Summary :Dia iri, iri dengan kebahagiaan sahabat-sahabatnya. Karena itulah dia terus mengejarnya, selalu mengejarnya. Dia tidak peduli apapun asalkan orang itu tidak menghilang dari hadapannya. Saat dia lelah dan terjatuh dia sadar…dia sudah tersesat dalam pengejarannya yang seakan tidak pernah berakhir ini.
Character : Atas permintaan (atau lebih tepatnya usulan) teman saya di Banjarmasin yang saya tinggalkan demi perkuliahan (I MISS YOU! XD) yang meminta ff USUK maka saya buat fanfic ini. Main character…jelas USUK! Dan PruCan (gak bisa diapa-apain, saya cinta kedua pairing ini, mereka pairing tidak tergantikan di hati saya).
Warning: :Fanfic ini mengandung YAOI atau boyxboy love, jika tidak suka harap klik tombol back tapi jika OK tolong baca dan review ya...dan juga ada beberapa kesalahan dalam tata bahasa. Dan juga Fic ini agak gaje, jadi kalau ada yang aneh, harap dimaklumi. Dan oh ya, mungkin oh bukan, tapi pasti para karakternya agak atau sangat OOC. Dan cerita ini sama sekali nggak ada hubungannya dengan cerita hetalia, saya hanya meminjam karakternya saja.
Disclaimer :Hetalia bukan punya saya, tapi milik om Hidekaz Himaruya. Jadi kalau saya bilang punya saya, jangan dipercaya ya~ itu bohong~ XD. dan fanfic ini diadaptasi dari novel berjudul sama yang diterbitkan sama Gagas Media (kalau mau baca beli aja di toko buku -Promosi mode:ON XP) jadi kalau ada kata-kata maupun alur cerita yang mirip harap dimaklumi.
ENJOY IT EVERYBODY!XD
"Hei, hei, kalian semua sudah mutusin masuk SMU awesome mana?" tanya Gilbert saat mereka berkumpul di rumahnya setelah pulang sekolah, seperti biasa.
Ketiga temannya yang ditanya hanya menatapnya.
Matthew, pemuda Amerika berambut pirang yang paling manis dan kalem di antara ketiga temannya, tersenyum dan menjawab. "Ya…aku sudah diterima di SMU Hetalia" katanya "Jurusan musik"
"Iya, iya cocok banget buat kamu yang awesome itu, Mattie" kata Gilbert sambil tersenyum. Ia mencomot beberapa kue kering buatan Matthew, lalu memasukkannya ke mulut. Sambil mengalihkan pandangannya, dia mengalihkan pandangannya ke arah Alfred, kakak kembar Matthew. "Kamu?"
"Jelas Hero kayak aku ini diterima di SMU Allied" jawab Alfred dengan rusuhnya. :Bagaimana dengan kamu sendiri?"
"SMU Axis" kata Gilbert sambil menghela napas.
"Dan kamu juga ke sana kan Iggy?" tanya Alfred sambil nyengir kepada pemuda Inggris sahabat mereka itu.
"Sialnya…iya" kata Arthur.
Seringai Alfred semakin lebar. "Ampun deh, kalian berdua, nggak bosan sama-sama terus dari lahir sampai sekarang?"
"Kalau kubilang nggak, dunia harus terbalik atau matahari harus terbit dari barat dulu" jawab Arthur sinis. "Aku bosan ngeliat mukanya yang sok awesome itu! Sumpah, bosan banget!"
"Nggak perlu kecewa banget kayak gitu kale, Artie~ dasar gak awesome" kata Gilbert. "Kamu pikir aku yang awesome ini nggak bosan apa harus ngelewatin tiga tahun ngeliat muka dan dengerin omongan pedas kamu lagi? Aku juga bosan, tahu!"
"Kalau gitu pergi jauh-jauh dong! Pergi ke mana kek supaya aku gak bisa ngeliat kamu lagi" kata Arthur.
