Title : A Pieces Of My Heart
Main Cast(s) : Sehun & Luhan
Support Cast(s) : EXO members
Pairing : all EXO couples
Author : Xi Nu Rin
Genre : Sad, School Life, brothership, friendship, action, Bad Boys
Rate : T
Lenght : Oneshoot
Summary : "if you loved me so much, why you walked away?"
Warning : Typo bertebaran di mana-mana, ambrul adul, tak sesuai EYD, panjang overdosis
A/N :
FF ini FF ketiga author tentang HunHan terinspirasi dari novel yang author baca sampe buat author kejer2 T^T pengen banget bisa buat orang nangis-nangis juga #hoho.
Oh yeah, disini author buat member EXO jadi manly yaak #mimisan. Kalian akan mendapatkan perubahan sikap dari sosok sosok member EXO yang pada kalem2 *tahu siapa yang author maksud kan?* jadiii, selamat membaca!
IZIN, SHARE, COPY, SALIN, SEMUANYA HARUS IZIN DENGAN AUTHOR!
FANFIC INI 100% MURNI DARI HASIL PEMIKIRAN OTAK SEMPIT AUTHOR!
CERITA MILIK AUTHOR,CASTS MILIK YANG DIATAS DAN LUHAN MILIK AUTHOR #PLAAK
HAPPY READING~
.
.
.
.
this is brothership
.
.
.
.
don't be a silent reader please!
.
.
.
.
.
if you didn't like HunHan, close the tab!
.
PART 1
.
.
.
.
.
.
Happy reading!
- If You Loved me so much, why you walked away?-
Matahari semakin tinggi, panas yang di pancarkan pun semakin menusuk. Jam sudah menunjukkan pukul 12.30, namun sedari tadi tak ada satupun yang bergeming dari bangku mereka. Semua murid di kelas ini masih sibuk berkutat dengan kertas penuh angka di hadapan mereka. Tak ada suara, namun bisa dipastikan mereka terlihat sangat gelisah. Sementara itu, seorang guru berkeliling kelas dan memeriksa lembar jawaban murid nya. Tatapannya tajam, apalagi saat melihat ada yang menjawab salah. Tatapan maut itu seakan ingin memakan para siswanya.
Ting..
Ting..
Ting..
Bunyi bel menggema di ruangan kelas melalui speaker tanda 30 menit lagi pelajaran akan usai.
"3o menit lagi!" teriak sang guru lantang.
'Sialan!'
Seorang namja yang duduk di pojok ruangan mengacak rambutnya frustasi. Kertas jawaban yang berada di hadapannya masih terlihat kosong. Hanya beberapa soal saja yang dijawab. Tangannya mengepal erat.
"Oh Sehun-ssi!"
Deg!
Sontak semua murid berbalik badan memandang namja yang duduk sendiri itu. Mereka memberikan tatapan kasihan dan Iba. Sehun hanya mendengus kesal. Dia tahu apa yang akan terjadi. Dirinya tertangkap basah sedang menggunakan kalkulator untuk menghitung. Padahal, itu tak diperbolehkan. Tangan guru itu menggenggam kertas ulangan Sehun. Raut wajah Sehun berubah menjadi dingin.
Sraaak!
Kertas ulangan Sehun sukses berubah menjadi dua bagian. Sehun melirik gurunya tersebut dengan tatapan sinis-tak suka.
"Keluar!"
Kelas menjadi semakin hening. Suara gesekan pulpen dan kertas pun menghilang. Semua murid seakan disihir dan membeku melihat adegan keji itu. Bahkan mungkin beberapa di antara mereka menahan napas ketakutan.
Namja yang ber nam tag 'Oh Sehun' itu menggebrak meja keras lalu berdiri. Tangan kirinya dimasukkan ke dalam saku celana dan tangan kanannya menggenggam kertas ulangan yang sudah terbelah dua. Tatapannya datar, namun menusuk bagi siapapun yang beradu pandang dengannya. Sehun menoleh, menatap dingin guru yang berada di sampingnya. Mata mereka berdua saling beradu, seolah mempertahankan keangkuhan mereka.
