I'm With You

Chap 1

Genre : Romance, Drama

Rate : T

Pairing : KyuMin

Warning : GenderSwitch, Typo(s), Newbie, Abal

Summary : Sungmin masih belum bisa melupakan kekasih hati yang dicintainya sejak dia duduk di Sekolah Dasar. Kyuhyun menawarkan bantuan untuk mengobati hatinya. Akankah Kyuhyuh berhasil? Summary gagal -,-

Disclaimer : KyuMin milik mereka sendiri. Saya hanya meminjam cast dari mereka. Ini hanya sebuah Fanfiction dari seorang Newbie yang baru belajar menulis. FF ini murni milik saya. Mohon Perhatian dan dukunganya ^^

Suatu pagi yang indah…

"haaahhh" terlihat seorang yeoja bangun dari tidurnya. "pagi yang baru, tapi hatiku masih tetap yang lama,, haah". begitulah selalu yang diucapkan yeoja tersebut kala menyambut paginya. yeoja mungil bermata hitam foxy, berambut hitam sebahu, hidung mancung, dan oohh… jangan lupakan bibir pulm berbentuk M shape-nya yang menggoda. Sungguh, siapapun yang melihatnya pasti akan jatuh hati.

Lee Sungmin

"Minnie-ah kau sudah bangun? Cepat mandi dan kita sarapan", suara lembut khas Nyonya Lee menginterupsi lamunan Sungmin.

"Ne umma, sebentar lagi aku turun", sungmin perlahan bangkit dari tempat tidurnya dan beralih ke cermin besar "haahh, baiklah, hari inipun harus di lewati dengan senyuman, SEMANGAT LEE SUNGMIN!".

.

.

"Pagi Umma, Appa, dan….oppaku yang jelek". Sapa Sungmin diiringi kecupan kecilnya.

"Ya!, jika oppamu ini jelek, kau juga sama jeleknya kelinci gendut!"

"Ya! Enak saja! aku ini langsing, justru oppa-lah yang berat badannya bertambah". Ooh kelinci satu ini memang tidak suka jika ada yang mengatakan dia gendut, memang dia akui wajahnya sedikit bulat dan bokongnya juga padat. Biar begitu, dia tidak akan pernah terima dibilang gendut.

"sigh, langsing darimana? Apa kau tidak bercermin jika pipimu itu seperti bakpao?"

"Ya! Kau –".

"Sudahlah, jika kalian terus bertengkar, kapan mulai sarapannya?, ayo cepat Minnie habiskan sarapanmu, nanti kau bisa telat pergi ke kampus". Sungmin hanya bisa merengut kala Nyonya Lee memotong ucapannya. Dia masih tidak terima jika belum bisa menang dari kakaknya itu. Kangin – sang kakak – hanya bisa terkikik kala melihat wajah sang adik.

"Kau juga kangin-ah, cepat sarapan, jangan menggoda adikmu terus. Antarkan dia setelah ini". Gantian, sekarang Sungmin-lah yang terkikik melihat wajah Kangin. Sementara Tuan Lee hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah laku kedua anaknya.

.

.

.

.

YG University

"Minnie-ah!" teriakan diiringi pelukan pada leher yeoja kelinci membuyarkan konsentrasinya yang sedang membaca di sebuah taman belakang kampusnya.

"Ya! Cho Ahra! Bisa tidak kau berhenti mengagetkanku, kalau aku mati karena serangan jantung bagaimana?"

"Hehehe, mianhae chagia ~ aku hanya sedang senang pagi ini" ucap Ahra sambil memasang senyum terbaiknya.

Sungmin mengerutkan keningnya melihat tingkah sahabat terbaiknya yang tersenyum gaje. 'Tidak biasanya Ahra tersenyum seperti ini, apa Jiyoung Oppa sudah menyatakan cinta padanya?' batin Sungmin.

"Ya! Minne-ah kenapa kau melamun?" Sungmin tersentak dari lamunannya saat Ahra menepuk bahunya.

"Ah, mianhae Ahra, aku hanya sedang berpikir apa yang bisa membuatmu sesenang ini? Selama aku menjadi sahabatmu, kau jarang sekali terlihat sebahagia ini. Katakan padaku, apa Jiyoung Oppa membalas cintamu?"

