"Naruto-kun..! Sebaiknya pergilah lebih awal.. Konoha High Schooll Sudah berbaik hati terhadap kita.." Diam hanya memandang cermin, dengan tubuh terduduk di atas tempat tidurnya. Suara tersebut terdengar kencang dari bawah, tepat dari arah ruang makan. Suara bernada tinggi yang terdengar, namun masih terasa sangat lembut di pendengaranya.

Akan tetapi seperti tidak mendengar. Tidak ada jawaban dari Naruto, ataupun bahkan sekedar menggerakan kepalanya guna menoleh ke asal suara, bukanya terlalu malas menjawab, hanya saja.. Entahlah.. Sesuatu hal memang tidak bisa di lakukanya...

Dan untuk pagi hari ini. Ini adalah hari yang spesial baginya..

Untuk penjelasan, sudah dua tahun sejak lulus dari bangku sekolah sebelumnya, tidak ada satu sekolahpun yang mau menerima dirinya menjadi murid sekolah itu sendiri. Bukan hanya sekolah bertaraf luar biasa, bahkan sekalipun itu adalah sekolah yang terlihat biasa saja. Hal ini sangat bisa di maklumi baginya, sesuatu yang cukup membuatnya khawatir. Akan tetapi dirinya masih dapat memaklumi nya, sekolah tentu saja tidak akan menerima seseorang seperti dirinya. Akan tetapi entah mengapa kali ini. Konoha hight schooll telah menjadi pembeda dalam hal ini.

Mengabaikan teriakan sebelumnya, tangan berwarnakan pucat tersebut bergerak dengan pelan meraih seutas kain di atas tempat tidur tidak jauh dari posisi duduknya. Saat berada di genggamanya, tangan pucatnya bergerak sangat cepat memasang dasi berwarna hitam di tersebut tepat di kerah lehernya. Tidak, bahkan sebenarnya sangat-sangat cepat adalah kata yang cocok untuk hal tersebut.

Dan mungkin, untuk sesaat seseorang akan menganggap kedua pergelangan tangan tersebut menghilang saat melihatnya, efek dari kecepatan. Kecepatan tanganya sangat berbanding terbalik dengan gerakan tangan saat meraih dasi tersebut.

Dan kini. Untuk sesaat Shaprie tersebut memandang dasi tersebut. Dasi dengan berlambangkan Konoha High School di ujungnya.

"Naruto-kun..!" Dan kembali untuk sejenak, mata Saprhienya menatap pantulan wajahnya di cermin. Kemeja panjang berwarna putih dengan dasi terikat rapih di kerah lehernya. Untuk bawahan sendiri, hanya jeans hitam kusam dengan di temani sepatu kats berwarna putih sebagai alas bawah kakinya.

Meski begitu. Cermin itu sendiri bukanlah cermin besar yang dapat memantulkan gambaran seluruh tubuhnya. Hanyalah kotak persegi yang menempel di sudut dinding kayu kamarnya.

"Brakk.!"

"Oke, kurasa ini sudah terlalu lama untuk seorang anak laki-laki." Dorongan keras dari arah pintu kamarnya membuat Naruto terdiam.

Tentu hal tersebut tentu sontak membuat anak bersurai pirang tersebut menggerakan kepalanya menatap pemilik suara teriakan tersebut. Dan tentu saja, untuk dorongan sekeras itu, akan terasa cukup mampu membuat segala gerakan yang tengah di lakukan anak bersurai pirang tersebut terhenti secara tiba-tiba.

Tetapi kini entah mengapa. Mata Shaprie terpejam, bibirnya sendiri memberikan cengiran lebarnya terhadap seseorang di hadapanya. Seseorang yang sangat berharga baginya. Lihat saja sendiri...

Wajah cantik dengan rambut merah panjang di biarkan tergerai. Dress biru tanpa lengan dengan panjang di bawah lutut di kenakanya. Dan kini, jangan lupakan mata dengan berwarna senada dengan warna mata miliknya, tengah memandang lembut ke arahnya. Itu, Kushina Uzumaki.

"Hei..! Mari apa yang kita dapat di sini, kau terlihat tampan Naruto-kun." Perkataan dari Kushina, cukup membuat cengiran lebar yang sebelumnya tertera di bibir Naruto tergantikan dengan senyum lembut.

Melihat senyuman lembut yang di keluarkan untuknya, Kushina mulai berjalan mendekat hingga akhirnya terduduk di atas tempat tidur tepat di samping dekat Naruto.

'Tampan.? Itu sangat berarti Kaa-san..' Sebagai balasan, Naruto sendiri hanya menggerakan kedua tanganya dengan jari-jari yang membentuk sebuah isyarat.. Yah, untuk hidup dirinya sendiri, Naruto masih dapat bersyukur.. Dan bahkan dalam kenyatanya, dirinya seorang Tuna laras..

Kejam.? Tidak.. Dia merasa hidupnya masih lebih baik.. Untuk suatu alasan, dirinya masih dapat merasa bahagia. Dan kembali untuk suatu alasan, dirinya bahkan merasa bahwa tidak ada waktu yang cukup baik untuk merenung memikirkan garis hidupnya.

Untuk hal tersebut, Naruto sendiri akan lebih senang menghabiskan sisa waktunya untuk mencoba membahagiakan orang yang dirinya sayangi. Selamanya. Akan selalu seperti itu.. Dan apakah selamanya terlalu berlebihan.?

Dia rasa tidak. Apapun itu untuk membalas rasa sayang, dia akan lakukan..

"Hmm.? Apakah benar begitu Naruto-kun.? Jika memang benar begitu. Kaa-san sendiri yang akan mengucapkan kata-kata seperti itu di setiap kau bangun pagi.. Hmm..? Bagaimana.?"

'Aku menyayangimu Kaa-san..' Dan sesaat setelah Kushina menatap pergelangan tangan membentuk isyarat. Satu pelukan hangat cukup membuat wanita bersurai Merah tersebut tersenyum lembut. Dirinya senang. Sungguh merasa sangat senang saat melihat seseorang dalam pelukanya ini terlihat lebih senang dari biasanya. Dan demi apapun itu..

Kushina, dia akan melakukan apapun hanya untuk dapat melihat cengiran khas dari pemuda beriris Shaprie tersebut.

Jemari lentik dari Kushina bergerak meraih satu tongkat yang terlihat tergelatak di lantai kayu berwarnakan coklat tepat di bawah kakinya. "Dengar, sepertinya sekarang kau harus lebih cepat berjalan."

Naruto terdiam sesaat, dia menggulirkan pandanganya ke arah jam dinding tepat di sudut kamarnya. "Benarkan apa yang Kaa-san katakan.? Sekarang cepatlah bergegas. Kau harus memberikan kesan yang baik di hari pertamamu Naruto-kun."

Hanya butuh seperkian detik bagi Naruto untuk menyadari sesuatu. Dan dengan cepat. Tangan berwarnakan pucat tersebut meraih tongkat yang sebelumnya berada di genggaman Kushina. Dan, tanpa melepas pelukanya. Dia melakukanya tanpa melepaskanya.

"Hei.. Setidaknya lepaskan Kaa-san mu ini terlebih dahulu.." Dan sebagai balasan, hanya cengiran khas yang Naruto keluarkan. Satu tongkatnya sendiri yang selama ini selalu menopang berat dari tubuhnya tersebut.

Yah, dan satu lagi kekurangan dari tubuhnya. Naruto, bukan hanya tuna laras, dari kecil dirinya telah mengalami cacat pisik. Dirinya tidak bisa berjalan dengan normal. Dan kali ini, bagian kaki kirinya yang mendapat perhatian lebih dari tuhan.

.

.

.

...AR...

DISCLAIMER

Naruto & Many more.!

Naruto & Harem..

" Bukan milik saya.. Saya cuman pinjem doang.."

Warning : Update gk tentu..

...AR...

.

.

.

.

Meski terlihat gampang. Percayalah.. Berjalan menggunakan satu tongkat penahan badan cukup sulit di lakukan. Rasa sakit di bagian bawah pundak akan selalu di rasa, meskipun telah tersedia bantalan dari ujung tongkat, tetap tidaklah akan mudah. Tidak akan ada yang tahu jika belum pernah merasakanya..

Melangkahkan kakinya perlahan, mata beririskan Shaprie tersebut sejenak tergulir ke arah pandang tepat beberapa meter di hadapanya. Sepanjang trotoar dengan banyak pejalan kaki beralalu lalang. Tidak mengindahkan beberapa kelopak bunga sakura yang memang sebelumnya berjatuhan dari batang pohonya. Dan, berakhir dengan terinjak, mengakibatkan beberapa dari kelopang bunga tersebut menepel dengan bagian atas jalan trotoar karena tertekan oleh pijakan.

