This Chapter was inspired by the song: 21st Century Girls -BTS (and their come back stage on 161013, 21st Century Girls)

.

Jeon Jungkook mematut dirinya di depan cermin. Berkali-kali ia mencoba menata rambutnya, yang dikatai serupa mangkok bahkan oleh kekasihnya sendiri, namun selalu berakhir dengan bibirnya yang mencebik tidak puas dengan bentuk rambutnya sendiri. Memakai gel rambut bukan pilihan tepat karena baunya sungguh tidak bersahabat dengan indera penciumannya, hal yang sama menjadi alasan kenapa hair spray tidak masuk ke dalam daftar pilihannya.

Jungkook menyerah, membiarkan begitu saja rambut kecoklatannya berbentuk seperti mangkok.

Pandangannya kini lurus menatap pantulan telinga kanannya di cermin, ia kembali mem-pout-kan bibirnya. Tangannya meraba daun telinganya sendiri, ia menoleh ke sisi lainnya untuk kemudian melakukan hal yang serupa.

"Uhh.. bagaimana kalau Taetae hyung tahu tentang ini? Bagaimana kalau tidak suka…" tanyanya entah kepada siapa. Ia terdiam beberapa saat sampai pintu apartemennya diketuk beberapa kali.

Jungkook lalu menggelengkan kepalanya beberapa kali untuk menghilangkan pikiran negatifnya barusan sebelum menyambar jaket merah kotak-kotaknya, lalu berlari membukakan pintu menghampiri kekasihnya yang sudah menunggu.

Mereka akan pergi kencan.

.

"Sweet Lesson" -Sequel of Sweet Lie

Disclaimer: I own nothing except the story line and unrequited-love feelings toward Kim Taehyung.

Genre: Romance, Comedy (?)

Pair : Kim Taehyung x Jeon Jungkook

Other casts: Kim Namjoon x Kim Seokjin

Park Jimin x Min Yoongi

Jung Hoseok (Jomblo Sejati)

Rated: T

Warning: Ambigu, typo tak tertahankan

.

.

Part I: Something to Hide

"Hyung, kita mau kemana?" Tanya Jungkook antusias saat ia sudah duduk manis di samping Taehyung yang tengah menyetir mobilnya, bukan mobil milik kakaknya yang menurut Jungkook seperti mobil mafia.

"Hmm…" yang ditanya malah bergumam tidak jelas, ia melirik sekilas kekasihnya yang menatapnya dengan mata berbinar. Bagaimanapun ini adalah kencan pertama mereka setelah resmi menyandang status sepasang kekasih sejak dua bulan yang lalu, dengan catatan kegiatan berbelanja di outlet milik Hoseok dan kunjungan ke kediaman Kim tidak dihitung. "Lotte World."

Dan Jungkook memekik riang, kelewat antusias, membuat Tae terkikik gemas. Tangannya terulur menarik tengkuk Jungkook, lalu berniat mencium pelipisnya. Namun belum sempat bibir pemuda Kim menyentuh kulitnya, Jungkook sudah menghindar sambil menunjukkan cengiran.

"Fo -fokus menyetir." Jungkook gugup, raut wajahnya terlihat aneh, Taehyung tahu itu. Namun ia memilih mendengus geli sambil mengacak rambut kekasihnya. Membuat Jeon muda mengerang protes dan mem-pout-kan bibirnya lucu.

"Umm, hyung?"

"Hmm?"

Jungkook menatap ragu sang senior yang masih fokus dengan jalanan di depannya, lalu terdiam. Taehyung menunggu dan hoobae kesayangannya tidak mengatakan apapun, membuatnya mengeryit heran.

"Ada apa, Kookie?" kakinya menginjak pedal rem perlahan saat lampu lalu-lintas berubah warna merah, lalu ditatapnya Jungkook yang ternyata sedang memandangnya dengan sorot malu-malu. Taehyung semakin keheranan.

"Aku… belum sarapan karena bangun kesiangan."

Taehyung mengulum senyumnya. "Tidak bisa tidur?"

Jungkook mengangguk, dan sunbae-nya hafal betul bahwa satu-satunya yang mampu membuat pemuda Jeon kesiangan adalah tidur terlalu larut.

"Terlalu excited?"

Kali ini Jungkook menggembungkan pipinya sebelum mengangguk karena ia tahu, sebentar lagi bungsu Kim akan menjadikannya bulan-bulanan. Benar saja, Taehyung terbahak sedetik kemudian. Ia bahkan belum berniat menghentikan tawanya saat traffic light berubah hijau.

"Kau seperti anak TK yang terlalu bersemangat untuk darmawisata pertamanya."

"Hyuuuung! Kau menyebalkan!"

Dan Taehyung masih saja terkekeh hingga lima menit kemudian. Jungkook membuang mukanya menghadap jendela, pikirannya dipenuhi tentang sesuatu di telinganya, sesuatu yang membuatnya kepikiran sejak dua hari yang lalu.

Kim Taehyung menganggapnya sebagai pemuda manis yang polos dan menggemaskan, maka Jungkook akan tetap menyimpannya sebagai sebuah rahasia. Dia tidak akan memberitahukannya kepada sang kekasih. Tidak untuk saat ini.

