Halo~ Perkenalkan Saya Mina, Author baru. Ini Fanfic pertama saya setelah bertahun-tahun doyan baca Fanfic dan Novel ehe~ Ngomong-ngomong, cerita ini terinspirasi dari banyak Fanfic berthema sama yang sudah saya baca (saya sampe lupa judulnya apa aja). Tapi, karena Fanfic-fanfic yang saya baca rata-rata semuanya pasti James&Lily Bashing! Saya jadi gak tega sama mereka lol. Dan akhirnya jadi lah cerita ini.
Oh iya, ini Fanfic BxB a.k.a BoyxBoy a.k.a Boys Love a.k.a Shounen Ai
Dan ini juga Dumbledore Bashing! ya.. jadi kalo ada yang ngefans sama Dumbledore maafkan saya *bow
Nah, segitu aja chit chatnya.. Maafkan kalo ada Typo :( saya sih sudah ngecheck bolak-balik sampe saya bosen baca cerita ini LOL jadi, kalo masih ada Typo tolong pemaklumannya (^0^)v
Sekian dari saya.. silahkan dibaca~
Disclaimer: I do not own any Characters on Harry Potter. They are belong to J.K. Rowling. I just own this story and any OCs that will appear later. Thank you.
Third Person POV
James Charlus Potter dan Lily Anne Potter neé Evans adalah sepasang suami istri yang sangat bahagia. Mereka telah dikaruniai dua orang anak kembar yang sangat manis. Anak pertama mereka bernama Harrel James Potter dan anak kedua sekaligus bungsu mereka, mereka beri nama Harry James Potter. Harrel memiliki rambut merah Lily dan mata hazel James sedangkan Harry memiliki rambut seperti ayahnya dan mata emerald ibunya akan tetapi entah mengapa terlihat lebih terang dan indah. Si kembar Potter telah berusia genap satu tahun hari ini. James dan Lily telah merubah Mansion mereka menjadi penuh dengan dekorasi Pesta Ulang Tahun untuk kedua anaknya. Hanya teman dekat mereka yang mereka undang untuk datang memeriahkan Pesta ini.
Pesta hari itu berlangsung meriah. Harrel dan Harry pun terlihat sangat bahagia seolah ikut terlarut dengan kemegahan pesta ulang tahun mereka. Mereka berdua pun mendapatkan begitu banyak hadiah dari para tamu yang datang. Entah ada mantra apa yang membuat Harrel dan Harry sangat disayangi oleh orang-orang di sekeliling mereka. Harrel maupun Harry sepertinya juga tidak merasa takut pada orang-orang dewasa disekelilingnya. Dan tak terasa pesta hari pun berakhir dan para tamu mulai meninggalkan Mansion Potter satu persatu. Malam itu Si Kembar Potter pun tidur dengan lelapnya.
.
.
Sebulan lebih telah berlalu dari Pesta Ulang Tahun si Kembar. Pada pagi hari dan tanpa ada undangan apapun, Dumbledore mengunjungi kediaman Potter dengan raut wajah yang terlihat cemas. James yang pada saat itu telah berdiri di depan jaringan Floo rumahnya hanya menatap heran Dumbledore yang tiba-tiba saja berkunjung.
"Professor, Apa yang anda lakukan disini?" ucap James tidak menutupi keheranannya.
"Ada sesuatu yang ingin aku beri tahu padamu beserta Lily. Bisakah kau memanggilnya?" Dumbledore tetap dengan wajah cemasnya.
"Sure, Sir." James pergi memanggil Lily dan mereka kemudian duduk di ruang tamu.
"Jadi Professor, ada apa?" Lily angkat suara. Entah mengapa ia mempunyai firasat buruk akan informasi yang akan disampaikan Dumbledore.
"Pertama-tama maafkan aku yang datang tiba-tiba pagi ini." Dan hanya dijawab anggukan maklum dari James dan Lily.
"Semalam aku mendapatkan ramalan bahwa salah satu dari anak kalian adalah 'Ia yang dapat mengalahkan sang Dark Lord'. Dan setelah aku mengkaji isi ramalan tersebut, Harrel, anak Sulung kalianlah orangnya." James dan Lily hanya memandang tidak percaya pada Dumbledore.
"Professor, aku mohon jangan bercanda. Harrel hanyalah anak kecil biasa." Lily berusaha mencari kebohongan dari mata Dumbledore.
