Victoria

Hetalia © Himaruya Hidekaz

Black Butler/Kuroshitsuji © Yana Toboso

Story © Emillia Kartika / Me

08/12/2015


Normal P.O.V

.

.

.

Kalaupun kedua Negara atau lebih tidak memiliki sejarah bersama sekalipun, personifikasi negara tersebut tetap dapat bergaul satu sama lain sebagai makhluk yang hidup.

Dalam rangka memperingati pertemanan Asia dan Eropa, sebagai personifikasi maupun Negara, diwakilkan satu personifikasi Negara Asia dan Eropa dari wilayahnya masing-masing untuk datang ke sebuah pertemuan.

Pertemuan ini dihadiri oleh:

Belarus, England, France, Greece, Hungary, India, Indonesia, Japan, Russia, dan Turkey.

Sepuluh nation-tan itu terduduk melingkari sebuah meja yang bundar.

Seharusnya Germany datang untuk memimpin pertemuan itu, namun sayangnya ia telah berjanji untuk berlatih dengan Italy di hari itu.

Sehingga, yang memimpin pertemuan mereka adalah…

"Ehem," dehamnya untuk meminta perhatian nation lain.

"Baiklah, karena Germany tidak hadir, aku, England, akan memimpin pertemuan hari ini. Kita akan memulai pertemuan dalam memperingati Asia and Europe Friendship 2015. Wakil dari wilayah silahkan mengangkat tangan saat dipanggil dan sebutkan namamu dan negaramu," ucapnya seraya melirik ke para nation satu per satu.

"Baiklah, akan kumulai dari Asia, Asia Tengah,"

Seorang pria berhelai perak dengan syal yang memeluk lehernya mengangkat tangannya seraya menyebutkan namanya, "Russia, Ivan Braginski, da"

"Tapi kau bukan—kukira Kazakhstan bilang bahwa ia akan menghadiri rapat ini?" tanya England

"Ah, soal itu, da. Kazakhstan dan yang lainnya bilang bahwa mereka ada pertemuan mendadak, da. Lalu aku dengan senang hati menawarkan diriku untuk mewakilkan mereka, da~" senyum Russia yang entah mengapa membuat beberapa nations bergidik ngeri.

"Apa mereka benar-benar menerima tawaranmu itu dengan tulus, Russia?" tanya England

"Tentu saja, da. Aku telah menawarkannya dengan baik," senyum Russia sebelum kembali melanjutkan perkataannya, "Walaupun ada sedikit dorongan yang kuperlukan agar mereka tidak ragu, da" kekeh Russia seraya menggumamkan perkataan laknatnya, kolkolkolkol. Hampir semua nations bergidik ngeri mendengarnya, minus seorang gadis yang terlihat bingung mengapa temannya menggumamkan nama sayuran.

"B-baiklah jika itu yang kau mau. Asia Timur,"

Kali ini seorang pemuda bersurai hitam yang dipotong dengan model Hime cut dibelakang kepalanya dengan kimono yang memeluk tubuhnya mengangkat tangannya disamping bahu.

"Japan, Kiku Honda, yoroshiku onegaishimasu," salamnya seraya membungkukkan badannya.

"Ah, Japan. Tidak perlu begitu sopan. Bagaimana dengan China? Biasanya dialah yang datang mengikuti pertemuan seperti ini. Ah! Bukannya aku tidak menyukai kehadiranmu!"ujar England seraya meminta maaf kepada sang personifikasi Jepang atas perkataanya tadi.

"Hai. Tidak apa-apa, Igirisu-san. Selain itu, tentang China-san…Ia mematahkan pinggangnya…lagi," jawab Japan, pandangannya terarah ke sisi meja sampingnya, terlihat memikirkan bagaimana itu bisa terjadi lagi.

"Ah…Sudah setua apa dia…Baiklah, kirimkan salamku padanya,"

"Hai."

