Sebuah senjata revolver tergenggam di tangan kanan seorang pria Italia yang berpakaian tentara yang compang-camping. Bola matanya cokelat muda yang melukiskan kesadisan yang tiada tara. Ia sedang duduk di atas bongkahan batu yang dulunya merupakan bekas fondasi sebuah bangunan, yang berada di utara Italia. Mimiknya keji, setara dengan Genghis Khan-nya milik Mongol. Bedanya, sekali lagi, dia itu orang Italia.

.

.

.

Hetalia ~ D.Y.S.T.O.P.I.A

Chapter 1

Italia : I am (not) a coward!

© Axel 'Sverige' Oxenstierna / TIKToK-TimeTraveller

Disclaimer :

Hetalia © Hidekazu Himaruya

WARNING :

Dystopia world, OOC, AU, DLDR, banyak kata-kata kotor, sadis, continued, typo, tak ada shounen-ai dan lain-lain. Flame dilarang keras.

Author's Note

Halo~ Author datang lagi setelah 6 bulan terkurung di dunia nyata, menyelesaikan misiku. *lebay*

Okay, aye di sini membawa 1 cerita berseri dan bertema dystopia. Makasih untuk beberapa author yang secara gak langsung menjadi inspirasiku~ *halah*

Tolong digarisbawahi, fic ini BERBEDA TOTAL dengan Parallel World. Yang ini mah serius lho… Mungkin emang menyakitkan. *dibacok*

Mohon diperhatikan sekali lagi, fic ini hanya IMAJINASI LEBAY DAN MENGERIKAN milik author belaka. Mohon tak ditanggapi serius.

Sekali lagi, selamat membaca!

.

.

.

Pria Italia yang itu.

Semua Nation-tan yang hidup hingga detik ini, pastilah takut kepada pria Italia yang itu.

Tak ada yang tak mengenalnya, tetapi kini, sistem pemerintahannya merupakan yang paling kuat di Eropa setelah Jerman. Andaikata dia yang itu, berada dalam dunia dystopia ini, niscaya percayalah, dunia akan hancur secara sugro di bawah hegemoninya. Entah berapa kali Nation-tan yang lain segera menyerah kalau sedikit saja digertak oleh negeri pria yang itu.

Namanya adalah… Ya. Feliciano Vargas. Tak ada yang bisa menduga bahwa dialah yang dimaksud 'pria yang ditakuti' di sana. Tak lupa, sebenarnya dia memiliki saudara yang lain, yakni Lovino. Kakaknya ini adalah pedagang senapan yang sangat mahsyur, mengalahkan seorang karakter perempuan pedagang senapan di anime lain. Jaringannya sudah mencapai seluruh Amerika Latin, Amerika Selatan, Mediterania, Afrika Utara, Asia Tengah dan sebagian Asia Selatan dan Tenggara. Di belakang pekerjaan resminya, ia berkubang dosa dengan mengepalai geng mafiosi yang berjaya di Mediterania.

Tentulah mereka bukan merupakan sembarang manusia. Mereka akan siap 'menghapus'mu jika kamu menentang mereka. Sama seperti Amerika di dunia nyata, bukan dystopia. Mereka bertampang keji, di balik tampangnya yang ganteng.

"Huh? Ada orang yang menentang keberadaan kita?" tanya Feliciano Vargas, sambil memainkan senapan laras panjang SG-550 yang status kepemilikan serta haknya sudah sukses dirampasnya dari seorang pria Swiss. Wajahnya menyeringai sadis, dan ia sedang duduk di kursi kerja dengan kedua kakinya ditaruh di atas meja kerjanya dengan tidak sopannya.

Di depannya, Lovino tampak berdiri dengan mimik masam. Mata lelaki itu menyipit tajam, sambil melemparkan berjubelan dokumen-dokumen berisi investigasi yang didapatnya dari bawahannya. Ia lalu memangkukan kedua tangannya sambil berkata dengan nada dingin, "Ya, fratellino. Terutama si pengecut Austria dan Swiss itu. Lebih lanjut lagi, jujur saja, aku ingin sekali menendang dan membunuh oyabun sialan brengsek dan anjing itu. Bagaimana, fratellino?"

Seringaian Feliciano segera menghilang. Ia langsung menegakkan punggungnya, dan kedua kakinya juga sudah diturunkan ke lantai. Tangan kanannya yang dingin segera menyambar berjubelan dokumen-dokumen itu, dan ia membacanya secepat kilat. Beberapa menit kemudian, ia langsung menaruh kembali dokumen-dokumen itu dan menjawabnya dengan suara berat, "Hapus dia, fratello. Kita sabotase seluruh wilayahnya beserta gadis manis tetek bengek Germania itu."

"Ya, fratellino, tetapi sebaiknya…"

"Ya?"

DOR DOR.

Tanpa dikomando, sebuah senapan revolver segera dikeluarkan dari sarungnya yang diikat di pinggang Lovino. Dan moncongnya segera diarahkan ke sekujur tubuh Feliciano. Berturut-turut, ia langsung menendang meja kerja Feliciano, yang justru malah mengenai kepala Feliciano dan membuatnya tumbang bermandikan darah. Tanpa ditunggu, pintu ruang kerja Feliciano segera digedor dan ditendang paksa oleh dua orang yang wajah serta kulitnya agak mirip dengan kedua bersaudara Vargas itu.