"Maafkan aku Lily, tapi itulah kenyataannya." Ungkap Dumbledore. James yang telah kembali pada kenyataan mengusap pundak Lily berusaha menenangkannya.
"Jadi Sir, apa yang anda rencanakan? Anda tidak akan datang kesini tanpa rencana kan?" Tanya James berusaha bersikap normal.
"Sejujurnya, aku mempunyai sebuah rencana. Aku ingin kalian lebih memperhatikan dan melatih Harrel sejak dini. Lalu tentang Harry, bagaimana jika kalian untuk sementara waktu menitipkannya pada Petunia dan keluarganya agar fokus kalian pada Harrel tidak terpecah?" Jelas Dumbledore.
Lily dan James yang mendengar penjelasan itu sangat terkejut dan sekali lagi memandang tidak percaya pada Dumbledore. Dengan tiba-tiba James menggebrak meja yang ada di depannya dengan amarah yang meluap. Lily pun tanpa sadar meneteskan air matanya.
"Dengan segala hormat Professor, kali ini aku tidak bisa mengikuti rencana anda dan silahkan keluar dari rumahku." Ucap James tidak dapat membendung amarahnya.
"Tapi James, kau tahu dengan rencana ini Harrel akan siap untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung lama ini." Dumbledore berusaha membujuk kedua orang didepannya.
"Dan mengabaikan Harry kami? Ini adalah rencana terburuk yang pernah aku dengar seumur hidupku." Lily berucap ditengah-tengah tangisannya.
"Sekali lagi Professor, tanpa mengurangi rasa hormatku bisakah Anda meninggalkan rumah ini?" James bangkit dan memandang Dumbledore didepannya dengan tatapan dingin.
"James, Lily.. aku tidak bermaksud untuk menyuruh kalian mengabaikan Harry. Kalian bisa menjemputnya kembali setelah ia berumur 11 tahun dan siap untuk masuk ke Hogwarts. Dengan begitu kalianpun telah membuat Harrel untuk lebih siap menghadapi takdirnya." Dumbledore pun ikut berdiri dan menatap mata James berusaha meyakinkannya –lagi-
"Terserah apa kata anda Professor, tetapi kami tidak akan pernah mengikuti rencana sampah ini. Dan satu lagi! Kau seolah-olah menyuruh kami untuk menjadikan Harrel sebagai sebuah senjata perang! Hah! What a good plan, Sir." James berucap sarkastis.
"Kumohon pergilah dari rumah ini sebelum aku mengusirmu dengan paksa, Sir." Lanjut James yang telah mengeluarkan tongkatnya diikuti oleh Lily.
"Haahh.. kuharap kalian tidak akan menyesal dengan keputusan kalian ini." Dumbledore pun meninggalkan Mansion Potter dengan wajah kecewa.
"Never!" ucap James dan Lily bersamaan.
Dengan kepergian Dumbledore dari rumah mereka, James dan Lilypun segera menuju kamar malaikat mereka yang sedang bermain dengan salah satu House Elf dan langsung memeluk keduanya protektiv. James menggendong Harrel, dan Lily dengan Harry.
"Sebenar apapun ramalan itu, sebaik apapun rencana itu dan seberbahaya apapun nantinya, kalian akan tetap kami lindungi. Tidak peduli Dumbledore akan menjadi musuh keluarga ini, kami tidak akan pernah memisahkan bahkan mengabaikan salah satu dari kalian." Ucap James sungguh-sungguh sambil memeluk keluarga kecilnya itu. Lily mencium sayang dahi kedua putranya sambil meneteskan air mata.
"Tak peduli kami harus menjadi musuh seluruh dunia sekalipun, kalian tetaplah prioritas kami." Lanjut James dengan menatap mata Lily dan mendapat anggukan setuju dari istri tercintanya.
Harrel dan Harry menatap kedua orang tua mereka. Harrel hanya mengedipkan matanya polos. Akan tetapi ada yang berbeda dengan Harry. Dari sorot matanya, ia terlihat sangat mengerti rasa sakit kedua orang tuanya. Dan tak berapa lama, Harry sontak menangis dengan kencangnya. Hal ini mendapat respon kaget dari James dan Lily. Pasalnya Harry selama ini sangat tenang. Ia sangat jarang menangis sekencang ini. Lily yang menggendong Harry pun berusaha menenangkannya.
"Shh..shh.. Sayang, Harry ada apa boy?" ucap James mengelus sayang kepala Harry.
