-.-.-.-.-.-.-.-.-
Kingdom Hearts
© Square Enix
Boys Revolution!
© KuroMaki RoXora
Summary:
Seseorang ingin meracuni, dan ia berhasil membuat Namine meminum racun itu tanpa menyadarinya.
Seharusnya dia mati, tapi kenapa dia jadi…/
Warning :
AU, OOC, abal, genre kecampur-campur(?) dll
Don't like, don't read!
I already warn you. Flamer will be gone. Clear enough? Good.
Happy Reading~
Pagi yang cerah mewarnai suasana Radiant Garden yang lumayan ramai. Banyak orang-orang yang mengucapkan 'selamat pagi' satu sama lain. Pagi yang tenang dan damai, menjadi ciri khas kota Radiant Garden. Burung-burung berkicau menyambut pagi. Dan suara teriakan… Tunggu, teriakan?
"AKU TERLAMBAT!" Seorang gadis berambut pirang dengan kasar membanting pintu rumahnya dan langsung melesat menuju sekolahnya menggunakan sepeda.
"Namine! Kau melupakan bekalmu!" seru seorang wanita cantik berambut pirang pendek sambil mengangkat sebuah kotak bekal berwarna jingga.
"Suruh saja Ven untuk mengantarnya ke sekolahku! Ittekimasu(*)!" balas sang gadis dari kejauhan.
Wanita berambut pirang tadi hanya menggelengkan kepalanya, "Dasar. Maaf, Ven. Bisa kau antarkan ini ke sekolahnya?" tanyanya pada seorang pemuda tampan berabut blonde-spike yang sedang bersandar di daun pintu.
"Haah.. Apa boleh buat. Aku juga sekalian mau menjemput Fuu" jawab pemuda itu. Wanita itu tersenyum, lalu menyerahkan kotak bekal itu.
"Ittekimasu" kata pemuda itu sebelum pergi dari rumahnya.
.
.
~Namine Pov~
Aku mengayuh pedal sepedaku dengan cepat. Tak peduli pedal itu akan lepas atau tidak nanti, yang penting aku bisa menuju ke sekolahku, sekarang!
Namaku Namine Ogawa. Umurku 16 tahun, aku bersekolah di Radiant High. Kalian tahu? Radiant High adalah sekolah khusus wizard dan hunter. Dan penghuni kotaku sebagian besar adalah hunter atau wizard. Makanya, setiap hari tiada hari tanpa sihir dan pemburu di kota ini. Kotaku dikelilingi hutan yang dilarang dilewati oleh penduduk biasa sepertiku. Masalahnya, di hutan itu terdapat banyak monster dan siluman pemakan manusia.
Kalian bertanya kenapa aku dan penduduk lain bisa selamat dari makhluk-makhluk itu? Itu karena adanya keberadaan Hunter dan Wizard. Minimal 10 orang dari anggota Hunter dan Wizard yang biasanya menjaga gerbang kota kami atau patroli saat tengah malam. Itulah sebabnya kami bebas dari terkaman makhluk-makhluk itu. Sayangnya hidupku tidak pernah bebas dari masalah..
BRUK
Entah karena sial atau aku yang kurang hati-hati, aku menabrak sesuatu di depanku. Aku segera melihat apa yang kutabrak. Seorang wanita cantik berambut putih susu dan bermata ruby.
"K-Kak Fuu! Maaf! Aku tidak sengaja!" seruku. Aku tidak menyangka akan bertemu dengannya di sini.
"Namine? Kenapa ada disini?" Kak Fuu terlihat kaget melihatku, "Seharusnya kau kan disekolah.." lanjutnya. Aku tersentak.
"Ah! Hampir lupa! Terima kasih sudah mengingatkan! Sebagai permintaan maaf soal tadi, pulang sekolah akan kubelikan sea salt ice cream untuk kakak dan Ven!" Aku berlari menuju sekolah.
"Tunggu! Nam! Kau lupa sepedamu!"
…
"Ah, iya! Terima kasih!" Bodohnya aku, melupakan sepedaku sendiri. Aku mendekati sepedaku dan melesat menuju sekolah. Meninggalkan Kak Fuu di situ.
