"Youngmin, kita akan kedatangan sepupumu. Itu lho Kwangmin dan keluarganya akan tinggal dirumah kita setahun ini karena rumah mereka sedang dalam masa perbaikan pasca gempa kemarin. Kau tak keberatan kan?" tiba-tiba umma bicara tentang keluarga paman adik kembarnya appa-ku yang akan pindah sementara dirumah ini. Aku tak keberatan soal ini. tapi aku tidak tahu bagaimana sifat sepupu-ku yang bernama Kwangmin itu. Sebenarnya aku kurang akrab dengannya waktu kecil.. entahlah kami bertolak belakang sepertinya. Apalagi nantinya mungkin hanya kami berdua dirumah ini, karena kedua orangtua kami adalah orang yang sibuk.
"baiklah, aku tak punya alasan yang harus menolak ini. Lagipula kita sebaiknya membantu keluarga kita bukan?" dengan senyumku, umma tampak senang dengan ucapanku tadi. Dengan semangatnya ia memelukku sedangkan appa tampak senang juga, terlihat dari wajahnya yang tersenyum seperti itu.
"umma bangga memiliki Youngie yang baik hati ini.. hya~" mungkin tak masalah jika dia tinggal disini. Lagipula memang masalah apa yang akan terjadi.
Title : Nasty Boy | chapter 01
Author : Wonnie^^;;;;
Cast / pair : Boyfriend member. Pairnya bulak balik maybe?=='
Warning : BL/Yaoi, OOC++, ..etc
+++ Happy Reading +++
"Kwangmin bawa barangmu kedalam ya." Terdengar suara umma-ku menyuruh seseorang untuk masuk kekamarku. Apa keluarga paman sudah sampai disini? "Youngmin, tolong buka pintu kamarmu." Lanjut umma-ku, aku segera turun dari ranjang dan membuka selot pintu, ketika aku membuka pintu-nya, aku melihat sosok sepupu-ku.. he.. hei.. kenapa dia? Kenapa wajahnya sangat mirip denganku? Tampan.. ani ani.. aku juga tampan. Tapi sorot mata apa itu? Kenapa tatapannya tajam dan dingin seperti itu?
"ekhm.. Youngmin, ini Kwangmin. Mulai hari ini dia akan sekamar denganmu ya^^ kau kan tahu kamar tamu kita Cuma satu." aku tersadar dari alam pikiranku ketika mendengar suara riang umma-ku. Nani? Sekamar dengaku? Aku sih tak masalah.. tapi aku agak tak enak hati sekamar dengan orang yang asing, ah maksudku belum akrab denganku.
"permisi ahjumma, aku akan masuk. Aku ingin istirahat dulu." Ucapnya sambil mengangkat kopernya. Umma-ku sepertinya sangat menyukai Kwangmin ini.. habis dia terlihat senang sekali sampai aku tak mengerti harus mengucapkan kata senang yang bagaimana yang pas untuk ekspresi umma-ku ini. "ah geurae, masuklah umma akan membawakan es teh lemon untuk kalian. Youngmin bantu Kwangmin menata barangnya ya. haaa senangnya~" Umma-ku semangat sekali, sampai sampai menabrak appa-ku yang sedang membantu appanya Kwangmin membawakan koper. Tapi dilihat-lihat appa kami benar benar kembar identik. Pantas saja kami anaknya bisa mirip juga walau bukan anak kembar.
"a Youngmin, apa kabarmu? Kau tampan ya, sejak kapan kau mengecat rambutmu?" aku memberi salam pada ahjusshi-ku satu ini. Ahjusshi yang satu ini bisa dibilang gaul seperti masih muda, walau appa-ku juga sama sama sifatnya==' aku sudah terbiasa. "Gamsahamnida ahjusshi, aku mengecat rambut ungg kira-kira sebulan yang lalu ahaha.." jawabku kemudian.