"Aku juga belum sarapan." gumam Taehyung menghentikan mobilnya di depan sebuah cafe yang berada sekitar sepuluh menit dari tempat tujuan mereka.

"Hyungie juga kesiangan?"

Sang hyung mengangguk. Jungkook melayangkan tatapan menyelidik.

"Terlalu excited juga?"

Kali ini Taehyung mengangguk sambil menunjukkan rectangle smile-nya tanpa dosa. Dan Jungkook langsung keluar dari mobil dengan wajah cemberut dan kaki yang dihentak-hentakkan. Jungkook merasa kesal, sangat kesal.

"Kau mengataiku bocah, kau sendiri juga bocah. Dasar bocah!"

Pemuda bersurai silverish purple terkekeh sambil menyusul kekasihnya yang ngedumel. Tangannya memeluk pinggang Jungkook dari samping lalu mereka masuk ke cafe bergaya retro dengan dominan warna biru dan lantai berpola papan catur. Keduanya duduk di sudut ruangan lalu memesan dua porsi pan cake; pancake dengan topping strawberry dan cheese serta eskrim vanilla untuk Jungkook dan seporsi dengan saus maple untuk Taehyung. Jungkook memesan segelas cookies and cream milkshake dan sang kekasih memesan satu cup hot cappuccino.

Mereka menunggu pesanannya dengan Jungkook yang masih menggembungkan pipinya kesal dan Taehyung yang malah asik bermain ponsel. Si hoobae semakin kesal melihat sunbae kesayangannya senyum-senyum sendiri sambil mengamati layar ponselnya.

"Menyebalkan." gumam Jungkook tanpa sadar saat waitress menyajikan pesanan mereka. Waitress ber-name tag Sujeong itu reflek menolehkan kepalanya ke arah Jungkook dengan tatapan kaget. Dalam hati ia bertanya tentang apa yang sekiranya telah ia lakukan sehingga sang pelanggan mengatainya menyebalkan.

"Maaf?" Sujeong mengkonfirmasi, bagaimanapun ini bagian dari profesionalitas kerjan

"Ahh, bukan itu maksudnya." Sujeong kini menoleh ke arah Taehyung. Wajahnya langsung bersemu saat mendapati senyum lebar yang ditunjukkan ke arahnya. "Dia hanya sedang kesal padaku, jangan diambil hati. Tolong maafkan dia."

"Tidak apa-apa, lagipula adikmu terlihat sangat manis. Mana mungkin aku tidak memaafkannya."Sujeong tersenyum ramah, lalu menatap kedua pelanggannya bergantian. Yang lebih tua tersenyum semakin lebar sambil terkikik, sementara yang lebih muda mendengus semakin kesal. Si pelayan menjadi bingung.

"Sebenarnya dia kekasihku."

Dan pengakuan Taehyung membuat Sujeong salah tingkah. Mukanya memerah malu sekaligus terkejut, namun itu tak mampu menyembunyikan raut kecewa di wajahnya. Gadis itu membungkuk lalu meminta maaf berkali-kali sebelum akhirnya undur diri.

"Lagi-lagi dikatai bocah." Jungkook masih setia menunjukkan wajah kesalnya yang terlihat menggemaskan di mata Taehyung. Ia memilih mengabaikan kekasihnya yang beberapa kali mengajak bicara. Pan cake di hadapannya nampaknya lebih menarik untuk dilumat ketimbang bibir kekasihnya yang sedari tadi masih terkekeh sesekali.

"Baby… jangan cemberut begitu."

Jeon muda masih mem-pout-kan bibirnya, tanpa sadar bahwa bibirnya yang bergerak-gerak saat sedang mengunyah membuat sang kekasih semakin gemas.

Benar saja, Kim Taehyung memajukan badannya, menempelkan bibirnya ke bibir Jungkook, lalu melumatnya lembut sebelum menjauhkan kembali wajah mereka.

"Jangan menggodaku seperti itu." gumam Kim muda dengan suara rendahnya. Tangannya terulur mengusap pipi Jungkook yang bersemu. "Aku tidak bermaksud mengejekmu, sayang. Hanya saja kau benar-benar menggemaskan, seperti bayi. Membuatku ingin selalu memeluk dan menjagamu. Aku tidak akan membiarkan apapun atau siapapun melukaimu. Kau tahu, aku bisa menjadi sangat posesif dalam menjaga milikku."

Dan Jungkook semakin menunduk, malu sekaligus tersipu. Rasanya jantungnya penuh dengan kebahagiaan sampai hampir meledak. "Ta -tapi hyung mengacuhkanku tadi."

Taehyung terkekeh, hangat tangan di pipi pemuda bersurai kecoklatan menghilang, sedetik kemudian Taehyung meletakkan ponselnya di sebelah piring pan cake Jungkook. "Maafkan aku karena mengacuhkanmu, kekasihku sangat manis dan aku tidak bisa berhenti mengambil gambarnya."

Obsidian Jungkook menangkap gambar seorang namja yang menggunakan jaket kotak-kotak warna merah dengan dalaman kaos putih polos yang tidak dimasukkan. Namja itu menunjukkan raut wajah kesal yang darimanapun terlihat manis. Mata pemuda Jeon mengamati satu per satu gambar yang muncul di layar ponsel kekasihnya saat jari sang kekasih menggeser touchscreen untuk memindah ke foto berikutnya.