Bersampingan dengan beberapa tihang dari lampu taman. Di samping sepanjang jalan sendiri banyak tumbuh pohon bunga Sakura, sesuatu hal yang telah tanpa sengaja telah menjadi formasi barisan yang cukup menarik saat di pandang. Dan untuk saat ini. Ini adalah musim semi.. Yah, itu sebabnya untuk sekarang beberapa pohon sakura mengeluarkan permata bagi pohon itu sendiri. Bunga sakura..

Memang hanya beberapa pohon yang mulai mengeluarkan bunga. Tidak semua pohon sakura telah mengeluarkan bunganya. Tentu saja kan.? Lagipula ini awal musim semi.. Musim yang sangat menyenangkan di jepang..

"Bukk..!" Hanya terdiam beberapa saat memandang kelopak bunga sakura. Kini, satu tubrukan dari arah belakang tubuhnya cukup membuatnya terlonjak kaget. Berhenti di tengah-tengah trotoar memang menyusahkan.

Dan tentu, tubrukan itu sendiri berasal dari seseorang yang menabraknya dari arah belakang..

"Kubunuh kau cacat.. Kau pikir ini tempat pemberhentian.?" Dan satu ucapan hanya di balas dengan senyum hangat darinya. Memangnya siapa yang salah.? Dirinya mengerti. Jika melakukan kesalahan selalu ada konsekwensi.. Bukankah begitu.?

Mata Shaprie menatap sekilas ke asal suara. Melihat sejenak, dan ketika terilihat. Mungkin, teman baru..

Selalu. Bahkan akan setiap saat Naruto membawa sebuah buku catatan kecil dengan pena terjepit di sisi buku itu sendiri.. Dan saat ini, tangan berwarna pucat tersebut tengah menggoreskan tinta dari ujung pena. Bergerak dengan kecepatan luar biasa menuliskan hurup demi huruf..

'Maafkan aku.. Aku seorang tuna laras..'

Tentu saja kan.? Memangnya siapa saja yang memahami bahasa isyarat.? Hanya beberapa orang yang memahami. Karena memang bahasa isyarat bukanlah bahasa wajib.. Bahasa wajib..? Memikirkanya saja, tentu saja akan selalu membuat dirinya tersenyum.

Di samping senyuman tersebut.. Naruto melihat sekilas. Rambut Ungu panjang kehitaman dengan mata beriris putih menatap tajam langsung ke arah matanya.. Wajah cantik dengan kulit putih halus bagaikan sutra.. Akan tetapi bukan hal tersebut yg membuatnya berpikir untuk menjadikan seseorang di hadapanya tersebut untuk menjadi teman barunya..

Konoha Hight Schooll. Lambang yang sama tepat berada di samping kanan lengan kemeja yang tengah di kenankan gadis Hyuuga tersebut.. Bukankah begitu.? Dan satu hal yang akan melengkapi penjelasan. Hyuuga.? Yeah.. Memangnya siapa yang memiliki mata berwarna putih selain Hyuuga. Jawaban singkat akan di dapat. Tentu saja tidak ada. Jikapun ada. Hanya ada beberapa orang.. Yaitu, hanya seorang katarak..

Tetapi jika melihat atribut Konoha Hight Schooll yang di kenakan perempuan cantik di hadapanya tersebut.. Satu hal lagi yang akan dirinya harapkan..

Apakah ini teman barunya...?

"Cih.. Cepat minggir kau cacat..! Aku tidak ada waktu meladeni seorang sepertimu.."

Tetapi sepertinya bukan orang yang tepat. Gadis Hyuuga ini bukanlah orang yang dapat di jadikan teman. Jika dekat dengan gadis Hyuuga ini.. Sepetinya bukan teman yang di dapat. Mungkin perbudakan yang akan terjadi.

Dan perkataan di iringi dengan gerakan kaki. Seorang Hyuuga itu berjalan cepat meninggalkan Naruto yang dengan masih setia memperlihatkan catatan berupa tulisan sebelumnya. Tentunya masih dengan tangan terangkat menjulur menggenggam catatan tersebut..

'Kurasa belum beruntung..' Batin Naruto. Ada secercah rasa sesal di hatinya. Tadi itu, dia pikir sahabat pertama akan di dapatnya. Tetapi apa mau di kata. Ternyata, hanya iblis yang melewatinya.. Melarikan diri dari Neraka mungkin.? Siapa yang tahu.. Tetapi yang terpenting dirinya harus cepat. Tentu saja kan.? Memangnya Bus akan menunggu hanya untuk seseorang sepertinya.?

Dan dengan langkah lebih cepat. Anak bersurai Kuning tersebut mulai berjalan setelah sebelum nya kembali menyimpan catatan serta pena yang tengah di genggamnya.

Berjalan lebih cepat. Menghiraukan beberapa kelopak bunga Sakura yang kini malah pada akhirnya terinjak oleh sepatu katsnya sendiri.

.

.

.

Dan kali ini. Kembali hanya sunyi yang mengiringi langkah Naruto, mencoba melupakan perkataan special dari gadis Hyuuga sebelumnya. Sesuatu tidak berguna seperti itu tentu tidak akan membuat hatinya sesak. Lagipula dirinya tidak mempunyai penyakit hati. Tetapi jika bertanya mengapa dirinya masih dapat menerima kenyataan dengan mudah, dirinya akan tersenyum.

Banyak hal, bahkan akan ada banyak sekali alasan yang akan menjadi jawabanya. Tetapi, tentunya dirinya sendiri mengerti. Satu dari sekian banyak alasan hanya akan ada satu.

Yah.. Satu dari sekian banyak alasan. Adalah orang-orang yang sangat di sayanginya. Tidak banyak, hanya beberapa. Bahkan tidak lebih banyak dari jari-jari kedua telapak tanganya. Tetapi daripada hal tersebut, tentu saja Kushina Uzumaki yang akan menjadi alasan terdepanya.

Entah mengapa, tetapi dirinya merasa begitu beruntung memiliki wanita bersurai merah tersebut sebagai Kaa-sanya, kasih sayang yang dia terima dari Kushina cukup membantu untuk seseorang sepertinya, cukup mengharukan, dan dapat di katakan, hanya hal tersebutlah yang membuatnya sampai saat ini percaya. Bahwa tuhan masih menyayanginya.

Jika membicarakan seseorang yang dirinya sayangi. Sebenarnya ada satu orang lagi. Entahlah. Hanya seorang teman sebaya dari Kaa-sanya. Wanita yg telah cukup memiliki umur.. Yah hanya seorang wanita berumur 27 tahun. Menyedihkan bukan..?

Akan tetapi meskipun begitu harus di catat, meskipun hanya wanita paruh baya tapi jangan salah. Dirinya dapat memastikan, bahwa setiap remaja yang melihatnya akan selalu berujung dengan sikap yang sama. Hal menjijikan. Mata berbinar.. Dengan seringai mesum terpati di wajah mereka. Terlihat berlebihan.?

Tidak. Sama sekali tidak, karena kenyataan dapat terlihat. Meskipun berumur sekitar 27. Tetapi siapa yang tahu.? Dan bagaimana orang akan mengetahuinya.? Karena meskipun memiliki umur yang sudah cukup tetapi tubuh serta wajahnya masih terlihat cantik.. Dan dia seorang wanita. Seorang teman dari Kaa-sanya adalah seorang wanita.

Tetapi, meskipun dengan umur terpaut tidak jauh berbeda dengan Kaa-sanya, atau bahkan memiliki umur yang sama. Entah mengapa. Meskipun sudah memiliki umur. Tetapi tubuh serta wajah cantiknya terlihat tidak seperti kenyatan dari umurnya. Memang tidak banyak hal. Hanya tubuh dan wajah cantiknya yang menghianati dirinya sendiri.

Jika di tanya mengapa.? Tentu saja, wajah cantik dengan kulit putih adalah point tertinggi darinya. Bahkan bukan hanya itu. Dan sangat tidak bisa di lupakan. Lekukan tubuh indah dari setiap sisi yang menurutnya sendiri tak kalah sexy dari seorang model handal majalah dewasa..

Satu kata untuk wanita sepertinya.. Kanpekidesu..!

"Naruto-kun.!" Gerakan kaki terhenti. Begitupula dengan segala pikiran yang tengah bersarang di kepalanya. Sejenak memfokuskan pendengaranya.

Naruto sadar ada seseorang yang tengah memanggil namanya. Tetapi ada satu hal.. Suara tersebut tidak terlalu asing bagi pendengaranya. Dirinya hafal betul suara khas tersebut. Suara wanita yang terdengar seperti.. Entahlah. Seperti wanita penggoda.. Yah.. Wanita penggoda.