"begitu, mohon bantuannya ya Youngmin^^" aku tersenyum lalu mengangguk lalu jihoon ahjusshi kembali mengangkat kopernya kekamar tepat disebelah kamar appa dan umma-ku. Nama appa-ku Jo Sanghoon lalu nama adiknya Jo Jihoon adalah appa-nya Kwangmin. Nama umma-ku Jo Eunsoo, umma Kwangmin blasteran korea-jepang namanya Jo Harumi. Itulah yang kutahu. Kurasa aku harus mulai mengakrabkan diri dengan sepupu-ku itu dari sekarang.
"hei kau, sampai kapan kau mematung disana. Bantu aku melepas kaos ini." Aku terkejut lalu berbalik masuk kedalam kamarku. Melepas kaos tanpa lengan yang dikenakannya? Apa maksudnya? Selanjutnya aku terkejut melihat tangan kanannya seluruhnya diperban sampai bahu-nya. "ba baiklah.."dengan gugup aku perlahan menarik kaos-nya perlahan-lahan dan akhirnya terlepas. "gomawo. Aku pinjam kamar mandimu." Dengan itu, dia menghilang dibalik pintu kamar mandi. Apa itu akibat gempa bumi, sampai tangannya diperban seperti itu?
"Lagipula.." kulirik perutku dibalik kaos yang kukenakan. Datar.==' sedangkan dia.. perutnya terbentuk enam kotak-kotak. Seketika aku merasa.. kalah==' Glekkk~
Cklekkk~
Kurapikan kembali kaos-ku ketika kurasa dia keluar dari kamar mandi. "hei kau.. kau Youngmin, bisakah kau menggosokkan punggungku?" aku terperanjat mendengar permintaan seperti itu. Tapi, itu kan karena tangan kanannya tak bisa digerakkan. Dengan terpaksa kulakukan juga.
"Youngmin.. kau sekolah di sopa, kan?" tiba-tiba Harumi ahjumma bertanya padaku dan kubalas dengan anggukkan karena sedang mengunyah makanan. Kami sedang makan malam bersama. "kalau begitu lebih baik Kwangmin pindah sekolah, kesekolahmu saja ya Youngmin^^" umma-ku dengan semangat menyarankan. Aku hanya bisa meng-iyakan ucapan mereka sedangkan Kwangmin dalam diam tetap memakan makanannya.
"sebelumnya, Kwangmin bersekolah di sma Raira. Dan mungkin bahasa korea-nya sedikit kurang lancar. Jadi lebih baik, kalian bersama- sama." appa-ku menambahkan. Lagi- lagi aku hanya menanggapinya dengan anggukan. "Gochisousama, aku pergi istirahat dulu." Kwangmin menyelesaikan makanannya, lalu meninggalkan kami diruang makan. Apa apaan dia, sedingin itukah?.
Author pov
"Jo Kwangmin desu. Dozo yoroshiku onegaishimasu." Di semester kedua, Hari ini kelas 1-3 kedatangan murid baru. Semua murid memandangnya antusias dan bertanya Tanya ada apa dengan wajah-nya yang mirip anak kelas sebelah. "baiklah, kau bisa duduk di bangku ke-empat dekat jendela itu." Ia-pun menuju tempat duduknya dengan ekspresi datarnya, dan dia mendapati julukan 'si misterius' dari teman-teman sekelasnya.
Kelas berjalan bagaimana semestinya, tenang dan serius. Seorang namja yang paling tak bisa diam mendekatinya saat jam istirahat tiba. "Jo Kwangmin si misterius kelas kita. Perkenalkan aku No Minwoo, namja paling tampan dikelas ini!^^" dengan bangganya namja tersebut mengulurkan tangan kanannya berharap si misterius mau berkenalan dengannya. Si misterius melihat kearah celana si tak bisa diam lalu terkekeh.
"apa yang kau tertawakan?" si tak bisa diam melihat kearah celananya dan ternyata zipper celananya terbuka. Ia buru- buru membenarkannya dengan wajah memerah karena malunya. "yak! Kau harus membayar ini Jo Kwangmin!" selanjutnya si tak bisa diam menariknya keluar kelas menuju kantin. Begitulah Kwangmin mendapatkan teman pertamanya dihari pertama masuk sekolah. Youngmin yang baru saja akan mengunjungi kelas Kwangmin, melihat namja itu ditarik oleh namja tak bisa diam, ia-pun mengejarnya.