"Suho Seongsaenim.."
Sehun berbicara dengan nada mengejek. Lelaki paruh baya yang berada di hadapannya mengepalkan tangannya kesal. Namun sebisa mungkin dia menahan ego yang sudah sedari tadi memuncak akibat tingkah anak didik di hadapannya ini.
"Saya bilang keluar, Oh Sehun-ssi." Balas Suho dengan nada yang tak kalah mengejek. Sehun tersenyum dingin.
"Kau pikir, aku akan MENURUTI keinginanmu?."
Suho menggertakkan giginya kesal. Murid yang dihadapinya ini memang terkenal dengan kenakalannya. Banyak guru yang lebih memilih untuk menyerah dalam menghadapi sikapnya yang selalu semena-mena. Namun dia tak ingin menjadi bagian dari mereka. Dia yakin, dia bisa menghadapi anak ini, walau dirinya tahu, Sehun merupakan anak pemilik Sekolah tempatnya mengajar sekarang.
"Sebagai seorang murid, kau harus mematuhi peraturan, Sehun-ssi. Apa kau mau, di skor lagi?"
Nada Suho seakan mengejek keberadaan Sehun yang kini terpojok akibat perkataannya. Tatapan Sehun berubah menjadi tatapan tak suka. Suho tersenyum sinis, akhirnya dia berhasil menaklukkan namja angkuh di hadapannya. Sehun memang habis di skor selama 3 hari kemarin, akibat menendang gurunya karena dirinya tak mau dihukum.
"Oke, kali ini, Kau menang." Ucap Sehun singkat. Diangkatnya tangan kirinya tanda dia menyerah, lalu berjalan santai keluar ruangan. Suho menghela napas lega, lalu kemudian kembali menyuruh seluruh muridnya mengerjakan tugas yang sempat tertunda tadi.
~The Pieces Of My Heart~
Sehun berjalan santai menuju kantin sekolah. Koridor sekolah tampak sepi. Sepertinya tak ada satupun kelas yang telah memulangkan muridnya. Suara-suara lantang yang berasal dari guru-guru yang sedang mengajar di kelas yang Sehun lewati menggema di gendang telinganya. Sehun senang situasi yang seperti ini. Namun tiba-tiba, langkah kaki panjang itu terhenti. Sehun menepuk keningnya pelan. Dia melupakan sesuatu.
Kakinya yang tadi berjalan menuju kantin sekolah berbalik arah menuju tangga yang tak jauh berada di dekatnya. Langkah kakinya yang tadi lambat dan ringan kini terdengar tergesa-gesa. Dia melupakan sesuatu yang sangat penting. Raut wajah Sehun berubah menjadi serius. Anak tangga demi anak tangga dia naiki dengan kecepatan tak biasa. Sehun harus memastikan, kalau dia datang ke sekolah hari ini. Pasalnya, sedari tadi dia belum melihat sosok seseorang yang dicemasinya itu.
Suara gesekan antara sepatu Sehun dan lantai berhenti tepat di depan sebuah ruangan kelas di lantai tiga yang tertutup. Nafasnya tersengal-sengal, namun dia tak ambil pusing.
'KELAS XII-7'
'Semoga saja dia datang..' batin Sehun dalam hati.
Saat hendak memutar kenop pintu kelas tersebut, bel berbunyi nyaring dan membuat Sehun terlonjak kaget. Suasana menjadi riuh akibat teriakan-teriakan senang dari seluruh siswa di kelas yang ada di hadapannya maupun dari kelas yang berjejer di sebelahnya. Belum sempat Sehun menggenggam kenop pintu, pintu tersebut sudah terbuka dari dalam. Seorang guru wanita terkejut dan heran melihat keberadaan Sehun di hadapannya dengan nafas tersengal-sengal.
"Apa anda mencari sesuatu, Sehun-ssi?" tanya guru tersebut dengan sopan. Seluruh guru sudah mengenal Sehun dan mengetahui dengan baik sifat anak tersebut, jadi jangan heran kalau sebagian besar guru yang mengajar di sekolah ini akan menggunakan bahasa formal kepadanya, walau mereka kadang disakiti oleh keangkuhan sosok Oh Sehun.