Akan tetapi, memangnya berapa banyak wanita yang mengenalnya, dan mengetahui namanya. Dan yang akan menjadi jawabanya hanyalah... Dua orang. Menyedihkan.? Hmm.. Tetapi kenyataan tekadang memang begitu kejam bukan.? Hanya dua orang pertama Kaa-sanya Kushina uzumaki dan yang kedua...

'Bibi Mikoto..' Batin Naruto. Yah.. Dan harus di ketahui teman dari Kaa-sanya adalah seorang Uchiha.. Mikoto uchiha..

"Apa kau tuli..? Aku memanggil namamu.." Usai suara yang sebelumnya terdengar. Kini Naruto hanya dapat terdiam mengeluarkan rona tipis di kedua pipinya, jangan lupa senyum terpaksakan yang terpati di wajah tampanya..

Alasanya sangat jelas. Dan dirinya sangat yakin bahwa semua orang pasti akan memakluminya. Dan tentu, karena kedua tangan yang tengah melingkar memeluk dada tepat di bagian atasnya. Dan dari belakang, entah apapun itu.. Tetapi sangat jelas.. Lembut.. Dan, hangat tentunya.. Dan jika sudah seperti ini..

Tentu saja Neraka terasa panas...!

"Cup.." Dan... Bertambahlah rona merah di wajahnya tersebut. Dan tentu saja akan ada alasan bukan.? Dan Naruto harus akui. Begitu hebatnya wanita yang tengah merangkulnya tersebut.

'Bibi Mikoto jangan menciumku sembarangan.. Bagaimana jika Kaa-san melihatnya kembali..?' Dan isyarat yang menjadi jawaban. Dan tentunya Mikoto sendiri cukup mengerti arti dari isyarat itu sendiri.

"Tidak usah di pikirkan. Lagipula rumahmu sudah tidak terlihat kan.?" Dan untuk sesaat, kembali senyum terpaksa sejenak tertera di wajah tampan Naruto. Seharusnya dirinya mengetahui hal tersebut.

Tidak usah bersusah payah menggerakan kedua tanganya. Memberi isyarat panjang lebar pun tidak akan berguna untuk wanita ini. Karena meskipun begitu, tetap akan seperti biasa. Selalu ada alasan dari wanita bersurai hitam tersebut.

'Ada apa.?' Dan untuk kesekian kalinya, gerakan tangan berupa isyarat yang hanya di dapat di jadikan balasan.

"Apa yang kau katakan. Sebagai kekasih tentu saja hal yang wajar menyapa pasanganya." Naruto sendiri hanya melepas nafasnya halus. Bahkan dalam posisi berbeda pun. Dirinya hanya akan dapat mengaku pasrah dengan keadaanya saat ini.

'Kita bukan sepasang kekasih bibi Mikoto.' Gerakan isyarat jadi balasan. Dan untuk perkataan sebelumnya. Dirinya memang harus berhati-berhati jika berdekatan dengan seorang Mikoto uchiha. Sesuatu yang cukup menyusahkan. Dan hal tersebut akan membuat dirinya cukup khawatir akan hal tersebut.

Khawatir tentu saja. Berlebihan.? Dan sekali lagi tentu saja tidak. Harus di dengar. Hanya dua wanita yang dirinya sayangi. Dan hanya mereka harta yang di milikinya. Dan tentu saja Naruto cukup senang akan hal tersebut. Sangat senang bahkan. Tetapi jika ada yang memulai, sesuatu pasti akan terjadi. Hal bodoh menurutnya.

Mikoto uchiha adalah seorang yang entah mengapa sampai umurnya saat ini masih belum memiliki suami. Dan Kushina uzumaki sendiri entah siapa, tetapi sampai saat ini Kushina akan tertawa jika Naruto menanyakan perihal sang ayah kepada nya.

Berbeda latar belakang. Berbeda sifat. Meskipun memilik paras wajah yang sama cantik dengan sahabatnya Mikoto. Tetapi entah mengapa Kushina selalu menutup diri dari semua lelaki. Entah mengapa alasanya tetapi Kushina selalu bersikap seperti itu jika merasakan ada lelaki yang mencoba lebih dekat denganya lebih daripada teman.

Bahkan sejauh ini, Naruto sendiri telah melihat beberapa expresi berbeda-berbeda daripada wajah beberapa lelaki yang memang sebelum nya memiliki niat untuk mencoba lebih dekat dengan wanita tersebut. Hanyalah berujung kekecewaan bila masih ada yang masih berani mendekati seseorang dari Uzumaki kushina.

Naruto, sebuah pertanyaan pernah di lontarkanya kepada Kushina jika melihat sikap nya tersebut. Tetapi jawaban dari Kushina hanya akan membuat Naruto terdiam tidak mengerti dalam pelukan wanita bersurai merah tersebut.

Dan selalu, Kushina sebenar nya tidak pernah menjawab dengan pasti. Wanita bersurai merah tersebut biasanya hanya akan terdiam sesaat. Sebelum pada akhirnya kedua tangan halus tersebut membawa dirinya ke dalam dekapan hangat nya. Naruto mendengar, di dalam dekapan sang Kaa-sanya tersebut, suara lirih keluar dari bibir wanita tersebut. Ucapan kalimat yang sampai saat ini akan selalu membuatnya merasa hati nya merasa hampa untuk sesaat. Menunggu. Hanya kata tersebutlah yang terdengar samar oleh pendengara nya.

'Tidak apa-apa Naruto-kun. Kaa-chan hanya sedang menunggu.. Menunggunya..'

Dan Naruto, dia dapat bersumpah. Dalam dekapanya, dirinya merasakanya. Tubuh bergetar. Tubuh dari Kaa- sanya sendiri terasa bergetar hebat. Menangis dalam sunyi. Naruto sangat mengerti hal tersebut, Kaa-sanya tersebut tidak akan pernah menginginkanya. Tidak akan pernah membuat dirinya menatap mata indah tersebut mengeluarkan air mata. Dan untuk janji tersebutlah bahkan Kushina tidak mengeluarkan suara isakan sekecil apapun dalam tangis nya.

Sesuatu yang membuktikan rasa sayang. Rasa sayang yang sangat teramat luar biasa. Dan hal tesebut hanya untuk nya. Anak yang beruntung menjadi anak yang di kasihi nya.

"Cup.."

"..."

"Kau terdiam terlalu lama. Jadi kurasa ciuman tersebut cukup membuatmu sadar.." Dan untuk kecupan yang satu ini Naruto hanya diam tak bergerak. Setetes keringat sendiri tengah meluncur dengan halus di kanan pelipis anak bermatakan Saphrie tersebut.

Entah apapun itu, Kushina sendiri akan sangat Over Protective jika ada seseorang Mikoto mendekati anak semata wayangnya tersebut. Tetapi jika melihat bagaimana sikap bahaya dari Mikoto sendiri. Tentu saja Kushina terbilang bersikap cukup normal. Dan sekarang telah terbukti dengan ciuman tepat di bibir pucat nya...

"Sudahlah.. Kita anggap semua ini baik-baik saja. Dan kukira kau butuh tumpangan. Lihat." Tanpa memberi kesempatan merespon. Kalimat yang tercipta dari bibir Mikoto membuat satu dari kesadaranya terambil alih kembali.

Dirinya masih cukup sadar. Dirinya mengetahui nya. Tetapi jika memang boleh berharap. Dirinya masih ingin berharap, bahwa perasaanya kali ini salah besar.

Dengan gerakan perlahan. Lirikan mata darinya kini telah memandang fokus tepat pada angka-angka romawi yang tertera tepat di permukaan jam tangan seorang Uchiha tersebut. Berharap kesalahan terjadi di sini...

"..."

'Bingo..!'

.

.

.

.

Hari ini merupakan hari yang sungguh membahagiakan baginya. Naruto, sesuatu yang telah di dapatkanya dari kecil sungguh telah menggangu kehidupanya. Sebab entah mengapa. Dari sekian banyak nya orang di belahan dunia ini, dirinya lah yang mendapati kekurangan.

Sejak kecil. Hidup tanpa seorang ayah sudah cukup menjadi pembeda dalam masa hidup nya jika di bandingkan dengan anak-anak yang lainya. Meskipun begitu, dirinya akan menjawab dengan jujur jika seseorang bertanya tentang bagaimana masa kecilnya.

Dirinya sendiri tidak begitu mengingat nya..

Begitulah kenyataanya. Naruto, dirinya tidak mengingat bagaimana kehidupan masa kecil nya. Beberapa tahun lalu. Wajah dari Kushina, ibunya sendiri telah menjadi pandangan pertama saat dirinya membuka kelopak mata di kamar rumah sakit.

