Dua Sisi

Kaisoo, Hunhan, Sulay, etc

Romance, Drama (Little Humor & Angst)

Rated T (for this Chap)


Annyeong yeorobun :3

Kali ini Grth bikin FF EXO untuk yang pertama kalinya. Ini semacam Remake Drama Taiwan yang judulnya MARS.

Aku tau sebelum aku mempublish FF ini, sebelumnya ada juga yang membuat FF remake yang sama dengan ku. Aku awalnya sempet galau. Mau publish tapi takut di bilang jiplak, tapi kalo gak di publish nanggung karena saat itu hanya tinggal mempublish saja (?)

Tapi Jujur aku sama sekali nggak ngejiplak ff itu. Lagi pula sepertinya cara menceritakannya berbeda._.

Karena FF itu pakai cast Kyumin...

Anggap saja ini Kaisoo version nya aja /nyengir/

Dan satu lagi...

Aku bukan seorang EXOstan ya... Aku ini hanya seorang fujoshi... Jadi liat couple bagus (?) dan cocok itu langsung menggila.

Dan aku sebenarnya ELF._. aku sedikit takut-takut publish ff ini. Aku takut ntar malah di katain multi fandom :" Jadinya Aku ini ELF. Hanya ELF. Dan member exo itu hanya pemuas imajinasi saya saja (?) /di bakar exostan/

oke? oke?

Sekian cuap-cuap dari ku :3

Happy Reading~ :)


Srett Sreettt...Sreettsreettsreettt...

Terlihat seorang namja mungil sedang menggambar di skecthbook miliknya. Ia terus menggoreskan pensilnya, sesekali ia menatap kumpulan anak kecil yang sedang bermain bola yang tak jauh dari tempatnya. Sebagai informasi saja, kini ia sedang di sebuah taman kota di Seoul. Ia sengaja mencari bangku yang sepi. Entahlah, hanya saja ia kurang suka keramaian.

Pemuda itu terus menggambar, sampai tanpa ia sadari ada seseorang yang menghampirinya.

"Ehm... Agashi..."

Twicht!

Samar-samar muncul tanda perempatan di kening namja mungil itu. Ia merasa tersinggung dengan panggilan yang di tujukan padanya. Tapi apa daya namja itu sangat penakut dan pemalu. Jadi dia hanya mendongkakkan kepalanya. Menatap orang yang menghampirinya.

Oh sial...

Ternyata yang menghampirinya laki-laki...

Namja itu langsung membulatkan matanya dan langsung menunduk takut.

"Aku ingin bertanya. Apa di sekitar sini ada Rumah Sakit yang bernama Hwang-..." seseorang yang menghampirinya berbicara lagi, tapi langsung terhenti karena ia tak mengingat nama Rumah Sakit yang ia cari. "Hwang apa?" tanya seseorang itu lagi. Sedangkan si namja mungil itu menunduk bingung. Mungkin namja mungil itu bingung mengapa orang itu bertanya pada dirinya sendiri.

"Ah sial... aku lupa namanya..." guman orang itu lagi. Sedangkan namja mungil itu mulai memperkerjakan otaknya, mengingat rumah sakit di daerah ini yang depannya "Hwang" itu.

Secara tiba-tiba namja mungil itu langsung merobek lembaran yang berisi gambaran tadi, lalu membalikan lembaran tersebut. Dan dengan cepat pensilnya membuat sesuatu.

Selagi ia membuat sesuatu itu, seseorang yang menghampirinya tersebut tak berhenti mengoceh karena ia lupa apa nama Rumah Sakit yang ia cari.

Setelah selesai, namja mungil itu langsung membereskan peralatan menggambarnya. Lalu ia menyerahkan lembaran itu dan langsung meninggalkan orang itu. Ia terus berjalan cepat tanpa memperdulikan panggilan orang tadi...

"Kenapa dia langsung pergi begitu saja?"

.

.

.

.

.

Tap Tap Tap Tap

Namja mungil itu berjalan tergesa-gesa menuju rumahnya. Mungkin ia mengira orang tadi yang menghampirinya mengejarnya. Wajahnya begitu panik dan sedikit pucat.