Satunya bertubuh jauh lebih tinggi dari yang lainnya, segera mengacungkan AK-47 ke Lovino sambil berteriak, "HEI! Letakkan senapanmu––."

DOR DOR.

Ternyata tembakan Lovino justru membuka pertikaian berikutnya. Ia lebih dulu memutar tubuhnya menghadap dua orang itu, dan melepaskan dua peluru yang ternyata mengenai senapan yang dikenakan pria bertubuh tinggi tadi. Seketika senapan itu meledak akibat salah satu dari dua peluru itu masuk ke dalam moncong AK-47 itu. Ketika mereka berdua lengah, tanpa sadar, seseorang merampas sesuatu yang 'berharga baginya.

DOR .

DOR DOR.

Rentetan tembakan peringatan segera lepas dari sebuah senjata revolver lain yang dipegang oleh seorang pria bertubuh cebol, beberapa detik setelah senapan milik partnernya yang bertubuh tinggi itu meledak. Rupanya, ia berusaha mencegah Lovino bergerak untuk membunuhnya. Lovino ternyata mengincar posisi Feliciano! Ini bagus untuk diriku dan dia––.

Belum pulih fokusnya, di dalam kabut yang segera datang tak diundang tepat setelah senjata AK-47 milik partnernya meledak, seseorang segera berdiri di belakangnya, sambil menodongkan revolver-nya persis di belakang tenguk lehernya. Seringaian kejamnya segera terlukiskan di wajahnya yang dingin nan keji. Pria cebol itu sungguh bernasib malang, tak dapat menduga keberadaannya beberapa waktu lalu itu.

"Sei veramente sciatto, Swiss." kata lelaki itu, sambil menekan moncongnya. Pria cebol ini meringis pelan. (1)

Dalam hati, pria cebol ini menjerit tak percaya. Bagaimana dia bisa tahu kalau aku ini Swiss? ! Padahal aku sudah susah payah mengubah logatku ke logat Italia! Bagaimana caranya… Tampaknya lelaki itu memahami kebingungan yang melanda diri pria cebol ini. Lelaki itu lantas menyambungnya dengan sinis, "Mana mungkin ada dua cowok yang tiba-tiba mau bocorin rahasia mereka berdua, lalu bergabung sama kami. Bego amat kau pada, Swiss!"

Pria berambut cokelat yang dicat dengan mata cokelat yang merupakan lensa kontaknya, memekik pelan mendengar jawaban sinis pria itu. Kabutnya mulai lenyap, dan kini tampaklah seorang lelaki berseragam tentara Italia yang sedang mengancam lelaki cebol itu. Kriwilnya berada di samping kiri rambutnya. Di beberapa bagian tubuh pemuda yang mengancamnya barusan, terlihat bekas tembakan dan di sekitar sana pakaiannya berlumur darah. Tatapannya bengis, seolah ingin mangsanya dimakan sekali telan.

Di depan pria yang dipanggil Swiss dan pria yang mengancamnya, berdirilah seorang lelaki lain yang berambut cokelat lebih gelap dengan kriwilnya yang muncul di poni sebelah kanan. Ia masih mengancam Swiss dengan moncong revolvernya yang mengarah kepadanya. Ke-Kenapa… Dua bersaudara ini patut dibunuh! Tak peduli aku harus mati! Pria Swiss ini lantas menjerit pelan, "Da-Dasar pembunuh sadis! Ka-Kau… Membunuh hampir seluruh wargaku! JA-JAHANA––."

"Bukannya kau yang sudah nekat banget ya, datang kemari ke sarang musuh ya?" ejek Feliciano sambil terkikik mengerikan.

"Ka-Kamu pengecut! KUBUN––."

DOR.

Pria Swiss ini langsung tumbang begitu suara tembakan dikumandangkan. Kedua lututnya terjatuh ke lantai, kemudian tubuhnya langsung ambruk di depan pria berambut cokelat gelap itu. Pria yang menembaknya tadi, lalu menyarungkan senjatanya dan berkata kepada pria yang berdiri di depannya dengan dingin dan mimik sadis, "Cabut 'vital region'-nya, Lovino. Dia kan target gengmu."

Lovino, demikian panggilannya, lalu berjalan beberapa langkah menuju pria Swiss yang nyaris menemui ajalnya dengan tatapan hampa. Ketika langkahnya berhenti tepat di depan kepalanya yang telungkup, ia lantas mengulurkan tangan kanannya yang besar dan kekar, mendekati punggungnya yang lemah. Mata cokelatnya menatap punggungnya dengan lama, memperkirakan letak 'vital region'-nya. Setelah sekian lama, ia akhirnya menyeringai pelan. Tangannya segera mengambil posisi hendak mencabut 'vital region'-nya tersebut.

JLEB.

