Lorong sekolah tampak lengang sore ini. Murid-murid telah pulang dari aktifitas klub mereka. Tsurumaru Kuninaga, murid kelas X masih berkutat dengan sebuah ember dan kain pel di tangannya. Wajahnya masam, terlihat jelas ia sangat membenci pekerjaan ini. Sesekali terdengar umpatan dari mulutnya saat beberapa murid yang berlalu meledeknya.
Tentu saja, siapa pun tak akan senang dihukum bukan? Terlebih jika ia merasa tak semestinya menerima hukuman ini.
"Sial... senpai sialan... karena mereka aku jadi dihukum," umpatnya.
Tsurumaru tak menyadari seseorang tengah mengamatinya sejak tadi.
"Pasti melelahkan mengepel seluruh lorong ya?" sosok bersurai cyan mendekatinya.
"Huh?" Tsurumaru menyeka bulir keringat di keningnya. Ia tak mengenal sosok yang bicara padanya.
"Ambil ini. Jangan menyerah ya," lekuk tipis tergurat di wajah murid laki-laki itu saat menyodorkan sekaleng minuman dingin.
Tsurumaru tercengang mencerna kejadian di luar dugaannya barusan. Awalnya ia mengira sosok itu akan meledekny seperti yang lain.
"Terima kasih..."
Sosok itu lagi-lagi melekukkan senyum dari kejauhan.
Beberapa hari berlalu, Tsurumaru masih tak mengetahui siapa murid laki-laki yang ia temui di lorong sekolah tempo hari. Senyum itu... entah mengapa tak mau meninggalkan ingatannya. Siapa pun yang melihat senyum itu pasti tak sanggup mengingkari pesonanya.
"Ichigo, kau sudah selesai?"
"Ya... mari pulang," sahut sosok yang lain.
Tsurumaru tak sengaja menangkap pembicaraan mereka saat mengambil sepatu di lokernya.
"Apa hari ini masih tak enak badan? Seharusnya kau jangan masuk sekolah dulu..."
"Tapi aku tak ingin ketinggalan pelajaran, Mikazuki."
Suara itu. Ingatan Tsurumaru terbawa pada sosok berlekuk wajah manis tempo hari. Dan benar saja itulah orang yang ia maksud. Mereka melewati Tsurumaru tanpa menyadari keberadaannya.
"Mikazuki Munechika," senpai yang membuatnya dihukum tempo hari. Kenapa ia bersama sosok itu? Pertanyaannya terjawab saat iris kuning miliknya memproyeksikan gerak gerik mereka. Terlalu akrab untuk seorang teman biasa, terlalu intim jika hanya sekedar senpai dan kouhai.
"Ah... begitu rupanya."
Tsurumaru tersenyum kecut, menyayangkan sosok indah yang ia kagumi telah terlebih dulu menjadi milik orang lain.