Dan sesampainya ia di dalam rumah, ia langsung mengunci pintu depan. Berharap orang tadi tidak bisa masuk. Walaupun sebenarnya orang tadi itu memang sedang tidak mengejarnya.

Well, pemikiran yang polos sekali...

Merasa dirinya sudah cukup tenang, ia langsung meninggalkan pintu utama, dan berjalan menuju kamarnya. Tapi, baru 2 langkah ia sudah pucat lagi begitu mendengar suara kunci yang terbuka. Ketika ia berbalik, betapa kagetnya ia saat melihat kunci yang masih bertengger di pintu berputar ke belakang. Tanda ada seseorang yang membuka kunci itu.

Dan semakin pucat ketika ia melihat tangan yang membuka pintu itu adalah tangan laki-laki yang memakai baju kantoran. Ia membeku di tempatnya.

"Kyungsoo-ah...kau kenapa?"

Oh, ternyata namja itu sedang berkhayal. Ternyata ibunya yang datang.

Kyungsoo (namja mungil tadi) menghela nafas lega sekaligus meruntuki dirinya cepat membayangkan orang itu datang.

"Aku tadi melihat mu berjalan tergesa-gesa. Museun illiya?" tanya ibunya lagi.

"Aniyo eomma. Nan gwenchana..." jawab Kyungsoo dengan senyuman manis, berusaha meyakinkan ibunya bahwa ia baik-baik saja.

"Jinjja?" tanya ibunya lagi. Ukh... Kyungsoo memang tidak bisa menyembunyikan sesuatu dari ibunya.

Kyungsoo menatap ragu ibunya.

"Nde nan gwenchana. Hanya saja tadi aku bertemu seseorang..." akhirnya Kyungsoo mulai berbicara yang sebenarnya.

"Nugu?"

"Ehm... orang yang terkenal pembuat masalah di sekolah, eomma..."

"Mwo?!" pekik ibunya yang langsung menghampiri Kyungsoo.

"Lalu kau diapakan olehnya?" tanya ibu Kyungsoo panik.

"Err... ia menanyakan dimana Rumah Sakit Hwangsoo..." jawab Kyungsoo menatap ibunya dengan polos. Ibunya langsung bernafas lega mendengar jawaban Kyungsoo.

"Oh, hanya menanyakan jalan. Kenapa kau begitu tegang?" tanya Ibunya lagi kali ini dengan tersenyum. Oke, ibunya ini senang sekali menggodanya.

Kyungsoo langsung memajukan bibirnya dengan imut.

"Aku tidak suka mereka, eomma..." katanya dengan kesal, lalu ia meninggalkan ibunya menuju kamarnya.

Tanpa Kyungsoo sadari, senyuman ibunya memudar ketika mendengar perkataannya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Di Rumah Sakit Hwangsoo...

"Ini aku sudah membawakan oleh-oleh yang kau minta. Untung saja aku membelinya sebelum pertandingan..." ujar namja berumur 23-an kepada seseorang di depannya. Sedangkan yang di ajak bicara hanya terdiam sesekali tersenyum tipis.

"Dan ini pesanan special mu. Spaghetti yang kau pesan. Kau tahu? Harganya sangat mahal, Kai..." kata namja itu sambil mengeluarkan bungkusan spaghetti dan juga beberapa wine untuk ia minum.

Sedangkan Kai lagi-lagi hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum tipis.

"Oh ya aku juga punya oleh-oleh yang lain. Sebentar, aku ambil dulu di tas ku..."

Kai tidak mengubris perkataan pria itu. Kini matanya terfokus pada kaki pria yang kini sibuk menggapai tasnya yang ada di lantai.

"Suho-ajushi...Bagaimana rasanya?" tanya Kai menatap kaki itu dengan ekspresi datar.

Yang di panggil pun langsung menoleh. Tak lama ia tersenyum.

"Aku tidak tau bagaimana cara menjelaskannya. Yang pasti aku merasakan kegelapan menyelimutiku dan juga badanku terasa sangat ringan..."

"Bukan itu. Yang aku maksud kakimu..." sela Kai sambil menunjuk kaki Suho yang hilang sebagian di kaki kanannya. Bisa di bilang di amputasi.

Suho terdiam. Tapi tak lama ia kembali tersenyum anglelic.