Tangannya yang kekar itu, langsung menghunjam masuk ke dalam tubuhnya yang mungil. Seketika saja darahnya muncrat keluar dari tubuhnya, mengenai wajah dingin dan bengisnya Don itu. Feliciano segera tertawa sadis sambil berbalik ke arah luar pintu yang ternyata penuh dengan anggota geng mafiosi milik Lovino dan berkata, "HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA! ! ! ! TEMAN-TEMAN, BERBAHAGIALAH KALIAN! DUA MUSUH KITA SUDAH MATI! LIHATLAH AKSI YANG DILAKUKAN KAKAKKU!"

ZRUUUGGHHHHHH.

Seketika tangan kanannya yang kekar, segera keluar dari tubuh pemuda Swiss yang malang itu sambil memegang sesuatu yang kenyal. Wajahnya yang sadis ditambah bengis ini, lalu menyeringai sadis bak singa yang kejatuhan mangsa. Begitu liar dan sadis. Tangannya yang memegang sesuatu yang seukuran kepalan tangan serta kenyal itu, langsung diangkatnya tinggi-tinggi. Wajahnya menjadi makin bengis, dan kaki kanannya segera menginjak kepala pria malang itu hingga rusak seperti halnya menginjak balon yang berisi air hingga pecah. Rentetan tawa sadis pun meledak.

"HAHAHAHAHAHAHAHA!"

"HIDUP DON!"

"HIDUP LOVINO VARGAS DAN FELICIANO VARGAS!"

Feliciano segera menghentikan sorak-sorai anggota Vargas Famiglia, demikianlah nama resmi geng mafiosi yang dipegang Lovino, lalu berteriak dengan seringaian tawa sadis sambil mengangkat tangan kirinya yang ternyata memegang sesuatu yang sama seperti yang dipegang Don, "Teman-teman! Kini kita telah sukses menjajah wilayah Austria dan Swiss! Kini gadis manis tetek bengek Germania Family itu akan jatuh kepada kita! Mari kita luaskan hegemoni kita ke sana! Nun jauh di sana!"

"YEAAAHHH! ! !"

Lovino yang menyeringai puas penuh kemenangan, lalu menghampiri adiknya sambil bertanya, "Fratellino, bagaimana dengan strategi penghapusan beberapa Nation-tan lainnya?"

"Soal itu nanti lah, fratello. Yang penting kita nikmati dulu kemenangannya. Vital region ini biar kukasih ke kamu, kan kau yang ngurus Vargas Famiglia-nya." jawab Feliciano santai sambil membersihkan wajah kakaknya seraya menaruhkan vital region milik pria bertubuh tinggi yang tumbang tadi di atas tangan kiri kakak yang tsundere itu.

Lovino lalu menyeringai, dan menyambungnya sambil berkacak pinggang, "Baiklah, fratello. Kita nikmati saja pelan-pelan penyiksaan dan hegemoni kita. Selanjutnya, apa yang akan kami lakukan? Meski aku Don, tetap aja datangnya perintah itu langsung darimu, fratellino."

Feliciano tampak bingung. Tetapi seketika saja ia mendapat idenya, dan ia langsung mengutarakannya, "Kita… Siksa bekas pengasuhku. Ludwig… Dan Gilbert. Mereka pasti tak bisa apa-apa, mengingat kamu pedagang senjata sekaligus Don dari Vargas Famiglia. Kau pasti bisa, fratello. Pakai strategi seperti yang kita lakukan kepada Alfred yang masih belum kelar hingga sekarang ini."

"Baiklah, fratellino. Teman-teman sekeluargaku, marilah kita berpesta atas kemenangan ini!" seru Lovino senyum keji, sambil mengangkat kedua tangannya yang memegangi vital region-nya dua pemuda yang baru saja tewas itu. Teman-temannya langsung bersorak-sorai dengan riang sambil saling peluk serta melempar senjatanya ke langit-langit koridor yang berhubungan dengan ruang kerja Feliciano itu.

Feliciano lalu menengok ke belakangnya, di mana kedua mayat itu tergeletak, sambil mengejeknya dengan sinis, "Kalian patut dikasihani, Roddy dan Vash, vee~. Inilah akibatnya kalau kalian berani memasuki teritori kami hanya bermodalkan nekat dan kepala dungu. Dokumen-dokumen nista kalian pun sudah kuhancurkan, vee~."

Pemuda Italia ini lalu menginjak-injak tubuh mayat pemuda bernama Roddy dengan riangnya, sambil menari di atas penderitaan yang dialami mereka berdua. Ia langsung mengeluarkan bendera putih buatannya dari celananya, dan segera mengangkatnya tinggi-tinggi. Dalam hati, mereka sangat menikmati penyiksaan sadis itu. Tentunya, tanpa diketahui Nation-tan mana pun.

Di antara pesta berdarah Vargas Famiglia-nya, Feliciano lalu memandangi mayat Roddy dan pria Swiss secara bergantian, dan mengejeknya sekali lagi, "Aku bukan pengecut, tahu! Kalianlah yang pengecut!"

.

.

.

[ Chapter 1 – End ]

(1) Kau benar-benar ceroboh, Swiss. [Italian]