Chapter 1
Beginning
.
.
.
-Happy Reading-
.
.
.
"Sakura, kau melamunkannya lagi?"
"Hmm."
"Yak! Forehead, bisakah kau tidak mengabaikanku."
"Pig, kau mengganggu."
"Oh syukurlah ternyata kau menyahutiku saat kupanggil 'forehead'. Kau masih memikirkannya 'kan?"
"Bukan urusanmu."
"Ayolah forehead, ini sudah 1 tahun kau melakukan hal yang sia-sia. Terimalah kenyataan bahwa orang itu memang tanpa cela, dia sempurna."
"Jangan gila, pig. Tak ada yang sempurna di dunia ini. Termasuk dia. Jadi, pasti akan kutemukan."
"Terserahmu. Aku baru tahu ternyata kejeniusan dan kebodohan itu beda tipis ya."
Aku Haruno Sakura, 16 tahun. Siswi kelas 2 Tokyo Internasional Highschool. Usia belasan tahun sepertiku ini biasanya memang dipenuhi dengan cerita-cerita picisan khas roman dalam sebuah novel. Masa sekolah yang di bumbui asmara, percintaan khas remaja dengan segala hal yang terkadang terasa manis, asam hingga pahit sekalipun. Para gadis memang selalu lebih sibuk dengan kisah percintaannya daripada nilai D dari ulangan Matematikanya. Ironi kehidupan sekolah—tapi sedikit pengecualian untukku.
Jika kukatakan aku belum pernah jatuh cinta apa kalian percaya? Mungkin terdengar 'aneh' disaat yang lain mulai tertarik dengan lawan jenisnya, sedang tidak denganku. Okay, bukan berarti aku penyuka sesama jenis. Aku hanya tidak atau mungkin belum tertarik dengan hal-hal yang berbau romance. Kupikir Tuhan sedang menyiapkan kisah yang bagus untukku. Bukan kisah cinta yang terlalu pasaran—seperti, kau menyukai salah satu senpai populer di sekolahmu. Bukan-bukan. Tapi, ini tentang diriku yang memiliki err sebuah obsesi aneh terkait seseorang.
Tentangku, kurasa semua biasa saja. Aku berada di kelas Sains 2, siswi yang duduk di sudut kiri belakang kelas. Kalian akan menemukanku, dengan name-tag Haruno Sakura di seragamnya. Siswi kelas 2 yang lebih mempedulikan apakah make-up-nya luntur atau tidak daripada tugas praktikum Biologi menyedihkan dari Shizune-sensei. Bercanda. Jika kalian mencari orang seperti itu, pastilah Ino pig akan jadi jawaban paling absolut untuk itu—dan bukan aku. Satu lagi, beberapa minggu yang lalu aku mendapat amanat untuk menjadi ketua klub jurnalistik menggantikan Kabuto-senpai yang sudah kelas 3. Ah, ini akan semakin memudahkan rencanaku.
"Oi, Sakura-chan."
"Apa?!"
"T-tidak jadi."
Cukup sial karena memiliki chairmate semacam makhluk astral bernama Uzumaki Naruto—dan sialnya lagi bagaimana bisa ia termasuk salah satu lelaki populer di sekolah. Hell. Walaupun begitu, si kuning astral ini adalah salah satu sahabat terbaikku. Tukang tidur di setiap mata pelajaran progam Sains, namun jenius hampir di semua cabang olahraga. Iya, Uzumaki Naruto hanya pandai dalam hal itu. Dan jangan coba-coba tanyakan rumus integral fungsi trigonometri atau bagaimana proses reaksi redoks padanya. Cukup mengherankan, kupikir Naruto bermimpi saat memilih waktu itu.
"Sakura, lihat! Sasori sepertinya baru saja dari ruang Dewan Siswa."
Aku mengikuti arah tunjukkan Ino. Benar, Sasori tengah berjalan santai seorang diri. Melihat arah jalannya, sepertinya ia memang baru saja dari ruang Dewan. Mungkin ada rapat dadakan hari ini. Melihatnya dari jendela kelasku saja sudah membuat berbagai spekulasi tentangnya. Sepertinya ratusan neuron dalam otakku saling menyambung mengalirkan berbagai informasi-informasi yang sebenarnya kurang penting. Aku mulai menerka-nerka. Siapa yang peduli tentang dirinya dan segala kesempurnaannya, intinya setiap manusia pasti punya kekurangan 'kan. Termasuk dia. Okay, itu sebenarnya kalimat dalam sebuah novel tahun 90-an.
"Pig, Naruto tunggu sebentar ya!"
"Hey, mau kemana kau. Setelah ini kita harus kumpul di aula, akan ada pengumuman penting."
"Sakura-chan tunggu dulu."
Entah mengapa ide gila ini kembali muncul tiba-tiba di otakku. Aku pernah mengikuti Sasori beberapa kali untuk mengetahui apa saja yang ia lakukan dan semuanya berakhir sia-sia. Tidak sesuai dengan ekspektasiku, tak ada yang salah dengan apa yang dilakukannya. Dia memang siswa kelas khusus yang tentunya jenius, tapi ia bukanlah orang yang suka pergi ke perpustakaan. Bukan juga lelaki tipe olahraga yang senang bermain sepak bola sampai keringatnya bercucuran—itu tipe semacam Naruto. Namun feeling-ku berbeda kali ini–maka dari itulah, aku keluar kelas dan berjalan santai di belakangnya.