"Rasanya seperti kehilangan salah satu kartu kreditku..." jawabnya sambil terkekeh. "Tapi mau bagaimana lagi? Mereka bilang aku tidak bisa selamat jika mempertahankan kakiku..." lajut Suho sambil menepuk paha kanannya. Sedangkan Kai hanya terdiam dengan padangan prihatin.

"Kenapa ekspresimu seperti itu, Kai? Dan berhentilah memanggil ku dengan sebutan 'Ajushi' aku masih muda ..."

Kai terkekeh mendengar gerutuan Suho. "Berhenti tertawa atau oleh-oleh mu tidak jadi ku berikan!"

Kai langsung menurut. Buktinya tawa yang keluar dari mulutnya tak terdengar lagi.

Ceklek...

"Oh? Kai kau datang?"

"Oh, iya Hyung. Dari mana Lay-Hyung?" tanya Kai.

"Aku aku tadi mengambil gelas wine dari rumah dan sedikit membeli camilan. Kau mau wine?" tawar Lay sambil memperlihatkan gelas wine.

"Aaaa...tidak tidak tidak. Dia masih SMA..." sergah Suho sambil menggerakkan jari telunjuknya.

"Oh iya aku lupa kau masih SMA, Kai..."

"Tapi aku mau..." rengek Kai, menarik-narik ujung baju Lay. Persis seperti anak TK yang merengek minta di belikan permen. Sedangkan Lay (yang sepertinya mulai luluh dengan rengekan Kai) menatap Suaminya.

"Oke oke aku tau... kau boleh ikut minum tapi jangan terlalu banyak, oke?"

"Arraseo appa..." jawab Kai dengan girang,

Suho hanya tersenyum melihat tingkah kekanakkan Kai. Sebenarnya ia tak terlalu memperdulikan panggilan Kai yang berbeda-beda untuknya. Tapi tidak untuk panggilan 'Ajushi'.

"Ngomong-ngomong Kai, Bagaimana kau bisa menemukan rumah sakit ini?" Tanya Lay sambil menuangkan wine ke gelas Kai dan Suho.

"Aku tadi bertanya dengan seseorang di taman. Untung saja di mau membuatkan aku peta..." kata Kai sambil membuka lipatan kertas di tangan.

"Eh, kau yang membuat itu? Aku tak tahu kau mempunyai bakat..." sela Lay sambil menyentuh sisi belakang kertas yang di bawa Kai.

"Hah?"

Kai hanya bisa terperangah. Ia pun membalikan kertas itu. Ternyata isinya gambar sketsa. Seorang ibu yang menggendong anaknya.

Kai tersenyum melihatnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

Kai mendorong kursi roda yang di duduki Suho. Mendorongnya sampai ke halaman rumah sakit.

"Baiklah, hyung kau cukup mengantarku sampai sini aja. Aku jadi kasian dengan mu. Bagaimana kau balik kek kamar sekarang?" tanya Kai sambil tertawa meremehkan. Suho hanya merenggut.

"Aku masih memiliki tenaga, Kai. Jangan kau aku ini kakek-kakek tua yang jalan saja tidak becus..."

"Nah kau sendiri?"

Pertanyaan Kai sontak membungkam bibir Suho. Sial sekali kau Suho ...

"YAK! Jadi sekarang kau mengejekku karena aku tidak bisa berjalan, hah? Walaupun aku sekarang jalan saja tidak becus seperti kakek- kakek tua, tapi aku masih muda dan tampan !"

Suho tau Kai hanya bercanda tentang kakinya yang kini sudah tidak ada. Jadi ia berpura-pura marah untuk mencairkan suasana. Dan Kai sendiri tau kalau Suho marahnya juga bercanda.

"Hehehe mianhae hyung. Kan hanya bercanda..." kata Kai sambil beraegyo di depan Suho. Sedangkan Suho hanya terkekeh melihat aegyo (gagal) milik Kai.

"Nan arrayo..." balas Suho dengan aegyo juga.

Kai langsung memasang wajah ingin muntahnya.

"YAAK!" bentak Suho sambil memukul pantat Kai. Sedikit tersinggung dengan tingkah Kai tadi. Kai hanya tertawa menerima pukulan dari Suho.