"Mom and Dad are here honey. Don't worry." Lily mengelus bagian belakang tubuh Harry.
Harrel yang melihat Harry menangis dengan histerisnya, menjulurkan tangannya dan meraih kedua pipi tembam Harry yang memerah. Entah karena ia mengerti atau hanya kebetulan, Harrel mengelus pipi Harry dengan lembut. Harry yang menerima elusan(?) menenangkan dari semua keluarganya pun akhirnya menjadi lebih tenang dan kemudian tertidur. Harrel yang melihat Harry sudah mulai tenang juga ikut tertidur dan menyamankan dirinya pada pelukan sang Ayah.
James dan Lily pun saling pandang dan kemudian tersenyum melihat tingkah kedua anak mereka. Dengan hati-hati mereka menaruh keduanya pada box bayi dan menidurkan mereka berdampingan. Kemudian mereka keluar dari kamar itu dan menutup pintu dengan sangat perlahan.
"Zimpy" Panggil James.
"Yes Master."
"Bisakah kau menjaga Harrel dan Harry sampai aku ataupun Lily kembali?"
"Of course Master." Zimpy menunduk sekilas kemudian menghilang.
"Jadi James, apa yang akan kita lakukan sekarang?" Lily bertanya setelah mereka sampai ke ruang kerja James.
"Aku akan memanggil yang lain untuk meminta pendapat mereka. Hal ini benar-benar membuatku sakit kepala." Ucap James yang duduk di kursi kerjanya.
"Ide bagus." Ungkap Lily.
.
.
Dua minggu kemudian para sahabat James datang berkunjung. Satu persatu dari mereka keluar dari jaringan Floo. 5 orang itu pun mengikuti James ke ruang kerjanya. Lily yang melihatnya tersenyum menyambut kedatangan mereka kemudian naik menuju kamar si Kembar.
"Ada apa sampai kau memanggil kami semua, Prongs?" Sirius bertanya mewakili semua yang ada disana.
"Ini tentang Harrel dan Harry." Ujar James dari ujung Sofa.
"Ada apa dengan mereka?" Severus menaikan salah satu alisnya.
"Tadi pagi Dumbledore datang dengan tiba-tiba." Ucap James memulai. Dan mendapat anggukan kebingungan dari yang lain kemudian mereka mengisyaratkannya untuk melanjutkan. James pun menjelaskan dengan detail semua yang terjadi pagi tadi pada semua yang hadir dengan amarah yang kembali meluap. Setelah ia selesai menjelaskan, dapat ia lihat tatapan amarah, kecewa, tak percaya dan sedih di mata mereka semua.
"Apa-apaan maksud Pak Tua itu?! Aku sudah tahu jika dia tidak waras, tapi aku tidak percaya tingkat ketidak warasannya melebihi apa yang aku kira!" Sirius meledak hingga bangkit dari kursinya.
"Ini benar-benar tidak dapat dipercaya. Apa yang merasukiku selama ini sehingga begitu menghormatinya." Severus mengurut pelipisnya tidak percaya.
"Apa yang ada dipikiran Dumbledore ini?" sahut Remus yang menyenderkan tubuhnya lemah pada senderan sofa di belakangnya.
"Bukankah telah kubilang sejak lama untuk tidak terlalu mempercayainya?" Ungkap Lucius dengan nada dingin dan angkuhnya.
"Oh diamlah, Lucy. Jangan menambah kemarahan dalam diriku." Kata Sirius sebal kemudian kembali duduk. Yang tentu saja mendapat tatapan membunuh dari Lucius.
"Jangan memanggilku dengan nama menjijikkan itu." Ucap Lucius kesal dan hanya mendapatkan putaran mata malas dari Sirius.
"Jadi James, apa yang akan kau lakukan selanjutnya?" Remus mengabaikan pertengkaran tidak penting dua orang itu dan mengalihkan pandangannya pada James.
"Sebenarnya, aku butuh pendapat dan bantuan kalian." Ucap James memandang semua orang yang ada di sana.
"Kami siap memberikan bantuan kami." Sahut Peter mantap dan diikuti anggukan yang lain.
PLOP!
Tiba-tiba seorang House Elf kediaman Potter muncul ditengah ruangan dan mendapatkan tatapan beragam dari semua orang.
"Master Sir, maafkan Starrey yang lancang ini Sir." Panic Starrey berjalan cepat menuju James.
"Apa yang membuatmu muncul tiba-tiba Starrey?" James berkata heran.