Entah apa yang telah terjadi. Dirinya tidak mengetahui dengan pasti. Tetapi dokter yang kala itu berdiri tepat di samping Kushina berkata bahwa. Wanita berambut merah tersebut adalah ibunya. Dan atas perkataan dokter tersebut dirinya sendiri telah mencoba sekeras mungkin mengingat. Akan tetapi rasa sakit begitu luar biasa yang terasa meremas isi dalam kepala nya tersebut. Rasa sakit yang begitu luar biasa sehingga mampu mengambil kesadaran dari anak bermata kan Shaprie tersebut.

Dan entah apapun itu. Tetapi, sempat sebelum mata tertutup. Naruto melihat nya. Seorang yang bernama Kushina tersebut menangis sambil terus memeluk erat sebelah dari tangan berwarna kan pucat dari nya. Mencoba meredam tangan yang menengang hebat akibat rasa sakit yang Naruto rasa...

"Naruto-kun..!" Mendengar suara tepat di samping nya, Naruto sendiri hanya menggerakan kepalanya perlahan. Menatap Mikoto. Sesaat mungkin dirinya cukup terkejut dengan suara Mikoto sendiri. Suara yang memang terkesan bernada standar, namun cukup membuat nya sadar dari bayangan masa lalu.

"Kau terlihat lebih berbeda hari ini.. Lebih terlihat banyak terdiam mungkin. Um.? Kau ingin aku memutar balik.? Mungkin tidur bersama di rumahku.? Asalkan denganmu. Sungguh, aku tidak keberatan jika harus melakukanya di siang hari."

'Tidak.. Terimakasih. Mungkin lain hari.' Dengan gerakan isyarat sebelum nya, tangan berwarna pucat itu sendiri perlahan bergerak. Menggengam ujung dari sabuk pengaman berwarna abu-abu tersebut. Melapas nya, membuat tubuh nya kini dapat bergerak bebas. Tidak seperti sebelum nya.

Saat ini Naruto sendiri menggeserkan tubuh nya. Bertumpu dengan tangan kiri nya. Mata biru menatap wanita bersurai hitam tersebut. Masih terduduk tanpa melepaskan genggaman dari setir mobilnya sendiri. Mata tajam yang kini hanya memandang polos ke arah anak Uzumaki tersebut. Menatap heran akan gerakan yang tengah di lakukanya.

"Cup.!"

'Terimakasih tumpanganya.' Hanya sesaat, sebelum tangan yang sebelum nya di gunakan sebagai tumpuan bergerak perlahan menarik alat bantu berjalan yang memang di letakan di samping pintu mobil tersebut. Mobil yang telah membantu nya dalam kesan pertama dari dirinya untuk sekolah barunya.

Mikoto sendiri, hanya terdiam menatap Naruto dengan kesadaran yang masih belum di dapatkanya. Bukan tanpa alasan, menggoda seorang Naruto sendiri bukanlah hal pertama kali baginya. Bahkan untuk ukuran ciuman sendiri. Dirinya telah cukup berani, dan pernah melakukanya tepat di hadapan Kushina saat sedang makan malam bersama di kediaman Uzumaki tersebut. Yah, meskipun berakhir dengan di tendangnya dirinya oleh sahabatnya tersebut. Tetapi, bahkan dari sekian banyak hal tersebut. Dirinya tidak pernah merasa seperti ini.

Hal yang membuat rona di pipinya timbul kembali setelah sekian lama tak terlihat. Dirinya merasa seorang di hadapnya, kali ini dengan cerdik telah memutar balik keadaan dengan cepat. Mikoto sendiri merasa Naruto telah... Memegang kendali penuh atas dirinya.

"Blam.!" Suara pintu mobil yang tertutup adalah hal yang telah membuat mikoto tersadar. Mata tajam menatap linglung ke arah kursih mobil tepat di samping nya. Mencoba memastikan.

Tetapi hal yang telah di duga. Mikoto sendiri hanya tersenyum lembut memandang dalam diamnya ke arah punggung anak dari seorang sahabat nya tersebut. Hanya dengan ciuman di pipi nya dirinya dapat merasakan rasa sayang dari seorang Uzumaki tersebut untuknya. Dari kaca mobil tersebut, Mikoto memandang ke arah Naruto. Yang masih dengan cara jalan yang tertatih-tatih berjalan ke arah gerbang sekolah barunya...

.

.

.

.

Bagaimanapun sekolah ini terlihat tidak biasa pada umum nya. Di lihat dari luas nya lingkungan sekolah, sudah sangat terlihat, bahwa Konoha hight schooll bukan lah sekolah biasa. Apalagi jika di lihat dengan jeli. Ada banyak sekali bangunan-bangunan yang seharus nya memang tidak di perlukan untuk sebuah sekolah pada umum nya. Tetapi dari semua hal tersebut. Konoha Hight Schooll memang bukan lah sekolah biasa seperti pada umumnya. Bukanlah sekolah yang hanya mengajarkan murid nya untuk memperdalam ilmu pengetahuan seperti pada umum nya. Dan sebenarnya, semua hal tersebut berawal saat beberapa puluh ribu tahun yang lalu.

Beberapa puluhan ribu tahun yang lalu. Di seluruh bagian dunia, semua orang telah memilih kekuasaan sebagai tujuan hidup nya. Menjadi pilihan pertama saat seseorang telah di beri kehidupan oleh tuhan. Memilih kekuasaan..

Sesuatu yang dapat membuat seseorang itu sendiri akan di pandang lebih daripada apapun. Semua itu sudah jelas. Kekuatan atau pun bahkan kelebihan dari seseorang itu sendiri, harus di miliki nya jika seseorang tersebut telah memilih kekuasaan sebagai tujuanya.

Akan tetapi, bahkan sejak puluhan ribuan tahun lalu semua orang di dunia ini memiliki sesuatu yang berbeda, yang memang terdapat dalam masing-masing tubuh seorang manusia itu sendiri. Hal yang begitu luar biasa yang entah mengapa sudah di dapat secara turun menurun dari beberapa orang-orang tertentu. Hal yang turut membantu dalam mempermudahkan seseorang dalam mendapatkan masing-masing kekuatanya sendiri. Terus berlangsung. Hal yang terus berlangsung selama beberapa tahun dalam waktu singkat.

Dan kemudian, beberapa orang bahkan dapat mengembangkan sesuatu hal tersebut menjadi sebuah kekuatan yang dapat di gunakan untuk melindungi diri sendiri atau bahkan orang lain. Melindungi mereka yang di sayangi. Hal yang pada akhirnya telah jauh belangsung begitu lama. Memberikan kenyamanan bagi beberapa orang.

Akan tetapi, tentu semua orang tidak beranggapan satu pikiran. Beberapa orang memandang dengan pandangan yang berbeda tentang suatu hal tersebut. Kekuasaan yang memang dari awal telah menjadi tujuan hidup seorang manusia, telah membuat sifat asli dari seseorang manusia itu sendiri kembali muncul dengan sendiri nya. Memanipulasi kelebihan yang telah di miliki, menjadi senjata membunuh.

Memperebut kan kekuasaan itu sendiri. Kekuatan yang telah merubah arah pandang dari hidup seseorang. Kasih sayang perlahan-lahan tergantikan. Kemanusiaan tergantikan dengan pasti. Satu hal yang merubah segala nya. Kekuatan pelindung yang dalam sekejap kini dapat menjadi senjata pembunuh.

Tidak ada yang mengetahui. Akan tetapi siapapun yang telah memulai. Nama telah menjadi penegas identitas kekuatan itu sendiri. Kekuatan terkuat. Kekuatan tak terbatas, bernama Chakra...

Perebutan tahta yang terus berlangsung selama puluhan tahun tanpa henti. Telah banyak melahirankan sesuatu yang berbeda.

Dari semua hal tersebut, bahkan beberapa orang yang di anggap lebih kuat di antara lainya bermunculan secara tidak pasti. Menjadi penguasa di beberapa daerah tertentu. Meminpin banyak pasukan mempertahan kan kekusaan yang telah di milikinya. Hal yang terus berlangsung sehingga beberapa peminpin baru datang bermunculan. Bahkan beberapa peminpin baru berhasil menyatukan beberapa wilayah, membuat nya menjadi negara atau bahkan wilayah-wilayah baru..

Tetapi meskipun begitu. Keberhasilan menyatukan beberapa daerah masih tidak dapat merubah ego dari beberapa peminpin. Kepuasan yang tidak akan pernah di dapat oleh seseorang manusia. Sifat tersebut beberapa masih melekat pada beberapa peminpin. Kekuasaan yang masih tidak cukup di rasa telah menjadi penghancur bagi beberapa negara. Sehingga pada akhir nya.. Perang perebutan kekuasaan muncul kembali.

Dan secara tidak di inginkan, beberapa negara yang menginginkan perdamaian harus ikut ambil bagian dalam peperangan guna mempertahan kan ketentraman yang telah mereka dapat..