"Nah, aku pulang dulu Hyung..."

Suho hanya menganggukan kepala tanda mengerti. Lalu Kai pun membalikan badannya.

Baru saja beberapa langkah, tiba-tiba Suho memanggilnya.

"Kai-ah!"

Kai kembali membalikkan badannya, menatap Suho bingung. Dan ia lebih bingung lagi, ketika Suho melemparkan sebuah kunci motor secara tiba-tiba. Kai menatap kunci motor di tangannya.

"Itu hadiah dariku. Kau rawatlah dia dengan baik..." Kata Suho dengan senyum yang terpampang di wajahnya. Tapi Kai masih tidak mengerti.

"Tapi kenapa?... Itu kan motor kesayanganmu?"

"Sudah kau bawa saja dia. Lagipula aku sudah tidak bisa menggunakannya lagi. Jadi rawatlah dia dengan baik..."

Kai akhirnya mengerti. Ia pun mengganggukan kepalanya dan tersenyum.

"Gomawo Suho-hyung..."

.

.

.

.

.

Kai melangkahkan kakinya ke sebuah rumah yang terbilang mewah, sangat mewah. Ia melangkahkan kakinya dengan cepat, seolah-olah dia yang memiliki rumah itu. Pemilik? Jika kalian mengira ialah sang pemilik rumah mewah itu, kalian salah besar.

Ia hanya terlalu hapal dengan seluk beluk rumah ini. Ia sudah terlalu sering menjelajahi rumah ini semenjak berumur 8 tahun.

Jadi kesimpulannya, siapa pemilik rumah itu?

Tentu saja Suho. Siapa lagi orang kaya yang di kenal Kai selain Suho? Jangan tanya kenapa ia bisa masuk dengan mudah sedangkan si pemilik rumah (beserta istri/?) sedang berada di rumah sakit. Code pengaman rumah Suho terlalu gampang untuk di ingat, kawan.

Oke, lanjut ke Kai. Setelah hampir 15 menit Kai berjalan melewati ruang tamu, ruang keluarga dan dapur, akhirnya Kai sampai ke tujuannya. Halaman belakang rumah Suho. Sebenarnya Kai hanya terfokus pada pintu garasi yang berjarak 100 meter dari tempatnya berdiri.

Perlahan ia mengangkat tirai garasi tersebut. Nafas Kai tercekat melihat motor (yang sejenis ninja) yang terlihat sangat gagah dengan warna abu-abu dengan perpaduan silver dan beberapa modifikasi (yang pastinya tidak alay) yang membuat motor itu semakin terlihat keren.

Kai awalnya terbengong melihat motor warisan Suho itu. Jangan katai Kai norak karena melihat motor saja seperti itu. Ia sudah sering melihat motor itu, dengan di kendarai Suho sendiri tentunya. Tapi hanya saja ini berbeda. Ia sudah lama tidak mengendarai motor yang jenisnya seperti motor balap ini.

Kai mulai mengelus badan motor itu. Sedkit berdebu...

Mungkin motor ini sudah tidak ada yang membersihkannya sejak Suho menjalani pertandingan di Italia. Apalagi saat ini Suho masih di rumah sakit.

Kai memasukkan kunci motornya dan mulai menghidupkan mesin motor.

Senyum Kai tak kunjung lepas saat mendengar deru motor. Dan semakin lebar ketika Kai mulai menaiki motor tersebut dan membawanya keluar dari garasi.

.

.

.

.

.

.

Disisi lain di rumah sakit Hwangsoo, lebih tepatnya di sebuah kamar pasien VVIP, Suho terlihat merenung di depan jendela kamarnya. Ekspresinya tak bisa di tebak. Tapi di dalam dirinya, Suho merasa sedih, marah dan kecewa. Ia sangat kecewa kepada dirinya karena ia sangat ceroboh saat pertandingan. Ia sedih bukan karena gara-gara ia kecelakaan saat pertandingan, motornya di ambil alih oleh Kai.

Bukan...

Ia hanya merasa ia sudah tidak pantas lagi bersanding dengan sang istri Lay, atau lebih lengkapnya Zhang Yixing. Mengingat nama sang istri saja ia merasa sedih.

