a/n : Assalamu'alaykum sahabat semua, hehe, vea kembali nih dengan fanfic spesial hari ibu. Tadinya mau OneShoot, tapi gara-gara sibuk, jadinya ngga sempet, jadi multichapter aja, tapi ngga akan panjang-panjang kok, paling 2-3 chapter.^^


Selamat Hari Ibu


Kamichama Karin ©Koge Donbo

Selamat Hari Ibu © Invea


Rated : K (semua umur)

Pairing : Karin x Kazune

Genre : Family-Romance

Summary : Pada saat hari ibu, kok Kazune dan Suzune bukannya bersikap baik malah semakin menjengkelkan Karin sih? Apa yang sebenarnya terjadi dalam keluarga Kujo?


Special for Mother's Day


This fic special for my mother, I love you, mom...


Hari ini adalah tanggal 22 Desember. Suatu hari yang biasa dikenal dengan sebutan hari ibu. Pada hari ini, anak-anak identik memberikan hadiah dan kejutan spesial untuk ibu mereka. Bahkan tak jarang seorang suami pun menyiapkan kejutan dan hadiah untuk istri tercintanya. Rupanya para suami tak mau kalah dengan sang anak.

Namun, sebuah pengecualian terjadi di dalam kediaman Kujo. Ada yang tidak biasa dengan hari itu. Jika pada biasanya Kazune dan Suzune selalu bangun pagi, bahkan tak jarang Kazune bangun lebih awal dari Karin, kini mereka justru malas-malasan ketika Karin membangunkannya. Padahal jam dinding telah menunjukkan pukul 06.30. Sebuah hal yang sangat aneh bagi dirinya karena Kazune justru selalu bangun pukul 05.30 pagi untuk berolahraga.

"Suzune, ayo bangun, sudah jam setengah 7," seru Karin seraya menggoncang-goncangkan anak laki-lakinya itu. Suzune hanya diam tidak menyahut. Ia justru menarik selimutnya ke atas membuat Karin semakin jengkel dibuatnya. Wanita itu kemudian membuka tirai kamar anak itu, membuat mata green emerald milik Suzune sedikit merenggut.'Kaa-san menganggu saja,' keluhnya.

Melihat anaknya yang sama sekali tidak goyah dari tempat tidurnya, Karin kemudian mencoba untuk menggelitiki anaknya tersebut. Anak itu hanya menahan tawa sampai akhirnya membuka kelopak matanya.

"Kaa-san, hentikan itu! Geli!" serunya. Karin kemudian tersenyum penuh kemenangan atau mungkin bisa kita sebut dengan sebuah seringai. Empat buah sudut siku-siku berwarna merah kini terlihat di jidatnya. Ia lalu mengambil nafas sejenak, kemudian,"CEPAT PERGI SIAP-SIAP SEKOLAH, SUZUNE!"

Lengkingan Karin tersebut membuat Suzune dengan bergegas lari ke kamar mandi. Sementara itu, di kamar sebelah dapat kita lihat Kazune Kujo tengah terbaring di lantai dengan posisi yang sangat tidak elit. Sebuah bantal menimpanya dan selimut yang menutupi tubuhnya sedikit berantakan. Dapat kita tebak bahwa pria itu baru saja terjatuh dari tempat tidurnya. Rupanya teriakan Karin yang tadi itu cukup juga kekuatannya untuk menjatuhkan suaminya itu dari atas tempat tidur mereka.


Karin mendengus kesal seraya menyindukkan nasi ke mangkuk hitam. Kazune tengah menantinya di meja makan. Ia terlihat keren dengan kaca matanya. Pandangan matanya lurus menatap koran yang tengah dibacanya. Tak diindahkannya Karin yang sedari tadi tidak berhenti menggerutu dan menghela nafas menarik perhatiannya.