"Duh, Artie, yang harus pergi jauh-jauh tuh kamu. Kamu kan juga diterima di SMU Allied, kenapa harus ikut-ikutan masuk SMU Axis sih? Aku yang awesome ini cuma diterima di sana tahu, gak bisa pergi ke mana-mana, nah kamu, ke SMU Allied aja sana, jauh-jauh dari aku yang awesome ini" kata Alfred.
"Maunya aku juga begitu, tapi gak bisa tahu. Keluargaku nyuruh ke SMU Axis karena sekolah itu punya kurikulum sastra" kata Arthur.
"Oh, Iggy, kamu sudah punya ide buat novel terbaru kamu ya?" tanya Alfred antusias.
Arthur tersenyum masam. "Kayaknya bukan urusan kamu deh" katanya. (Bujug Iggy…mulutmu memang banyak bacot ya! –dijejalin scone sama Iggy-)
"Ih~ Iggy jahat~" ratap Alfred.
"Kalau sudah selesai, aku boleh baca kan, kak Arthur?" tanya Matthew.
Melihat wajah Matthew, Arthur jadi luluh juga. Secara siapa sih yang bisa marah sama anak semanis dan seinnocent Matthew? Memarahi dan berkata kasar sama Matthew? Duh…dia bakal merasa jadi orang paling jahat sedunia kalau sampai melakukan itu sama Matthew.
Baru saja Arthur mau membuka mulut untuk menjawab, Gilbert sudah menyelanya. "Nggak usah baca novel-novel dia terlalu banyak, Mattie. Kebanyakan membaca novel Artie bakal bikin mental ama kejiwaan kamu terganggu. Novel dia sama sekali gak awesome"
Arthur melirik tajam kepada Gilbert. "Kamu punya masalah apa sih sama aku? Ngajak berantem, ya?"
Matthew tersenyum melihat tingkah mereka, tapi tak lama kemudian, sebuah senyum sedih terpasang di wajahnya.
"Wah? Kenapa Mattie, kok tiba-tiba wajah kamu jadi sedih gitu?" seru Gilbert yang melihat perubahan wajah Matthew.
"Nggak, cuma sedikit sedih, setelah ini kita kan akan pisah" katanya pelan.
"Hei" Gilbert merangkul Matthew sambil menyeringai. "SMU Axis cuma sekitar seratus meter dari SMU Hetalia, dan kamu ingat kan SMU Allied itu di mana?"
"Bener, Matt, SMU Allied tepat berada di tengah-tengah keduanya" kata Alfred. "Makanya aku, sang hero kakakmu ini memilih sekolah di sana"
Matthew terpana, seolah dia baru saja menyadari fakta yang dibeberkan sahabat-sahabatnya tadi. Dia memandang kakak dan sahabatnya itu. Keduanya balas memandang sambil tersenyum. Arthur yang jarang tersenyum pun ikut tersenyum tipis.
"Tapi…kalian nggak memilih SMU-SMU itu karena aku, kan?" tanya Matthew. Dia tidak mau sahabat-sahabatnya terpaksa masuk ke SMU pilihan mereka, tapi dengan alasan demi dirinya. (Duh, Mattie kamu memang sangat disayangi sama Alfred, Gilbert ama Arthur ya. Tapi aku jauh lebih sayang kamu daripada mereka, makanya kamu sama aku aja ya? –Author dihajar Alfred, Arthur, sama Gilbert-)
"Nggak" jawab Alfred. "Walaupun itu juga salah satu alasan, supaya aku bisa ngejaga kamu terus, tetapi alasanku adalah karena SMU Allied punya klub fotografi terbaik di kota ini"
"Kalau aku karena klub sepak bola di SMU Axis adalah yang paling awesome di kota ini" kata Gilbert sambil menyisip teh esnya. "Dan cowok-cowoknya berstandar tinggi"
"Terima kasih atas pujiannya" jawab Arthur sinis.
Gilbert langsung tersedak tehnya saat Arthur mengatakan itu, membuat Matthew tertawa.
"Sekarang kamu sudah lega, kan?" tanya Alfred pada adik kembarnya itu.