Hhhh.. Memalukan! Sudah terlambat, menabrak Kak Fuu, dan lagi hampir meninggalkan sepedaku. Aku yang ceroboh, atau hari ini dewi fortuna sedang tidak berpihak padaku sehingga aku bernasib sial hari ini? Tunggu, tiap hari kan aku memang selalu sial.. =_=
Sampai disekolah, aku langsung membanting sepedaku di parkiran dan berlari ke kelasku.
GREKK
"Maaf! Aku terlambat!" seruku saat masuk ke kelas. Di depan kelas ada seorang pemuda berambut silver panjang dan bermata emerald. Aku belum pernah melihatnya. Dia anak baru, ya? Tunggu. Berarti sebelum aku masuk kelas, dia sedang perkenalan…?
…
"Ogawa! Kau tidak bisa baca suasana, ya?" tegur pak Luxord. Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal, sambil tersipu malu. Sekelas langsung menertawakanku. Duh.. Kalau tahu begini, aku nggak bakal masuk kelas dulu. Aku melirik ke arah cowok tadi. Eh, dia tertawa?
"Ogawa kau duduk ditempatmu, dan kau duduk di sebelahnya" Hee? Duduk di sebelahku?
Anak itu mengangguk lalu berjalan ke arahku dan duduk di sebelahku.
"Baik, kita akan pelajari asal mula adanya wizard dan hunter di kota ini. Pada awalnya.. bla.. bla.. bla…" Penjelasan pak Luxord seperti angin lalu bagiku. Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.
"Hey, siapa namamu?" tanyaku pada cowok bermata emerald ini.
"Riku Nakazawa. Kau?"
"Aku Namine Ogawa. Salam kenal" jawabku, "Kau dari mana? Sepertinya, di kota ini aku belum pernah melihatmu.."
"Aku dari Destiny Island. Pulau dibagian utara sana" jawabnya.
"Enak ya.. Apa disana ada Wizard dan Hunter juga?" Riku mengangguk, "Sebaiknya kau mendengarkan penjelasan Pak Luxord"
"Malas. Lagipula, pelajarannya tidaklah penting"
CTAK
"Aw! Sakit.." Aku mengelus keningku yang ternyata kena lemparan kapur. Aku langsung naik darah.
Aku berdiri sambil menggebrak meja, "Siapa yang berani melempar kapur kearahku? JAWAB!" Seruku. Cih, berani sekali orang itu!
"Mau protes, Ogawa?" Suara berat pak Luxord terdengar. Aku melihat dia kini tengah tersenyum padaku. Walau tersenyum, aura di sekitarnya menggelap. Jangan-jangan…
Glek!
"E-eh.. Nggak, pak. Saya Cuma… ingin memastikan saja. Hehehe…" jawabku dan menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
"Lalu, apa maksudmu 'pelajaranku tidak penting'? Hm?" Aura pak Luxord semakin menggelap. Aku semakin terpojok. Ia mencambuk telapak tangan kanannya dengan tongkat kecil yang biasa digunakannya untuk menunjuk di papan tulis.
KRAK
Beberapa anak langsung merinding disco karena ketakutan saat pak Luxord mematahkan tongkat kayu itu. Aku hanya menatap iba pada tongkat tersebut.. Haruskah kukubur tongkat itu?
(Namine : AUTHOR! Jangan mengacaukan dialogku! *nebas Author pakai keyblade*)
KRING… Bel tanda pelajaran selesai. Aku menhela napas lega. Untung pelajaran pak Luxord Cuma 1 jam.
"Pulang sekolah datanglah keruanganku. Aku akan membawa neraka padamu…" Kata pak Luxord sambil menyeringai iblis. Terlihat 2 tanduk yang muncul dikepalanya. Aku hanya mengangguk dengan gerakan patah-patah. Lalu duduk ditempatku
Beberapa saat kemudian Miss Belle masuk ke kelas. Miss Belle adalah guru magic atau sihir sekaligus wali kelasku.
"Anak-anak, sekarang kalian pergi ke ruang praktek sihir" Anak-anak mengeluarkan buku sihirnya. Aku merogoh-rogoh tasku. Tapi…
"Rasanya kemarin sudah kumasukkan.." Aku memeriksa ulang tas-ku.
