Chained Up

NCT member

YAOI, bahasa acak-acakan, OOC

Cast milik Tuhan YME, ortu dan agensi. Saya hanya meminjam nama mereka

.

.

.

No matter what I do I won't be able to leave you

.

Jaehyun menghela nafas, ttoki-nya masih bergelung dalam dekapannya. Sebenarnya itu bukan masalahnya –dia senang malah- tapi suhu badan Doyoung lebih tinggi dari biasanya.

Mudahnya, dia demam.

Apa karena dia menyiram Doyoung dengan air dingin? Tidak, tidak. Dia sudah langsung menghangatkan Doyoung dengan bercinta.

Apa karena Doyoung mulai jarang menghabiskan makanannya? Tidak, tidak. Ttoki-nya meminum air kehidupan dengan cukup, berlebihan malah.

Atau karena Doyoung yang.. hamil? Tidak, tidak. Jaehyun mulai menggelengkan kepalanya. Doyoung namja –dia sudah memastikan hal itu, tiap hari- dan dia bukan intersex.

Yah, orang sakit penyebabnya banyak kan. Jaehyun mengguncang tubuh Doyoung perlahan, Doyoung cepat membuka matanya. Dia mendongak dan mendapati Jaehyun tengah tersenyum padanya. "Morning ttoki~"

Kalau Jaehyun memiliki aura lembut dan tersenyum manis, Doyoung bisa memanggilnya Jaehyun.

"Morning Jae," kata Doyoung serak, serak karena bangun tidur dan karena tenggorokannya sakit. "Sudah jam 6? Jae kuliah?" tanya Doyoung dengan nada imut. Jaehyun selalu suka jika Doyoung ber-aegyo, dan Doyoung suka melakukannya karena suka melihat senyum kalem Jaehyun.

"Nanti, ttoki jangan lupa minum obat ya," kata Jaehyun sambil mengusak rambut Doyoung lembut. Doyoung mengangguk sebelum dia agak meringis.

Rambutnya kembali dijambak.

"Ne, master," kata Doyoung menahan sakit yang mulai menjalar di kulit kepalanya. Jaehyun kembali mengusak rambut Doyoung. "Aku pulang cepat, jadi sebelum pulang obatmu harus sudah dimakan."

Ini bukan lagi permintaan seperti sebelumnya, tapi perintah.

"Ne, master"

Chained Up

Hal pertama yang Jaehyun lihat saat tiba adalah Doyoung yang tidur sambil menekuk lututnya. Jaehyun sempat melirik nakas, obatnya sudah tidak ada. Habis diminum.

Jaehyun bergerak membangunkan Doyoung, tapi hal yang tidak diduganya adalah suhu badan Doyoung masih tinggi. Dia memegang kedua pipi Doyoung, panasnya bahkan membuat pipi sang ttoki memerah. "Ttoki? Bangunlah"

Butuh beberapa menit sampai Doyoung membuka matanya, lalu mata itu membelalak. "Master?"

Jaehyun menatap Doyoung khawatir sebelum memeluknya. Doyoung menjatuhkan badannya ke badan tegap Jaehyun, selain karena tubuhnya melemah juga karena refleks. Jaehyun mengusap punggung Doyoung lembut. "Bagaimana perasaanmu?"

Doyoung cukup yakin Jaehyun dalam mood yang bagus. "Kepalaku pusing Jae. Panasnya turun tapi naik lagi," jawab Doyoung lemah. Kepalanya berputar-putar saat akan makan sehingga dia makan hanya sedikit lalu langsung minum obat. Doyoung bermaksud menunggu Jaehyun sambil duduk tapi malah ketiduran. "Suaramu ttoki, kau pilek juga?" tanya Jaehyun makin khawatir. Doyoung mengiyakan dengan suara pelan, membuat Jaehyun memutuskan untuk memanggil dokter keluarga.

Jaehyun baru saja menjauhkan tubuhnya dari Doyoung saat tiba-tiba tubuh Doyoung ikut jatuh.

