behind
oleh : parkJiminbts95z dan minsugarl
warning : BTS punya bighit dan ortu masing masing
Jimin tak akan lupa,
Wasiat neneknya untuk bersikap sewajarnya dan tidak tamak,
Neneknya selalu berkata bahwa itu semua akan indah jika Jimin mau membuka hatinya itu,
walaupun terkadang pertahanannya akan runtuh di saat malam,
Jimin akan tetap menyembunyikannya demi kepentingan orang yang ia sayangi,
Jimin hanya mau melihat wajah orang orang tanpa beban,
Tak masalah jika ia merasakan kesedihan dan kepedihan sesaat,
Menyembunyikannya kadang memunculkan tantangan bagi dirinya,
Topengnya yang kadang retak selalu ia tambal dengan lem,
Mungkin tak memperbaiki segala hal dalam hidupnya,
Tapi tersenyum dan bersikap baik adalah makanan sehari hari baginya,
Ia sadar seringkali mengucapkan kata maaf,
Walaupun sebenarnya orang tersebut tidak layak mendapatkannya,
Walau kadang orang orang tersebut tak menyadari dirinya menangis terisak,
Tapi Jimin tak akan lupa dengan kenangan yang membuatnya rindu,
Dimana mereka semua masuk kehidupannya secepat siang berganti malam,
Ia juga menyadari adanya dualisme ,,
Ia menyadarinya saat sempat dibuat terpana dan heran,
Oleh sesosok manusia yang tak pernah menyadariny,
Walaupun berkali kali Jimin berusaha menarik perhatiannya dengan alasan sepele,
Sampai akhirnya Jimin menjadi dekat dan mengerti orang itu dengan jelas,
Orang itu memiliki dua sisi berbeda yang menakutkan,
Berkali kali ia mengalami ini dan membuatnya menyadari inilah final.
.
Final dari sifat baiknya, merubahnya menjadi seseorang yang benar benar jahat hanya karna hal yang sama, yang sempat membuatnya tega untuk melakukan hal menyakitkan setelah sekian lama ia menjadi baik bagi orang orang disekitarnya.
Mungkin ia telah lelah dengan semuanya….hingga akhirnya ia berhasil membenci seseorang?
Dirinya tersenyum, menyadari bahwa ia berubah demi kebaikannya sendiri, dirinya mengetahui bahwa dunia merupakan tempat yang kejam dan penuh permainan permainan menyedihkan dan menyenangkan.
Pertumpahan darah,
Suara tangisan,
Dan juga tawa yang bervariasi.
Membuatnya tidak memperdulikan wasiat neneknya yang disayanginya itu. Dalam hatinya ia berguman kecil sebuah permintaan maaf dan penyesalan.
Ia menutup matanya, mengingat memori masa kecilnya dimana ia masihlah polos dan bisa tertawa riang tanpa masalah.
Ia ingin seperti itu lagi.
Namun takdir berkata lain dengan pisau ditangannya.