Brak! Terdengar suara keras ketika wanita berambut cokelat itu menaruh mangkuk berisi penuh nasi dengan sedikit keras di atas meja makan. Namun, mata biru safir Kazune sama sekali tak bergeming dari korannya. Tak ayal lagi, hal ini semakin menambah kekesalan Karin. Dalam hati ia mengeluhkan sikap Kazune yang hari itu terkesan cuek. Ya, meski patut diakui, Kazune selalu bersikap dingin. Tapi, biasanya ia tak pernah secuek ini. Minimal ia menyahut,"Kenapa sih?" atau paling tidak ia akan mengatakan kata-kata kasar seperti biasa,"Cewek itu benar-benar berisik," Tapi kali ini, pria itu hanya diam tak menyahut.'Oh, Kamisama, apa yang sebenarnya terjadi pada hari ini?'batinnya.

Dalam suasana bak api dalam sekam itu, Suzune kemudian datang dan langsung duduk di kursi. Ia menatap ragu terhadap sarapan yang disuguhkan Karin. Karin hanya mengernyitkan alisnya. Ditanyanya anak laki-lakinya tersebut,"Kenapa, Suzune?"

Suzune hanya menggeleng pelan. Ia kemudian mengambil sumpit dan mulai memakan menu makan paginya. Tak lama kemudian, sebuah kerutan muncul di dahinya. Ia lalu menaruh mangkuknya. Nasinya masih tersisa nyaris penuh. Didorongnya kursi tempat ia duduk ke belakang.

"Aku sudah selesai," sahutnya. Karin memandangnya heran. Ini sih sama saja dengan anaknya tidak sarapan. Belum juga 5 menit tapi sudah selesai makan. Bisa dibilang, Suzune hanya mencicipi makanan buatannya saja.

"Kok tidak dihabiskan?" tanya Karin heran. Ia khawatir anaknya itu sakit sehingga malas makan. Sementara itu, Kazune masih terfokus pada koran di tangannya. Ia sama sekali belum menyentuh masakan yang sudah dihidangkan isterinya dengan sepenuh hati itu.

"Makanannya tidak enak," keluh Suzune seraya menalikan tali sepatunya. Empat kedutan kecil berbentuk siku-siku merah kembali muncul di pelipis Karin. Ya, ia akui masakan buatannya memang kurang enak. Ia akui ia tidak pandai masak. Tapi, selama ini, anak dan suaminya itu selalu menghargainya. Mereka selalu menghabiskan masakan buatan Karin tanpa mengeluh ataupun protes. Tapi, lain dengan hari ini, Suzune justru sama sekali tidak menghargainya. Ah, tidak, lebih tepatnya, Suzune justru melecehkannya. Ada apa dengan putranya itu?

Karin kemudian menahan nafas. 'Sabar, Karin, sabar, orang sabar rezekinya besarrr!'batinnya, berusaha menahan luapan amarah yang memang ia pendam sedari tadi.

"Oh ya, jangan lupa membawa bento di atas meja," seru Karin mengingatkan. Suzune langsung berdiri. Ia baru saja selesai mengikat sepatu ketsnya.

"Tidak mau ah! Masakan buatan Kaa-san tidak enak," Tak perlu menghitung waktu, setelah mengatakan itu, Suzune langsung berlari menuju sekolah. Ia bisa menebak apa yang akan terjadi jika tidak langsung kabur. Dugaannya terbukti karena tepat 1 detik setelah itu, lengkingan suara Karin terdengar sampai keluar rumah,"SUZUNE!"

"Berisik!" seru Kazune kesal. Korannya sampai terjatuh ke lantai. Ia kemudian mengambil koran itu dan langsung pergi ke ruang keluarga. Mata zamrud Karin kemudian menatap lekat punggung pemuda tersebut. Dilihatnya ke atas meja. Masakannya sama sekali tak disentuhnya.

"Kau tidak sarapan Kazune?" tanya Karin. Kazune hanya berwajah datar tanpa ekspresi. Mata biru safirnya masih menatap koran pagi itu. Tanpa rasa bersalah dan dosa, ia pun kemudian berkata,"Tidak. Suzune saja bilang tidak enak, apalagi di lidahku. Masih untung tidak keracunan,"

Karin hanya mencibir mendengar ledekan suaminya itu. Dengan kesal, ia kemudian membereskan meja makan. Apa boleh buat, menu sarapan pagi yang susah payah dibuatnya itu kini harus berakhir di tempat sampah karena tak ada yang mau memakannya.

.

.

Keep or Delete?

.

.

To Be Continued

.

.

Review Please?