Sasuke menggerutu dalam hati. Entah kerasukan apa, semalam kakak laki- lakinya tiba- tiba datang ke apartemen miliknya dan mengatakan akan menikah minggu depan. Bahkan ia sama sekali tidak tahu bahwa kakaknya selama ini memiliki seorang pacar. Dan semalam dengan wajah datarnya Itachi mengatakan bahwa ia telah melamar gadis yang sudah ia pacari sejak 2 tahun lalu itu dua hari sebelumnya. Pemuda berkuncir itu juga mengatakan bahwa nanti malam keluarga mereka diundang makan malam bersama keluarga calon istrinya.
Memang selama ini ia tidak dekat dengan sang kakak. Sejak ia meninggalkan bangku kelas enam SD dan masuk SMP, kakak laki- lakinya itu diminta oleh sang ayah untuk tinggal bersama sahabatnya di kota Suna. Kota yang jauh, kata si ayah penuh penghayatan ketika ia bertanya di mana letak kota itu tepatnya.
" Aww, Baby, kenapa cemberut?" gadis berambut merah jambu mengusap pipi Sasuke lembut. Sasuke diam tak menanggapi. Pemuda beriris malam itu masih melamun dengan kening berkerut.
Sakura lantas mengecup pipi kekasihnya. Tidak mau diacuhkan.
" Sasuke, kau kenapa?" tanyanya dengan bibir mengerucut manja. Sasuke mendengus.
" Tidak apa- apa" balasnya pendek. Lalu meraih pinggang Sakura dan mencium gadis itu beberapa saat.
" Ck, ck, lihatlah bos kita itu mengumbar kemesraan di mana- mana. Juugo, suruh mereka cari kamar" Suigetsu berdecak kesal.
" Kalau kau mau di pecat, kau saja yang lakukan. Aku masih butuh biaya sekolah untuk anakku" balas Juugo seraya melanjutkan pekerjaannya.
Suigetsu mendengus pelan. Mana berani dia mengusik aktivitas sang bos yang galaknya mirip Cerberus.
" Kalau saja Sakura tahu Sasuke juga membawa gadis- gadis lain ke tempat ini-"
" Permisi", suara seorang gadis menginterupsi ucapan Suigetsu. Dua pemuda yang berada tak jauh dari pintu masuk itu lantas menoleh.
" Saya langsung duduk atau harus memesan dulu?" seorang gadis dengan rambut pirang panjang sepunggung yang diikat menjadi satu itu bertanya kikuk.
" Ah, silahkan pesan dulu. Mau pesan apa, Nona?" Suigetsu yang memiliki radar di kepala yang akan berbunyi ketika seorang gadis manis datang segera mengambil kesempatan. Sementara Juugo hanya memutar bola mata bosan.
' Dasar si kunyuk ini' batinnya.
Si gadis setinggi 168 cm itu melihat papan menu di atas meja counter pemesanan.
" Orange Juice, dua" ucapnya kemudian.
" Ok. Silahkan duduk di tempat yang Anda sukai, pesanan Anda akan segera datang, Nona manis" balas Suigetsu disertai kerlingan menggoda. Si gadis pirang hanya menatap dengan kening berkerut. Kemudian mengendikkan bahunya tidak peduli.
' Wow, tipe tomboy yang manis' pikirnya seraya berjalan menuju dapur café . Namun tiba- tiba langkah Suigetsu terhenti beberapa saat.
' Seperti pernah melihatnya'.
" Sasuke, kita sedang di café mu. Bagaimana kalau ada pengunjung?" Sakura mengusap pipinya yang merona. Sasuke tersenyum miring dan membiarkan Sakura berdiri dari pangkuannya.
Brukk.
" Aduhh!" pekik Sakura.
" Ah, Sorry" seorang gadis mengulurkan tangan. Bermaksud membantu Sakura untuk berdiri setelah insiden tabrakan barusan.
" Aku tidak sengaja" lanjut si gadis berambut pirang. Melirik sebentar pada ponsel pintarnya yang tergeletak di bawah meja.
" Bisakah kalau jalan hati- hati?" dengus Sakura kesal seraya berdiri. Kemudian menatap kesal pada gadis di hadapannya.
