah kejahatan.

"biar saja.." Hongbin berhenti sejenak. "Biar saja aku menjadi Hyung yang baik untuknya"

Kalian tahu. Hakyeon merasa Hongbin adalah orang yang paling bodoh didunia ini.

.

Malam berikutnya, Hyuk memijit kaki Hakyeon lagi. hakyeon semakin curiga jika Hyuk menginginkan sesuatu darinya.

"Ayolah. Aku tahu kau menginginkan sesuatu dariku", kata Hakyeon.

Hyuk tersenyum canggung. "memang nampak jelas, ya?", dia tertawa malu.

Tiba-tiba Hyuk menggenggam tangan Hakyeon dengan kedua tangannya. "Hyung.. Tolong bicaralah dengan ibuku agar tidak mengirimku kuliah di luar negeri. Aku ingin kuliah di Korea saja", Hyuk memohon.

Wajahnya lucu sekali-well, wajah Hyuk memang lucu dengan ekspresi apapun. Hakyeon tidak bisa menolak puppy eyes yang Hyuk berikan. "kau menyuruh 'Umma' untuk bicara pada Ummamu?", goda Hakyeon.

"Ayolah, Umma~" Hyuk merajuk. Dia mengusap-usapkan tangan Hakyeon yang dia genggam pada pipinya. "Jebal~", lanjutnya.

"Baiklah. Baiklah. Tapi ada imbalannya, ya?", kata Hakyeon. Hyuk nampak kecewa Hakyeon minta imbalan. "jaman sekarang mana ada yang gratis", lanjut Hakyeon.

"Baiklah. Baiklah. Memang Hyung ingin apa?"

Hakyeon menatap Hyuk sambil memikirkan keinginannya, "Aku ingin..."

.

.

.

Hyuk terjaga dengan mata terpejam. Sesuai imbalan yang diminta Hakyeon. Permintaan yang aneh. Hakyeon ingin agar Hyuk terjaga dengan mata terpejam malam ini.

Memang apa yang akan terjadi? Memejamkan mata saja lama-lama membuatnya jadi mengantuk juga. Apa Hakyeon sedang mengerjainya? Apa dia sedang balas dendam karena Hyuk sering mengerjainya? Tidak. Hakyeon mengatakan, dia ingin Hyuk mengetahui sesuatu.

CKLEK!

Seseorang membuka pintu kamar. "apapun yang terjadi. Pejamkan saja matamu..."

Hyuk tetap memejamkan matanya sesuai yang Hakyeon katakan. Dia bisa dengar suara langkah kaki mendekati kasurnya. Apa itu Hakyeon?

Tiba-tiba orang yang masuk itu menarik selimut yang dipakain Hyuk naik sampai sebatas lehernya. Apa Hakyeon yang melakukannya?

Ingin sekali Hyuk membuka matanya atau memanggil nama Hakyeon. Namun dia ingat Hakyeon menyuruhnya tetap pura-pura tidur, apapun yang terjadi.

"Hyukie-ah..". Hyuk menahan nafasnya. Tunggu dulu. Hyuk mengenal suara ini. Suara yang selalu terdengar lebut ditelinganya. Sampai-sampai Hyuk tidak bisa jika tidak mendengar suara itu tiap harinya. Hongbin Hyung?

"...jaljayo", lanjut suara Hongbin, disusul dengan sebuah kecupan dipipi Hyuk. "Saranghae..".

Kata terakhir yang Hongbin ucapkan, mau tidak mau membuat Hyuk membuka matanya. "Hongbin Hyung!?"

"UWAAA~" Hongbin terjatuh dilantai. Untungnya suara terkejut Hongbin tidak membuat Ken-teman sekamar Hyuk-ikut terbangun.

"K-k-ka-ka-kau..." Hongbin tergagap sambil menunjuk Hyuk. Wajahnya seperti seseorang yang sedang melihat hantu.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Hyuk dengan wajah tidak percaya sambil memegang bekas ciuman Hongbin dipipinya.

"A-a-a-ak-ak-aku bisa menjelaskannya" kata Hongbin tergagap.

Apa ini permintaan Hakyeon? Hakyeon berkata jika dia ingin Hyuk tahu apa yang dilakukan Hongbin pada Hyuk setiap malam.