"Ya! Minnie, kau ini bicara apa? Jika Jiyoung Oppa membalas cintaku, aku pasti akan membolos kuliah hari ini karena saking bahagianya. Aku juga pasti hanya akan berada di kamarku sambil membayangkan wajah Jiyoung Oppa. Membayangkan bagaimana rasanya jika kita berkencan, bergandengan tangan, berciu – "

"Ya ya ya! Kenapa kau malah membayangkan hal seperti itu?, kalau bukan itu, lalu apa yang membuatmu sesenang ini? Cepat katakan yang jelas, jangan membuang-buang waktu, kita ada kelas sebentar lagi" Sungmin mulai jengah melihat sahabatnya yang bukan menjawab pertanyaannya, malah sibuk berfantasi ria.

Ahra merengut sebal karena fantasinya di ganggu. Tapi mengingat jika memang sebentar lagi mereka ada kelas, dia memutuskan menghentikan fantasi indahnya.

"Baik – baik Nona Lee, hem aku senang karena Oppaku akhirnya pulang ke Korea" jawab Ahra dengan antusias.

"Oppamu? Oppamu si Cho Kyuhyun itu? Bukannya dia sedang belajar di Oxford University karena mendapatkan beasiswa? Untuk apa dia kembali? Apa beasiswanya sudah dicabut?" cerocos Sungmin sambil memiringkan kepala dan mengerutkan keningnya.

"Ya! Lee Sungmin! Kenapa kau berbicara begitu tentang Oppaku? Kau kan belum pernah bertemu dengannya. Dia kembali ke Korea karena dia telah selesai menyelesaikan study-nya. Dia sudah mendapatkan gelar sarjana sekarang". Jelas Ahra dengan senyum bangganya.

"MWOO? Bukannya kau bilang beda usia kalian hanya setahun? Mengapa dia sudah sarjana? Harusnya kan 1 tahun lagi". Sungmin tidak terima mendengar penjelasannya sahabatnya. 'bagaimana bisa selesai secepat itu? Aku tahu si Kyuhyun itu pintar, tapi masa iya dia sehebat itu?' Batin Sungmin.

"Hehehe, tidak usah sekaget itu Minnie-ah, aku kan sudah pernah bilang padamu kalau Oppaku itu sangat jenius. Sudah, Kajja kita masuk ke kelas, mata kuliah akan segera dimulai. Aku tidak mau kena ceramah Kim Songsaenim si Cinderella itu" Ahra berdiri sambil merapikan buku – bukunya dan mulai berjalan pelan diikuti Sungmin dibelakangnya yang masih memikirkan ucapan Ahra.

'Apa benar dia sehebat itu?'

.

.

.

.

.

Terlihat seorang namja tinggi dan kurus, berkulit putih serta rambut ikal brunettenya tengah berjalan dalam Bandara. "Korea, aku kembali" ucapnya diiringi seringai diwajahnya.

.

.

.

"Minnie-ah, kau yakin tidak ingin ikut bersamaku menjemput Kyuhyun Oppa?" Ahra memastikan keputusan Sungmin sebelum benar – benar meninggalkan kelas mereka yang telah usai beberapa menit yang lalu.

"Tidak usah Ahra, aku tidak ingin mengganggu acara keluarga kalian. Biar kau, Cho Appa dan Cho Umma saja yang menjemput Oppamu itu". Senyum tulus Sungmin berikan setelah menyelesaikan kalimatnya.

Ya, Sungmin memang memanggil Tuan dan Nyonya Cho dengan panggilan Appa dan Umma, mereka sendiri yang menyuruh Sungmin karena dia sudah dianggap sebagai anak sendiri. Begitupun Ahra kepada Tuan dan Nyonya Lee. Mereka memang baru menjadi sahabat pada Senior High School, tetapi kedekatan mereka sudah seperti saudara kandung.

"Keluargaku adalah keluargamu juga Minnie-ah". Ujar Ahra sambil tersenyum dan mengusap kepala Sungmin dengan sayang.