Foto dirinya yang tengah merajuk.

Jungkook semakin menundukkan kepalanya, kali ini sambil tersenyum malu-malu. Taehyung terkekeh ringan saat menyimpan kembali ponselnya.

"Nah, sekarang makan yang banyak karena kita akan main seharian." gumam yang lebih tua menyodorkan potongan besar pan cake ke hadapan Jungkook, membuatnya mendongak dan menunjukkan senyum lebarnya kepada Taehyung.

"Ini rahasia, jangan beri tahu siapapun, oke?"

Pemuda Jeon melahap suapan dari kekasihnya, lalu mengangguk penasaran melihat raut serius di wajah Kim Taehyung. Ia memajukan wajahnya, mengikuti sang senior yang telah melakukannya terlebih dahulu.

"Kau memang menggemaskan ketika ngambek, tapi wajahmu yang sedang tersenyum adalah favoritku."

Dan Jungkook kembali memerah. Kali ini diselingi tangannya yang terulur sambil mencubiti ringan lengan sang kekasih yang terbahak sambil memegangi perutnya. "Taetae hyung menyebalkan. Mr. Alien menyebalkan."

"I love you too, Mrs. Alien yang menggemaskan."

Dan sarapan mereka yang kesiangan diiringi dengan Jungkook yang merengek kesal sambil melayangkan protesnya. Sementara Taehyung tak henti-hentinya menggoda, diam-diam menyuapkan pan cake miliknya ke mulut Jungkook, membuat pemuda bergigi kelinci itu tanpa sadar menghabiskan lebih dari setengah porsi milik senior Kim.

Taehung tersenyum, tidak sia-sia dia berbohong dengan mengatakan dirinya juga belum sarapan, padahal kenyataannya dia sudah makan karena semalam ia tidur di kediaman Kim. Orang tuanya pulang ke Korea dan dia belum memberitahukan kepada Jungkook perihal keinginan mereka berdua untuk segera bertemu dengan sang kekasih.

Mereka selesai lima belas menit kemudian. Taehyung membayar ke kasir sementara Jungkook pergi ke toilet. Entah takdir atau apa, waitress yang tadi melayaninya kini berjaga di meja kasir.

"Ahh, kau lagi." Taehyung tersenyum ramah. Ia mengulurkan sejumlah uang sesuai nominal yang tertera di mesin kasir. Gadis itu menerimanya sambil tersenyum, tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan. Setidaknya itu yang Taehyung pikir.

"Maaf." gumam sang pelayan membalas senyuman Tae tanpa mendapat tanggapan berarti dari namja di depannya. Mereka terdiam beberapa saat sampai akhirnya Sujeong memberikan struk pembayaran. Taehyung mengucapkan terima kasih dengan sopan.

"Boleh aku disini sebentar? Kekasihku sedang ke toilet."

Sujeong tersenyum lebar, terlihat sekali kalau dia merasa senang. "Kau akan pergi ke suatu tempat?"

Sujeong mengamati Taehyung yang memakai jaket merah dengan dalaman kaos bergaris-garis hitam-putih dan celana hitam ketat. Kaosnya dimasukkan asal, menunjukkan belt tipis yang dipakainya. Satu kata untuk Kim Taehyung. Keren.

"Begitulah. Aku akan pergi ke Lotte World."

"Tempat yang menyenangkan."

Taehyung mengangguk setuju. "Apalagi kalau kau bersama kekasihmu."

"Andai aku punya kekasih…"

Taehyung terkekeh menanggapi omongan waitress di hadapannya hingga sepasang tangan memeluknya dari belakang. Pemuda Kim terkekeh memegang lengan Jungkook yang bergelayut manja.

"Kau lama." gumam Taehyung membalik tubuhnya, lalu merangkul pundak kekasihnya yang entah mengapa memasang kembali wajah cemberutnya.

"Aku lupa membawanya."

"Hmm?"

Jungkook mendekatkan bibirnya ke telinga kiri kekasihnya, lalu berbisik. Diam-diam ia melirik pelayan wanita yang masih menatap mereka, lalu mengangkat satu sudut bibirnya. Tae terkekeh mendengar bisikan si namja manis.

"Ada di dashboard mobil. Aku membeli rasa yang kau suka. Berterimakasihlah karena aku membelinya hanya untukmu."

Namja yang lebih muda memekik senang, lalu mengecup lembut pipi pemuda Kim yang langsung mengucapkan terima kasih dan berpamitan kepada waitress itu. Mereka kemudian berjalan keluar dengan Taehyung yang memeluk erat pinggang Jungkook yang bergelayut manja padanya tanpa ia tahu bahwa kekasih manjanya sempat menoleh ke arah si pelayan sambil menjulurkan lidahnya dan tersenyum mengejek.

"Sial. Mereka akan melakukannya." gumam Sujeong kesal. Ambigu.

Pemuda Jeon terseyum senang sejak mereka masuk mobil, dan Taehyung yang tidak mengetahui alasan sesungguhnya yang membuat sang kekasih berubah periang setelah sejak pagi memasang pout manisnya hanya membalas dengan senyum penuh kasih sayang. Mungkin Jeon Jungkook kembali menjadi Jeon Jungkook yang periang seperti biasanya setelah melewati fase lapar yang mengubah kepribadiannya.