"Baiklah, sekarang. Asia Tenggara,"

Terlihat seorang gadis mengacungkan tangannya di udara. Sang gadis memiliki surai hitam yang diikat menjadi kucir kuda, dihiasi dengan bunga kamboja dan melati yang mengiringinya. Badannya dibalut dengan kebaya berwarna kuning serta kain batik digunakan sebagai bawahannya. "Indonesia, Kirana Nesia Maharani, senang bertemu denganmu,"

England menganggukkan kepalanya, kemudian melanjutkan absennya.

"Asia Selatan,"

Seorang pria yang surai cokelat kehitamannya disisir kebelakang dengan tilaka yang menghiasi dahinya mengacungkan tangannya. Pria itu menggunakan setelan berwarna hitam dan sarung tangan berwarna hitam, bersama dengan sebuah fedora yang menghiasi kepalanya, "India, Neeraja Patel,"

"Asia Barat,"

Seorang pria bertopeng putih dengan dua keriwil yang mencuat di atas surai cokelatnya, dekat dengan lehernya, mengangkat tangannya, "Turkey! Sadik Adnan!" lantas, ia tertawa.

Selesai mencentang daftar hadir para nations Asia dan mengabaikan Turkey, England membalik kertas tersebut.

"Baiklah, sekarang mari lanjut ke wilayah Eropa. Aku, England, atau Arthur Kirkland mewakili Eropa Utara. Sekarang, Eropa Barat,"

Pria bersurai blonde sepundak mengedipkan iris sapphire kanannya seraya mengacungkan tangannya yang melingkari setangkai mawar merah. "Oui! Diriku, France, Francis Bonnefoy, hadir untuk mewakili Eropa Barat~" Arthur mengabaikan yang satu ini.

"Eropa Tengah,"

"H-hei—"

Sebelum France dapat menyelesaikan perkataannya, seorang gadis bersurai auburn yang dihiasi dengan bunga Geranium merah muda mengangkat tangannya. "Hungary, Elizaveta Héderváry," senyumnya.

"Eropa Selatan,"

Beberapa detik setelah itu, tidak ada respon. "Eropa Selatan?" ulang England.

Turkey memukul-mukul punggung seorang pria dengan dua keriwil yang mencuat diatas kepalanya yang bersurai cokelat itu seraya tertawa-tawa. Pria itu tertidur pulas sebelum dibangunkan olehnya.

Pria itu mengerang karena tindakan Turkey sebelum mengenalkan dirinya, "Greece, Heracles Karpusi…" dengan itu, Greece kembali tertidur.

England berdeham, sebelum kembali melanjutkan tugasnya.

"Eropa Timur,"

Seraya memandang tajam, seorang gadis dengan surai pirang platinum dengan pita putih menghiasi surainya mengangkat tangannya. Menatap kakaknya, ia berkata, "Belarus, Natalia Arlovyskaya. Calon istri dari Russia, Ivan Braginski," yang disebut namanya bergidik ngeri seraya berteriak histeris. "EEEEEEEK—"

Dan terjadilah kejar-kejaran antar kakak-beradik itu. Tidak ada yang berani memberhentikan mereka, jadi mereka biarkan mereka berdua ber-asmara.

England berdeham, meminta perhatian nation yang lain.

"Baiklah, kita berkumpul pada hari—"

"Yo! Hero datang! Hahahahaha!" suara seseorang yang familiar terdengar di telinga mereka.

"A-America! Apa yang kau lakukan disini!?"tanya England yang terlihat kaget

Sang 'hero' hanya tertawa, kedua tangannya berada di pinggang. Lalu, ia menjawab, "Hero datang untuk melengkapi pesta ini!"

Para nations mulai berbicara, member kesan ramai dalam ruangan tersebut, ditambah adanya kedua makhluk yang saling kejar-mengejar.

"Siapa bilang ini pesta, git!"

"Ohonhon~ Ayolah, Angleterre~ Bukankah ini pertemuan yang memperingati pertemanan, oui? Kita disini menyebarkan betapa indahnya pertemanan itu~ Bukan untuk menyebarkan keseriusan, Mouton Noir~"

"Tsk, tak bisakah kau lakukan sesuatu yang lebih dewasa, Frog?"