Sedetik kemudian gadis berambut merah muda itu melotot kaget.
" Na-", tunggu, benarkah ini dia?' pikirnya.
" Ah, Haruno-san" si pirang ikut terkejut melihat siapa gadis di hadapannya. Manic birunya bergulir, melirik pemuda berkulit pucat di sisi sang gadis.
" Uchiha- san",
' Naruto?' Sasuke nyaris membulatkan kedua matanya. Ia benar- benar terkejut bisa bertemu dengan gadis ini. Lagi. Setelah 3 tahun berlalu. Tidak, ia tidak salah orang. Ia yakin gadis di hadapan Sakura ini memang Naruto yang itu, yang dulu itu.
" Ah, maaf. Bisakah aku lewat. Kursi di belakangku penuh dan aku bermaksud ke tempat paling pojok di belakang kalian" ujar Naruto berharap bisa segera beranjak dari kedua manusia di hadapannya.
PERTEMUAN TAK TERDUGA
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Rated : T
Genre : Hurt/Comfort, Family, Romance
By : Lukas "Luke" d'grayson
SMA Konoha, 3 tahun sebelumnya.
Naruto memandangi kolam ikan di taman sekolah dengan riang.. Hatinya lumayan terhibur sejak seminggu ini. Tiga minggu lalu ia dimasukkan ke sekolah ini oleh si Ayah pemilik senyum menawan sebagai hukuman karena ia terus saja membolos dan malah tersangkut di game center bersama sahabat karibnya di Suna. Ibunya yang mulai jengah lantas mengadukannya kepada Minato hingga berakhirlah ia di sini. Di sekolah milik neneknya di Konoha. Tanpa sepeda motor, tanpa saudara, tanpa kartu ATM, bahkan tanpa ramen. Ia hanya dibekali beberapa map berisi formulir pendaftaran, dan koper besar berisi beberapa pakaian dan uang saku untuk mencari makan, dan tempat tinggal. Intinya, ia dibuang. Tidak, tidak, diusir dari rumah selama sebulan.
Ia sih tidak masalah, harus sekolah di Konoha selama sebulan sebagai hukuman. Ia toh bisa ikut nebeng di rumah sang nenek. Lumayan, makan gratis, tempat tinggal gratis. Dan bisa bertemu Sasuke, adiknya kak Itachi ganteng yang selama ini diam- diam ingin ia temui. Tapi ketika sang Ibu menyuruhnya untuk menyamar juga, benar- benar membuatnya kesal. Agar nenekmu tidak malu memiliki cucu bandel sepertimu, katanya. Ahh, sungguh membuatnya dongkol dan ingin cepat- cepat pulang untuk menjambak rambut saudara angkatnya yang tidak mau menolongnya.
Tapi, rasa kesalnya itu kini semakin menipis. Bahkan hatinya tengah berbunga- bunga. Seminggu lalu pemuda tampan yang menurutnya sangat mirip dengan kakak kesayangannya, Itachi –putra sahabat Minato yang tinggal di rumah Namikaze- mengatakan suka padanya. Aw, aw, ia yang sejak pertama sudah mengagumi pemuda itu –meski hanya melihat dari foto yang dibawa Itachi- lantas menerima dengan senang hati, apalagi laki- laki itu mirip Itachi.
Sejak ia masuk SMP beberapa tahun silam, Itachi sudah mencekokinya informasi mengenai adik kesayangannya yang seumuran dengannya. Namanya Sasuke Uchiha, dia manja dan sangat lucu, tapi susah sekali membuatnya tersenyum, kata Itachi saat itu. Dan Naruto hanya akan memekik senang dengan wajah merona saat kakak keriputnya itu menunjukkan foto seorang bocah laki- laki bertampang judes dengan mulut belepotan krim roti ulang tahun.
Tampan sekali, katanya saat itu. Sementara ke dua saudaranya justru tertawa terpingkal- pingkal setelah melihatnya. Kayak badut, kata mereka yang menuai pelototan kesal dari Itachi kepada dua saudaranya itu.
" Dobe, pulang sekolah nanti, temui aku di kelasku" suara berat Sasuke membuyarkan lamunan Naruto. Gadis berambut pirang dengan kaca mata tebal itu menoleh pada pemuda yang duduk di sebelahnya.