"Tapi aku merasa aneh karena sampai sekarang kau belum pernah bertemu dengan Kyuhyun Oppa, padahal kita kan sudah bersahabat sejak lama". Ahra mengerucutkan bibirnya sambil menerawang jauh.

Sungmin terkikik geli melihat tingkah lucu sahabatnya yan menurutnya sama sekali tidak bisa mengeluarkan aegyo seperti dirinya.

"Ya jelas saja aku tidak pernah bertemu dengannya. Dia kan sudah pergi sebelum kita bertemu dan baru saja kembali kan?"

"Ne, kau benar Minnie. Aiissshhh aku heran apa saja yang dia lakukan disana sampai hampir 6 tahun baru kembali".

"Sudahlah, daripada kau terus merasa heran, lebih baik kau bergegas jangan sampai Oppa yang sangat kau rindukan itu dibiarkan menunggumu terlalu lama". Usul Sungmin yang melihat sahabatnya tidak juga beranjak dari kursinya.

"Hem, baiklah aku pulang dulu ne?... Jakkaman…." Belum sepenuhnya melangkah keluar ruangan, Ahra berbalik melihat Sungmin kembali.

"Ada apa lagi?"

"Hanya ingin memastikan saja, kau akan kemana setelah ini? Jangan bilang kau akan pergi ke tempat itu lagi?" Duga Ahra yang langsung ditanggapi kekehan khas Sungmin.

"kekeke~ memangnya ada yang salah jika aku ke tempat itu? Aku kan hanya ingin memakan eskrim"

"Tidak, hal itu tidak salah, tapi aku hanya khawatir kau akan menangis lagi jika melewati tempat itu seorang diri. Aku tidak ingin kau mengingat orang itu lagi Minnie-ah. Aku tidak ingin melihatmu bersedih lagi".

Raut wajah Sungmin sempat sendu mendengar ucapan Ahra. Tapi dia tidak ingin sahabatnya juga merasakan kepedihannya. Dia hanya ingin menunjukkan senyum pada sahabatnya itu.

"Terima kasih telah mengkhawatirkan aku Ahra. Kau tenang saja, aku akan berusaha sekuat tenaga".

Terlihat ketidak relaan Ahra untuk meninggalkan Sungmin. Hey, dia tidak akan membiarkan sahabatnya itu pergi melewati tempat itu seorang diri. Dia tahu, kalau dia tidak menemani Sungmin, maka Yeoja kelinci itu pasti akan menangis lebih hebat.

Melihat sahabatnya tidak juga beranjak dari tempatnya, Sungmin melangkah dan merangkul pundak sahabatnya menuju keluar kelas.

"Kajja, kita keluar bersama – sama". Ujar Sungmin dengan senyuman di wajahnya seperti biasa. Sementara Ahra hanya menurut membiarkan Sungmin menuntunnya.

.

.

.

.

.

"Wah, aku tidak menyangka ternyata Korea banyak berubah". Seorang Namja berjalan – jalan disebuah taman sambil mengedarkan pandangannya.

"Ini hanya di Seoul, bagaimana kota lain. Ah… Jeju! Aku jadi ingin pergi ke Pulau Jeju". Namja tersebut kemudian berbalik hendak melangkahkan kaki pergi dari Taman tersebut. Tetapi tidak sengaja dia menabrak seseorang dibelakangnya dan membuat eskrim yang dipegang seseorang tersebut jatuh ke tanah.

"Eskrim ku". Lirih orang tersebut masih memperhatikan eskrimnya yang malang.

"Ah, joseonghamnida aku tidak melihatmu dibelakangku". Kyuhyun membungkukkan badannya dalam.

Seseorang itu mendongak menatap wajah orang yang sudah menabraknya tadi.

Deg~

"Ah, Gwaenchana, mungkin aku yang tidak berhati – hati".

"Mianhae sekali lagi, aku akan menggantinya".

"Tidak perlu, biarkan saja, tidak apa – apa sungguh". Yeoja itu memberikan senyumannya untuk meyakinkan orang dihadapannya.