Mereka kembali membelah jalanan dengan Jungkook yang bersenandung mengikuti lagu Steal My Girl-nya One Direction, ia mengganti seluruh kata 'her' dengan 'him' dan 'my girl' dengan 'my boy'.

Sebelah tangan Taehyung terulur membuka dashboard untuk mengambil sesuatu yang tadi dicari Jungkook. Ia lalu menyodorkan benda silinder kecil yang langsung membuat kekasihnya berbinar senang.

Nivea.

Rasa strawberry.

"Aku mencobanya satu kali, kau tidak keberatan kan?"

Jungkook tersenyum lebar sembari mengambil lip balm favorit yang diberikan oleh Tae. ia bergumam sebelum memoleskan tipis ke bibirnya. "Tidak masalah, ini kan punya hyung."

Pemuda Kim terkekeh saat memarkirkan mobilnya. "Untukmu saja, aku lebih suka mencicipi rasanya melalui bibirmu."

Setengah detik kemudian, lengan Taehyung terasa panas karena dicubit kuat. Ia terbahak keras. Menggoda Jeon Jungkook memang sudah menjadi hobi barunya sejak mereka berdua mulai pacaran. Dan penyandang marga Kim itu tidak pernah gagal mendapat hadiah umpatan 'menyebalkan', cubitan di lengan, atau sekedar bibir yang mencebik dari sang kekasih sebagai hadiah.

Mereka lalu berjalan memasuki area bermain di Lotte World dengan bergandengan tangan. Jungkook tampak senang karena jujur, ini untuk pertama kalinya ia mengunjungi Lotte World yang terkenal itu. Biasanya ia hanya akan pergi ke game center atau bertanding menggunakan console dengan Jimin jika ingin bermain.

"Kau ingin bermain apa?" Taehyung bertanya saat mereka sudah sampai di dalam. Tangannya melepaskan tautan jemari mereka, lalu beralih memeluk pinggang Jungkook. Bibirnya mengecup ringan pelipis Jungkook beberapa kali, membuat yang lebih muda seolah tersadar akan sesuatu, lalu dengan terburu menyingkirkan lengan Taetae hyung dari pinggangnya.

Taehyung mengeryit heran sementara Jungkook menggaruk tengkuknya canggung. Namun ia buru-buru kembali menautkan jemari mereka dan menunjukkan senyum lebarnya. "Aku mau naik roller coaster. Ayo hyung, cepat!"

Pemuda Kim seketika tersenyum melihat Jeon muda yang terlampau antusias dan menyeretnya untuk mengantri di barisan roller coaster. Untung saja antriannya tidak panjang.

'Mnngkin Kooke sudah tidak sabar.' gumam Taehyung dalam hati.

Lima belas menit berlalu, dan sekarang giliran mereka menaiki wahana yang memacu adrenalin itu. Jungkook merengek minta duduk di kursi paling depan, dan Taehyung menurutinya, dia sampai harus membujuk sepasang kekasih yang sudah menempati seats itu terlebih dahulu. Ia bahkan berbohong dengan mengatakan bahwa kekasihnya akan mual kalau tidak duduk di kursi paling depan. Pasangan itu tersenyum kaku dan bertukar kursi dengan Tae yang tadinya mendapat kursi di baris keempat. Bukan apa-apa, mereka hanya tidak ingin mendengarkan alasan yang lebih absurd lagi.

"Yaayyy!" Jungkook memekik senang. Dalam hati Taehyung bersumpah akan menertawakan kekasihnya kalau pemuda berusia dua tahun lebih muda itu menjerit atau bahkan menangis karena ketakutan.

Sumpah Taehyung pada dirinya sendiri hanya menjadi sumpah kosong saat lengannya memeluk erat sang kekasih yang berteriak sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Taehyung. Mungkin kalau tubuh mereka tidak 'terkekang' oleh besi pengaman, sekarang mereka sudah berpelukan erat seperti Teletubbies.

Taehyung akan dengan setia membisikkan kata-kata penenang saat mereka berbalik atau meluncur dengan kecepatan luar biasa dari titik yang tinggi. Ia bahkan melupakan rasa ngerinya sendiri gara-gara kekasihnya memekik heboh seperti orang mau melahirkan. Lengan Kim Taehyung menjadi korban keganasan pasangannya, terbukti dengan bekas kuku Jungkook yang tertinggal di sana.

Senior Kim bernafas lega saat kecepatan benda yang dinaikinya menurun, sudut geraknya melandai dan cengkraman di lengannya melemah. Jungkook bahkan mendorong tubuhnya dan mulai melepas wajah ketakutannya. Mesin berhenti dan mereka turun.

"Whooaa… menyenangkan sekali!" Jungkook berseru dan seniornya menahan tawa. Taehyung bahkan bisa menangkap lutut hoobae manisnya bergetar. Pasti karena rasa takut belum sepenuhnya hilang.

"Kau pasti ketakutan kan, hyung? Kau memelukku erat sekali."

Kali ini yang lebih tua tidak bisa menahan tawanya. Ia terkekeh lalu menggandeng tangan Jungkook erat. "Kau benar. Makanya kau harus menggandengku agar aku tidak terjatuh saat berjalan karena lututku masih lemas."

