Kurosaki Ichigo, 27 tahun, seorang arsitek menengah ke atas.
Hitsugaya Toushirou, REKAN Ichigo.
Mereka berdua sedang berjalan keluar dari sebuah masjid bernama Darul Salam (bukan nama yang sebenarnya-red) sehabis salat Asar.
.
.
.
"Pe.. Permisi, Pak Dokter..."
.
.
.
"HAH?"
.
.
.
The Doctor (?)
.
.
.
(C) Sasaki Yuki
.
.
.
Ichigo melepas peci hitam yang dikenakannya.
"Hei, Ichigo. Sejak kapan kau pakai kacamata?"
Ichigo menatap Toushirou-yang lebih pendek darinya-dengan heran. "Kamu baru sadar sekarang? Padahal kupikir kamu lebih jeli dariku. Padahal seorang Toushirou lho. Aku gak..."
"Aku tidak jadi bertanya." Potong Hitsugaya cepat, sebelum Ichigo lebih banyak komentar lagi.
"Yaah, ngambek." Ichigo merengut. "Entah kenapa penglihatanku memang memburuk akhir-akhir ini. Aku tidak mau kinerjaku menurun, jadi kupakai saja kacamata."
"Aku tanya kapan, bukan sebabnya. Kau ini kuliah di mana sih?" Tanya Hitsugaya kesal.
"Universitas Seni, bukan tata bahasa. Bukan tadi kau bilang tidak jadi bertanya kan, Toushirou?" Jawab Ichigo sambil nyengir.
Toushirou mendesah kesal. Partnernya ini memang sangat pintar ngeles.
Jadi, sekarang mereka berjalan di parkiran. Ichigo memencet tombol buka kunci di kunci mobilnya untuk mengetahui posisi mobilnya. Padahal di parkiran itu mobilnya sangat jelas terlihat karena hampir tidak ada mobil. Dasar pamer!
Saat Ichigo membuka pintu mobil di bagian setir, tiba-tiba satpam masjid menghampirinya.
"Paak! Paak!"
Ichigo tegang, "Waduh, kenapa nih mobil gue,"
Dengan semangat, pak satpam menyapa Ichigo,
"Pak Dokter!"
Hm?
"HAH?!"
Ichigo bengong.
Hitsugaya yang ada di pintu sebelahnya cengo.
Salah denger mungkin?
"Pak dokter! Ano... Saya mau minta tolong! Tolong dengerin cerita saya dulu!" Pak Satpam memohon dengan tegang.
Ichigo gelagapan, "Mmm.. Pak, saya.."
"Sebeeentaaaar pak. Saya tau bapak sibuk, tapi saya mau minta tolong. Anak saya..."
Selanjutnya Pak Satpam bercerita dengan semangat.
Ichigo bingung.
Hitsugaya mukanya memerah, nahan ketawa.
"Dia tuh udah lamaaaaa sakitnya, pak. Selangkangannya suka sakit. Bla..blablabla bla"
Selebihnya Ichigo kurang denger karena bingung jawabnya.
Duh, gimana nih. Kalo gue motong omongan nih bapak dan bilang kalo sebenernya bukan dokter, kasian udah cerita ampe berbusa gitu.
Kalo gue kasih diagnosa.. Mampus kalo salah.
"Saya bingung banget pak, gatau lagi harus gimana..."
Ya bawa anaknya ke RS dong, pak. Jangan tanya ke arsitek... Bisik Ichigo dalam hati, gak tega ngomong langsung.
Hitsugaya nyaris jumpalitan di jok mobil.
"Jadi, gimana pak?"
Nah lo, Ichigo.
"Em.. Selangkangan ya pak.. Mungkin dia kena xxxx. Tapi.. Buat pastinya sih cek urin sama darah aja pak." Ichigo berimprovisasi.
Si satpam tampak kurang puas.. Tapi mau gimana lagi. Ya anaknya juga ga ada di situ kan. Sekalipun Ichigo itu dokter beneran juga cuma bisa diagnosa sementara.
Tapi, Hitsugaya jadi panik di mobil.
Akhirnya, si satpam berterimakasih dan Ichigo pun masuk ke mobil.
.
Dalam perjalanan pulang ke rumah Hitsugaya..
.
"Ichigo! Kok tadi asal main diagnosa aja! Emang ngerti?" Sembur Hitsugaya dengan khawatir.
Ichigo bersiul,
"Tenang. Tadi dia bilang soal sakit di selangkangan. Aku sering nendang Isshin di situ jadi aku tahu."
Hitsugaya mau nangis.
"YA BEDA DONG KASUSNYA, ICHIGO! Masa iya itu anak ditendangin mulu di situ?!" Jerit Hitsugaya, marah.
Ichigo hanya memberinya tatapan
"Siapa tahu?"
Sambil terus menyetir mobil.
.
.
.
End
.
.
.
Disclaimer : Tite Kubo
Author's note :
Yahaha minasan~
Ini fic sebenernya asli pengalaman ayahku, ahahhahaa. Cuma ada beberapa dialog yg improv.
Terus...
Sudah siap review?:3