" Serius? Fans beratmu berambut pink itu tidak akan menjambakku lagi'kan?",
" Hn. Tidak",
" Oke",
" Teme, ayo kembali. Bel masuk sebentar lagi berbunyi" ajak Naruto mengulurkan tangannya pada Sasuke. Pemuda berambut gelap itu meraih tangan Naruto seraya tersenyum kecil.
" Teme, aku juga ingin mengatakan sesuatu padamu nanti" ujar gadis itu sedikit ragu.
' Mungkin tidak apa- apa kalau hanya Sasuke yang tahu siapa aku sebenarnya, lagi pula seminggu lagi aku pulang' pikirnya.
" Hn. Katakan saja nanti. ayo ke kelas" Sasuke meraih tangan Naruto dan menggenggamnya lembut. Menghasilkan rona merah di kedua pipi Naruto.
" Ayo" balas Naruto pendek.
.
.
" Murid baru itu? Yang tampangnya idiot itu!? Si Naruto Takanishi itu?!" teriak seorang siswa dari dalam kelas. Naruto menghentikan langkahnya di ujung koridor, hamper mencapai pintu kelas Sasuke..
" Hn",
" Kau bercanda Sasuke! Kau mau dengan yang seperti itu? Oh, Man, sejak kapan?" lanjut Suigetsu menggelengkan kepala. Menegaskan bahwa ia belum percaya dengan apa yang Sasuke lakukan.
" Berisik! Sudah seminggu"
" Lalu bagaimana denganmu, Sakura? Kau diputuskan, paham?" Suigetsu menoleh pada seorang gadis berambut merah jambu di sebelah Sasuke.
" Sasuke hanya taruhan. Sasuke mana sudi dengan gadis macam Bettie Lafea begitu. Kaca matanya saja setebal kamus bahasa inggrisku" Sakura mendengus.
" Taruhan? Dengan siapa, Sasuke?",
" Neji" balas Sasuke pendek.
" Neji berjanji akan menyerahkan sepeda motor barunya untuk Sasuke kalau berhasil membuat gadis pirang culun itu menyukai Sasuke. Cih, Neji itu keterlaluan, kenapa gadis jelek itu yang dijadikan taruhan? Kenapa bukan yang keren sedikit dari pada si murid pindahan itu?-",
" Ck, ck, ck, dasar orang- orang kaya. Tapi, Naruto itu . . . dia manis kok. Aku pernah tidak sengaja melihatnya tanpa kaca mata" sela Suigetsu. Membuat dua manusia di depannya menoleh.
" Kau lihat apanya, sih?" tanya Sakura kesal.
" Tentu saja lihat wajahnya-" 'bodoh' lanjut Suigetsu dalam hati.
" Terserah. Jadi Sasuke, kau sudah menghubungi Neji?" Sakura mengalihkan pandangannya pada Sasuke.
" Hn" Sasuke tersenyum samar. Sakura memekik senang.
" Dan kau tidak keberatan Sasuke melakukannya, Sakura?" tanya Suigetsu pada Sakura.
" Sasuke tidak akan mungkin menyukainya. Gadis berkasta rendah seperti itu pasti tidak akan ada cowok yang suka. Lagipula Sasuke hanya akan menjadi milikku. Suatu saat nanti kami pasti akan menikah. Ya'kan, Sasuke?"
" Hn" balas Sasuke pendek.
" Wah-"
" Wah, kalau begitu kau memenangkan taruhan dong, Sasuke?",
Seseorang memasuki kelas dengan tas selempang berwarna orange terang tersampir dI bahunya.
Sakura melotot. Begitu pula Suigetsu.
" Wah, wah, aku ikut senang, deh" lanjut Naruto sambil bertepuk tangan riang. Rambut pirangnya yang dikepang bergoyang pelan.
" Jadi-"
" Jadi, kalau kau sudah tahu, pergi jauh- jauh dariku" potong Sasuke membuat Naruto sedikit kaget.
" well, aku tidak mau ikut campur. Aku pergi" Suigetsu meraih tasnya lalu buru- buru meninggalkan kelas. Sakura mendengus.
Naruto diam. Menatap Sasuke lekat seolah bertanya ' Apa kau serius?'.