Jadi Hongbin menciumnya setiap malam? OMO~

.

Sementara itu, diluar pintu kamar Hyuk-Ken. Hakyeon sedang menyaksikan semuanya sambil tertawa puas. Dia buru-buru meninggalkan tempat itu sambil berjalan jinjit kembali kekamarnya. Lebih baik jika Hyuk mengetahui kelakukan Hongbin yang bodoh itu.

.

Keesokan harinya, hubungan Hongbin dan Hyuk tidak se-akrab biasanya.

Kalau biasanya mereka selalu duduk bersebelahan. Hari ini mereka duduk berjauh-jauhan.

Kalau biasanya mereka selalu menjahili Hakyeon bersama. Hari ini Hakyeon bebas dari kejahilan mereka.

Kalau biasanya Hongbin pulang dengan membawa makanan kesukaan Hyuk. Hari ini dia langsung masuk kekamarnya tanpa menyapa Hyuk terlebih dahulu.

Hakyeon jadi merasa bersalah sudah memberitahu kebenarannya pada Hyuk.

Dia menoleh pada Hongbin yang tidur membelakanginya. Apa dia marah pada Hakyeon, ya?

"Hongbin-ah", panggil Hakyeon.

"Ne, Hyung"

Hakyeon kira Hongbin sudah tidur. Mendengarnya menyahut membuat Hakyeon harap-harap cemas juga. "Kau belum tidur?".

Hongbin mengubah posisi menjadi terlentang. "belum", katanya dengan suara tidak semangat.

"apa..." Hakyeon menunda kalimat selanjutnya. Apakah tidak apa-apa jika Hakyeon menanyakannya.

"Waeyo? Kau mau tanya apa, Hyung?", tanya Hongbin.

"Kau dan Hyuk. Bagaimana hubungan kalian?" Hongbin mnghela nafasnya dengan berat dan itu membuat Hakyeon tidak enak hati padanya. "K-kau.. Apa kau sudah tidak menyukainya lagi?", tanya Hakyeon lagi.

"Kau bercanda? Itu tidak mungkin" kata Hongbin sambil bangkit dari tidurnya. "Aku sudah jatuh padanya. Aku tidak bisa bangun lagi", katanya.

Hakyeon tertawa. "lalu kenapa kalian berjauhan?", tanya Hakyeon lagi.

Hongbin menatap tajam setelah mendengar pertanyaan itu. "Siapa yang membuat kita berjauhan, huh?" katanya.

Hakyeon bungkam. Dia kira Hongbin tidak tahu jika Hakyeon yang melakukannya. "Apa Hyuk mengatakannya?", tanya Hakyeon.

"Menurutmu?" tanyanya garang dengan menaikkan alisnya.

"mianhae", kata Hakyeon menyesal.

Hongbin menghela nafas lagi. "Gwaenchanhayo" kata Hongbin. "aku malah berterima kasih padamu. Setidaknya dia sudah tahu kalau aku menyukainya", lanjutnya.

Hakyeon merasa terselamatkan dengan pernyataan Hongbin. Tapi dia tetap merasa bersalah karena membuat mereka berjauhan.

"Tapi masalahnya, aku tidak berani mendekati dia. Sepertinya dia marah", katanya dengan wajah sedih. Dia kembali menjatuhkan dirinya ketempat tidur.

Hakyeon hanya diam melihat tingkah Hongbin yang sedang galau itu. Dia benar-benar merasa bersalah.

"Hyung.."

"Hm?"

"Matikan lampunya". Masih sempat saja menyuruh-nyuruh -_-.

.

.

Tok. Tok.

Hakyeon membukakan pintu kamarnya pada orang yang mengetuk itu(kebetulan dia sedang ada didekat pintu).

"Ah, hyukie-ah. Masuklah", ajak Hakyeon.

Dia melirik Hongbin yang langsung menutupi tubuhnya dengan selimut saat tahu siapa yang datang.

"Kau ini. Biasanya kau langsung masuk tanpa permisi" ucap Hakyeon basa-basi.

