note. tahu shintaro/ayano? nah itu dasar dari fic ini (serta headcanon-nya). sekalian yah kagerou days © jin (buat lagunya dan animenya yang mbingungin tapi bikin nagih). btw coba baca kagepro dulu biar ngedong ini fic maksudnya apa tapi dun know saya lagi seneng bikin orang bingung akhir-akhir ini
Byakuya membandingkan kulit lengan miliknya dengan merahnya syal yang kini ia pegang.
Dua tahun tak terekspos oleh sinar mentari mengurangi banyak pigmen kulitnya, membuatnya nyaris seputih mayat. Uniknya, merahnya jalinan benang itu justru tidak kehilangan warnanya. Dengan perbandingan yang ia lakukan kini, malah semakin menguatkannya.
Merah, merah, merah—
(—merah matanya, merah darahnya, merah senyumnya—)
Ada dorongan baginya untuk membuang syal itu. Sungguh. Ingin ia mengabaikan fakta sentimental bahwa benda itu pernah membawa kebahagiaan baginya karena kehadiran syal ini adalah bukti dia ada.
Tapi itu dulu.
Dulu.
Lalu kenapa syal ini masih ada bila pemiliknya telah pergi?
(Karena syal ini jatuh ke tangannya sebagai bukti akan dosa-dosanya.)
Ia memejamkan matanya. Ia lelah.
Lelah karena menatap layar komputer tak terhingga masanya serta lelah oleh tuduhan-tuduhan dalam hati yang takkan pernah tersampaikan.
(—tentang betapa egoisnya kamu, Hisana, yang pergi tak mengucap salam perpisahan.
Yang pergi tanpa memikirkan tangis adikmu yang terus berbisik, "Kenapa Kakak harus pergi?"
Yang seenaknya melompat dari atap meninggalkan dunia ketika kautahu betul duniamu di sini, bersama kami, bersamaku—)
Ia kalungkan syal itu.
Menyiksa dirinya dengan harum Hisana, yang bercampur dengan darah gadis itu.
Lalu terlelap di ranjangnya. Kolam sesalnya.
Sembari menangis.
Dan memimpikan senyum Hisana yang terakhir.
.
.
fleeting red
bleach © kubo tite. saya menulis ini hanya demi kesenangan semata.