Sasuke melengos.
Ia nyaris menangis kalau saja tidak melihat seringai kecil bermain di bibir keduanya. Sasuke dan Sakura. Gadis berambut merah jambu itu memeluk Sasuke manja.
" Sasuke, akhiri hubunganmu dengannya lalu kita ambil motor barumu di rumah Neji" pinta Sakura. Mata Naruto memicing tidak suka.
" Hn. Kita pergi kencan setelah itu. Dan aku akan menginap di apartemenmu" jawab Sasuke dibalas pekikan riang oleh Sakura.
" Hei, Bodoh, jangan dekat- dekat Sasuke lagi mulai hari ini" seru Sakura pada Naruto.
" Seharusnya gadis miskin sepertimu sadar diri, aku bisa saja menyuruh bawahan ayahku untuk mencari tahu keluargamu lalu mengusirmu dari kota ini. Aku juga akan minta Kepala Sekolah Tsunade-sama untuk mengeluarkanmu dari sekolah ini. Tsunade-sama itu sahabat ayahku, loh" pamer Sakura. Meraih tangan Sasuke lalu menggandengnya keluar kelas.
Sakura berhenti di sisi Naruto dan berbisik.
" Jangan mengganggu kami, ya. Kami akan bersenang- senang malam ini" bisiknya lalu berlalu.
Naruto tidak sudi melihat punggung tegap pemuda yang di sukainya menjauh. Gadis itu menghela nafas pelan beberapa kali untuk meredakan amarahnya.
" Coba saja cari tahu keluargaku. Dan ayahmulah yang akan di pecat dari jabatannya" lirih Naruto geram.
' Kak Itachi, meski bersaudara, kalian bagai langit dan bumi' pikirnya sendu.
" Cih, bahkan kepala sekolah di sini adalah nenekku sendiri" lanjutnya.
Seminggu kemudian. Setelah ia kembali ke kediaman Namikaze, diam- diam Naruto mencuri foto adik Itachi dan merobeknya berkali- kali dengan penuh emosi.
' Laki- laki kurang ajar' umpatnya dalam hati. Lalu membuangnya ke toilet.
" Naruto, kau lihat foto Sasuke di dompet Kakak?" tanya Itachi, melongok dari arah pintu.
" Tidak tahu" balas Naruto ketus kemudian berlalu. Tak lupa dengan kaki dihentak- hentakkan.
" Kenapa dia?" tanya Itachi pada Kyuubi. Sementara Kyuubi hanya mengendikkan bahunya tidak mengerti.
..
3 Tahun setelahnya.
Kembali ke café milik Sasuke.
Pemuda berambut hitam kebiruan itu melirik gadis berambut pirang yang duduk di belakang Sakura tengah sibuk dengan ponselnya. Sesekali berdecak kesal.
" Jadi, kita akan kencan kemana malam nanti, Sasuke?" tanya Sakura.
" Aku ada acara bersama keluargaku" balas Sasuke datar. Mengaduk kopi hitamnya sebentar tanpa meminumnya.
" Bisakah aku ikut? Aku ingin sekali bisa dekat dengan Bibi Mikoto",
" Tidak bisa. Malam nanti acara pertemuan dengan calon besan orang tuaku",
" Apa?! Siapa yang akan menikah?" Sakura bertanya was- was. Mengingat Ibu Sasuke tidak begitu menyukainya, tidak menutup kemungkinan Sasuke akan dijodohkan dengan gadis pilihan orang tuanya.
" Kakakku" balas Sasuke pendek. Menuai helaan nafas lega dari Sakura.
" Kau lama" ketus suara Naruto mengalihkan perhatian mereka berdua. Tampak seorang pemuda dengan jeans hitam dan jeamper berwarna sama terkekeh pelan menghampiri Naruto dan duduk di hadapan gadis itu.
Sasuke menatapnya lekat. Pemuda berambut cokelat itu mengusap puncak kepala Naruto kemudian mencubit pipi gadis itu gemas, masih dengan kekehannya.