"yak! Kenapa kau menariknya seperti itu babo!" Youngmin menjitak kepala namja tak bisa diam yang merupakan sahabatnya sendiri. Minwoo meringis masih menenteng tangan Kwangmin. "memang kenapa?" Tanya-nya, Youngmin menarik Kwangmin dari Minwoo.
"dia ini sedang terluka babo!" Minwoo melirik Kwangmin yang tenang-tenang saja sedari tadi. "kau yang babo! Lihat dia tidak meringis sama sekali. Lihat lihat!" Minwoo menggoyang- goyang lengan Kwangmin dan itu membuat Youngmin syok, dan buru-buru melepas pegangan Minwoo, khawatir tangan namja misterius itu putus ditangan sinamja tak bisa diam. "gwenchana.. ini memang dari awal tidak sakit kok." Kwangmin akhirnya buka mulut melihat kondisi tak kondusif(?) lagi.
"e? tapi kemarin kau meringis kesakitan sampai kau menyuruhku membuka baju dan menggosokkan punggungmu!" Youngmin tak habis pikir sedangkan Kwangmin terkekeh dan Minwoo memandang tak percaya pada Youngmin.
"yaaa.. Youngmin kau sudah seperti istri-nya saja heeee," Minwoo menyenggol- nyenggol lengan Youngmin dengan jahilnya bermaksud menggoda namja itu.
"menurutmu? Oh ya, akrab –akrab denganku ya wahai sepupuku haha," Kwangmin menyilangkan tangannya lalu mengajak Minwoo untuk memilih daftar menu makanan, "kali ini aku yang traktir." Lanjutnya lagi meninggalkan Youngmin yang masih mematung.
"eh! kalian berdua tunggu aku!" akhirnya Youngmin tak mau memusingkan hal tersebut dan pergi menyusul kedua orang tadi.
Youngmin pov
Hap~
Nyem nyem..
Kulahap roti sandwich yang kupesan sambil memandang kearah Kwangmin yang dengan tenang menyeruput spageti, walau sedikit kesulitan sepertinya. dia ini sebenarnya orang yang bagaimana sih? Dirumah dia seperti orang yang dingin, disekolah sok misterius, didepanku dia orang yang jahil. _ semakin kupikirkan, kepalaku mendadak pusing. Lebih baik aku tak memusingkan hal ini lebih lanjut.
"Kwangmin kau sepupu-an dengan Youngmin? Memang benar kau pindahan dari ikebukuro jepang? Bukankah disana banyak sekali genk? Dan sekarang kau tinggal dengan Youngmin?" Minwoo yang tak bisa diam ini tiba-tiba memberondong pertanyaan, anak ini terkadang membuatku sedikit sebal ketika dia sudah menampakkan keaktifannya. Kulihat Kwangmin tenang saja, kurasa mereka cocok.=='
"kau tidak lihat wajah kami? Kalau benar aku dari kota itu apa yang kau inginkan? Kalau aku memang termasuk anak salah satu genk itu apa kau takut? Jika kau ragu kau bisa main kerumah Youngmin pulang sekolah nanti. Apalagi yang ingin kau selidiki tentangku? Kau menyukaiku?" Jawab Kwangmin panjang lebar, membuat kami berdua menganga karenanya. Apa pertanyaan terakhirnya? Kurasa sepupuku ini, bisa dikatakan aktif seperti Minwoo=='
"ehh.. nanti kupikirkan lagi haha, tentang aku menyukaimu.. mungkin itu ada benarnya juga hihihi, tak apa kan Youngmin?" Minwoo beralih duduk disebelah Kwangmin sambil menggelayuti tangan kiri Kwangmin seperti semua yeoja lakukan kepada namjachingunya. "kalau begitu tolong suapi aku." Balas Kwangmin santai. "baiklah~" sial, aku melihat pasangan tak terduga. Kenapa tidak daritadi bilang minta disuapi, ish.