Sebelum pergi tadi aku sempat menyambar buku Biologi Champbell setebal 5 cm yang tergeletak di mejaku. Lalu jika Sasori melihatku, maka aku akan pura-pura membaca buku. Perfect plan 'kan. Sepanjang perjalanan ini, Sasori berkali-kali disapa oleh banyak orang, entah itu laki-laki ataupun perempuan. Bahkan banyak adik kelas genit yang menyapa Sasori dan menunjukkan ketertarikannya terang-terangan. Mereka menjijikkan.
Baiklah, kembali lagi pada tujuan awalku mengikutinya. Aku pun bingung, mengapa aku begitu terobsesi untuk membuktikan bahwa orang itu tidak sesempurna seperti yang orang-orang pikirkan. Namanya Akasuna Sasori, ia adalah ketua Dewan Siswa yang baru di sekolah ini. Seangkatan denganku. Seperti kataku tadi, ia salah satu siswa kelas khusus dan peraih nilai tertinggi saat ujian masuk juga di dua semester kemarin. Cih, katakanlah aku iri padanya. Dan kujawab 'ya' aku memang iri, itulah sebabnya aku berniat mencari kekurangannya. Haha.
Berbicara tentang Sasori, dia memang bukan tipe orang yang murah senyum dan ramah, itulah yang membuatku heran mengapa banyak sekali yang menyukainya. Lalu menurut kabar burung yang beredar, Sasori hafal nama seluruh siswa-siswi di sekolah ini—mulai dari teman seangkatannya, kakak kelas sampai adik kelasnya. Benarkah itu? Who knows. Jika itu benar berarti dia tahu namaku. Jangan sampai ketahuan atau ini akan jadi hal paling memalukan yang pernah aku lakukan dalam hidupku. Meski kata Ino aku sering membuatnya malu karena tingkahku yang kelewat batas normal ini. Sekali lagi itu hanya dari sudut pandangnya Ino.
Aku terus mengikutinya, ia terus berjalan menuju lorong kosong yang berada di ujung belakang gedung sekolah. Dekat dengan ruang musik dan ruang klub drama. Tempat ini sepi, sangat. Bahkan aku dapat mendengar suara langkah kaki Sasori dan langkah milikku sendiri. Apakah aku akan ketahuan jika seperti ini? Tapi ada hal lain yang lebih membuatku bingung. Untuk apa Sasori kemari?
Kami telah melewati ruang musik dan ruang klub drama. Seingatku tak ada apapun lagi disini, kecuali tangga menuju rooftop yang biasanya terkunci. Tapi, sia-sia aku mengikutinya sampai kesini kalau tidak dilanjutkan. Astaga, suasana ini mulai membuatku sedikit takut. Aku memang parno dengan hal-hal berbau mistis. Mungkinkah ada hantu disini? Atau yang sebangsanya?
Ah! Atau jangan-jangan Sasori diam-diam mempunyai kekasih dan mereka selalu bertemu di tempat ini? Karena seingatku Sasori tak pernah diberitakan dekat dengan gadis manapun. Ya, mungkin saja kan? Masa seorang Sasori yang katanya tampan dan manis disaat yang bersamaan itu sama sekali tak memiliki kekasih? Mustahil. Namun jika itu benar, ini akan menjadi berita besar untuk majalah sekolah edisi bulan depan. Mungkin para fans-nya akan langsung bunuh diri dengan loncat dari lantai empat sekolah ini. Oh, itu sangat dramatis dan berlebihan. Jadi, mari kita kembali ke Sasori. Karena terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri, aku jadi kehilangan jejaknya. Aku terus menaiki satu persatu tangga menuju rooftop.
Nihil, tak ada siapapun. Okay, aku mulai ketakutan sekarang. Mengapa Sasori bisa tiba-tiba hilang seperti itu? Apa jangan-jangan yang tadi itu bukan Sasori melainkan hantu yang menyerupainya? Oh tidak, aku terlalu banyak menonton film horor dan salahkan Ino yang mengajak baca memaksaku untuk itu. Aku mencoba untuk terus berjalan, mengedarkan pandanganku keseluruh penjuru. Dan mataku serasa hampir keluar dari tempatnya saat berhasil menangkap satu objek, aku terkejut dengan apa yang aku lihat.
Sasori yang biasanya selalu tampil dengan kacamata–berubah 180 derajat. Ia membuka kacamatanya, dan seragamnya yang biasanya rapi kini sedikit berantakan dengan dua kancing paling atasnya yang terbuka.
What
The
Hell!!
.
.
.
TOBE CONTINUE
Naruto belongs to Masashi Kishimoto
Darling Smoker-The Real You belongs to Bouenkyou (me)
A/N: Kembali lagi bersama saya, masih dengan fict abal2 dengan OTP tercinta saya. Peringatan fict ini nantinya akan mengandung konten sedikit ehm ehm 'dewasa' jadi ratingnya langsung M wkwkwk walaupun ga bakal ada lemon didalamnya karena saya masih polos #plak
Oh ya satu lagi fict ini juga terinspirasi dari sebuah manga, dengan pengembangan sesuai imajinasi saya ya~
See ya~
Agustus 2017