"Uhm!" jawab Matthew sambil mengangguk.
"Ihh…imut banget sih kamu~ aku seneng banget kamu jadi adikku" kata Alfred sambil mengacak-acak rambut Matthew.
Gilbert dan Arthur sudah berteman sejak kecil (sahabat yang aneh…-ditabok-), tetapi dengan Alfred dan Matthew mereka baru berteman ketika masuk ke SMP. Alfred dan Matthew adalah kakak beradik kembar yang pindah ke Inggris dari Amerika. Mereka menjadi akrab sejak mereka sama-sama terlambat ke sekolah. Saat mereka tiba, pintu gerbang sekolah sudah dikunci dan tergembok rapat.
"Salahmu nih, Artie" protes Gilbert pada Arthur sambil memandangi sekolah yang terlihat sepi itu. "Kenapa sih kamu nggak bangunin aku? Gak awesome, sekarang kita telat dengan gak awesomenya, kan?"
"Heh, hak apa kamu nyalahin aku? Itu kan kebodohan kamu sendiri" jawab Arthur. "Emangnya aku ini siapamu? Ibu kamu? Lagian di kepala awesome kamu tuh ada otak gak sih, kalau aku bangun duluan daripada kamu, ngapain aku sekarang berdiri di sebelah kamu di luar pagar?"
"Biasanya kan kamu selalu bangun lebih pagi dari aku yang awesome ini" jawab Gilbert. "Lagian kenapa sih mesti hari ini kamu yang gak awesome ini milih untuk bangun telat? Hah, kenapa?"
"Loe banyak bacot deh!" sembur Arthur. "Tadi malam, aku nulis sampai jam dua pagi, kamu sendiri juga, ngakunya awesome, bangun pagi aja gak bisa!"
"Heh, tadi malam ada pertandingan MU sama AC Milan. Tuh pertandingan terlalu awesome buat dilewatkan" jawab Gilbert seakan-akan itu hal yang sudah tidak bisa diganggu gugat. Arthur memutar bola matanya sambil mendengus kesal.
"Terus sekarang gimana?" tanya Arthur sambil berdiri di depan pagar, tangannya mengguncang-guncang pagar dengan ganas.
"Jalan belakang" kata Gilbert, lalu ia berlari. Setelah itu dia menatap Arthur. "Ikut gak?"
Arthur cuma mengangkat bahu dan mengikuti Gilbert.
Saat Gilbert berlari, matanya tertuju pada dua orang berambut pirang yang juga berlari kalut ke arah sekolah mereka.
"Oi" panggilnya.
Anak berambut pirang bermata biru menengok. "Kamu manggil kita?" tanyanya sambil tetap menggenggam tangan pemuda berambut pirang satunya.
"Ya, kalian juga terlambat, kan?" lalu tanpa basa-basi, Gilbert menarik tangan pemuda berambut pirang yang bermata violet, soalnya pemuda yang bermata biru sudah mengerti maksud Gilbert dan sudah berlari ke arah belakang, meninggalkan temannya, saudaranya, atau siapalah itu. "Ayo, ikut"
"Ah…em…anu….itu…" pemuda Amerika berwajah manis itu tergagap. Dia tidak sempat mengatakan apa pun dan tidak kuasa melawan tenaga Gilbert.
Pagar belakang tidak terkunci saat mereka datang dan tidak ada siapapun di sana.
"Oke, ini mencurigakan, terlalu mudah" kata Arthur.
"Kamu pikir bakal ada apa gitu?" kata Gilbert. "Makanya jangan terlalu banyak baca novel-novel gak awesome"
"Aku salah satu penulisnya, manusia sok awesome" kata Arthur.
Dan ternyata dugaan Arthur benar, baru berjalan dua langkah memasuki sekolah dari pagar belakang, mereka disambut suara deham keras. Ternyata, Natalya, guru sosiologi yang terkenal sadis sudah berdiri mengawasi dari balik dinding.
"Benar kan" desis Arthur.