Bukannya menjawab, Sehun justru melesat pergi tanpa mempedulikan perasaan wanita paruh baya tersebut. Dia masih bisa mengeceknya sebentar.
Sebuah tangan tiba-tiba menggenggam pergelangan Sehun yang sedang menyandarkan tubuh kurusnya di dinding depan perpustakaan. Sehun menoleh, raut wajahnya yang hendak bahagia luntur ketika melihat orang yang di hadapannya bukan sosok yang sedari tadi dia cari. Sehun mendengus sebal.
"Begitukah sikapmu kepada orang yang telah berbaik hati membawakan tasmu?." ucap orang yang berada dihadapan Sehun dan bermaksud menyinggungnya. Sehun hanya berdehem pelan. Tangan kirinya diulurkan ke hadapan sosok di hadapannya tanpa sekalipun mengalihkan pandangan sendunya dari gadget merah yang berada digenggamannya. Orang tersebut memutar bola matanya kesal lalu menyerahkan tas Sehun yang berada di pundaknya dengan sedikit keras. Sehun segera memakainya dan melesat pergi.
"Yak! Oh Sehun!" teriak orang tersebut dan segera mengejar Sehun dan mensejajarkan langkah kaki mereka berdua.
"Ada apa denganmu, eoh? Kau terlihat sangat bad mood. Apa karena kejadian di kelas ta -"
"aku tak peduli soal Suho itu." Potong Sehun yang masih fokus memainkan gadgetnya. Orang yang berada di sampingnya hanya bergumam tak jelas.
"Oh Sehun!"
Teriakan seseorang membuat langkah Sehun dan orang di sampingnya terhenti. Mereka lalu membalikkan badan, mencari sumber suara. Setelah mengetahui siapa yang memanggilnya, Pundak Sehun semakin merosot. Lagi dan lagi, dirinya merasa ditipu.
Lelaki yang memanggil Sehun itu segera berlari menuju ke arah pria yang dijuluki 'Poker face' itu dan memposisikan dirinya di antara kedua hoobaenya tersebut. Yeah, namja ini kakak kelas Oh Sehun.
"Halo Kim Jongin, dan Hai Albino~" sapanya riang dengan tangan yang bertengger di kedua pundak Sehun dan temannya-Kim Jongin a.k.a Kai. Kai merasa risih dan berusaha melepaskan genggaman kakak kelasnya ini.
"Dia tak datang lagi?" tanya Sehun tiba-tiba dan tak mempedulikan sapaan namja tinggi di sampingnya yang tadi mengejek dirinya dengan panggilan 'albino'. Tangan kekar yang merangkulnya itu perlahan merosot jatuh.
"Ani, dia tak datang lagi." Jawabnya dengan nada datar. Sehun menghela napas berat. Sudah dia duga.
"Kenapa dia tak datang, Chanyeol hyung?." Kini giliran Kai yang bertanya kepada sunbae mereka-Chanyeol. Chanyeol menggeleng pasrah.
"Tapi ada yang melihatnya tadi pagi." Ucap Chanyeol. Tangannya bergerak memukul pelan pundak Sehun dan Sehun mengerti apa maksudnya.
"Dia terluka?"
"Aniyo, tapi seperti biasa..." Chanyeol menggantungkan kalimatnya diakhir kata. Sehun mengangguk pelan tanda dia mengerti. Sementara Kai hanya memandang tak mengerti.
"Biasa bagaimana, hyung?" tanya Kai polos. Chanyeol memutar bola matanya malas lalu mengangkat bahunya membuat Kai mendengus sebal.
"Dia balapan lagi."
Jawaban Sehun membuat Kai reflek membulatkan matanya. Namun kemudian tatapannya kembali tenang. Hal itu sudah biasa terjadi terhadap orang yang sedari tadi dicari Sehun. Yeah, tekankan itu. Su-dah bi-a-sa ter-ja-di.