"Hahaha! C'mon, Iggy! Bersenang-senanglah! Lihat, mereka sedang menikmati pesta mereka!"

"Git—" England mengeluarkan tongkat berbintangnya dan mengarahkannya pada kedua nation di depannya.


.

Indonesia's P.O.V

.

.

.

Setelah berbincang dengan Japan tentang seorang kepala pelayan yang tampan dan merupakan iblis, Indonesia memutuskan untuk membaca buku mantra yang dipinjamnya saat terakhir kali ia berkunjung ke markas sihirnya dan teman-temannya.

Buku itu tebal dan berdebu, oleh karena itu ia menepuk-nepuk pelan buku itu. Ditelitinya mantra-mantra yang ada di buku itu. Dalam daftar mantra huruf 'V' , ada satu mantra yang mendapat perhatiannya. 'Victoria'

Memiringkan kepalanya sedikit atas ketidaktahuan, ia melirik pada penjelasannya. Tidak ada.

Ia mulai heran, dan mulai membayang-bayangkan tentang mantra ini.

'Mungkin mantra ini dapat mengubah Arthur menjadi seorang putri?' pikirnya tidak jelas.

'Lebih baik kutanyakan pada Arthur sendiri,' sang gadis berdiri, lantas mendatangi England— tak disadarinya—yang membawa tongkat sihir berbintangnya."Inggris! Apakah kau tahu tentang mantra ini?" tanya Indonesia seraya menunjuk MANTRA dalam buku itu. Ya, mantra. Ia tidak menunjuk judul mantra itu.

England terkedip melihat kedatangan Indonesia, lantas melirik ke mantra dalam buku itu.

"Transfer… ad voluntatem per…Victorian? Mantra apa itu?" gumam England tanpa disadarinya.

"A-Angleterre?"

"Apa, Frog—" saat England menghadap ke France—yang sebagaimana tongkatnya masih diarahkan pada mereka—matanya melebar.

"Bloody Hell"

.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHH!"


.

England's P.O.V

.

.

.

England tersadar. Ia merintih karena entah mengapa kepalanya terasa sakit sekali. Butuh perjuangan untuk bangkit ke posisi duduk.

"Ugh, bloody hell…" gumam England seraya memegangi kepalanya.

Perlahan, ia membuka matanya, lalu melihat lingkungan sekitarnya. Kelihatannya teman-temannya tidak sadarkan diri. Saat ini mereka tergeletak di atas rumput, dibalik pepohonan dan semak-semak yang kelihatannya sudah disusun rapi.

'Dimana ini?' batin England seraya bangkit dan menepuk-nepuk setelan hitamnya. Oh, England saat ini sedang menggunakan setelan berwarna hitam dan sepasang sarung tangan berwarna putih dilengkapi dengan dasi hitam di dalam setelannya yang rapih. Tampang gentleman. Tampang.

Yang England ingat tentang kejadian sebelum ia berada di sini adalah...tongkat sihirnya bersinar hingga melalap satu ruangan dengan cahayanya, lalu….Mereka terjatuh. Dan disinilah mereka sekarang.

"Ugh…" Pandangan England berbalik ke sosok Indonesia yang merintih, menggaruk-garuk kepalanya.

"Oh, kau sudah sadar," ujar England, lebih menyatakan dibanding menanyakan.

"Dimana ini…?" gumam Indonesia namun cukup keras agar dapat didengar oleh England.

England mengendikkan bahunya, lantas mengarahkan pandangannya ke arah lain untuk mencari tahu. "Tidak tahu,"

Gumaman 'dimana ini' mulai terdengar, menandakan bahwa sudah banyak yang tersadarkan.


.

Normal P.O.V

Hungary terbangun dan mengadah, lantas memandang lurus dan menemukan sosok—

"Oh, penyusup?" ujar seseorang yang muncul dibalik semak-semak di depan mereka.

Sosok tersebut membuat Japan, Indonesia, dan Hungary menarik napas.

The One Hell of Butler, Sebastian Michaelis.