Deg~

Sementara Kyuhyun – sang namja itu – hanya bisa mematung dan tidak berkedip melihat pemandangan indah yang tersaji dihadapannya.

"Sempurna". Gumamnya tanpa sadar

"Ne?" Orang itu reflek memiringkan kepalanya dan mengedip-ngedipkan mata yang justru makin menambah kadar keimutannya.

'oh tuhan! Bagaimana kau bisa menciptakan makhluk sesempurna ini? Matanya yang indah, hidungnya yang mancung dan mungil, pipi tembamnya yang sepertinya kenyal, dan oohh bibirnya yang merah. Aku jadi ingin merasakannya. Ya! Apa yang kau pikirkan Cho Kyuhyun! Sadarlah'. Kyuhyun langsung menggelengkan kepalanya agar ia tidak melanjutkan pikirannya yang sudah menjurus ke hal yang tidak – tidak.

"Ah, Mianhamnida sekali lagi". Kyuhyun membungkukkan badannya sekali lagi.

"Ne, tidak masalah tuan. Aku permisi dulu". Yeoja itu ikut membungkukkan badannya dan melangkahkan kakinya kedalam taman tersebut melewati Kyuhyun yang masih memasang tampang bersalah dan menahan pikiran mesum yang tiba-tiba ada dalam kepalanya. 'Harum' Batin Kyuhyun.

Setelah beberapa menit, Kyuhyun masih dalam posisinya dekat pintu taman sambil memejamkan mata. Sepertinya dia masih terhipnotis dengan wajah dan wangi tubuh sang Yeoja.

"Aish, Baboya, kenapa aku tidak memperkenalkan diri dan menanyakan namanya? Jinja Baboya". Kyuhyun akhirnya tersadar dan menggerutu sambil menghentakkan kaki kembali kedalam taman itu untuk menemukan Yeoja yang sudah berhasil merebut hatinya.

"Biarlah nanti aku pikirkan alasan yang tepat jika sudah menemukanya". Kyuhyun masih melangkahkan kakinya lebar – lebar dan mengedarkan pandangan keseluruh area taman.

"Ah, itu dia! Kalian memang berjodoh". Kyuhyun terkikik pelan seraya melangkahkan kaki mendekati Yeoja itu,

"Jakkaman, k-kenapa dia m-menangis? Apa karena aku menjatuhkan eskrimnya? B-bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?" Kyuhyun mulai panic melihat airmata yang membasahi Yeojanya. Yeojanya? Ya begitulah Kyuhyun, jika dia menyukai sesuatu dia akan langsung menganggap itu adalah miliknya.

Kyuhyun langsung mendekati Yeoja sebelum suara serak kembali menghentikan langkahnya dan memaksa dia bersumbunyi dibelakang pohon besar.

"Kenapa? Hiks.. kenapa susah sekali? Meski sakit..hiks… perasaan ini tidak berubah sama sekali hiks". Lirih sang Yeoja menumpahkan perasaanya pada angin.

"Oppa, kenapa kau tidak membiarkanku melanjutkan hidup? Aku mohon.. keluarlah dari hati dan pikiranku".

Kyuhyun hanya bisa memandang wajah Yeoja itu dari samping. Sungguh dia tak tega melihat tubuh yeoja itu bergetar menahan isakan, ia ingin sekali merengkuh tubuh itu dalam dekapan hangatnya. Tapi itu tidak mungkin dilakukannya. Kyuhyun tidak mengenal yeoja itu, begitupun sebaliknya. Mereka bahkan baru bertemu beberapa menit yang lalu.

"Jangan menangis, jangan biarkan airmata membasahi wajah cantikmu sayang". Lirih Kyuhyun melihat airmata yang tek henti – hentinya keluar dari mata indah sang Yeoja.

Akhirnya Kyuhyun hanya mampu duduk dan terus memperhatikan Yeoja itu dari balik pohon sambil menggumamkan kata – kata penyemangat yang hanya terbawa angin.

.

.

.

.

.

.

"Isshh, menyebalkan!"

"Sudahlah sayang, berhentilah mengomel". Wanita paruh baya itu mencoba menasehati anak gadisnya yang tidak berhenti mengomel sejak kepulangan mereka dari bandara beberapa jam yang lalu.