"Aigoo.. semoga dia baik-baik saja." Ucap Kai khawatir. Chanyeol mendelik dan Sehun mencibir.
"Luhan hyung bukan anak kecil, bodoh." Cibir Sehun. Kai mengangkat bahunya.
"Semoga saja." Tambah Chanyeol dan membuat Sehun semakin kesal. Namja itu segera berlari dari kedua sahabatnya dan membuat Kai dan Chanyeol terkejut. Namun, tak ada satupun dari mereka berdua yang mengejarnya. Karena mereka tahu, Sehun sedang ingin pulang sendiri.
~ The Pieces Of My Heart~
"Halooo dongsaeng kesayanganku~ tumben kau ingin menelfonku seperti ini."
Suara di seberang sana membuat telinga Sehun panas. Sehun mencibir pelan.
"Eodiseo?" Ucap Sehun to the point. Orang yang ditelfonnya hanya terkekeh lalu menarik nafasnya dalam-dalam.
"Kau tak perlu mencemaskanku, babo. Nan gwaencanha."
Walau nada bicaranya dibuat seriang mungkin, namun Sehun tahu yang sebenarnya. Tangannya mengepal erat. Seandainya namja yang ditelfonnya ini ada di depannya, mungkin Sehun sudah meninjunya sedari tadi.
"Kau yang babo, Lu." Cibir Sehun dan sukses membuat namja bernama Luhan yang sedang ditelfonnya itu tertawa.
"Jangan sok mengguruiku, anak kecil. Ah iya, aku harus pergi. Katakan pada Eomma dan Appa aku baik-baik saja, eoh? Ittabayo, nae dongsaeng~"
Sebelum sempat memberikan Sehun kesempatan untuk berbicara, lelaki itu sudah lebih dulu menutup telfonnya. Sehun memandang gadgetnya dengan tatapan kesal. Kalau saja gadget ini bukan pemberian kakak semata wayangnya-Luhan, mungkin sudah sedari tadi dia membantingnya.
Saat hendak menghempaskan dirinya di kasur kesayangannya, gadget Sehun bergetar tanda ada message yang masuk. Sehun dengan ogah-ogahan melangkah lunglai menuju gadgetnya yang terletak di atas meja belajar.
'From : Stupid Lu
I forget to tell you something, today i'm not go back home again. Just say to mom and dad that i was already sleep if they back, okay? I love you, my cute brother~'
Sehun menatap datar layar gadgetnya. Tangannya bergerak hendak menulis sesuatu, namun kembali diurungkannya. Sehun berjalan menuju kasurnya dan menghempaskan tubuh kurusnya di tempat tidur. Tatapannya menerawang. Pikirannya hanya tertuju pada kakak semata wayangnya tersebut.
Oh Luhan. Namja yang notabene adalah hyung Sehun ini tak jauh berbeda dengan sifat adiknya. Justru, Luhan lebih nakal, lagi. Dia terkenal dengan sikap keras kepala dan beringasnya. Kalau Sehun dihormati oleh guru-guru, Luhan justru ditakuti oleh mereka. Tatapan Luhan memang tak setajam Sehun, tubuhnya juga tak se kekar Chanyeol, namun, perkataannya yang selalu berhasil menusuk telak hati orang yang disinggungnya membuatnya sangat ditakuti. Namun, Luhan bukanlah orang yang seperti Sehun yang tak pernah sekalipun tersenyum. Namja yang duduk dikelas XII-7 ini sangat murah senyum. apalagi kalau mood nya lagi dalam keadaan yang baik, dia tak akan sungkan menyapa atau membantu orang. Perawakan tubuhnya juga tak seperti Sehun. Tubuhnya mungil, badannya ramping, matanya bulat dan memancarkan sinar ketenangan, bibirnya mungil dan berbentuk cherry, dan pipi nya sedikit chubby. Luhan tak mempunyai tatapan seperti Sehun. Dia tak pernah sinis, kecuali kalau terhadap orang yang sangat dibencinya. Dia juga tak suka membentak ataupun melawan gurunya. Namun, tetap saja, Luhan sangat nakal. Dia jarang masuk sekolah. Biasanya dia memilih bolos dan mengadakan racing bersama gank nya. Yeah, Luhan anak racing. Jangan ragukan badannya yang mungil itu. Walau badannya mungil dan tampak lemah, namun dia sangat piawai dalam meliuk-liukkan motor yang lebih besar dari tubuhnya. Luhan cukup terkenal dikalangan pecinta race. Namun tentu saja, musuhnya pun bergelimpangan dimana-mana. Kadang kala, Luhan pulang dalam keadaan memar dan lebam di wajahnya. Tak jarang, anak itu terlibat perkelahian antara lawan racingnya. Sehun selalu berusaha untuk memberhentikan kakaknya, namun Luhan menolaknya dan mengatakan kalau dia akan baik-baik saja.