"Bu-buku pelajaran sihirku.. Tidak ada…"
~Normal Pov~
'Aduh.. Bagaimana ini? Pasti gara-gara kemarin aku lupa memasukkannya ke dalam tas setelah berlatih sihir menggunakan buku itu..' batin Namine frustasi.
"Hey.." Seseorang memanggilnya. Namine menoleh ke arah sumber suara. Tampak seorang pemuda berambut black-spike yang tengah menyodorkan sebuah sihir. Dia adalah Vanitas Fair. Namine memperhatikan buku itu. itu kan buku pelajaran sihir?
"Ti-tidak usah. Ka-kalau aku pinjam, kau bagaimana?" kata Namine merasa tidak enak.
"Aku ada 1 buku lagi dari kelas sebelah. Aku mau mengembalikannya hari ini, tapi kau pakai saja dulu" katanya sambil melempar buku itu ke arah Namine.
"Wakh.. Te-terima kasih…" kata Namine. Rona merah tipis terlihat di wajah manisnya.
"Hn." gumam Vanitas. Sementara itu ada yang menatap Namine dengan tatapan sinis.
"Cih."
.
.
"Namine, ayo ke kantin! Bawa bekalmu, ya!" seru Olette. Namine kebingungan.
"Anoo.. Ada yang membawa bekalku, nggak?" tanya Namine. Sekelas menggeleng.
…
"Oh, iya!" seru Namine sambil menepuk jidatnya.
"Kenapa? Kau sudah ingat dimana bekalmu?" tanya Kairi.
"Bukan, aku lupa membawa bekalku"
GUBRAK. Sekelas langsung jatuh dengan sound effect yang tidak elit.
"Lalu, kau makan apa?"
"Kita kebawa saja dulu, barangkali ada ibuku yang mengantarkan bekalku" Yang lain mengangkat bahunya dan pergi ke kantin bersama Namine.
Sesampainya di kantin, mereka duduk di 1 meja yang terdiri dari 6 kursi. Pas untuk Namine, Kairi, Olette, Selphie, Yuffie dan Aqua. Mereka duduk dan mengeluarkan bekal mereka masing-masing, kecuali Namine.
"Haah.. Kau memang merepotkan, Namine" Suara berat seseorang terdengar. Namine bingung dari mana asal suara tersebut. Dan yang paling aneh, wajah teman-teman satu mejanya memerah sambil menatap 'sesuatu'dibelakangnya. Namine menoleh ke belakang. Di belakangnya, telah berdiri seorang pemuda tampan berambut blonde-spike.
"WAKH! Ve-Ven! Kenapa kau disini?" seru Namine kaget. Ia nyaris jatuh dari kursinya kalau tidak ditopang Aqua.
"Kau ini. Kau yang minta aku mengantarkan ini, kan?" Ven meletakkan bekal itu di meja tepat didepan Namine.
"Eh, aku lupa.." Namine tersipu malu.
"Sigh.. Ya, sudah. Aku pulang dulu. Belajar yang baik disekolah ya" Ven mengelus puncak kepala Namine dan mengecup lembut keningnya. Lalu melesat pergi dari kantin.
"KYAA! Namine, siapa pemuda itu?" seru Kairi.
"Jangan-jangan, dia pacarmu ya?" tebak Olette.
"Kejam kau, Nam. Kenapa tidak memberitahu kami kalau kau sudah punya pacar?" gerutu Aqua.
"Enaknya, Namine! Punya pacar seganteng itu!" kata Selphie.
"Tapi umurnya kelihatan beda jauh, ya.." gumam Yuffie.
"Siapa dia?" tanya mereka berlima kompak. Namine hanya menghela napas.
"Kalian berlebihan. Dia Ventus, tapi panggil saja Ven, dia-"
"Itu namanya? Dilihat dari namanya saja, kelihatan kalau dia pemuda tampan yang populer. Bahagianya kau, Nam!" sela Kairi tanpa sadar.
"Kau ini. Dia bukan pacarku! Dia kakakku!"
GUBARK. Kelima sahabat Namine terjatuh, lagi.