"Astaga!" Katakanlah Jaehyun jarang panik dalam hal apapun, tapi hal yang menyangkut Doyoung seperti saat ini sudah pasti membuatnya panik.

"Jae.. Kajima," pinta Doyoung. Dia takut, karena sebelum Jaehyun datang langit-langit di atasnya seolah-olah jauh, sangat jauh, lebih jauh dari biasanya. Kemanapun dia melihat semuanya seakan menjauh dari dirinya. Dia menangis, memanggil nama Jaehyun berkali-kali sebelum akhirnya dia tertidur.

Sekarang Jaehyun tahu kenapa mata Doyoung memerah, ternyata bukan karena demam.

"Ne, ne. Aku tidak akan pergi." Jaehyun kembali memeluk Doyoung, sementara Doyoung kembali menangis.

"Jae.. Hiks, pintunya.. Hiks, kenapa makin menjauh?" isaknya yang memperparah pileknya. Jaehyun berusaha tenang, berkebalikkan dengan otaknya yang panik. "Sst, gwaenchana. Aku di sini, gwaenchana." Jaehyun kembali menenangkan Doyoung yang masik terisak. Jaehyun makin mengeratkan pelukkannya. "Gwaenchana."

Doyoung mulai tenang kembali, dia benar-benar tidak punya tenaga untuk menangis. "Tidur ya?" tanya Jaehyun. Doyoung yang menjatuhkan kepalanya di pundak Jaehyun berbisik pelan, "Tapi Jaehyun di sini kan?" Jaehyun mengiyakan sambil merebahkan tubuh Doyoung. Dilihatnya kembali wajah Doyoung, kali ini bibirnya memucat. Jaehyun mencium lembut bibir Doyoung sebelum berbaring di sebelahnya. Tangan Jaehyun mendekap tubuh kurus Doyoung sementara kepala Doyoung direbahkan di dada Jaehyun.

"Lebih baik aku memanggil dokter nanti malam"

Chained Up

Jaehyun menggendong Doyoung ala bridal style, dia menuruni rumahnya yang sepi seperti biasa.

Jung Yunho, appanya pasti masih di Inggris mengurusi perusahaannya.

Kim Jaejoong, eommanya pasti masih di Jepang mengurusi butiknya.

Jung Changmin, hyung tertuanya pasti ikut sang appa ke Inggris.

Jung Taekwoon, hyung kedunya pasti masih mengadakan konser solo-nya keliling dunia.

Jung Eunji, noona-nya pasti masih ada pemotretan sampai malam.

Jaehyun menuju sebuah ruangan kosong, dia menjadikan ruangan ini sebagai tempat pertemuan dengan sang dokter. Dokternya pasti tutup mulut soal adanya Doyoung di sini, tapi siapa tahu jika Kim seongsenim lebih takut pada sang appa daripada dirinya yang memegang kekuasaan di sini?

Doyoung direbahkannya perlahan di ranjang ruangan itu, Doyoung sempat merengek sebelum akhirnya rela melepaskan Jaehyun. Jaehyun tersenyum lembut sebelum mengusap tangan Doyoung, yang kali ini tanpa borgol. Doyoung terlalu lemah untuk kabur seperti 1 bulan yang lalu, Jaehyun percaya itu.

Cklek. Pintu terbuka.

Jaehyun menoleh, dan benar di sana berdiri seorang namja berumur seperempat abad tengah menatapnya bingung. Namja itu tahu benar kamar ini bukan kamar Jaehyun. Namja itu berjalan ke arah Jaehyun dan menemukan jawaban dari kebingungannya. Rupanya ada orang lain yang sakit.

"Apa keluhannya?" tanya Kim seongsenim cepat segera setelah tiba di samping Doyoung. Jaehyun memerhatikan gerak-geriknya dengan pandangan tajam, untung dia kebal dengan tatapan seperti itu. Dia bergerak cepat memakai stetoskop dan memeriksa detak jantung Doyoung. Tidak cepat ataupun lambat, standar. Jadi kemungkinan besar masalahnya bukan penyakit jantung.