"kalian membuatku sakit mata!" dengan kesal aku meninggalkan mereka menuju kelas terlebih dulu. Apa-apaan itu, sepertinya Kwangmin seorang womanizer plus manizer melihat dari santainya dan katanya dia seorang gangster. Kenapa aku jadi sebal-sebal tak karuan begini? Bikin tambah sebal saja!
…
"hei, kacamata. Berikan uangmu hahaha." Tiba-tiba suara gaduh memecah keadaan damai. Disana, dipintu masuk kantin, beberapa murid laki laki dan diantaranya teman sekelas si namja misterius dan si namja tak bisa diam. Awalnya si namja misterius tak mau peduli. Itu berubah saat melihat namja berkacamata yang saat ini sedang diisengi oleh teman sekelasnya yang bernama Shim Hyunseong, namja kacamata itu mengingatkannya dengan temannya di Raira.
"hahhh si Hyunseong itu berulah lagi~ a! Kwangmin? Mau kemana?" Tanya Minwoo melihat Kwangmin berdiri dari kursinya dan berjalan santai menuju meja dimana para yeoja sedang membenarkan riasannya, Minwoo bingung melihat Kwangmin mengambil salah satu benda milik yeoja tersebut dan kembali berjalan menuju Hyunseong yang masih asik memalak si namja kacamata.
"hei, kemarikan uang itu." Kwangmin menempelkan ujung benda itu ke tengkuk Hyunseong. "saatnya kuis, benda ujung tajam ini bisa menembus tengkukmu? Benar atau salah?" Hyunseong mematung dan tak berani menengok kebelakang. Ia melirik anak buahnya yang menyeringai dan menggeleng. Lalu dengan percaya diri.
"aku tahu itu hanya tipuanmu. Tentu saja salah!" ucapnya dengan tenang. "oke, kita buktikan apa ucapanmu benar." Kwangmin menekankan sedikit benda yang dipegangnya, dan berhasil sedikit membuat Hyunseong meringis kesakitan atau ketakutan?.
"ya! ya! kau gila! Ini.. ini kuserahkan padamu!" akhirnya ia menyerahkan uang hasil palaknya pada Kwangmin dan si namja misterius itu menerimannya. "kemarikan juga yang ada disaku-mu." Kwangmin makin menekankan benda itu dan Hyunseong mengikutinya saja dan memberikan uang yang ada di saku celananya.
"Arigato.. ba~ ka~" Kwangmin ber-smirk ria, lalu menarik namja kacamata itu untuk duduk bersama Minwoo. Sementara Hyunseong dan anak buahnya, kabur dari kantin. Semua orang menatap Kwangmin seram. Kwangmin mengembalikan benda yang digunakannya kembali pada pemiliknya.
"kau menakutinya dengan gunting kuku? Hahaha.." Minwoo tertawa terbahak- bahak diatas meja, namja kacamata itu tampak takut pada Minwoo dan Kwangmin. "ano.. ini uangmu Shion." Ucap Kwangmin menyerahkan semua uang hasil rampasannya(?) tadi pada namja kacamata yang duduk di depannya.
"ahhh ahh Gamsahamnida~ ta tapi namaku Jeongmin.." ucap namja kacamata itu yang bernama lengkap Lee Jeongmin, Kwangmin menatap Jeongmin datar. "yang mana sajalah, mirip sekali sih."
Jeongmin pov
Kujatuhkan tubuhku diatas ranjang. Menatap langit- langit sambil mengingat kejadian disekolah. Kuacungkan lalu kuperhatikan tangan kiriku yang ditariknya saat itu. Dia, namja.. yang berambut hitam, tubuh tinggi dan tangannya besar dan hangat.
"ani ani.. apa yang kau pikirkan!" kutangkub wajahku dengan kedua telapak tanganku. Panas. Kurasakan wajahku panas sekali.
Youngmin pov
"apa-apaan kau! Sok pahlawan tapi kau malak juga!" omelku pada Kwangmin saat kami berdua sedang berjalan didaerah yang agak sepi. Tapi dia sama sekali tak menanggapi ucapanku, aku tak benar- benar kembali ke kelas saat itu, entah kenapa aku ingin men-stalk Kwangmin dan Minwoo. Karena kesal tak mendapat respon, kuinjak kakinya.