"Berani sekali kalian mengendap-endap memasuki sekolah. Kalian pikir sekolah ini tempat apa?" tanya Natalya dingin. "Apa kalian tidak tahu yang namanya peraturan? Tata krama? Apapun? Kalian ikut saya ke ruang guru sekarang"
Gilbert mengerang. "Gak awesome banget, sih!"
Tiba-tiba dia teringat pemuda yang dia ajak.
"Maaf" kata Gilbert. "Aku yang awesome ini jadi melibatkan kamu"
Pemuda Amerika itu tersenyum manis. "Tapi tujuan kamu kan baik"
"Tapi kamu kan jadi dihukum"
"Nggak apa-apa kok, lagian memang salah kita kok karena telat" katanya.
"Bener" kata pemuda Amerika bermata biru di sebelahnya. "Hero kayak aku bisa mengerti kok"
Gilbert menyeringai. "Jadi, kalian siapa?"
Cowok berambut pirang bermata itu tersenyum. "Aku Alfred. F Jones", dia lalu menunjuk pemuda Amerika bermata violet di sebelahnya. "Dan dia adikku Matthew Williams"
"Salam kenal" kata Matthew sopan.
"Aku Gilbert Beilschmidt yang awesome" kata Gilbert. "Dan dia manusia gak awesome bernama Arthur Kirkland" lanjutnya sambil menunjuk Arthur. Mendengar perkenalan Gilbert, Arthur cuma mendengus kesal.
Hari itu mereka dihukum membersihkan seluruh ruang kelas. Dan sejak saat itulah mereka menjadi sahabat.
"Hunting season" gumam Gilbert saat dia dan Arthur menunggu Alfred dan Matthew. Setelah masuk SMU supaya mereka tetap bersama, setiap hari sepulang sekolah Afred dan Matthew akan pergi ke sekolah Arthur dan Gilbert dan mereka akan pulang bersama dengan mobil Gilbert.
"Hah?" tanya Arthur.
"Musim berburu" kata Gilbert sambil memandangi teman-temannya yang berlalu-lalang sambil berpasang-pasangan
"Ya, kalau begitu pilih aja satu. Bikin nomor antrian terus sebutin nomor yang kamu suka" jawab Arthur cuek sambil tetap membaca bukunya.
"Kamu yang gak awesome tuh lagi ngomongin apa sih?"
Arthur tetap cuek. "Fans club kamu"
"Gue yang awesome ini punya fans club?" tanya Gilbert, pura-pura tidak tahu.
Arthur cuma mendengus.
"Tapi mereka gak awesome, Artie" kata Gilbert sambil menghela napas. "Mereka ngalangin aku buat jadian sama orang yang aku suka" katanya.
"Emang ada orang awesome yang sudah kamu suka?" tanya Arthur balik.
"Yah…" Sebenarnya ada…dan dia dekat banget sama kita…batin Gilbert. "Nggak" katanya.
"Sudah kuduga"
"Gimana kalau kamu bantu aku, Artie?"
"Bantu apa?"
"Pura-pura jadi pacarku yang awesome!" seru Gilbert. "Jadi mereka akan mundur teratur".
Arthur memandang Gilbert dengan pandangan kosong. "Sudah gila ya?" katanya.
Tidak lama kemudian, Alfred datang sambil menggandeng tangan Matthew.
"Halo, sang Hero sudah datang nih" seru Alfred riang.
"Ya, hero gila" kata Arthur.
Alfred cuma meringis mendengar hinaan Arthur.
Setelah menyalakan mesin mobil, seperti biasa Gilbert menyalakan radio dengan volume keras. Tidak lama kemudian, suara musik berdentum keras di dalam mobil.
"Duh…Gilbert…" keluh Arthur. "Kecilin kenapa sih"
"Gak usah banyak bacot deh!" seru Gilbert. "Ini mobilku, hak aku yang awesome buat melakukan apa saja di dalamnya"
Arthur langsung merengut. Dia sadar perkataan Gilbert ada benarnya. Di mobil milik Gilbert ini pemegang kuasa adalah Gilbert.