Hyuk ikut dibelakang Hakyeon mneuju tempat tidurnya. Mereka berdua duduk dikasur. "Ada apa?", tanya Hakyeon. Seperti biasa, Hyuk pasti menginginkan sesuatu darinya.

Hyuk mengisyaratkan Hakyeon untuk diam dengan jari telunjuknya yang menempel dibibir.

"apa dia tidur?", bisik Hyuk. Hakyeon menjawab dengan menyilangkan kedua tangannya didada dan menggeleng.

.

Kenapa mereka diam saja? itulah yang dipikirkan Hongbin. Menutupi tubuhnya dengan selimut hanya untuk menyembunyikan dirinya dari pengelihatan Hyuk saja, tapi sebenarnya dia tetap ingin mendengarkan apa yang Hyuk akan katakan pada Hakyeon.

Pasti sedang bisik-bisik. Apa mereka membicarakanku?

Hongbin menajamkan indera pendengarannya agar bisa mendnegarkan suara sekecil apapun yang mereka katakan.

"Hyung, ayo beli es krim", Hyuk bicara tiba-tiba.

"Baiklah. Ayo!", jawab Hakyeon semangat.

Mata Hongbin membulat saat mendengar pintu kamar dibuka lalu ditutup kembali. Dia mengintip dari balik selimut dan ternyata Hakyeon dan Hyuk sudah tidak ada disana.

Dengan kesal dia bangun dan membuka selimutnya. "APA?!", katanya.

"Jadi sekarang dia mengajak Hakyeon hyung untuk makan es krim?", Hongbin mendengus kesal. "Tidak kusangka dia berani mengganti posisiku dengan yang lain", lanjutnya.

Dia melempar bantalnya kearah pintu dengan rasa kesal. Lalu sedetik kemudian dia sadar jika yang membuat posisinya terganti adalah dirinya sendiri, bukan Hyuk. Dialah yang menjauh dari Hyuk.

Hongbin bergumam tidak jelas untuk mengekspresikan kekesalannya, lalu kembali menjatuhkan punggungnya pada kasur dan kembali menutupi tubuhnya dengan selimut.

.

.

"Makan malam siaaaaap~", Ken berseru dengan merdu.

Hongbin yang baru selesai mandi langsung pergi menuju dapur saat mendengar suara nyaring Ken. Ahjumma dan Umma, mereka tidak akan memulai acara makannya jika keenam kursi disana masih kosong.

Saat dia tiba, semua sudah menunggunya dimeja makan. Hanya tersisa satu kursi kosong disana. Dan itu tepat disamping Hyuk.

Hongbin menghela nafasnya. Sambil berpura-pura tidak terjadi apaapun, dia pun menerima kursi itu sebagai takdirnya. Meskipun ia merasa canggung duduk disamping Hyuk.

Makan malam terasa sunyi tanpa candaan Hongbin dan Hyuk. Atau hanya Hakyeon saja yang terlalu bawa perasaan karena mereka tidak menjahilinya? Dia masih dan semakin merasa bersalah atas hubungan Hongbin Hyuk yang meregang. Seandainya saja dia tidak buka rahasia Hongbin.

Hakyeon mengawasi keduanya yang makan dengan diam. Bagus, itu table manner yang seharusnya. Sampai sumpit mereka berdua Berdenting saling bertabrakan saat hendak menyumpit telur gulung terakhir meja.

Mereka saling melirik, lalu merrka sama-sama mengalah. Membiarkan salah satunya memiliki dadar gulung itu. Hakyeon tersenyum, dia akan merebut telur itu dari mereka.

Namun dia kalah cepat dengan tangan Leo yang sudah lebih dulu membelah telur itu menjadi dua dan membaginya di atas mangkuk nasi Hongbin dan Hyuk.

Semua mata menatap pada si silent boy itu. Tumben sekali dia membiarkan telur itu diambil yang lain. Biasanya dia yang habiskan. "begitu lebih adil", kata Leo lalu lanjut makan.

Hongbin dan Hyuk melahap telur dadar separuh mereka. Dan meja makan kembali diam.

.

.

Hongbin duduk termenung dimeja makan. Dia tidak bisa tidur. Gelisah karena dia memikirkan hubungannya dan Hyuk yang meregang.