"Umma, bagaimana aku tidak kesal! Kita sudah terburu – buru menjemputnya, dan lihat? dia bahkan sudah meninggalkan Bandara tanpa memberitahu kita! Jika dia tidak mau menunggu kita, dia kan bisa menghubungi kita. Tapi apa? Dia malah seenaknya saja pergi tanpa pemberitahuan!" Ahra mengeluarkan emosinya. Sungguh dia sangat – sangat emosi kali ini. Bagaimana tidak, dia sudah sangat bersemangat menjemput kakaknya. Tapi dia tidak menemukannya disana.

"Sudah – sudah, jangan berteriak pada Ummamu. Mungkin ponsel Kyuhyun mati, dari tadi kan kita juga tidak bisa menghubunginya. Sudah sana lebih baik kau mandi lalu kita makan malam". Ahra hanya bisa mengangguk dan berlalu ke dalam kamarnya mendengar perintah dari Tuan Cho.

.

.

.

.

Teet teet

"Sebentar!"

Cklek..

"Kyuhyun!"

"Umma! Bogoshippo". Kyuhyun langsung menerjang dan mendekap tubuh Ummanya tanpa masuk terlebih dahulu.

Nyonya Cho tersenyum sambil mengusap punggungu anak laki – laki yang sangat dirindukannya.

"Nado bogoshippo Nae Kyuhyunnie~ Kau sekarang lebih tinggi dan jauh lebih tampan nak". Kyuhyun hanya bisa tersenyum saat Nyonya Cho melepaskan dekapannya dan menangkup wajahnya.

"Dan dia terlihat jauuuuhhh lebih tua dari umurnya sekarang". Ahra keluar dari kamarnya setelah mendengar suara khas sang kakak yang tidak berubah. Dia melipat tangannya di dada sambil menatap sang kakak dengan tatapan kesalnya.

"Cho Ahra, apa kau tidak rindu pada Oppamu yang tampan ini?" Kyuhyun merentangkan kedua tangannya. Tapi Ahra malah membuang muka. Kyuhyun mengkerut tidak mengerti.

"Dia hanya kesal padamu Cho karena kau sudah meninggalkan bandara ketika kami jemput tadi." Tuan Cho datang dari ruang tengah dan menjawab pertanyaan batin Kyuhyun.

"Appa". Kyuhyun tersenyum dan langsung mendekati Tuan Cho seraya memeluknya erat. Kyuhyun sangat merindukan sosok sang Appa yang tegas tapi sangat lembut ini.

"Kau sudah besar anakku". Ucap Tuan cho setelah mereka melepaskan dekapannya.

"Mau sampai kapan kau berdiri disitu Nae Dongsaeng? Kau tidak rindu padaku? Padahal aku sudah membawakan oleh – oleh pesananmu itu".

Mendengar kata oleh – oleh, membuat Ahra segera berbalik memandang Kyuhyun dengan tersenyum lebar.

"Jinja Oppa? Huuaaaa aku sayang padamu". Ahra langsung berlari dan memeluk erat Kyuhyun.

"Ughhh… sseshaakk". Kyuhyun mencoba melepaskan pelukan adiknya yang luar bisa erat itu.

"Hehehe, mianhae Oppa. Aku hanya terlalu merindukanmu".

"Merindukanku? sigh, bukannya kau hanya menginginkan oleh – oleh dariku eoh?"

Ahra hanya bisa nyengir sambil menggaruk – garuk belakang kepala yang tidak gatal mendengar ucapan Kyuhyun. Ya memang nyatanya dia sangat bahagia hari ini bukan hanya karena Kyuhyun pulang setelah 6 tahun pergi. Tapi dia sangaatt sangaatt menginginkan hadiah yang dijanjikan Kyuhyun itu.

"Kyu, lebih baik kau mandi dulu, lalu susul kita di meja makan, Ne?"

"Ne, Umma". Kyuhyun masuk kedalam kamarnya dulu.