Peperangan terus berlanjut. Bahkan yang tanpa di sadari telah memakan waktu puluhan tahun. Dan akibat hal tersebut. Kematian terbesar telah di dapat oleh beberapa daerah. Meninggalkan kepuasan bagi yang berkuasa. Serta rasa sakit dan dendam bagi beberapa orang yang telah beruntung mempertahan kan hidupnya..

Dendam yang tidak terbatas telah banyak merubah seseorang. Mata hati telah tertutupi oleh kelam masa lalu. Membuat beberapa dari mereka menempa kemamupan masing-masing melebihi batas manusia sendiri. Mengasilkan kekuatan yang bahkan telah menjadi batas normal kala itu.. Menjadikan dirinya dan namanya sendiri di segani walaupun bergerak tanpa adanya pengikut.

Meskipun begitu, mereka yang telah memliki kekuatan di batas normal sadar akan kekurangan-kekurangan yang di dapat saat bergerak sendiri. Maka saat itu, seseorang telah berhasil mempertemukan beberapa orang yang telah mengalami rasa sakit dari peperangan itu sendiri.. Menghasilkan bebrapa hal yang paling di hindari oleh bebrapa peminpin negara itu sendiri. Hal yang bahkan menjadi luar biasa sekaligus tak terbantahkan. Hal yang telah menjadi rasa takut bagi beberapa orang.. Menjadikan beberapa pemilik kekuatan tersebut bersatu. Membuat organisasi yang akan menjadi eksekusi. Organisasi yang telah menetang peperangan. Menghasil kan orang-orang dari pemilik kekuatan di atas normal..

Hanya beberapa orang yang telah mengalami penderitaan dari hasil peperangan itu sendiri. Akan tetapi hal tersebut telah terlanjur terjadi selama berabad-abad lama nya. Dan entah mengapa. Semakin lama hal tersebut terjadi berulang-ulang. Hingga beberapa orang mengikuti jejak beberapa penguasa sebelum nya. Mencoba mengabaikan daerah kekuasaan. Meninggalkan ambisi terdahulu..

Akan tetapi sebagai ganti nya. Mereka berbalik mengikuti keinginanya masing-masing. Keinginan terdahulu dari para penderita. Mengikuti keinginanya sendiri. Kembali membuat Organisai baru..

Yang kemudian telah membuat sang pertama telah berakhir. Begitu pun Organisasi pertama dari pada pemilik kekuatan tak terbatas. Organisasi terdahulu..

Dan entah mengapa setelah hilangnya organisasi pertama. Kedamaian di beberapa negara terwujud. Peminpin baru yang memiliki pemikiran berbeda. Yang pada akhir nya memilih membagi rasa damai nya dengan negara lain. Memilih mengikuti jalan lurus menuju arah yang sama. Mengajukan perjanjian daripada beberapa belah pihak. Sehingga, kedamaian akhir nya terwujud...

Hingga sampai saat ini. Bahkan di era yang telah mengakhiri masa dari penggunaan Chakra.. Mereka yang telah merasakan kedamaian di era seperti ini, merasa bahwa pengendalian Chakra tidak lah di perlukan kembali. Mereka merasa hal seperti itu lebih baik. Lebih memilih melakukan hal lainya. Sehingga lambat laun. Pengguna Chakra hanyalah tinggal beberapa. Para pendahulu pun mulai di lupakan. Meskipun dengan kekuatanya. Kekuatan yang bahkan terkesan mustahil. Akan tetapi, tetap pada akhirnya, mereka tetap terlupakan..

Dan atas penyebab hal tersebut. Masing-masing Negara mencoba mempertahankan pengguna Chakra dari ketertiadaan. Mencoba membangun sekolah untuk pengguna Chakra. Bertujuan untuk melatih beberapa anak yang memiliki keinginan melatih Chakra dalam tubuhnya sendiri.

Akan tetapi dari semua hal tersebut hanyalah tujuan awal. Bahkan sekolah pun sebenarnya hanyalah formalitas semata. Tujuan akhir dari pemerintah sendiri hanyalah mencoba sesuatu yang dapat di andalkan bagi negara. Mereka yang telah di rasa lulus atau bahkan cukup memiliki kelebihan dalam pengendalian Chakra, pada akhir nya akan di jadikan pasukan keamanan negara. Melindungi negara. Dengan keahlian mereka.

Murid dari sekolah tersebut pun paham betul akan hal tersebut. Akan tetapi, pada kenyataanya. Menjadi pelindung negara memang sejak dulu telah menjadi impian besar bagi semua orang. Semua orang pengendali Chakra. Ataupun bahkan seseorang yang tidak memilik pengendalian Chakra..

Dan dari sekian banyak orang. Naruto adalah anak yang telah menetapkan hatinya. Memilih bermimpi menjadi pelindung Negara. Sehingga secara tidak langsung dapat melindungi orang-orang yang telah berbaik hati mengakui dirinya sendiri. Meskipun dengan fisik yang memang tidak sempurna. Tetapi sekolah pengendalian Chakra memang tidak pernah mempermasalah kan hal tersebut. Asalkan memliki Chakra.. Serta kesungguhan dalam diri masing-masing. Semua hal tersebut masih dapat di terima. Dan Konoha Hight Schooll, adalah sekolah yang mengajarkan ilmu tentang Chakra...

"Hei kau..! Apa yang kau lakukan di sana nak." Menggerakan kepalanya perlahan. Naruto sendiri menatap sebuah tempat pos penjaga. Dari dalam area sekolah, tepat bersampingan dengan gerbang sekolah. Di sampingnya sendiri terdapat pohon besar yang entah mengapa telah membuat seorang yang melihat tempat tersebut terasa cocok berdiri di sanah.

Mengesampikan hal tersebut. Naruto segera berjalan tertatih menghampiri satu dari dua orang tersebut. Dan jika di lihat dari penampilan keduanya. Naruto sendiri yakin, bahwa keduanya adalah penjaga gerbang sekolah tersebut.

"Ada apa nak.? Kau butuh bantuan.?" Di antara keduanya Naruto hanya tersenyum memandang salah satu dari penjaga gerbang tersebut. Satu orang yang sebelumnya bertanya kepadanya. Dan satunya yang tengah memainkan Hanphone nya dengan cukup serius.

Mencoba mendapatkan teman dengan senyum ramah nya. Naruto tidak peduli jika dirinya harus berteman dengan siapa. Asalkan memiliki sifat yang baik, dirinya akan sangat senang. Dan jika boleh berharap. Dirinya akan berharap kembali kepada tuhan. Dirinya menginginkan teman. Jujur, dirinya sangat sedih jika mengingat dirinya tidak memiliki banyak teman seperti remaja-remaja seusia nya.

Dan pria yang memiliki poni menutupi satu matanya tersebut hanya terheran saat melihat anak di hadapanya tersebut tidak menjawab pertanyaan darinya. Akan tetapi, dengan tersenyum sejenak dirinya sendiri melihat tangan anak bersurai pirang tersebut bergerak cepat menggoreskan tinta di atas buku kecil. Tetapi yang cukup membuatnya terheran bukanlah melihat kelakuan anak tersebut. Semuanya jelas, karena tidak lain melihat kecepatan luar biasa saat tangan anak bermatakan Shaprie mengoreskan tinta tersebut..

'Maaf paman, aku seorang tuna laras. Aku murid baru. Dan namaku Uzumaki Naruto.. Salam kenal.!' Dan seperti hal yang terjadi sebelum-sebelumnya. Setelah menggoreskan tintanya, Naruto sendiri dengan perlahan mengangkat memperlihatkan buku kecil bertuliskan balasan dari pertanyaan pria di hadapanya tersebut.

"O-oh.. Maafkan aku nak.. Aku tidak bermaksud." Dan sebagai jawaban. Naruto hanya menggeleng lemah membuat beberapa helai rambutnya bergerak mengusap halus keningnya sendiri, tentu hal tersebut di lakukan dengan senyum yang masih terpati di wajah tampanya. Di sisi lain. Pria itu sendiri hanya tersenyum saat memahami arti dari gerakan kepala anak di sampingnya tersebut..

" Kau anak yang baik nak. Sebagai gantinya aku akan mengantarmu ke ruangan nona Tsunade. Kotetsu.! Kau bejaga sebentar, aku akan mengantar Naruto-san ke ruangan nona Tsunade, dia murid baru.." Mendengar seseorang memanggilnya. Pria dengan perban melintang menutupi sebagian hidung tersebut menoleh menatap temanya sendiri, sebelum pada akhirnya. Mata tersebut bergulir menatap anak yang kini tengah berdiri di samping temanya tersebut. Dan untuk sesaat dirinya sendiri dapat melihat posisi tangan anak tersebut tengah memperlihat kan buku catatan kecil dengan beberapa tulisan di atasnya.