"Kak Arthur, bagaimana kemajuan novel kakak?" tanya Matthew yang duduk di depannya.
"Mattie, aku yang awesome ini menyarankan supaya tidak usah membaca novel terbaru Artie yang sangat tidak awesome! ceritanya tidak ada awesome-awesomenya! Endingnya pun nggak awesome!" kata Gilbert sebelum Arthur sempat menjawab apa pun. "Dan parahnya novel buatannya tidak jelas apakah itu novel, kamus, atau buku skripsi! Sangat gak awesome!"
"Dia nggak nanya kamu, manusia awesome!" gerutu Arthur.
"Dan semua karakter-karakternya masih tetap karakter-karakter gak awesome seperti dulu…"
"Heh!" Arthur memotong dengan kesal. "Kamu semakin lama semakin banyak bacot ya! Itu semua gara-gara siapa? Seharusnya kamu ngaca dong, keadaan orang-orang di sekeliling aku ini gimana? Bagaimana aku bisa mengembangkan karakter novelku kalau yang setiap kali kutemui cuma orang-orang gila macam kalian? Bahkan, Matthew yang mulanya polos sedikit demi sedikit terkontaminasi dengan ke 'awesome' an dan ke 'hero' an kalian!"
Matthew tertawa pelan.
"Iggy, enak saja menyalahkan kami" seru Alfred, "Itu karena kamu gak punya imajinasi Iggy. Coba aja kamu lihat film-film Amerika, untuk cerita horror, kamu gak mesti harus ketemu hantu, cerita thriller, kamu gak usah harus ketemu atau menjadi psikopat, film alien, kita gak harus mencari UFO. Seharusnya kamu bayangkan karakter lain selain kami-kami ini dong! Lagian masa kamu segitu sedihnya sampai gak punya teman sih, Iggy"
"Gak usah ikut-ikutan ngebacot" seru Arthur.
"Jadi cuma Gil yang boleh ngebacot sama kamu? Ada apa nih diantara kalian…"
"Nggak ada apa-apa!" seru Arthur.
"Jangan-jangan…" Matthew berkata pelan. "Kalian sudah pacaran?"
"Tuh kan, Artie" kata Gilbert. "Kamu memang harusnya pacaran sama aku"
Arthur langsung menatap Gilbert. "Kenapa kamu ikutan ngebacot juga?"
"Jadi Gilbert sudah ngajak kak Arthur pacaran ya?" tanya Matthew.
"Sudah, dan kutolak mentah-mentah ajakan gilanya itu" kata Arthur.
Gilbert memandang pantulan wajah Matthew dari kaca spion dengan pandangan kosong. Apa sekarang…aku bisa jujur padanya?...mengenai perasaanku padanya?
"Mattie…" kata Gilbert pelan.
"Ya?" tanya Matthew sambil tersenyum.
"Mau pacaran denganku, nggak?" tanya Gilbert tanpa basa-basi.
Keadaan di mobil langsung sunyi-senyap sebelum suara Arthur dan Alfred bersamaan berkata. "Aku nggak setuju!"
"Yang kutanya Mattie, kenapa malah kalian yang ngejawab?" seru Gilbert.
"Duh, Gilbert!" Arthur serasa mau menghajar sahabat sejak kecilnya itu. Bagi mereka, Matthew adalah adik yang harus dilindungi dari siapa pun "Kamu nyadar gak sih kalau Matthew bisa aja dijahati fans club kamu yang banyak banget itu? Kalau dia dianiaya gimana? Kalau kamu gak serius, lebih baik jangan"
"Benar, aku nggak setuju kalau kamu pacaran sama Matt cuma buat menghindari fans clubmu!" seru Alfred. "Sang hero nggak akan membiarkannya!"
Gilbert menghentikan mobilnya di pinggir jalan, dan menatap Arthur dan Alfred. "Aku yang awesome ini serius! Aku suka sama Mattie dari dulu! Dari dulu yang selalu baik sama aku cuma Mattie! Buat aku Mattie itu orang awesome yang posisinya tidak tergantikan!" serunya.