"hemm, kamar ini sama sekali tidak berubah". Kyuhyun mengedarkan pandangan meneliti kamar miliknya sebelum dia pergi study. Susunan buku dan kaset game-nya sama sekali tidak berubah, tetapi kamar ini sangat bersih dari debu. Siapa orang yang rajin membersihkan kamar yang di tinggal pemiliknya ini?. Siapa lagi kalau bukan seorang Ibu yang sangat baik dan perhatian.

"Umma". Gumam Kyuhyun diiringi senyuman tulusnya.

Kyuhyun merebahkan diri di kasur empuknya, menerawang ke langit – langit kamarnya. Pikirannya melayang pada kejadian beberapa jam yang lalu. Kyuhyun masih memikirkan Yeoja yang ia temui di Taman pusat Kota tadi. Yeoja yang sudah berhasil mengalihkan pikiran dan merebut hatinya. Yeoja yang menghabiskan waktu selama 2 jam di taman hanya untuk menangis.

Ya, Kyuhyun memang menemani yeoja itu dari balik pohon. Dia bahkan mengantarkannya pulang secara diam – diam. Bukan maksudnya untuk membuntuti, dia hanya tidak tega membiarkan Yeoja itu pulang seorang diri dengan keadaan yang seperti itu.

"Hehm, sebenarnya apa yang membuatmu bersedih seperti itu? Jika aku diberi kesempatan 1 kali saja, aku akan bersedia menjadi tempat untukmu bersandar dan mengganti airmatamu menjadi tawa kebahagiaan. Aku akan berada disisimu". Gumam Kyuhyun sebelum benar – benar masuk kedalam alam bawah sadarnya.

.

.

.

.

"Oppa! Ireona, Palli Ireona". Teriakan cempreng dengan tepukan pada pipinya memaksa Kyuhyun membuka matanya.

"Aiisshh, jangan ganggu aku Ahra. Ini masih pagi dan aku masih mengantuk. Sana keluar". Ahra menggeleng tidak setuju, ternyata Kyuhyun tidak berubah juga.

"Apanya yang masih pagi Oppa? Ini sudah jam 8, dan itu berarti sudah siang. Ayolah Oppa cepat bangun dan mandi, sebentar lagi Sungmin sahabatku datang. Aku ingin dia meliahatmu". Ahra masih berusaha membangunkan Kyuhyun yang justru makin meneggelamkan kepalanya.

"Aiiishhh, baiklah aku bangun, kau ini! Lagipula siapa Sungmin? Apa dia penggemarku? Kalau begitu tidak perlu mandi pun tidak masalah, aku tetap tampan dan dia pasti akan jatuh cinta pada pesona seorang Cho Kyuhyun"

"Ya! Kau percaya diri sekali. Sudah kubilang Sungmin itu sahabatku. Dia sudah dianggap Umma dan Appa sebagai anak sendiri. Aku ada janji dengannya hari ini, karena itu aku menyuruhnya sarapan bersama dan supaya dia tahu siapa kakakku". Terang Ahra panjang lebar.

"Baiklah, baiklah aku mandi". Kyuhyun akhirnya mengalah dan memutuskan untuk masuk ke dalam kamar mandi daripada pusing mendengarkan ocehan adiknya itu.

.

.

.

.

Ctak ctak ctak

Bunyi kecil keluar dari benda hitam persegi panjang yang sedang dimainkan Kyuhyun di depan televisi.

Teet…teet

"Oppa, tolong bukakan pintunya, itu pasti Sungmin. Aku sedang menata meja". Teriak Ahra dari arah dapur.

Kyuhyun hanya mendesah seraya bangkit menuju pintu.

Cklekk ~

"Annyeonghaseyo". Sapa Sungmin ramah seraya mengeluarkan senyumnya.

Deg ~

'Dia…

TBC

Annyeong Reader-dul dan Sunbaenim ^^

aku adalah Newbie. bener - bener baru pertama kali masuk kedunia tulis - menulis dan ini FF pertamaku ^^

mohon berikan review-nya yaa bagi yang udah baca FF ini untuk memotivasi aku ^^

dan maaf kalau buanyak banget kesalahan dalam FF ini, baru belajar :D

untuk para sunbaenim, mohon bantuannya ^^

Gamsahamnida