" Sialan, Utakata, hentikan itu",
Entah kenapa Sasuke menatapnya tidak begitu suka. Sejak beberapa menit lalu, ia menyadari Naruto dengan celana panjang hitam dan kemeja abu- abu tampak begitu menarik perhatiannya. Gadis itu tampak sangat berbeda dari pertama ia bertemu kelas dua belas SMA 3 tahun lalu. Naruto kali ini tidak memakai kaca mata tebalnya. Dan tampak lebih . . . manis.
Manis?
Sasuke menggelengkan kepalanya.
Setelah kejadian itu, Sasuke sama sekali belum bisa melupakannya. Bagaimana raut wajah Naruto di balik kaca mata tebal yang menutupi sebagian wajahnya. Bagaimana tatapan kecewa, marah, dan benci dari mata biru itu tertuju padanya. Dan ia merasa sangat bersalah. Dan perasaan bersalah semakin menjadi ketika seminggu kemudian gadis itu hilang entah kemana.
" Kau sudah bilang padanya?" tanya Utakata pada Naruto.
" Belum. Dia ada di kota ini, aku tidak tahu kasus apa yang tengah ia hadapi. Pria ber IQ tinggi itu pasti tidak suka pekerjaannya di ganggu" balas Naruto seraya mengaduk Jus nya.
" Cih, jangan bohong. Dia baru saja menghubungiku, menanyakan padaku kenapa kau tidak menjawab telepon dan membalas sms nya" Utakata berdecih.
Naruto terdiam. Mengalihkan pandangan kikuk.
" Kau bertengkar dengannya?" tanya Utakata.
" Tidak. Kami baik- baik saja",
" Hmm?" Utakata menatap lekat wajah Naruto.
" Apa? Dia melarangku merokok padahal dia sendiri kecanduan dengan batang nikotin itu" ujar Naruto kesal. Utakata menghela nafas bosan.
" Bukankah itu demi kebaikanmu juga",
Naruto hanya memutar bola mata bosan.
" Lalu, bukankah kau ke sini untuk mengajaknya ikut pertemuan nanti malam?" tanya Utakata.
" Benar. Tapi sepertinya dia tidak bisa, makanya aku kesal",
" Dia seorang detective, pekerjaannya sulit dan tidak boleh dilakukan setengah- setengah. Seharusnya kau sudah memakluminya, Naruto",
Naruto tak menjawab. Gadis itu menoleh keluar jendela. Diam- diam membenarkan ucapan saudara angkatnya.
" Ya, kau benar" lirihnya tanpa menoleh.
.
.
Sasuke tidak bisa tidak terkejut ketika melihat jajaran orang- orang yang menyambut kedatangan keluarganya di ruang tamu keluarga Namikaze. Bukan, bukan karena istri Minato yang cantik dengan rambut merahnya, bukan karena senyuman menawan milik si Tuan rumah, bukan juga karena seseorang yang ia sangka pemuda namun ternyata seorang gadis itu –Kyuubi-, tapi karena Naruto dan pria yang siang tadi bersama gadis itu kini turut menyambut mereka dengan senyum kikuk.
Ia tidak tahu apa hubungan kedua orang itu dengan Namikaze hingga mereka bisa ada di sini. Ahh, tapi Sasuke bukan pemuda berotak jongkok. Dari ciri fisik Naruto memang mirip dengan sang tuan rumah. Apa- apaan ini? Jadi sebenarnya Naruto itu bermarga Namikaze? Lalu yang dulu itu?
' Apa aku salah mengenali orang?' pikirnya.
" Wahhh, Naruto semakin tinggi dan cantik. Bibi benar- benar kangen dengan celotehanmu. Ingat tidak waktu kau kecil kami pernah berkunjung kemari?" Mikoto mencium gemas kedua pipi Naruto yang meringis gugup. Jujur, ia tidak ingat. Mungkin saat itu ia masih suka mengompol.
" Kau benar, Mikoto. Dulu bocah ini cerewet sekali dan menggemaskan. Tapi ketika beranjak besar, kelakuannya membuatku jengkel luar biasa. Kami pernah mengirimnya untuk sekolah di SMA Konoha selama sebulan sebagai hukuman" Kushina mendengus kesal.
" Ibu-" Naruto mengingatkan. Meminta sang ibu untuk tidak lebih cerewet lagi.
" Di Konoha? Sekolah milik Ibumu itu?" Mikoto mengerutkan kening. Penasaran.