Mendengar itu wajah Matthew langsung bersemu merah.
Alfred memandang tajam Gilbert. "Serius?"
"Serius awesome, Alfred" kata Gilbert.
"Ya…asalkan kamu gak manfaatin Matt buat ngusir fans club kamu dan kamu sayang sama dia…gak masalah" kata Alfred.
"Jadi Mattie, kamu mau jadi pacarku?" tanya Gilbert lagi.
Matthew tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Ya" katanya.
"AWESOME!" seru Gilbert sambil menggenggam tangan Mattie dan mencondongkan tubuhnya untuk mengecup bibir Matthew pelan.
"Ya cukup! Gak usah mesra-mesraan" kata Arthur.
"Artie, gimana kalau kamu dan Alfred juga jadian?"
"Gak sudi! Aku lebih memilih bunuh diri daripada pacaran sama Alfred, si hero gila itu" kata Arthur.
"Duh, Iggy, mulutmu tuh berbisa banget sih, bisa nggak ngomong lebih lembut sedikit?" seru Alfred. Arthur langsung melotot memandangnya, sementara yang dipelototi hanya senyum-senyum gaje.
"Jangan bilang begitu deh, Artie, nanti kena karma" kata Gilbert.
"Apa itu karma?" kata Arthur sinis. "Persetan dengan yang namanya karma"
Gilbert dan Alfred hanya menyeringai mendengar jawaban teman tsundere mereka itu.
Tidak lama kemudian, mereka tiba di rumah Alfred dan Matthew. Kedua orang itu pun turun dari mobil.
"Goodbye, my honeeeeyyy!" seru Gilbert pada Matthew.
"Stop! Kamu bikin aku mau muntah!" gerutu Arthur. "Cepat jalan!"
Gilbert terkikik dan menjalankan mobilnya, tidak lama kemudian mobil itu menghilang.
"Kamu benar-benar suka sama Gilbert?" tanya Alfred saat dia dan Matthew berjalan ke arah rumah mereka.
"Ya…" kata Matthew dengan muka merah. "Kenapa?"
"Tidak, hanya saja…" Alfred menghela napas. "Hubungan tanpa cinta itu hanya sebuah hubungan sia-sia yang menyakitkan, Matt. Aku nggak mau kamu terluka"
Matthew tersenyum dan menggenggam tangan kakaknya lembut. "Nggak apa-apa" katanya manis. "Kakak, kak Arthur dan Gilbert…kalian semua akan selalu memastikan aku nggak terluka dan melindungi aku kan?"
Alfred tersenyum dan meremas tangan adiknya lembut, seolah menyatakan dukungannya pada adiknya itu.
Author note:
Holaaaa…ini fanfic hetalia saya yang baru! Dan… -membaca ulang fanfic ini dan langsung pucat-…sepertinya fanfic hetalia saya semakin lama semakin gaje, hancur, lebay, dan jelek. HUAA…maafkan saya…saya emang sotoy bikin nih fanfic padahal fanfic yang kemaren aja belum selesai…
Tapi keinginan saya membuat fanfic USUK sudah tidak bisa tertahan lagi, terlalu menggebu-gebu, sehingga terlahirlah fanfic hancur ini.
Saya tahu fanfic ini jelek, saya sendiri merasa fanfic ini jelek…apalagi rasanya karakternya terlalu OOC…terutama Arthur yang rasanya omongannya bener-bener menusuk hati…saya gak tahu tepatnya seorang tsundere itu seperti apa.. XO
Tapi…fanfic ini sudah saya tulis…jadi saya berharap anda semua bisa menikmati fanfic ini dan menyukainya jika bisa…
Terakhir…saya mohon REVIEW anda sekalian supaya saya bisa mengetahui bagaimana anggapan anda mengenai fanfic saya ini…
Terima kasih sudah mendengarkan ocehan tidak penting saya ini.
Sekian.