Masih pantaskah ia hidup bersama namjanya itu setelah kejadian ini? Dengan kondisi dirinya yang seperti ini?

Pertanyaan itu masih berkeliaran di otak Suho.

Dan ngomong-ngomong soal motor, Suho merasa sedikit lega dengan nasib motor kesayangannya. Setidaknya keputusannya tepat memberikan motor itu kepada Kai. Setidaknya Kai mampu (atau mungkin terlalu mampu) untuk merawat motornya itu. Apalagi ia sangat tau kalau Kai begitu menginginkan motornya sejak dulu. Ia jadi ingat saat Kai merengek ingin meminta motornya saat di usianya masih 12 tahun (Suho baru berumur 18 tahun saat itu). Suho terkekeh mengingat ekspresi Kai saat itu.

"Hyung..."

Kekehan Suho langsung terhenti dan ekspresinya kembali menjadi sendu. Ternyata sedari tadi Lay memperhatikannya terus dari pintu masuk.

Meski mendengar panggilan dari Lay, Suho tidak berniat membalikan kursi rodanya. Lay mengerti apa yang ada di pikiran Suho. Ia hanya menghela nafasnya.

Perlahan Lay mendekati Suho.

"Hyung, kau memikirkan hal itu lagi?" tanya Lay berjongkok di depan Suho sambil memegangi tangan Suho. Suho tidak membalas pada awalnya. Tapi Lay tetap dengan sabar menunggu Suho untuk berbicara. Berselang beberapa menit, akhirnya Suho membalas pegangan tangan Lay.

Laya tersenyum manis melihatnya.

"Lay-ah..."

"Hm? Wae hyung?"

"Apa kau tidak menyesal menikah dengan ku?"

Lay mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan dari Suho. Sejak kecelakaan itu, sudah puluhan kali Lay mendengar pertanyaan yang sama dari Suho.

"Kenapa harus menyesal hyung? Aku sangat mencintaimu.."

"Tapi saat ini aku su-"

"Cacat? Persetan dengan kau cacat atau apapun. Asal kan itu seorang Kim Junmyeon, aku mencintai sosok itu. Aku sangat mencintai mu hyung..."

Kata-kata Lay sangat menyentuh perasaannya. Apalagi Lay mengetakan hal itu dengan mata berkaca-kaca dan yang pada akhirnya menetes saat Lay mengarahkan tangannya mengelus pipinya.

"Aku sangat mencintaimu hyung. Jebal, jangan ragukan perasaan ku hyung, jebal..." ulang Lay dengan sedikit terisak. Dan hal itu sukses membuat hati Suho mencelos. Suho merasa ia adalah pria paling kejam karena membuat istrinya menangis berulang kali.

"Apakah 3 tahun itu belum cukup membuktikan hal itu hyung? Aku tau itu bukanlah waktu yang lama karena kita berpacaran hanya 1 tahun dan 2 tahun menikah..."

Lay masih saja berbicara sedangkan Suho tetap membeku di tempatnya.

"Karena aku sangat mencintaimu, aku rela di maki-maki ayahmu karena aku mengakui hubungan kita di depan keluarga mu. Aku rela diapakan saja asalkan aku bersama mu hyung..." Lay melepaskan pegangan tangannya dari Suho dan langsung memeluk Suho yang terduduk di kursi rodanya.

Tanpa Lay sadari Suho menangis saat ia memeluknya. Dan Suho membalas pelukan dari Lay.

"Maaf..."

Hanya itu yang bisa Suho bisikan di telinga Lay. Lay yang mendengar itu hanya bisa mengangguk lemah dan mengeratkan pelukannya pada leher Suho.

"Maaf karena sudah meragukan perasaanmu Lay. Dan terima kasih karena sudah sangat mencintaiku. Nado saranghae nae sarang ..."

.

.

.

.

.

.

.

TBC

Hyaaaahhhhhhhh!

Mianhae kalo feelnya nggak ngena sama sekali :""""""""

apalagi di sini kayaknya kebanyakan Sulay moment ._.

Dan sekali lagi maaf jika kadang kalian tidak mengerti dengan apa yang aku jelaskan T^T

sekali lagi mian jika ada kesalahan kesalahan di ff ini :"""

Mind to review? :3