Sehun memejamkan matanya perlahan. Memikirkan nasib kakaknya membuatnya merasa lelah. Luhan memang sangat keras kepala. Dia tak pernah peduli akan keadaan sekitarnya. Bahkan keselamatan dirinya pun dia tak pernah peduli. Sehun tahu, kalau kakaknya melakukan hal itu karena stress memikirkan keluarga mereka. Sehun tahu kalau Luhan membutuhkan hiburan untuk menghilangkan kepenatannya atas masalah yang terus menimpa keluarga mereka. Namun sekali lagi, Sehun tak pernah ingin kakaknya terancam. Itu karena dia menyayangi Luhan.
"Tok tok tok tok"
"Eunggh.."
Saat sedang asik menyelam ke dalam alam bawah sadarnya, suara ketukan pintu membuyarkannya.
"Tuan Sehun, waktunya makan. Nyonya Oh memanggil anda untuk turun."
Suara lembut itu membangunkan Sehun. Matanya refleks melihat jam weker yang terletak di atas meja kecil di samping tempat tidurnya. '19.30'. Orangtuanya sudah pulang.
Sehun berdehem pelan lalu beranjak menuju kamar mandi. Dia berharap Luhan sudah pulang.
30 menit kemudian, Sehun keluar dari kamarnya dengan tampilan rapi dan segar. Dengan langkah berat dilangkahkannya kakinya menuruni anak tangga dan berjalan pelan menuju ruang makan. Dia tak pernah menyukai acara makan malam bersama keluarganya. Begitupula dengan Luhan.
"Selamat datang, tampan. Duduklah."
Kedatangan Sehun disambut dengan senyum sumringah orang tua Sehun dan Luhan. Sehun hanya diam dan melanjutkan langkahnya menuju kursi yang tersedia dan melewati beberapa pelayan yang membungkukkan badan mereka dengan hormat. Sehun menarik kursi tersebut dan segera duduk. Matanya mencari keberadaan kakaknya. Sehun menghela napas pelan. Lagi dan lagi, dia tak ada..
"Mana kakakmu, Sehun?"
Pertanyaan Tuan Oh membuat Sehun terkejut. Namun, dia berusaha mengatur ekspresi wajahnya.
"Dia sudah tidur." Jawab Sehun pelan. Mama dan Papa mereka saling berpandangan dan mengeryitkan dahi heran.
"Tidur? Jam segini? Memangnya apa yang telah Luhan lakukan?"
Kini giliran Ny. Oh yang bertanya. Sehun hanya mengangkat bahu dan meneguk minumannya untuk menenangkan pikirannya yang sempat kacau. Tanpa bertanya lebih lanjut, Ny. Oh dan Tuan Oh kembali melanjutkan makan mereka.
Sehun melirik kursi kosong yang berada di sampingnya. Seharusnya Luhan ada di situ, duduk bersamanya. Menemani nya dalam suasana yang canggung ini. Dia tak pernah ingin makan malam dengan kedua orang tuanya. Suasana akan canggung, karena mereka tak pernah mengobrol bersama. Orang tua Sehun dan Luhan sibuk bekerja tanpa memikirkan anak mereka berdua. Karena itu, Luhan selalu mengatakan kalau dia benci Eomma dan Appa nya.