"aaaawwwhhh.. baka! Nan desu ka!?" aku terkejut walau aku tahu dia akan berteriak, konyol. Dia terlihat melepas sesuatu ditelinganya.. ehhhh? Jadi aku sejak awal mengoceh sendiri. Ya tuhan kuatkan hati ini untuk menghadapi makhluk macam dia.
"apa masalahmu, kuning!?" ucapannya sukses mengundang delikkan mautku. "kau! Kau sejak kapan memakai earphone!?" teriakku kesal dan malah dibalas tatapan innocent silly darinya. Grrhhh, dia sudah membuatku kesal entah berapa kali seharian ini.
.
.
.
my room (with Kwangmin==')
"Kwangmin.." aku hendak memanggil Kwangmin untuk makan malam, namun kudapati dia sepertinya tertidur di ranjang kami. Aku sudah bisa merelakan ranjangku untuknya juga==' kudekati dia perlahan. Hey, ini seperti bukan diriku saja.
"Kwangmin.." kutepuk pipinya pelan seperti takut diserang tiba-tiba jika dia marah dibangunkan. Tidurnya damai sekali, manisnya~ aku seperti memiliki adik hmm~ biarkan saja dia tidur, itung itung aku bisa tenangkan hatiku=='
Author pov
"Hyunseong, kenapa leher belekangmu diplester? Kamu berantem lagi?" Tanya seorang yeoja paruh baya kepada namja muda yang sedang memakan makan malamnya. "ani eomma, aku hanya terkena goresan tumpukan buku yang jatuh." Ucap namja muda bernama Hyunseong itu.
"oh ya Hyunseong, kakakmu akan pulang dari studi singkat musiknya di seattle. Lalu ia akan melanjutkan kuliahnya di kirin university samping sekolahmu." Umma-nya dengan semangat menuangkan sup ke mangkuk dan menaruhnya di depan Hyunseong. "ouh Donghyun hyung pulang juga, sepi sekali tak ada yang bisa kuajak bertengkar selama dia pergi." Ucapnya dan kemudian sebuah jitakkan mendarat mulus dikepalanya. "setelah dia pulang, jangan mengajaknya bertengkar. Walau dia kakak angkatmu, dia sangat menyayangimu anak babo!" ucap yeoja itu setengah kesal.
"benar Hyunseong. Dia selalu bicara tentangmu dengan appa dan umma. Jadi akrablah dengan Donghyun." namja paruh baya yang tak lain adalah appanya, akhirnya menyahut. "ne ne.. arrasseoyo." Kedua orangtuanya tersenyum mendengar ucapan anak bungsunya.
"oh ya, tadi Jeongmin datang. Dan menitipkan ini pada umma, katanya ini milikmu." Ummanya memberikan sebuah amplop putih pada Hyunseong, sementara Hyunseong yang mendengar nama Jeongmin lalu tersedak. "Jeongmin tadi kesini? Kenapa umma tak memanggilku?" protesnya dan dibalas jitakkan kasih sayang dari appa-nya kali ini. Dilihatnya isi amplop putih itu. Didalamnya beberapa lembar won, yangpasti itu uang yang dipalak namja seram dikantin yang menyebabkan tengkuknya di plester begini. Ia sedikit kecewa.. karena sebenarnya ia mengira isi amplop itu adalah surat cinta.
"umma-mu sudah memanggilmu, tapi kau bilang tak mau." Jawab appa nya setengah kesal. "ne ne mianhae.. aku selesai. Appa umma, aku pergi dulu."secepat kilat Hyunseong sudah pergi dari rumah.
"sepertinya dia menyukai Jeongmin dari keluarga Lee yang tinggal di belokan sana."
"sepertinya.. hihi"
.
.
.
Ting tong
Cklekk
"hh Hyunseong! Ah ..ada apa kemari?" ucap namja kacamata bernama Lee Jeongmin yang baru saja membuka pintu. "sebaiknya kau mempersilakan aku untuk masuk terlebih dahulu." Hyunseong masuk begitu saja, namja kacamata itu mau tak mau mengikuti Hyunseong yang berjalan menuju kamarnya.