Dia kembali meneguk sodanya. Hongbin bukan tipe pemabuk saat galau. Lagi pula tidak ada yang minun soju disini. Kecuali Ravi. Dia menyimpan botol sojunya dikulkas secaa terang-terangan dan meminumnya saat stress.

Dia nelirik jam tangannya. Seharusnya dua jam yang lalu dia menyelinap kedalam kamar Hyuk dan memberi ciuman selamat malam. Haa~ Dia menghela nafas. "Aku merindukannya".

Hongbin menegak sodanya sekali lagi saat seseorang memasuki dapur. Soda itu hampir tersembur keluar melalui hidunngya saat mengetahui siapa yang datang. Hyuk. Berjalan dengan mata terpejam.

Hongbin berusaha tidak menimbulkan suara agar Hyuk tidak terbangun dan Hongbin bisa kabur kekamarnya. Meskipun hidungnya terasa sakit karena air soda itu.

Suara 'duk!' terdengar saat kepala Hyuk menabrak dinding dapur. Akhirnya dia sadar seketika. Well, kebiasaan yang konyol. Lebih konyol lagi posisi Hongbin yang baru mengangkat bokongnya lima senti dari kursi tapi sudah lebih dulu ketahuan oleh Hyuk. Dia hanya bisa pasang senyum bodoh.

"H-hyung"

"H-hai", jawab Hongin canggung. "K-kau mau minum?", tanyanya sambil menyodorkan kaleng sodanya. Tentu dengan wajah bodoh. Membuat Hyung terkikik geli.

"Oke". Hyung menerima dan meneguk soda dari kaleng itu.

"Well, kalau begitu aku kembali kekamarku dulu",

Hongbin sudah berbalik dan berjalan beberapa langkah. "Sampai kapan kita seperti ini?". Tapi Hyuk menghentikan langkahnya. Ini yang dia khawatirkan. Dia tidak sanggup bertatap muka lagi dengan Dongsaeng kesayangannya yang manis dan imut itu.

"Kenapa tidak berbalik? Ayolah, Hyung~ Aku merindukanmu"

Hongbin mencelos. Well, Hyuk memang ceplas ceplos saat bicara. Lantas kenapa dia tidak terbiasa saat Hyuk bilang merindukannya?

Perlahan dia berbalik dan menatap Hyuk. Lalu menggosok tengkuknya, "Umh, ya-kau tahu, aku.. aku juga-maksudku! Sedikit, kau tahu-uhm", Hongbin gagap. Dan itu malah membuat Hyuk nyengir lebar dan menarik Hongbin kedalam pelukan erat.

"Mian, karena membuatmu tidak nyaman", Hongbin membalas pelukan Hyuk.

"Kau tahu, Hyung?" Hyuk mendongak menatap matanya. "Aku suka ciuman selamat malam itu".

Hongbin nerona saat Hyuk mendekatkan wajahnya. Hongbin memejamkan matanya saat merasakan hembusan nafas Hyuk menggelitik bibirnya.

"Kau kenapa Hyung?"

Hongbin membuka matanya, seketika fantasi tentang ciuman antara dirinya dengan Hyuk menghilang. Bocah imut itu nyengir dihadapannya tanpa dosa. Rupanya dia mengerjai Hongbin.

"Dasar nakal!". Lalu mereka tertawa bersama.

.

.

Hakyeon tersenyum, dia mengintip kegiatan Hongbin dan Hyuk didapur. Benar-bebar pasangan yang manis.

Oke, untuk yang ini. Dia berjanji tidak akan bocorkan rahasia lagi.

Dia berbalik hendak kembali kekamranya, namun ternyata dia tidak sendirian. Leo ternyata ikut mengintip dibelakangnya dengan wajah datar dan tanpa suara.

"Ssssttttt!", Hakyeon membalik tubuh Leo dan mendorongnya kembali kearah kamarnya. "Ini rahasia", katanya. Lalu menutup pintu kamar Leo. Setelah itu dia kembali kekamarnya dan berpura-pura tidak tahu apa-apa.

.

CHAPTER 2

Coming soon

(INI JELEK SANGAT LAH! .)

Review Juseyo ^^