"Oh yah, aku dengar kau terlibat perkelahian lagi dengan Tao?"
Sehun mengangguk pelan menjawab pertanyaan Tuan Oh. Tuan Oh menghela napas.
"Chagiya, kau sudah besar. Tak bisakah kau menghilangkan sifat pendendammu itu?." Ucap Ny. Oh khawatir. Dia hendak mengelus pundak Sehun namun dengan sigap Sehun menghindar. Ny. Oh sempat terkejut. Namun dia tahu sifat anak bungsunya. Diurungkannya niatnya itu dan lebih memilih melanjutkan makannya.
"Aku selesai."
Perkataan Sehun membuat Ny. Oh dan Tuan Oh menoleh menatap anak bungsu mereka. Sehun meletakkan garpu dan sendoknya di atas piring yang masih terisi full makanan. Sehun bangkit dari duduknya dan berjalan menuju tangga. Ny. Oh dan Tuan Oh saling berpandangan dan memasang wajah sedih. Mereka tahu, kalau anak mereka berdua tak pernah ingin berlama-lama bersama kedua orang tuanya. Mereka lebih suka menyendiri, mengunci diri mereka di dalam kamar.
~The Pieces Of My Heart~
"Yo! Kau datang juga, Oh Luhan."
Seorang namja bertubuh yang mirip dengan Luhan menyambut kedatangan lelaki itu dengan riang. Luhan tersenyum dan membalas pelukan pria tersebut yang merupakan rekan seganknya.
"Apa kau sudah lama menungguku, Lay?" tanya Luhan kepada pria tersebut—Lay. Lay menggelengkan kepalanya dan segera merangkul Luhan.
"Aku baru sampai, Lu. Ayo, pertandingan akan dimulai. Xiumin sudah ada di sana. Oh yah, D.O tak bisa datang hari ini. Katanya dia ada keperluan." Ucap Lay dan membawa Luhan menuju tempat yang disebut sebagai 'tempat pertandingan' mereka. Riuh rendah penonton menggema di telinga Luhan. Suara motor yang saling beradu memecah keheningan. Luhan tersenyum. Keadaan seperti inilah yang selalu membuatnya tenang.
Luhan dan Lay segera menghampiri seorang namja yang berbalik badan dan sibuk meneriaki kedua motor yang sedang beradu kecepatan itu. Luhan memukul pelan pundak lelaki itu dan membuatnya terkejut dan refleks membalikkan badannya. Wajahnya yang notabene imut menjadi ceria. Dia juga teman segank Luhan—Xiumin.
"Selamat malam, Lu!" sapanya riang dan mendapat senyuman dari Luhan. Luhan dan Lay segera memposisikan tubuh mereka di antara kerumunan manusia yang sedang asik menonton pertandingan racing tersebut.
"Siapa yang memimpin?" tanya Luhan dengan suara yang agak sedikit besar agar Xiumin mendengarnya. Suasana memang sedang ramai, jadi Luhan terpaksa harus berteriak.
"Myungsoo. Chen sempat terjatuh di ronde ketiga, tapi aku yakin dia bisa menyusul." Jawab Xiumin dengan mata yang focus k earah depan. Luhan menganggukkan kepalanya. Chen a.k.a Jongdae adalah teman seganknya juga. Mereka berlima, Luhan—pimpinan gank, Xiumin, Chen, Lay, dan seorang lagi, D.O, adalah kumpulan orang-orang yang mencintai dunia race. Mereka berlima terkenal dengan kelihaian dalam membawa motor dengan tubuh mereka yang mungil. Jangan ragukan wajah mereka yang terlihat polos dan lugu. Mereka sebenarnya adalah 'Singa' yang siap menerkam mangsanya kapan saja mereka mau.
Xiumin, walaupun wajahnya terlihat cute, namun sebenarnya dia sangatlah beringas seperti Luhan. Dia juga sangat nakal. Di sekolahnya, Xiumin sering kali diskor hingga berminggu-minggu. Dan bukannya menyesali, Xiumin justru mengatakan kalau itu kesempatan emas baginya agar bisa racing sepuas yang dia mau. Tatapannya tajam, dan siapapun yang melihatnya akan menunduk ketakutan.