Dan Jungkook bersemu, menyadari bahwa sang kekasih sedang ikut mengangkat harga diri seorang Jeon Jungkook. Ia balas menautkan jemarinya sementara bibir mungilnya membentuk senyum tertahan. Mereka lalu berjalan menuju wahana berikutnya.

"Ohh, ayolah, baby… Kau ingin aku naik ini?" Taehyung cemberut saat mereka berdiri di antrian komedi putar berukuran besar. Jungkook tersenyum lebar.

"Kita harus naik ini hyung. Aku jamin pasti seru."

Melihat raut antusias di wajah kekasih manisnya, Taehyung tidak tega melontarkan protes lagi. Walau dalam hati ia malu setengah mati karena pemuda keren sepertinya akan naik kuda-kudaan yang saling kejar-kejaran tanpa henti, Tae tahu betul kalau sampai kiamat, mereka tidak akan saling menemukan. Sungguh malang kisah cinta para kuda itu.

Dan dia benar-benar menuruti keinginan Jungkook untuk menaiki benda itu. Tatapan melasnya yang dilayangkan kepada sang kekasih beberapa detik sebelum mereka menapakkan kaki di lantai besi yang akan berputar hanya dianggap angin lalu oleh Jeon muda yang hanya mendengus dan malah naik terlebih dahulu.

Jungkook duduk di 'sebuah' kuda berwarna coklat muda dan memaksa Taehyung menaiki kuda hitam di sampingnya, tidak tepat berada di sampingnya, karena kuda Taehyung berada sekitar satu jengkal di depan kudanya.

Jungkook terlhat antusias sejak mesin mulai bergerak, dan Taehyung berusaha menikmati permainan juga tanpa mengetahui sang kekasih diam-diam mengambil beberaa fotonya yang sedang menunggang kuda. Kuda mainan.

Pemuda Jeon tersenyum puas saat mereka keluar dari wahana, yang bagi bungsu Kim adalah wahana paling laknat karena, sungguh… mereka berjalan keluar bersama bocah balita dan beberapa orang dewasa yang membawa entah anak atau keponakannya, yang jelas tidak ada pasangan kekasih seumuran mereka yang menaiki wahana itu. Pemuda bersurai kecoklatan langsung memeluk pinggang Taehyung yang memasang wajah datarnya. Jungkook tersenyum menenangkan tanpa mampu menutupi tawa yang sesekali lolos dari bibirnya.

"Kau terlihat keren, hyung. Yang paling keren!"

Taehyung mendengus kasar sebelum akhirnya menunjukkan seringaiannya. "Tantu saja keren, apalagi kalau aku menaiki kuda-kudaan sambil menggendong baby kita kelak. Aku akan terlihat ribuan kali lebih keren."

Jeon Jungkook berhenti tertawa, pipinya bersemu karena tersipu. Kim Taehyung tersenyum menang.

Mereka duduk di salah satu bangku kosong setelah menaiki beberapa wahana lain dengan Jungkook yang sedang cemberut karena ia tidak bisa menaiki permainan air dengan alasan tidak membawa baju ganti. Taehyung sudah menawarkan untuk membeli baju di toko merchandise tapi Jungkook menolak dengan alasan itu akan terlalu boros.

"Ayolah, bunny… jangan cemberut begitu atau aku akan memakan pipimu."

Si bunny hanya bergumam sambil menguselkan kepalanya ke pundak Kim muda. Onyx kembarnya menatap jemari tangan kirinya yang sedang dimainkan oleh Taehyung. Pemuda yang dua tahun lebih tua darinya itu memainkan pangkal jari manisnya dengan ujung jempol dan jari telunjuknya. Entah apa yang mengasyikkan dari kegiatan itu, Jungkook tidak tahu.

"Jungkookie. Kita beli baju di toko merchandise, oke?" Taehyung bisa merasakan gelengan kuat dari kepala Jungkook di pundaknya. Ia mendesah pelan. Kekasihnya benar-benar bocah, bocah manis yang selalu berhasil membuat Taehyung jatuh cinta.

"Hmm… bagaimana kalau satu cup es krim sebelum pergi ke dekat ferris wheel raksasa? Kudengar setengah jam lagi akan ada parade kostum, lalu setelahnya kita bisa naik ferris wheel sambil melihat sunset. How?"

Jungkook menegakkan badannya lalu menatap kekasihnya dengan bola mata yang berbinar. Taehyung tersenyum, ia mencondongkan tubuhnya untuk mengecup bibir Jungkook.

"Ternyata benar, lip balm-nya terasa lebih manis saat kau yang memakai."

Untuk kesekian kalinya dalam satu hari, Kim Taehyung berhasil membuat pipi Jeon Jungkook menghangat dengan semburat merah muda yeng bertegger manis.

Tangan pemuda Kim terulur mendekati wajah Jungkook, lalu menyentuh daun telinganya, memainkan di bagian lobule beberapa saat sebelum Jungkook mendorongnya sehingga otomatis tubuh mereka menjauh.

"Kookie?"

Jungkook mulai gugup, apalagi saat kekasihnya menusuknya dengan sorot menuntut penjelasan. Irisnya bergerak-gerak menghindari tatapan sang kekasih. "Ahh… aku akan membeli es krimnya. Hyung tunggu disini saja, oke?"