"siapa yang datang oppa? Ohh.." seorang yeoja yg lebih muda dari namja kaca mata itu menutup mulutnya saat melihat Hyunseong. "ah oppa, aku akan tutup mulut dan takkan bilang pada umma dan appa bahwa oppa punya namjachingu! " lanjutnya.
"Hyowonnie dia bukan siapa- siapaku~ Ber berhentilahbersikap sesenang i itu!" dengan sedikit gagap bercampur malu namja itu menyusul Hyunseong masuk ke kamarnya.
"aku akan bawakan jus jeruk kekamarmu oppa! Xixixi"
"tidak usah repot- repot Hyowonnie, di dia akan segera pulang!"
Jeongmin's Room
"Jeongminnie~ kau marah padaku? Mianhaeyo.." Hyunseong mengisyaratkan Jeongmin untuk duduk disampingnya diatas ranjang namja kacamata itu. Jeongmin dengan takut- takut duduk disamping Hyunseong. "aa aku tidak marah.. jeosonghamnida Hyunseong-sshi, ada apa kemari~"
"kau kira, kau bebas tadi siang gara-gara namja sok pahlawan itu? Jangan lupa kau berhutang kaca spion dan goresan motor sportku." Hyunseong melingkarkan lengannya di pinggang Jeongmin yang sangat terlihat begitu risih dan tak nyaman. "mi mian T^T aku.. aku aku segera menggantinya jika aaa aaku sudah mengumpulkan uang~" Hyunseong tersenyum licik lalu mencengkram erat dagu Jeongmin hingga saling menatap. Bagi Hyunseong, Jeongmin terlihat berkali- kali lipat sangat manis dilihat dijarak sedekat itu.
Sebenarnya semenjak insiden hampir menabrak Jeongmin , saat ia membanting stang motornya dua minggu yang lalu.. melihat Jeongmin yang datang menolongnya yang tersungkur di tanah aspal, wajahnya penuh Khawatir dan ketakutan. Dimata Hyunseong terlihat seperti malaikat. Namun, melihat ekspresi ketakutan Jeongmin yang bukan ketakutan akan dirinya yang terluka ,tapi ketakutan karena mengetahui ia seorang berandalan.. ia sulit bersikap baik padanya. Dengan paksaan, jika selama Jeongmin belum membayar ganti rugi motor dan tubuhnya yang luka, Jeongmin harus mau melakukan apa saja yang diperintahnya.
"karena kau lama membayarnya, aku meminta bunga terlebih dahulu." Dengan cepat Hyunseong menggigit kecil leher Jeongmin. Namja kacamata yang tergolong cantik itu mengerang kesakitan dan mulai terisak. Ia tak bisa menolak, ia tak punya alasan untuk melawan karena ketakutannya lebih besar terhadap Hyunseong.
Brakkk!
"apa yang kau lakukan pada oppa-ku, namja brengsek!" untungnya yeodongsaeng Jeongmin menyelamatkannya dari Hyunseong. "pergi! Jangan datang kemari lagi!" jerit yeoja itu sambil melempari Hyunseong dengan barang- barang yang bisa diraihnya hingga mau tidak mau Hyunseong harus pergi dari sana.
"oppa.. apa yang dia lakukan padamu? Gwenchana?" yeoja itu memeluk kakaknya untuk menenangkan namja itu. Dengan pelan ia mengangguk mengisyaratkan 'gwenchana'
Sea-Tac Airport, Seattle
"be careful on the way Donghyun."
"okay, I go first. Bye."
"okay, bye.. I hope we can meet again."
Pip
+++ TBC +++
Seattle tuh kota awal mula Rock n Roll, maybe? judulnya bahaya==' tapi engga tau nyampe apa kaga bahayanya==' ane juga gg ngerti. Comeback setelah ngilang beberpa lama rasanya tuh… ==' engga tau harus ngetag siapa. mind to coment?