Yang kedua ialah Lay. Dari luar, kau pasti akan mengatakan kalau dia itu malaikat. Wajahnya yang polos dan terlihat seolah tak mengetahui apa-apa mampu menipu setiap orang yang pertama kali melihatnya. Namun, sebenarnya, di dalam dirinya tersimpan jiwa iblis. Jangan salah sangka, Lay yang terlihat polos itu sebenarnya adalah seorang 'pedofil'. Menyeramkan bukan? Lay memang sangat mencintai anak-anak. Bahkan mungkin kelewatan. namun Lay hanya melakukan hal yang sewajarnya (?) tanpa pernah menculik anak kecil. Mungkin Lay hanya menyakiti mereka, atau sekedar mengganggu mereka. Lay memang memiliki kelainan, namun dia tetap bersikap wajar. Lay juga termasuk anak nakal di sekolahnya. Maklum, nasibnya sama seperti Luhan. 'broken home'.
Setelahnya ialah Chen. Wajah pria ini benar-benar membuktikan kebenaran pepatah yang berbunyi 'wajah bisa menipu segalanya'. Kalau kau hanya mengenal Chen sekilas, kau pasti tak akan pernah berpikir kalau dia merupakan anak berbahaya. Di sekolahnya, Chen terkenal sebagai orang yang sangat periang, dia pintar menyanyi, orangnya sangat ramah, dan dia juga tak nakal seperti temannya yang lain. Namun, dibalik semua itu, Chen menyimpan sisi lainnya. Sisi yang hanya akan dia perlihatkan di dunia malam. Sisi yang sangat berbahaya, yang mampu membuat tenggorokan seseorang tercekat begitu mendengarnya. Dia anak seorang penjudi professional. Dunia gelap merupakan kesehariannya. Tatapannya juga tajam, setajam elang.
Dan yang terakhir ialah D.O. anak ini pernah sekelas dengan Sehun, namun kemudian pindah setelah membuat masalah dengan meracuni guru yang dibencinya. Dia mantan pacar Kai. Oke, kalian pasti heran. Tapi, yang membuat Kai menjadi seorang gay adalah pria bermata besar ini. Pesona nya mampu membuat Kai lupa segalanya. D.O anak yang misterius. Tatapan matanya tajam. Dia sangat pendiam, bahkan kepada teman segank nya sekalipun. Namun, seperti temannya yang lain, D.O juga merupakan anak nakal. Di antara mereka berlima, D.O lah yang sangat piawai memainkan motor besar tersebut. Dia selalu memenangkan berbagai race dan memecahkan banyak rekor. Harus diakui, D.O ini sangatlah hebat.
Oke, kita kembali ke cerita..
"ciiiittttttttttt"
Luhan, Xiumin, dan Lay tersenyum angkuh. Chen memenangkan perlombaan. Mengkalahkan Myungsoo, ketua gank INFINITE yang telah menjadi musuh bebuyutan Luhan sejak lama. Penonton bertepuk tangan puas akan pertandingan malam ini. Chen memberhentikan motor ducati nya di hadapan teman-temannya dan melepaskan helm nya dengan angkuh.
"Kau melakukannya dengan baik, Chen." Puji Luhan senang. Chen hanya tersenyum tipis. Dilangkahkannya kakinya menuju ruangan khusus untuk mereka diikuti oleh Lay dan Xiumin. Sementara itu, Luhan harus bersiap-siap, karena sebentar lagi giliran dia yang akan menunjukkan kepiawaiannya dalam mengendarai motor.
'aku harus bisa..'.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued
huwaaa selesaiii part 1 nyaa .
gimana? jelek yah? duhh maafkan author yang gabisa buat fanfic bagus ini T^T
maklum masih belajar buat juga...
kalo reviewnya banyak, saya lanjut ke part 2 nya :)
PLS DON'T BE A SILENT READER!
- XiRuLin -