Dengan begitu Hungary pingsan kembali.

"Hung—E-Eliza!" pekik Indonesia melihat kawannya pingsan.

"Siapa kamu dan apa yang kau inginkan dengan kakakku!" tanya Belarus dengan nada memaksa seraya menunjuk sang iblis dengan belatinya.

Sebastian menggeleng-gelengkan kepalanya seraya menghela napas, "Betapa unladylikenya anda, nyonya. Dan yang seharusnya menanyakan pertanyaan itu adalah diriku. Siapa kalian dan apa yang kalian lakukan di Phantomhive Manor ini. Tapi, jawablah pertanyaan itu dihadapan tuan muda," Sebastian mengeluarkan tali entah dari mana. Kemudian secepat kilat, para nations telah diikat dengan tali tersebut.

"Hei!" pekik America tidak terima

"Bagi mereka yang menginjakkan kaki di tanah Phantomhive ini tanpa izin, harus menghadapi tuan rumah terlebih dahulu," jelas Sebastian, lantas mulai berjalan beberapa langkah.

Melirik kehadapan nation-tan sekilas, ia berkata

"Ikuti aku,"

Para nations merinding saat berkontak dengan iris Sebastian yang berwarna merah darah(minus Hungary yang masih pingsan dan saat ini digendong bridal style oleh Sebastian). Iris Sebastian entah kenapa berbeda dengan iris milik teman mereka—Romania, yang sama merahnya. Iris Sebastian entah mengapa menandakan kebahayaan, kekuatan…namun…

Menggiurkan.

Uhuk.

Mereka berjalan mengikuti Sebastian. Mata Indonesia dan Japan berkilau melihat mansion milik Phantomhive. Oh tentu para nations sudah pernah tinggal ditempat yang jauh lebih luas, kerajaan pun juga. Tetapi bagi mereka berdua, ini tidak biasa. Karena mereka telah berkontak dengan mansion ini secara langsung! Bahkan menjejakkan kaki di tanahnya(Walaupun mereka tahu bila ada konsekuensinya).

Sungguh, bila Japan tidak pengertian bahwa handphone belum diciptakan pada tahun itu, ia akan mengeluarkannya dan mulai memotret seluruh sudut dunia itu. Yah, walaupun saat ini ia membawa kamera handalnya, ia masih tahu sopan santun.

Tanpa disadarinya, mereka sudah sampai di depan pintu ruang dimana seorang Ciel Phantomhive bekerja.

Japan dan Indonesia menarik napas dalam-dalam karena terlalu girang.

Sebastian mengetuk pintu ruangan itu dan berkata,

"Tuan muda, sepertinya kita ada tamu hari ini"

"Sebastian? Usir mereka! Aku yakin bahwa tidak ada jadwal pertemuan hari ini!"sahut seseorang dari dalam ruangan

"Tapi, tuan muda. Para tamu ini adalah penyusup yang menginjakkan kakinya di tanah Phantomhive ini," jawab Sebastian yang disambut dengan keheningan sementara.

"Masuklah," jawab suara tersebut.

Dibukalah pintu tersebut oleh Sebastian. Dan disana, tampak sosok sang Ciel Phantomhive yang terduduk menghadap mereka.

"Kemarilah," perintah sang tuan muda

Para nations mendekati sang tuan muda, perlahan, karena suasana yang sedikit tegang. Berdiri dihadapannya, mereka menemukan sosok seorang anak dengan iris biru gelapnya dan surai navy blue. Salah satu irisnya disembunyikan dibalik eyepatch hitam yang dikenakannya. Ciel Phantomhive memandang tajam para nations yang berani menginjakkan kakinya di tanahnya itu.

"Siapa kalian dan apa maumu,"

.


.

One hell of To Be Continued.


Ossu~ Akhir-akhir ini ter-obsesi sama Black Butler, tapi ga tega keluar dari Hetalia ;A; (gabisa sih)

Jadi yah...Why not both?

Pendek? Biasanya memang segini kalau ngetik sih...Sorry!

Minta Review dan Favoritenya yah!

Thank you!