~oOo~oOo~oOo~
~Namine Pov~
"Haah.. sebenarnya aku malas ke ruangan pak Luxord. Tapi, daripada hukumanku lebih berat…" gumamku di depan pintu ruangan pak Luxord.
Greekkk…Aku menggeser pintu dan masuk.
"Permisi, pak Luxord.." Kulihat pak Luxord sedang duduk dikursinya sambil main hp Blackberry (ohalah.. ==).
"Ah, kau sudah datang. Duduklah" Pak Luxord segera menyimpan BB-nya. Aku duduk di kursi di depan meja pak Luxord.
"Jadi,'neraka' apa yang akan bapak berikan padaku?" tanyaku ragu. Neraka yang kumaksud adalah hukuman, dan hukuman yang dimaksud adalah tugas. Sudah ada setumpuk pr dimeja yang belum kukerjakan, ditambah tugas akibat ulahku? Nuh-uh.. Aku sudah cukup pusing dibuatnya.
Pak Luxord mengambil sebuah amplop coklat yang terlipat rapi. Dengan agak enggan, kuraih amplop itu dan membukanya. Terdapat selembar kertas putih berisikan hukuman tugas untukku. Kumohon jangan, soalnya jangan terlalu banyak.
Sret..
…..
…..
"A-ano, pak Luxord. Benarkah ini tugasku?" Pak Luxord berdiri dari kursinya.
"Ya, kemampuan bertarungmu sangat tinggi. Hampir menyamai Leon, senior-mu itu. Kau adalah murid perempuan terkuat di kota ini, Ogawa. Kemampuanmu, kecepatanmu, dan sihirmu begitu kuat. Aku yakin kau bisa melaksanakan misi ini"
"A-apa? Misi? Jadi…" Tunggu. Jangan-jangan, pak Luxord sengaja memberiku misi ini? Jadi ini bukan hukuman untukku?
"Ya. Misi ini dari King. Beliau memintaku untuk menugaskan dua orang murid dari Radiant High yang sangat berbakat dalam bertarung"
"Dua? Lalu seorang la-?" Ucapan Namine terputus saat ia mendengar suara pintu terbuka. Ia menoleh ke belakang dan terlihat Vanitas sedang menuju kearahnya.
"Apa yang mau anda bicarakan, pak Luxord?" tanya Vanitas dengan sopan.
Pak Luxord memberikan sebuah amplop yang sama dengan yang kuambil tadi, bedanya yang ini berwarna hitam. Vanitas membukanya dan membaca isi dari pesan dalam amplop itu.
Selesai membacanya, Vanitas langsung menatapku. Aku hanya memiringkan kepala karena bingung.
"Ada apa?" tanyaku sambil melihat is amplop Vanitas.
~Normal Pov~
"Ehh?" seru Namine saat selesai membaca isi kertas itu.
Pak Luxord tertawa kecil, "Sepertinya, kau terlalu berlebihan Ogawa"
"Jadi, orang yang dimaksud bapak.."
"Ya. Kau dan Fair adalah partner dalam misi ini, dan kalian harus bekerja sama" Pak Luxord menghampiri mereka, lalu menepuk pundak keduanya, "Kupercayakan pada kalian"
Namine dan Vanitas saling bertatapan sejenak, lalu mereka menganggukkan kepala.
"Tentu. Bapak percayakan pada kami!" jawab Namine sambil meninju udara.
"Aku bangga pada kalian. Oh ya, Fair. Aku lihat kau tadi meminjamkan buku pelajaran sihirmu pada Ogawa dari kelas sebelah. Sepertinya kau sedang dimabuk asmara, ya?" kata Pak Luxord sambil tersenyum jahil. Namine tersentak. Vanitas mendengus kesal.
"Tidak. Saya hanya berpikir kalau Ogawa itu anak yang ceroboh, jadi apa boleh buat. Saya pinjami saja dia"
Twitch! Ada perempatan jalan dikepala Namine..
"Tak usah berwajah masam begitu. Kau ceroboh itu kenyataan, lebih baik jujur daripada berbohong" lanjutnya yang malah membuat Namine makin kesal.
"Jaga ucapanmu, Fair. Kalau kau iri padaku, mengaku saja!" kata Namine sedikit menantang.