Dan tubuh pemuda berbalut jaket merah kotak-kotak itu berlari begitu saja meninggalkan Taehyung yang masih duduk dengan wajah blank-nya. Pemuda beriris coklat itu lalu menghujam punggung Jungkook yang menjauh darinya dengan tatapan tajam. Ia bahkan menangkap Jungkook memelankan larinya sambil mengelus dada seolah merasa lega karena bisa terlepas dari Taehyung.

Jungkook aneh.

Pagi tadi saat Taehyung mencoba untuk mengecup pelipisnya, dia menghindar. Kalau tidak salah, saat akan menaiki wahana juga Jungkook sempat menyingkirkan lengan Taehyung dari pinggangnya. Apa itu ada hubungannya?

Memangnya apa salah Taehyung sampai-sampai Jungkook melakukan itu semua?

"Hyung…"

Taehyung langsung mendongak saat Jungkook kembali. Ia memasang senyum di bibirnya saat kekasihnya membawa satu cup besar es krim rasa strawberry, coklat dan vanilla yang dicampur.

"Mereka kehabisan cup kecil, jadi aku membeli satu yang besar."

Taehyung mengangguk mengerti. Ia tahu Jungkook akan menyuapinya, walau pasti berakhir dengan sang kekasih yang menghabiskan hampir seluruhnya. Well, Tae bukan penggila es krim, jadi tidak masalah baginya.

Mereka lalu berjalan menuju tempat parade dengan Jungkook yang sesekali menyuapi Taehyung es krim, namun lebih banyak memakannya sendiri. Saat menonton parade, dengan cup es krim yang masih di tangannya, pemuda Jeon nampaknya nyaman-nyaman saja ketika sebelah lengan Taehyung melingkar di pinggangnya, namun akan segera menyingkirkannnya dengan berbagai alasan saat ia menyadarinya.

Taehyung mendengus kesal. Ia sudah berusaha mencari-cari apapun yang sekiranya bisa menjadi alasan Jungkook untuk menolak dekapan hangatnya, namun selalu berakhir buntu. Kim muda menyerah. Dia sungguh tidak menikmati parade dan hanya menghabiskan waktunya untuk mencoba memeluk Jungkook, mengecupnya, dan membelai rambutnya.

Kalau saja semua orang tidak sedang larut dalam atraksi yang ditunjukkan, pasti mereka sudah meneriaki Taehyung dan menuduhnya maniak.

"Aku tidak menyangka dia bisa melompat setinggi itu. Sangat keren, iya kan hyung?"

Taehyung hanya menanggapi dengan tatapan dingin tanpa sedikitpun menunjukkan antusiasnya akan acara yang tengah berlangsung. Padahal tadi dia yang mengajak Jungkook untuk menonton parade. Dan saat itulah Jeon muda sadar ada yang tidak beres dengan kekasihnya.

"Hyung?"

Taehyung menghela nafas. Dia selalu memilih diam dan memasang wajah datarnya jika sedang kesal. Dan itu selalu sukses membuat Jungkook merasa sangat insecure.

"Lebih baik naik ferris wheel sekarang, lalu pulang."

Jungkook mengangguk, lalu menunduk. Ia meremat cup es krim yang sudah kosong, membuat pemuda Kim dengan segera merebut benda itu dan membuangnya ke tempat sampah tanpa mengatakan apapun.

Mereka tidak perlu mengantri lama karena hampir semua orang lebih memilih untuk menonton parade. Saat mereka naik pun, kesunyian masih menjadi satu-satunya yang memenuhi gendang telinga masing-masing, dan Jungkook menjadi yang pertama mengucapkan kata.

"Hyung, kau marah padaku?"

"Menurutmu?"

Dan kembali diam. Jungkook nampak sangat gugup sementara Taehyung kelewat tenang dan terkesan dingin.

"Aku ingin menciummu, boleh?"

Kedua onyx pemuda Jeon melotot menatap kekasihnya, tubuhnya pun sempat menegang karena permintaan sang kekasih yang tiba-tiba, nemun ia mengangguk cepat di detik berikutnya.

Kim Taehyung tidak pernah meminta izin saat akan menyentuhnya, dan kali ini dia bertingkah kelewat aneh. Setidaknya itu yang ada di pikiran Jungkook.

Pemuda bersurai keunguan itu mencondongkan tubuhnya ke tubuh Jungkook yang duduk di hadapannya, membuat kapsul yang mereka tumpangi bergoyang, dan Jungkook reflek menarik lengan Taehyung hingga kedua bibir mereka bersentuhan.

Tak mau melewatkan kesempatan, pemuda Kim melumat bibir bawah Jeon muda, lalu mengulumnya lembut, tangan kirinya memeluk pinggang Jungkook, sementara yang kanan menekan tengkuknya. Tae menghisap bibir kekasihnya bergantian, membuat yang lebih muda mau tak mau membuka mulutnya, membiarkan lidah Taehyung yang sedari tadi mendorong belahan bibirnya masuk megitu saja, mengabsen deretan giginya yang rapi, lalu bertaut dengan lidahnya sendiri.