"Starrey punya kabar buruk, Sir. Starrey tidak sengaja melihat surat kabar ini, Sir." Starrey memberikan surat kabar yang ia pegang sedari tadi.
"Apa maksudmu?" James semakin heran dengan kelakuan House Elf nya. Ia pun menerima surat kabar itu dan matanya langsung membaca sebuah Breaking News yang ada disana. Seketika sihir James menguar tidak terkontrol dan mengahncurkan barang-barang disekitarnya. Semua yang ada disana kaget kemudian seketika berdiri dan memasang mantra Protego disekitar mereka. Starrey yang melihat keadaan itu pun langsung menghilang ketakutan.
"James! Tenangkan dirimu! Kau bisa membunuh kami dengan sihirmu, sialan!" Lucius berteriak kejam dan menghampiri James. Iapun merebut surat kabar yang sepertinya menjadi pemicu keadaan saat ini sebelum surat kabar itu juga ikut hancur. James pun kemudian mengontrol kembali sihirnya dan menenangkan diri.
"Baca Breaking News di halaman pertama dan kalian akan tahu mengapa aku seperti itu." Jelas James menahan amarahnya. Yang lainpun menghampiri Lucius dan mereka membaca Breaking News itu.
Breaking News!
Akhirnya setelah peperangan yang telah berlangsung selama ini, kita semua mendapat sebuah cahaya kemenangan!
Sebuah ramalan tentang seseorang yang akan mengalahkan sang Dark Lord telah lahir!
"Seorang anak laki-laki pemberani yang memiliki kekuatan untuk mengalahkan Dark Lord telah dekat..
Dilahirkan bertepatan dengan matinya bulan ketujuh...
Pertama adalah simbolnya.. Pertama adalah takdirnya.. Pertama adalah kekuatannya..
Pangeran kegelapan akan menandainya sebagai tandingannya.
Salah satu harus mati di tangan yang lain, karena yang satu tak bisa hidup sementara yang lain bertahan"
Siapakah ia? Apakah ada dari anda semua yang dapat menebaknya?
Jadi Semua, tidak lama lagi kita akan menemukan kedamaian! Berbahagialah!
Setelah membaca itu, semua pun menggeram marah dan jika tidak mengingat apa yang telah terjadi tadi mungkin mereka pun akan lepas kontrol terhadap sihir mereka.
"Dumbledore! Aku benar-benar akan membunuhnya! Berani sekali dia menyebarkan ramalan sampah ini?! Ia telah membahayakan anak-anak baptisku!" Geram Sirius.
"Merlin... dengan adanya berita ini kita benar-benar tidak bisa lagi menyembunyikannya dari Dark Lord." Remus menjatuhkan dirinya di Sofa terdekat sambil memejamkan mata lelah.
"Aku yakin tidak lama lagi ia akan datang untuk membunuh anakmu James." Ucap Lucius dingin.
"Mn.. kita harus memikirkan sebuah rencana untuk melindungi mereka." Jelas Severus.
"Aku tahu. Maka dari itu aku mohon bantuan kalian." James menatap mata sahabatnya satu persatu dengan sayu.
"Tenanglah, tentu saja kami akan membantumu." Peter menepuk pundak James memberikan semangat dan di aminkan oleh yang lain.
"Terima Kasih." Ucap James tulus.
Setelah itu, ke enam pria yang ada disana berdiskusi dengan serius untuk menentukan rencana mereka. Perkiraan-perkiraan kapan Dark Lord datangpun telah mereka pikirkan. Lama mereka berdiskusi hingga akhirnya terdapat kesepakatan. Mereka akan memulai rencana mereka malam ini. Dengan begitu, semua berdiri dan keluar dari ruangan. Mereka sudah siap akan apa yang akan terjadi setelah ini.
To Be Continued
Nah, ini dia chapter satunya :D
Bagaimana? Membosankan ya? Iya saya tau LOL kalo gak suka, gak usah di lanjutin bacanya juga gak papa. Tapi kalo suka, sekedar komentar singkat saya sangat menghargainya. Saya juga butuh Kritik, Saran dan kalau mungkin para Readers ada yang punya ide untuk kedepannya cerita ini, saya akan sangat berterima kasih dan akan lebih semangat untuk ngelanjutin cerita ini :)
Tapi tolong jangan ada Flame ya.. setidaknya hargai hasil kerja Author seperti saya ini *apasih
Sampai ketemu di Chapter 2 ya~ Bubye..