"Aku yang hebat ini iri pada gadis bodoh sepertimu? Mimpi saja kau, vampire-chan"
"Fair narsis! Jangan panggil aku vampire, dan jangan panggil aku dengan embel-embel itu, dasar playboy!"
"Kulitmu pucat seperti vampire, jadi aku pantas menjulukimu begitu kan? Cewek jadi-jadian?"
Dan sepertinya gaji pak Luxord bulan ini harus digunakan untuk biaya perbaikan sekolah…
~oOo~oOo~oOo~
"Huh! Kau menyebalkan!" gerutu Namine saat keluar dari gedung sekolah. Ia berjalan ke luar sekolah bersama Vanitas daritadi menghiraukan celotehnya.
Vanitas melihat di seberang sekolah ada kedai es krim. Ia terdiam sebentar, lalu mengalihkan pandangannya ke Namine..
"Apa?" tanya Namine sedikit ketus.
"Hn. Kau mau kutraktir es disana?" Vanitas menunjuk kedai itu.
"Untuk?"
"Permintaan maaf yang tadi.."
Namine terdiam. Lalu perlahan membuka mulutnya, "Well, nggak ada salahnya…"
.
Namine dan Vanitas duduk di meja yang hanya untuk 2 orang. Namine memesan es krim coklat sementara Vanitas hanya memesan es krim coklat yang tidak terlalu manis.
"Ne, Vanitas. Terima kasih, ya!" seru Namine riang. Vanitas hanya ber'hn'ria.
"Es krim ini enak!" sahut Namine. Vanitas menatap Namine. Namine menyadarinya.
"Ada apa?" tanya Namine. Vanitas tidak menjawab, ia hanya mendekatkan wajahnya ke wajah Namine.
"A-apa?"
"..Sebentar…"
Slep..
"Eh?" Namine menyentuh pipinya.
"Ada sisa es krim yang menempel di pipimu. Makanya kujilat" Vanitas menyeringai saat mengatakannya.
Blush!
"Ta-tapi kan bisa pakai tangan!" Namine blushing berat. Saking malunya dia sampai mencak-mencak nggak jelas ke Vanitas.
"Tanganku kotor, kau mau wajahmu kotor karena tanganku ini?" Namine blushing+speechless.
Di sisi lain, sepasang mata sapphire memperhatikan mereka. Dia menatap Namine dengan tatapan benci.
~oOo~oOo~oOo~
"Ada yang bisa kubantu?" seorang wanita berjubah coklat tua yang tampak kusambertanya pada seorang gadis didepannya.
"Tolong ajari aku cara membuat racun untuk membunuh rival cintaku!"
"Rival?"
"Ya! Dia gadis yang menyebalkan yang sok dekat dengan pangeranku! Karena itu, kumohon!"
"Kenapa kau tidak memintaku untuk membuatkanmu racun? Daripada kau susah-susah mempelajarinya" tawar orang itu.
"Tidak. Aku ingin membunuhnya dengan usahaku sendiri"
'Gadis yang menarik…' Wanita itu tersenyum, "Baiklah. Aku akan mengajarimu. Tapi ada satu syarat"
"Apa pun itu, katakan saja. Asal keinginanku terpenuhi"
"Setelah kau memberinya racun, kau harus menjadi muridku. Menjadi murid seorang dark wizard. Apa kau menyanggupi syarat yang kuberikan"
Hening.
"…Baik. Akan kulakukan, ratu Larxene…"
To Be Continued
(*) Ittekimasu : Aku berangkat / Aku pergi
Halo semua! Saya kembali dengan fict baru! Hahaha! (Reader : Bukannya ngelanjutin fict, malah bikin baru! *lempar botol*)
Iya-iya.. Saya tahu ada fanfict saya yang belum kelar TT_TT Saya kehabisan ide untuk fict saya yang satu itu. Mungkin akan update dalam jarak yang lama.. HUEEE~ ToT
Makanya saya mempersembahkan fanfict ini untuk menunggu datangnya kembali ide fict Namine The Witch!
Oke, kita jumpa lagi di chapter 2~ ^^
Mind to review?