"Eunghh…" Jungkook melenguh, mengalungkan kedua lengannya di leher jenjang sang kekasih saat Taehyung dengan sengaja meremas pinggangnya gemas dan menghisap kuat lidahnya hingga terjulur memasuki rongga mulut Taehyung.

Bungsu Kim semakin merapatkan tubuh mereka, bahkan tangan kanannya mulai meraba leher Jungkook sembari menekan, membelai dan menelusur sambil bibirnya masih terus menghisap sampai tanpa sengaja ujung jarinya menyentuh cuping telinga Jungkook, dan namja bergigi kelinci itu langsung mendorongnya kuat hingga Taehyung terjengkang, membuat punggungnya menabrak besi pinggiran tempat duduknya.

"Kau… brengsek!" umpatnya setelah beberapa saat terjebak dalam keterkejutan.

Dada Jungkook berdenyut sakit. Ini untuk pertama kalinya sang kekasih begitu marah padanya sampai-sampai umpatan itu meluncur lancar dan langsung tertuju untuknya. Mata Jungkook berkaca-kaca. Setengahnya karena rasa bersalah atas apa yang barusan dia lakukan, setengahnya karena rasa sakit yang ada di dadanya.

"H -hyung…" gumam Jungkook dengan suara bergetar tepat saat Taehyung membetulkan posisi duduknya. Obsidian kembarnya sempat menangkap raut kesakitan seniornya, namun ia tidak bisa melakukan apapun.

Mereka terdiam beberapa saat sampai Taehyung membuang nafasnya kasar, setengah mengutuk ferris wheel yang bergerak lambat layaknya siput. "Katakan apa masalahmu."

Jungkook menatap kedua mata kekasihnya yang melayangkan sorot tajam tepat ke sepasang irisnya. Tatapan favoritnya, tatapan yang sang sunbae layangkan ketika ia terlambat di hari pertama ospek, tatapan yang membuatnya jatuh cinta. Tatapan yang entah mengapa terasa jauh lebih dingin dari terakhir kali ia mengingatnya.

"Jeon Jungkook."

Jungkook membenci saat bungsu Kim memanggilnya dengan surname, apalagi nama lengkap. Karena Jungkook tahu kekasihnya hanya melakukan itu saat dia merasa sangat kesal, dan itu selalu berhasil membuat Jeon muda merasa jauh darinya.

"Ma -maafkan aku." ia menunduk dengan pandangan kabur akibat air mata yang menumpuk.

Taehyung membuang nafasnya kasar. "Aku bertanya masalahmu, Jeon. Bukan menyuruhmu meminta maaf. Kau begitu manja, detik berikutnya kau menghindari pelukanku. Kau melenguh menikmati ciumanku, lalu mendorongku seolah aku adalah makhluk paling menjijikkan yang pernah kau temui."

Jungkook menggeleng kasar, air matanya tak bisa dibendung lagi. Ia sungguh tidak bermaksud seperti itu pada kekasihnya, ia sangat mencintai Kim Taehyung. Sungguh.

Mereka kembali diam.

"Kook…" sentuhan hangat terasa di puncak kepalanya, suara Tae yang melembut menyapa daun telinganya. "Kumohon jangan seperti ini. Katakan apa salahku, dan kita akan bicarakan baik-baik."

Jungkook kembali menggelang, dan dengan menahan kesal setengah mati, Kim muda mengangkat tubuh kekasihnya, mendudukkannya menyamping di pangkuannya. Pemuda Jeon sempat mengeliat tak nyaman, mencoba menolak namun ia menyerah saat sepasang lengan memeluk erat pinggangnya. Detik berikutnya ia benar-benar terdiam saat Taehyung meletakkan kepalanya di pundak si rambut coklat.

"Kau bilang kita harus saling jujur dan tidak boleh ada yang ditutup-tutupi." Taehyung sedikit mendongak, lalu tersenyum lembut. "Aku minta maaf atas apa yang kuucapkan. Sungguh aku tidak bermaksud mengataimu, hanya saja itu… reflek."

Pemuda berkaos putih dengan jaket kotak-kotak memiringkan tubuhnya, memeluk tubuh sang kekasih tak kalah erat. "Aku yang harus minta maaf, bukan Taetae hyung."

Nada manjanya sukses membuat Tae tersenyum, sebelah tangannya membelai kepala Jungkook, lalu menjauhkan wajah mereka perlahan. "Kumohon, katakan apa yang salah."

Ia kembali terdiam, matanya menyiratkan keraguan, namun senyum tulus Kim Taehyung membuatnya menyerah dan memilih untuk jujur. Toh, ia tidak akan bisa menyembunyikan ini dari Tae selamanya, jadi memberitahunya sekarang atau besok akan sama saja.

Jungkook hanya berharap adik dari Kim Namjoon itu akan tetap mencintainya.

"Te -telingaku…"

Ucapan menggantung itu memaksa Tae untuk memusatkan atensinya ke telinga sang kekasih. Ia menghabiskan beberapa menit untuk mengamati baik-baik daun telinga Jungkook. Dan tatapan keheranannya berubah menjadi keryitan saat ia mendapati cekungan kecil, sangat tipis di area lobule.

"Kau… memiliki piercing?"