"Ohh. Jadi murid baru yah.. Perkenalkan namaku Kotetsu, dan dia yang akan mengantarmmu ini bernama Izumo.. Salam kenal." Membungkuk hormat sesaat. Naruto sendiri memberi bentuk hormat kepada pria yang sempat di sebut Kotetsu tersebut setelah sebelumnya menyimpan catatanya terlebih dahulu.

"A-ah. Kau anak baik Naruto-san.." Jujur sampai saat ini Kotetsu, mereka berdua hanya di anggap remeh oleh beberapa murid di Konoha hight schooll. Jangan kan membungkuk memberi hormat. Untuk menghormati sebagai yang lebih tua pun mereka jarang mendapatkan hal tersebut dari murid-murid di sekolah ini. Apalagi untuk seukuran murid laki-laki. Dan jujur, karena alasan itu juga, saat ini Kotetsu merasa gugup berhadapan dengan anak bersurai kuning tersebut. Yang akhirnya mengabaikan game yang tengah di mainkan di Handphone nya sendiri.

"Sudahlah Naruto-san, kita abaikan Kotetsu. Lagipula ini sudah jam masuk kelas.." Naruto dan Kotetsu, Keduanya menatap Izumo saat mendengar suara yang berasal darinya. Dan dengan itu, Naruto hanya mengangguk paham. Berbeda dengan Kotetsu yang kini tengah memberi lirikan tajam yang di tunjukan kepada Izumo.

.

.

.

.

Kali ini, jujur Naruto merasa bahagia. Walaupun belum ada pernyataan secara lisan. Akan tetapi Naruto cukup senang dengan apa yang di dapat kali ini. Dua teman baru..

Meskipun terdengar berlebihan untuk hanya seukuran mendapat teman baru. Tetapi percayalah, hidup dengan hanya beberapa orang yang mau menjadi teman, adalah hal yang akan cukup membuat orang tersebut merasa sedih. Dan bahkan untuk seorang raja pun, Naruto sangat meyakini. Raja tersebut akan merasa jenuh..

Berjalan tertatih. Mata berwarnakan Shaprie tersebut kini tidaklah berhenti menatap ornamen-ornamen megah dari setiap bangunan yang berdiri di Konoha Hight schooll. Cukup megah jika untuk seukuran sekolah umum. Tetapi ini bukanlah sekolah biasa. Jika di perhatikan. Untuk ukuran sekolah sebesar ini. Ini terlalu sepi, tetapi tentu saja kan.? Ini jam masuk kelas..

Meskipun tengah berjalan, Naruto hanya dapat berjalan lambat. Hal yang membuatnya sampai saat ini masih berada di tengah lusanya halaman sekolah. Dirinya sungguh merasa sangat beruntung saat sekolah ini mau menerimanya. Sekolah yang luar biasa. Gedung yang memiliki lebar melebihi stadion lapangan Football, meiliki tingkat bangunan sampai lantai dua puluh, tentu saja sangat luar biasa untuk seukuran sekolah. Belum lagi banyaknya pohon yang tumbuh di halaman atau bahkan sekeliling sekolah. Membuatnya terliat terasa nyaman meskipun di lihat dari manapun. Tetapi di balik ini semua, Naruto sadar bahwa dirinya harus bekerja lebih keras. Karena jika mengandalkan Kushina untuk pembayaran. Naruto sungguh akan merasa bersalah..

"Shut..!" "Tap.!"

"Izumo..! Cepat tutup gerbangnya..! Kekai akan di perkuat.!" Belum selesai mengamati bangunan-bangunan sekolah. Naruto terlonjak kaget saat mendengar adanya suara tepat di hadapanya tersebut. Pria bertopeng aneh dengan bentuk hewan tengah berdiri dengan posisi siaga menghadap bangunan utama tepat di hadapanya. Lenganya sendiri kini tengah menggenggam erat katana panjang berwarna hitam.

"Tunggu dulu.! Apa maks-"

"Blarrr..!" Belum sampat menyelesaikan ucapanya. Izumo menggerakan kepalanya cepat saat suara ledakan besar muncul dari arah gedung utama sekolah. Ledakan yang tepat berada di bagian atap sekolah. Dalam keterjutanya sendiri, Naruto menatap dengan mata Shaprienya. Mencoba mengetahui hal yang tengah terjadi.

Dan, tepat seperti dari asal ledakan sebelumnya. Kepulan asap kini telah menutupi hampir dari setengah bagian atas atap sekolah tersebut sehingga secara otomatis berhasil membuat pandanga dari Naruto sendiri terlahang.

"Hheee.! Hanya inikah.? Apa benar..?" Tanpa mengalihkan pandanganya. Dalam keterkejutanya Naruto dengan cepat menajamkan penglihatanya saat sesaat sebelum telinganya mendengar suara yang tepat berasal dari kepulan asap tersebut.

"Neko..! Apa yang terjadi..?" Sedangkan di sisi lain, melihat ledakan tersebut. Izumo sendiri tidak bisa membuat dirinya sendiri menahan diri untuk tidak bertanya. Mencoba mencari tahu hal apa yang telah terjadi sebelumnya kepada Anbu ber kode name Neko tersebut.

" Dia Kazu.. Dan dia nomor 3.." Tanpa melepas pandangan dari arah ledakan. Jawaban di berikan dengan cepat keluar dari balik topeng berwarnakan putih tersebut.

Dan setelah itu, Izumo sendiri hanya diam menatap dengan pupil melebar. Meskipun angin tengah cukup kenjang bertiup. Tapi entah mengapa keringat telah bercucuran membasasi pelipisnya sendiri. Sedangkan Naruto sendiri hanya menatap takut ke arah suara di balik kepulan asap. Meskipun dirinya yakin tadi itu suara seorang perempuan. Akan tetapi entah mengapa rasa takut tiba-tiba telah datang tersebar bersama dengan suara tersebut.

Sedangkan di sisi lain. Di balik kepulan asap. Wanita itu hanya tersenyum setelah sebelumnya menoleh ke belakang untuk melihat suasana di balik punggunya tersebut. Dan setelah itu. Dirinya sendiri tidak dapat menahan seringaianya ketika mendengar percakapan kecil dari satu Anbu yang tersisa dengan satu dari dua orang yang tengah menatap ke arahnya tepat di bawah bangunan..

"Hihihihi.. Tidak perlu mendengar percakapan mereka.. Yang penting Oni-chan senang.." Dan dengan bisikan kecil yang di keluarkan entah pada siapa. Satu loncatan kuat membuat dirinya bergerak sangat cepat mengarah ke tiga orang tersisa. Meninggalkan puluhan Anbu di belakang punggungnya yang telah tergeletak dengan darah menggenang...

.

.

.

...AR... .. ...

.

.

.

"Dan untuk membuat jutsu ini sangat efektif tentu saja control cha-"

"Aku muak Kakashi-sensei.!" Belum sempat penjelasan darinya selesai. Teriakan keras dari satu sekian banyak murid di hadapanya membuat dirinya menatap ke asal suara. Dan meskipun dirinya sudah cukup terbiasa. Tetapi, dirinya yakin ada yang berbeda dengan teriakan kali ini.

"Ada yang salah Hyuuga-san.?" Membalas perkatan murid perempuanya itu. Kakashi sendiri hanya terdiam saat mengetahui pemilik dari teriakan sebelumnya. Hyuuga yang berbakat...

"Kau terlihat bodoh dengan pertanyaan itu. Kakashi-sensei.." Semua murid akhirnya menatap langsung ke arah murid pemberani tersebut. Yah, karena meskipun sebelumnya sempat berteriak. Akan tetapi hal tersebut bagi mereka adalah hal yang cukup wajar. Dan bahkan tetiakan sebelumnya tidak membuat mereka menoleh melihat ke asal suara. Temanya ini cukup istimewa.. Dan mereka masih bisa memakluminya..

"Yare.. Yare.. Sepertinya aku harus mengajarkan sopan-"

"Lakukan itu setelah Aku membunuh pengganggu di luar sanah. Sungguh, aku tidak peduli dengan mayat-mayat Anbu tak berguna di sanah. Aku hanya ingin.. Bersenang-senang.."

"H-hinata-chan. Apa maksudmu.? M-mayat..?" Dan perkataan kali ini yang akhirnya menjadi awal keributan dari murid di dalam kelas tersebut. Seorang berambut pink tepat di samping meja dari Hinata sendiri yang akhirnya mengeluarkan satu pertanyaan yang mungkin pada saat ini adalah suatu pertanyaan yang sama berada di benak semua murid di kelas tersebut..

"Jangan panggil aku dengan embel-embel menjijikan Haruno-san. Kau.. Bodoh." Mendengar balasan dari Hinata sendiri. Gadis culun berkaca mata besar itu sendiri hanya terdiam menunduk meremas kotak pensil yang sebelumnya memang tengah dirinya genggam dengan kedua tanganya. Bibir bawahnya sendiri dirinya gigit pelan mencoba menghilangkan perasaan mengganjal di hatinya.. Dirinya hanya bisa tertunduk dalam diam. Memalukan.. Hal, yang sudah terbiasa..