" Kau benar, Mikoto- san" balas Minato tersenyum kecil.
" Kenapa Sasuke tidak cerita? Bukankah kalian seumuran? Jadi pasti saat itu Sasuke juga sekolah di sana" Mikoto melirik Sasuke.
Glup. Sasuke menelan ludah dengan susah. Ahh, berarti benar yang dulu itu Naruto yang ini.
" Aku meminta Naruto agar tidak membocorkan identitas aslinya. Tidak memperbolehkannya memakai marga Namikaze karena pasti itu akan membuat Ibuku malu. Cucunya bandel sekali. Di Suna dia bolos setiap hari" ujar Kushina disambut kekehan geli dari putra ke duanya.
" Jangan tertawa, Utakata!" dengus Naruto kesal. Utakata terkekeh semakin keras.
" Salahmu tidak mengajakku waktu membolos" ujarnya disela kekehannya.
" Harusnya Ibu bilang padaku saat itu, hukuman dariku pasti akan membuatnya langsung jera" Kyuubi melirik Naruto tajam. Seringai kecil bermain di bibir tipisnya.
Glup. Kali ini giliran Naruto yang menelan ludah susah payah. Kakak perempuannya ini, mengerikan.
" Sudahlah, Kyuu. Bukankah itu sudah berlalu. Sekarang Naruto sudah jadi gadis manis yang berperilaku baik" Itachi menengahi membuat Naruto menatap haru padanya. Kak Itachi itu sudah ganteng, baik pula, terbaiiik.
" Tidak lagi suka memanjat pagar rumah orang, memecahkan kaca jendela saat main sepak bola dan mencuri jeruk milik tetangga. Tidak lagi suka berduel dengan teman laki- lakinya, bahkan kebiasaannya yang suka merakit robot gundam-"
" Kak Itachi, berhenti meledekku" Naruto berseru jengkel. Mikoto dan Kushina lantas tertawa. Fugaku mendengus geli. Sasuke hampir saja menganga kan mulutnya, namun diurungkan saat ia ingat Uchiha harus berperilaku menawan dan penuh wibawa. Mempesona dan berkharisma. (Halah, PREET.)
" Sudahlah, sekarang bantu paman Iruka di dapur" Minato mengusap puncak kepala Naruto sayang. Gadis itu melirik sinis pada Utakata kemudian menarik pergelangan tangan pemuda itu kasar.
" Kau harus ikut",
" Jangan tarik- tarik, Monster cebol",
" Jangan mengataiku Cebol, bodoh!",
" Sialan! siapa yang kau sebut bodoh!?",
" Apa!? Tentu saja dirimu. Mengacalah sana dan temuilah kenyataan!",
" Bicara saja pada tanganku, Pendek",
" Pendek katamu!? Aku sudah lebih tinggi, Idio . . .t" umpatan Naruto memelan di ujung kalimat. Mata birunya melirik ke arah keluarganya.
" Berhenti saling mengatai, adik- adikku yang minta dipukuli" Kyuubi tersenyum manis (baca: mengerikan). Utakata dan Naruto nyaris melotot bersamaan kemudian berlari pontang panting, bersama menuju dapur.
" Ah, maafkan kelakuan anak- anakku" Minato berujar canggung.
Mikoto terkiki geli.
" Itu lucu sekali. Aku sangat suka di sini, suasananya begitu hangat dan akrab. Utakata tidak lagi pendiam seperti saat pertama ia datang ke kediaman kalian",
" Iya, kau benar. Bagaimanapun, aku sudah menyayanginya seperti anakku sendiri" balas Minato.
Diam- diam. Sasuke menelan ludahnya yang entah kenapa terasa pahit. Ia tidak suka pemandangan tadi.
' Akrab sekali' pikirnya merasa kesal. Oh, oh, ada apa dengan Sasuke?
.
.
BERSAMBUNG alias TBC
(^,^)v pisss, broh, sist ..
Ini hanya cerita ringan. Serius deh. Nggak butuh mikir berat- berat buat bacanya.
Dan mohon maaf untuk The Thief belum kepikiran untuk membuat sekuelnya. Terima kasih buat dukungannya.. #mewek (T^T) bahagia...
by : LUKE (bukan BROKE)