Jungkook mengangguk ragu, lalu dia menunjukkan telinganya yang satu lagi. "Di sini juga."

Dan Taehyung memasang blank expression-nya.

"H -hyung…" rengek Jungkook setelah satu menit Taehyung terdiam. Ia bahkan harus mengguncang tubuh kekasihnya agar pandangannya kembali fokus. "Kau.. katakan kau tidak membenciku."

"Hah?"

Jungkook melayangkan tatapan anak anjingnya. "Kau tidak membenciku karena aku memiliki piercing di telingaku kan?"

"Tunggu sebentar." Taehyung memijit pelipisnya dengan satu tangan, kelihatannya kebiasaan sang kakak mulai menular padanya. "Jangan bilang kita bertengkar karena kau baru saja menindik telingamu."

Jungkook menggeleng. "Aku menindiknya bersama Jimin saat lulus SMA, tapi aku tidak pernah memakai apapun semenjak masuk kuliah. Kau… tidak membencinya kan?"

"Astaga…."

Seolah semuanya menjadi jelas untuk Taehyung. Pertama, Jungkook mencoba menjauhkan wajahnya dari daun telinga, lalu menolak apapun yang memungkinkan dirinya melihat bagian itu, dan bahkan berubah menjadi ganas saat tangan Taehyung menyentuh bagian itu. Ini konyol. Sungguh konyol. Namun begitu manis saat Jungkook melakukannya hanya karena takut Taehyung tidak menyukainya.

"Kau tidak perlu khawatir sayang." Tae memainkan kedua pipi Jungkook gemas. "Aku bahkan memiliki tiga di masing-masing telingaku. Yeah, walau aku sudah jarang memakai apapun."

"Tapi kau bilang aku menggemaskan dan manis. Namjoon hyung dan Jin hyung juga bilang aku polos. Kalau kalian tahu aku memiliki ini, kalian akan menganggapku anak nakal dan tidak menggemaskan lagi."

Tawa Taehyung pecah setelahnya, ia memeluk erat Jeon Jungkook bahkan ia tidak bisa berhenti terpingkal saat mengusekkan wajahnya ke ceruk leher sang kekasih. "Lihat apa yang kau lakukan? Apapun itu, kau akan selalu menjadi makhluk termanis bagiku, baby. Bahkan yang barusan sangat manis, tapi kumohon… lain kali jujurlah padaku. Aku tidak ingin mengumpat padamu lagi. Please?"

Ia lalu mencium gemas pipi Jungkook yang mengangguk patuh. Tangannya beralih memegang daun telinga Jungkook, memainkan keduanya sambil mengecup keningnya lama.

"Kau yang paling manis. Kau yang paling menggemaskan. Kau yang terbaik." gumamnya.

"Sungguh?"

Taehyung terkekeh, menatap mata Jungkook sambil tersenyum tulus. "Dengarkan aku. Apapun yang kau miliki, piercing, tanda lahir, bahkan bekas luka… itu tidak akan mampu mengurangi rasa sukaku padamu, apalagi rasa cintaku. Ingat ini baik-baik, Kookie-ah… I love you no matter what."

Dan Jungkook menunjukkan cengirannya sambil bergelayut manja memeluk leher Kim muda. Bibirnya sesekali mengecup rahang tegas sang kekasih.

"Boleh mengganti warna rambut?"

Taehyung mengangguk.

"Potong rambut?'

"Tentu. Menambah tindikan juga boleh."

"Umm… baikan dengan Chim hyung?"

"Aku bahkan tidak paham mengapa kau marah padanya." gumam Tae sambil terkekeh dan menganggukkan kepalanya.

"Itu karena dia memukulmu."

Kali ini Taehyung tertawa. "Aku pantas mendapatkannya."

Jungkook mengerang protes, namun segera diam saat kekasihnya membisikkan ucapan terima kasih. Mereka larut dalam keheningan hingga Taehyung memutuskan untuk mengatakan sesuatu.

"Aku juga ingin mengatakan sesuatu." ia menjauhkan tubuhnya dari Jungkook, lalu menunjukkan sebuah senyum manis yang entah mengapa menghidupkan alarm tanda bahaya di otak Jeon muda.

Perasaannya tidak enak.

"Eomma dan Appa sedang berada di Korea. Mereka ingin bertemu denganmu."

Dan detik itu Jeon Jungkook bersumpah kepada dirinya sendiri untuk membungkam mulut Kim Taehyung setiap kali bibirnya menyunggingkan senyuman manis, karena demi apapun… dia pasti akan mengatakan sesuatu yang membuat jantung Jungkook berhenti berdetak untuk beberapa saat setiap kali ia tersenyum manis.

"Kumohon, mereka ingin bertemu dengan calon menantu mereka."

.

First Lesson: I Love You No Matter What (END)

.

.

Hai hai Tiger Kembali dengan sequel yang Tiger janjikan…

Jangan lupa baca dan review Lucifer dan Leanan Sidhe serta karya Tiger yang lain.

Btw, lagu fav kalian di album Wings apa? Kalau Tiger 21st Century Girls dan tentunya Blood, Sweat and Tears.

Hayo coba tebak siapa orang tuanya Taehyung di sini… Yang itu… atau yang itu… ahahahah *le ketawa sendiri*

.

Akhirnya

Review pleaseee