"Ma-maafkan Aku Hyuuga-san.." Semua murid hanya menatap bosan ke arah Sakura, beberapa dari mereka bahkan ada yang hanya memutar matanya bosan melihat sifat dari gadis merah jambu tersebut. Akan tetapi di sisi lain berbeda dengan Kakashi, meskipun banyak beberapa expresi yang berbeda-beda dari beberapa murid. Tetapi tatapan datar khas seorang pemalas masih tetap dirinya perlihatkan dari awal dirinya mendengar teriakan dari Hinata sendiri..

"Apakah aku bisa mempercayai perkataanmu Hyuuga-san.? Darimana kau mengetahui hal tersebut.." Dan satu pertanyaan dari sang Sensei hanya di balas dengan perubahan mata yang signifikan dari seorang Hyuuga Hinata yang kini tengah mendongak tajam ke arah langit-langit kelasnya tersebut..

"..."

"Merepotkan.." Dan entah sejak kapan.. Salah satu murid termalas di kelas kini telah terbangun, lantas mengeluarkan suaranya setelah melihat akhir dari perdebatan yang terjadi di kelasnya tersebut..

.

.

.

...AR... .. .

.

.

.

"Jrassshh..!" Wanita itu hanya menatap datar wajah anak di hadapanya tersebut. Dia yang terakhir.. Tangan putihnya sendiri kini masih tetap terdiam dengan jutsu petirnya. Cahaya dari sekitarnya sendiri etah mengapa terlihat sedikit meredup saat jutsunya tersebut masih setia berada terdapat di tanganya tersebut.

"Clak..!" Satu tetes darah terjatuh ke tanah. Membuat bayangan tubuh dari anak di hadapanya tersebut bertambah kelam tertutupi tetesan darah yang bertambah banyak. Bahkan tanganya sendiri telah memiliki warna baru akibat darah yang menempel di kulitnya.

"Ara.? Habis.? Semua habis.?" Entah kepada siapa. Wanita tersebut kembali berbicara. Tiga orang sebelumnya juga telah berakhir dengan meregang nyawa. Mata merah dengan tiga titik khas seorang Uchiha menyala terang bergerak liar tanpa fokus terhadap anak bersurai kuning di hadapanya tersebut. Tetapi hanya sesaat, setelah matanya tersebut akhirnya kembali menatap tubuh anak di hadapanya tersebut. Tanganya ber arus listrik sendiri akhirnya meredup secara perlahan sebelum pada akhirnya jutsu tersebut menghilang tanpa bekas..

Di tatapnya tubuh anak di hadapnya tersebut. Lebih tepatnya ke arah dada kiri yang terluka parah. Membuat lubang menembus hingga punggung. Memperlihatkan beberapa tulang rusuk yang terlihat di rusak secara paksa oleh jutsu buatanya tersebut..

'K-kaa-san.. Maafkan aku.' Dan satu penyesalan terngiang di benak Naruto saat merasakan kehampaan yang tepat berada di dada kirinya. Air mata sendiri telah mengalir deras dari mata Shaprienya yang sampai saat ini masih saja membulat merasakan sakit luar biasa dari luka tersebut.. Menetes secara perlahan hingga pada akhirnya berhenti saat matanya tertutup secara perlahan..

"Tes..!" Berbeda dengan tetesan sebelumnya. Kali ini cukup membuat wanita di tersebut tersebut memandang tanganya yang secara tidak sengaja terbasahi oleh air mata dari anak di hadapanya sendiri. Meskipun begitu.. Tidak ada yang berubah dari expresi wanita tersebut masih tetap datar..

"Mati..? Jangan mati.. Hey..! Nami kan cuman becanda.." Tangan yang sebelumnya di gunakan menghancurkan dada dari anak di hadapnya sendiri kini telah berpindah dari lubang tersebut, perpindah menggerakan tanganya mengguncang perlahan bahu dari anak bermata lautan tersebut. Darah setidaknya menempel di bahu kemeja putih anak tersebut saat tangan penuh darah tersebut memenggang bahu tersebut. Akan tetapi sia-sia. Naruto... Tidak bergerak.. Mati dengan kadaan berdiri. Tongkatnya sendiri entah sejak kapan telah tergeletak di bawah kakinya. Terbasahi oleh genang darah yang menggenang tepat di bawah tubuh tersebut..

"Shut..!" "Tap.!" Mendengar suara di balik tubuhnya, wanita yang menyebut dirinya Nami sendiri menoleh ke arah belakang.. Menatap di sanah ke arah seseorang yang tengah memandangnya penuh Emosi. Rahang dari wajahnya yang mengeras, serta kedua tangan di kepalkan erat. Kepala sekolah, Tsunade senju..

"Tap.!" "Tap.!"

"Tsunade-sama.." Sungguh, untuk saat ini Tsunade hanya memfokuskan segala perhatianya untuk mengamati setiap gerakan dari pengacau di hadapanya. Tiga puluh lebih Anbu bahkan telah dirinya kerahkan saat kemampuan sensornya menangkap chakra yang tak asing baginya. Dan bahkan saat ini, dirinya sampai tidak mengindahkan perkataan dua Anbu yang baru saja datang di belakangnya.

"Tsunade-sama." Sama seperti sebelumnya, Tsunade sendiri masih hanya menatap pengacau di jauh di hadapanya tersebut. Kembali tidak mengindahkan kedua Anbu di belakangnya tersebut. Bahkan matanya sendiri masih setia menatap tajam wanita bersurai gelap tersebut. Jika di lihat dari segi penampilan, Tsunade sendiri sudah hafal betul akan siapa seseorang di hadapanya tersebut. Bahkan begitu pula dengan jenis Chakra yang di milik wanita di hadapanya tersebut.

Dengan pakaian khas seorang Miko (Khas Inuyasha) di tambah syal putih panjang yang melingkar di lehernya sehingga menutupi sebagian dari wajahnya. Akan tetapi tetap tidak menghalangi rambut panjangnya yang tengah bergerak liar mengusap di balik punggungnya tersebut.

"Heeehh.? Ada lagi.? Nami pikir anak ini yang terakhir.. Yah, apa boleh buat.." Sharingan yang sebelumnya menyala kini dengan cepat merubah level. Berputar liar sehingga membentuk pola baru.. Mangekyou Sharingan dengan segitiga hitam dari penyatuan tiga titik.

"Brukk..!" Dan dengan satu tanganya, Tsunade sesaat melihat bagaimana wanita di hadapnya tersebut melempar tubuh tak bernyawa di hadapanya tersebut, mengakibatkan tubuh anak bersurai merah tersebut telempar terbentur tanah tepat di bawah kakinya sendiri. Tsunade sendiri seketika mengeratkan rahangnya saat mendengar nada yang terkesan polos dari suara yang di keluarkan wanita di hadapanya tersebut. Meskipun saat ini pola Sharingan berubah. Akan tetapi dirinya sendiri tidak terkejut saat melihat mata tersebut. Sebelum ini pun, dirinya sudah beberapa kali mengahadapi lawan di hadapnya tersebut. Seorang dari Uchiha dengan latar belakang tidak di ketahui. Uchiha Izanami... Nomor 3 dari Kazu.. Memegang nama 'Kebahagian' dari Nomor 10.. Peminpin organisasi Kazu..

Menghentikan bayangan masa lalu, Tsunade sendiri kini hanya mengerahkan tenaganya ke satu titik, tidak memiliki minat berbicara terlalu banyak... Tangan kananya mengerat mempersiapkan mencari pelampiasan dari tekanan kekuata di tanganya tersebut. Dan di akhir, lompatan bertenaga dari Tsunade mengarah cepat ke arah wanita pemilik Sharingan tersebut.

Berbeda dengan Tsunade. Izanami sendiri hanya terdiam menatap sayu ke arah wanita bersurai pirang tersebut. Hanya menetapkan sebagian gerakan tangan kananya bergeser sedikit ke belakang guna mempersiapkan perlawanan dari dirinya. Dan pada kenyataanya, meskipun dirinya mengetahui betul kekuatan dari seorang Tsunade sendiri. Wanita tersebut masih tetap setia mempertahankan posisi tangan hendak memukul dari tangan kananya. Hingga pada akhirnya mata Sharingan membulat memperisapkan tekanan kekuatan dari Tsunade..

"Boomm.!" Hingga saat itu juga, ledakan terdengar dari tempat Izanami berdiri. Gelombang angin setidaknya terasa begitu kencang beberapa saat setelah ledakan terjadi. Cukup untuk menerbangkan rambut panjang dari seorang Izanami dan Tsunade.