"Kepalanya pusing sampai segalanya terlihat menjauh, panasnya kembali naik setelah sempat turun dan dia mulai pilek," jawab Jaehyun lancar. Kim seongsenim mengangguk sebelum memeriksa temperatur tubuh Doyoung. Sang dokter menulis sesuatu di kertas sebelum menyerahkannya ke Jaehyun.

"Hanya demam biasa, Jaehyun-ssi. Biarkan dia makan, minum obat ini dan istirahat yang cukup maka dia akan pulih." Jaehyun mengangguk mengerti. Kim seongsenim merapikannya peralatannya dan memakai kembali jaketnya. "Chamkaman Jongdae," panggil Jaehyun tanpa mengalihkan tatapannya dari Doyoung. Dielusnya rambut Doyoung sebelum lanjut berkata, "jangan mengatakan pada siapapun termasuk suamimu soal ini." Jongdae mengangguk patuh. Sebagai seorang yang diselamatkan Jaehyun dari gang sempit, diberi kesempatan hidup lebih baik dan diberi pekerjaan yang menguntungkan membuat Jongdae tahu bahwa seluruh kesetiannya ada pada keluarga Jung, terutama Jaehyun.

"Tentu tuan muda." Bahkan kebiasaannya memanggil setiap anak dari keluarga Jung dengan terhormat masih belum hilang.

Chained Up

Jaehyun merasa lega. Setelah demamnya 2 hari yang lalu dan kecemasannya yang berlarut-larut, sang ttoki mulai sembuh. Seperti kelinci yang melompat-lompat karena senang, sang ttoki memulai harinya dengan tersenyum, tidak seperti saat dia sakit. Borgol yang semula ditanggalkan pun kembali dipasang kembali ke tangan sang ttoki.

Apa sang ttoki keberatan? Tidak, tidak. Karena sejak awal beginilah permainannya. Jaehyun memberi dan dia menerima. Jaehyun memerintahkan dan dia menjalankan.

"Master.."

Jaehyun kembali menciumnya, lagi, lagi dan lagi. Bibir itu candunya, manis dan seperti stroberi yang tadi dia makan. Doyoung melengguh saat Jaehyun mulai memainkan lidah di dalam mulutnya.

"Master~"

Kali ini Jaehyun langsung membuka bajunya, dia menyerigai.

"Ini akan menjadi malam yang panas"

.

.

.

Haha~ I'm back. Dengan tingkat kesotoy-an luar biasa Panda malah buat sequel dari Love Me Right. Harusnya dari awal judulnya Chained up aja ya.. nyesel Panda. Padahal lirik dan ceritanya nyaris mirip, tentang seseorang yang terperangkap. Dan... gak rate m dulu ya, selain gak kuat bikinnya juga Panda mau nunjukkin kalau Jaehyun itu punya sisi baik(?)

Panda gak janji update ff ini terus, sesuai mood aja. Dan ff ini mungkin gak ada hubungannya sama event yang lagi berlangsung.

Waktunya balasan review~

Nctunited: kenapa jahat? Karena Panda bikinnya begitu XD. Dan kenapa Doyoung gak kabur, itu bakal dijawab di chapter depan.. kalau ada sih. Makasih buat reviewnya

Sblackpearlnim: fufu, Panda selalu pengen memberi kesan Jaehyun yang cinta, tapi cinta itu bisa membuatnya berbuat hal yang gak waras (diborgol, dicambuk) Makasih buat reviewnya

Yuviika: Jaehyun itu terlalu cinta, sampai segitunya. Awalnya mau bilang 1shoot tapi.. malah bisa dibilang prolog sih. Makasih buat reviewnya

PrincessDoyoung: udah Panda lanjut ya. Kan Jae gak mau ada yang memiliki Doyoung selain dirinya *eaa. Makasih buat reviewnya

Boolshit: Panda gak bisa bikin panjang2, kebiasaan bikin cerpen yang pendek *plakk. Makasih buat reviewnya

El Lavender: iya, namanya juga cinta kalau ga buta bukan cinta. Makasih buat reviewnya

Anyway, review juseyo~