"..."

"..."

"Lamban.. Hihihihi.. Terlalu lamban Oba-chan.." Dua Anbu sebelumnya hanya memposisikan siaga mereka saat di balik debu tebal menutupi kedua tubuh Wanita tersebut, mendengar salah satu dari mereka mengeluarkan suaranya. Dan tentu saja yang membuat mereka siaga, tidak lain karena suara yang terdengar adalah suara dari pihak lawan.. Sebelumnya memang ledakan kecil tersebut sempat menghasilkan debu dari tanah tandus di sekitarnya sendiri.

"Ohokk.!" Hingga akhirnya, debu yang bertebaran menutupi kedua wanita tersebut secara perlahan memudar. Memperlihatkan keduanya dengan posisi masing-masing.. Tsunade tertunduk dengan kepalan tanganya yang tengah beradu dengan kepalan tangan Izanami. Rambut pirangnya sendiri kini sebagian menutupi wajah dari wanita tersebut..

Berbeda dengan Tsunade.. Izanami sendiri hanya terdiam dengan senyum lembutnya saat matanya menatap Tsunade yang sampai saat ini masih tertunduk dengan kepalan tangan yang terasa masih mencoba menekan kepalan tangan dirinya yang masih beradu. Akan tetapi bukan hanya itu saja, Izanami tidak bisa menahan senyumnya di sebabkan karena melihat bentuk bayangan tangan Hitam yang keluar dari lingkaran tepat di atas perutnya menerjang, menembus perut dari seorang Tsunade senju.. Fatal bagi Tsunade, darah sendiri di muntahkanya saat merasakan bentuk bayangan tangan hitam menembus perutnya..

"Mangekyou, ini kemampuanku Tsunade.. Beruntunglah setelah sekian lama akhirnya ku keluarkan kemampuan mataku ini.. Ku harap kau tidak mati untuk menceritakan kekalahanmu ini kelak ke murid-muridmu di sekolah ini.." Nada yang terkesan dingin, berbeda dari sebelumnya di keluarkan Izanami. Dan entah karena mengalami luka parah, Tsunade sendiri hanya terdiam masih dengan wajah tertunduk. Darahnya sendiri sempat mambasahi atas dari telapak kakinya. Lidahnya merasakan betul darah yang membasahi seluruh mulutnya tersebut. Atau bahkan sebagian tertelan kembali oleh tenggorokanya..

"Bukhh..!" Akan tetapi sebagai balasan tangan kiri Tsunade lah yang akhirnya menjawab.. Tepat menghantam wajah dari Izanami. Karena hal tersebut juga, bayangan tangan Hitam yang tengah menusuk tubuhnya dengan cepat ikut terlempar dengan tubuh Izanami..

"Blaarr..!" Hingga akhirnya berhenti dengan tubuh menghantam keras bangunan sekolah itu sendiri.. Menghasilkan ledakan serta debu yang berterbangan.. Reruntuhan dinding terlihat jelas di sekitar ledakan tersebut. Beberapa dari reruntuhan tersebut terlempar beberapa meter dari tempat asalanya. Di ikuti dengan debu yang menempel di sisa-sisa dinding tersebut.. Sehingga terlihat seperti ekor saat debu tersebut membuat lintasan di udara..

"Tsunade-sama.."

"Aku tidak apa-apa.. Ini tidak akan cukup untuk membunuhku.. Sebaiknya kalian lindungi murid-murid.. Lagipula kalian hanya memanggil namaku sejak pertama kali datang.. Itu tidak membantu bodoh..!" Tsunade menggeram kesal saat dua Anbu bawahan nya tersebut kembali hanya memanggil namanya tanpa adanya pergerakan dari mereka.

"Ha-hai.. Tsunade-sama." Dan dengan jawabanya, kedua Anbu tersebut menghilang dengan Shunshinya. Akan tetapi melupakan hal tersebut sejenak Tsunade menajamkan pandanganya saat di rasa serangan seperti sebelumnya tidak dapat merobohkan Izanami. Luka menganga di perutnya sendiri sedikit demi sedikit tertutup saat Tsunade menyebarkan tanda di dahinya tersebut. Memberikan tubuh yang kembali pulih seperti sedia kala.

Tsunade mengetahui betul kekuatan dari lawanya kali ini. Mereka yang menjadi anggota Kazu sendiri pada kenyataanya memang sangat sulit di kalahkan. Bahkan dari 10 anggota Kazu hanya satu yang dapat di kalahkan dan itu hanya nomor 1.. Yang terlemah. Mayatnya sendiri kini telah di segel oleh pemerintahan Konoha..

"Brukk.!" "Bruk.!" Tsunade sendiri hanya bisa tersentak saat telinganya mendengar suara yang terdengar dari hadapan tubuhnya. Cukup membuat setetes keringat mengalir membasahi pelipisnya saat mendengar adanya suara tersebut. Sebelumnya memang Tsunade sendiri hanya memfokuskan segala pandanganya ke arah tempat di mana Izanami membentur keras dinding. Dan kini pandanganya tertuju seutuhnya ke arah dua tubuh Anbu yang terjatuh dari langit tepat di hadapanya tersebut..

"..."

"Haahh.. Dengan ini hanya tinggal satu. Kau.. Tsunade senju..."

"Deg..!"

"Jraaasshhh..!" Dan pada saat itu juga mata lebar berwarna Coklat tersebut membulat ketika merasa sakit yang kembali Tsunade dapatkan. Hal yang dirinya rasa saat merasakan sebuah tangan kembali menembus perutnya dari arah belakang.. Tubuhnya sendiri kini tengah sedikit membukuk dengan tangan memegang tangan hitam pekak yang tengah menembus tubuhnya tersebut.. Darah yang merembes dari perutnya membasahi sebagian tubuh hingga sampai kedua kakinya sendiri..

"Satu langkah lagi.. Dan setelah ini giliran Suna.." Dan meskipun Tsunade masih sedikit meredupkan matanya akibat rasa sakit yang di dapat. Akan tetapi, Tsunade sendiri sangat yakin.. Matanya menatap bayangan dirinya yang tengah merunduk memegang tangan hitam di hasilkan oleh cahaya matahari di atas nya tersebut. Dan..

Bayangan Izanami yang dengan satu tangan keluar tepat dari balik punggungnya bersiap menerjang kepalanya..

'Si-sial..' Tsunade sendiri hanya mengumpat kesal saat melihat nasibnya kali ini..

.

.

.

"Yaahh.. Jaa ne Oba-chan.."

"Jaa ne.. Uchiha-... san.."

"Jrassshhhh..!" Satu terjangan membuat Tsunade terdiam. Darah yang membasahi kepala bangian belakangnya sendiri begitu terasa hangat saat dengan cepat menembus rambut menyentuh kulit kepalanya. Membuat dirinya terkejut saat dirinya melihat bayangan tepat di bawah kakinya tersebut. Dan sekali lagi, seperti yang telah di katakanya. Meskipun penglihatanya tengah tidak terfokus akibat rasa sakit yang luar biasa. Akan tetapi dirinya kembali yakin untuk kali ini..

Tepat sebelum tangan dari kemampuan Mangekyou tersebut memecahkan kepalanya. Tsunade melihat dengan pasti.. Sosok baru yang datang begitu cepat.. Dan kemudian, menebas dengan cepat kepala wanita Uchiha tersebut hanya dengan tanganya sendiri...

"..."

"Brukk..!" Suara yang di hasilkan tubuh Izanami yang tersungkur di atas tanah tanpa bagian tubuh yang lengkap. Dan sampai saat ini Tsunade masih dapat melihat.. Bayangan seseorang tersebut tengah berdiri di belakangnya dengan angkuh. Tsunade sendiri sangat yakin akan hal tersebut. Dengan tangan terjuntai di kedua sisi tubuhnya. Bayangan kepala yang terlihat entah mengapa seperti tengah menatapnya tajam.. Akan tetapi satu hal yang membuat Tsunade mengerutkan kedua alisnya. Bukan karena efek rasa sakit. Akan tetapi lebih ke rasa ingin tahunya.. Dari bayangan tersebut, Tsunade dapat melihat tubuh seseorang di belakang tubuhnya tersebut memiliki lubang tepat di atas dada kirinya.. Menembus membuat lubang hingga punggun dan kemudian menghasilkan lubang tempat dari masuknya cahaya matahari..

"Aku suka ini.. Lalu, bagaimana jika selanjutnya kau Senju-san.?" Dan saat itu juga, Tsunade hanya dapat membulatkan matanya saat kepalanya bergeser perlahan melihat wajah dari pemilik tubuh tersebut..

'Si-siapa sebenarnya kau... Uzumaki..'

...

...

...

TBC..

.

.

Satu salamku.. Kau Aneh Yamada Senpai..!

12 April