.
.
FUTSUMEISHI
(LINE)
Cast : Exo member + other SM artist
Pair : Chanbaek vs Chanlu vs Kaibaek & others
Genre : Yaoi, Friendship, romance
Rate : T
.
.
Inspired by a true story. Gak sampe based on, tapi aku ati-ati dan mikir ketik-edit berkali-kali sebelum memutuskan untuk beneran ngepost ini. Semoga bisa dinikmati. Yey!
.
점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점
.
Hongdae, Seoul. Hari terakhir liburan semester.
KLING KLING KLING
Lonceng yang menempel di jendela kamar Chanyeol berbunyi. Ia melirik keluar, di seberang, Baekhyun sedang melambaikan tangan di jendelanya sendiri, menunjuk-nunjuk kaleng yang dipegangnya. Panggilan. Chanyeol meraih kaleng yang terhubung dengan benang hingga rumah di seberang sana, menempelkan pada telinga besarnya.
Telepon kaleng? Klasik atau jadul? Atau masa kecil masih belum berakhir? Atau memang mereka belum berniat dewasa.
"Malam ini kau ke mana?" suara Baekhyun nyaring menyapa.
Chanyeol memandangi uang yang tergeletak di atas meja belajar, kapasitas akhir bulan "Tidak ke mana-mana" jawabnya lewat kaleng, sendu memikirkan uangnya.
"Hei, Chanyeol ah. Aku patah hati" nada bicara Baekhyun tidak berubah.
Chanyeol menengadah dengan ekspresi heran memandang Baekhyun yang malah tersenyum. Bukan indikasi sedih baru patah hati.
"Hei, kau tidak berbelasungkawa, temanmu ini baru saja jadi fakir cinta" tegur Baekhyun, tidak mendapat respon.
"Tidak. Kecuali kemudian kau bunuh diri" Chanyeol menjawab sadis.
Baekhyun berdecak "Benar, tidak ada niatan menghiburku?"
Chanyeol menghela napas, kembali melirik uang di atas meja "Iya, iya. Es krim? Aku ada uang 10 ribu won. Pastikan itu cukup untuk beli 2 es krim"
"Call! Aku akan beli yang harga 7 ribu" ceria dan sama sekali tidak ada indikasi patah hati.
"Aish. Ya sudah kalau begitu, aku akan tiduran saja di rumah" Chanyeol hampir menaruh kaleng di tempat semula.
"Iya, iya. Aku terima. Terserah kau saja mau membelikan yang mana. Kutunggu di luar" Baekhyun menaruh kaleng, melambaikan tangan lalu terlihat keluar kamar.
Chanyeol menggantungkan lagi kaleng di sisi jendela, meraih jaket. Saat keluar kamar, ia melihat kakaknya baru keluar kamar, akan berangkat liputan "Aku pergi"
"Jangan pulang kemalaman. Baekhyun bisa kena flu lagi" Yoora meraih kunci scooter.
"Ya ya ya" Chanyeol menggoyangkan kepala sambil melangkah keluar. Perasaan, selalu Baekhyun yang mengajaknya keluar malam, tapi ia yang selalu disalahkan jika sampai ada kesalahan pada Baekhyun. Entah itu flu, ingusan, sampai bentol digigit nyamuk pun Chanyeol yang kena tulahnya.
"Park Chanyeol sayaang" dengan suara meraung, Baekhyun melambaikan tangan di depan pagar rumahya.
Chanyeol berdecih, kemudian berekspresi ingin muntah "Tidak usah tersenyum sok manis begitu. Uangku tidak akan bertambah" ia terus berjalan melewati Baekhyun, melirik sebentar garasi rumah, mobil hitam pabrikan Eropa terparkir di sana. Pantas, pikirnya.
Baekhyun menjejeri langkah Chanyeol "Baru aku ingin bertanya, 'apa kau punya lebihan untuk ddokboki?'" suaranya terdengar diimut-imutkan, Chanyeol hampir menjitaknya.
Langkah Chanyeol berhenti, tangan menapak di dagu Baekhyun, menatapnya –yang berarti menunduk "Kau tidak seperti orang patah hati yang butuh dihibur"
Baekhyun melengos hingga tangan Chanyeol terlepas "Kris ternyata sudah punya pacar" ucapnya melanjutkan jalan "tapi kau lihat sendiri bagaimana caranya tebar pesona padaku kan? Kekanakan" gerutunya.
Chanyeol kembali melangkah panjang, menjejeri Baekhyun. Tanpa permisi, lengan kekarnya merangkul bahu Baekhyun "Aigoo. Baekhyunku bisa mengatai orang kekanakan, tidak tahu sendirinya masih bocah" ia tahu, apa yang sebenarnya terjadi.
Baekhyun mendesah "Berhubung sekarang posisinya aku akan ditraktir eskrim, kubiarkan kau bicara. Lihat saja sampai nanti es krimku lunas di kasir"
Chanyeol ngelunjak. Ia mengusak rambut Baekhyun tanpa ampun.
Bukan sekali Baekhyun mengajaknya keluar malam begini. Selalu ada cerita sedih yang jadi alasan. Malam ini patah hati dengan Kris, kakak kelas mereka. Sebelumnya, nilai ulangannya jatuh. Waktu itu gara-gara menonton film sedih, menangis hingga matanya bengkak. Chanyeol mendengarkan semua gerutunya, walau ia tahu kenyataan dari semua cerita versi Baekhyun. Contohnya, sesekolah juga tahu Kris punya pacar, tapi masih menggoda Baekhyun, jadi tidak ada hubunganya dengan patah hati.
Dan setiap itu terjadi, ia tidak akan membantah permintaan Baekhyun.
Cengiran lebar Baekhyun tunjukkan saat menunjukkan sebuah eskrim seharga 6500 won. Chanyeol hanya melirik jengah, mengambil yang seharga 3000 won. Chanyeol tidak tega menolak, ia tahu Baekhyun memandangi eskrim itu dengan menggigit bibir bawah sebelah kiri dari tadi (1)
"Untung aku sedang ingin yang ini" Chanyeol melangkah ke kasir. Baekhyun tertawa.
Dan tawa Baekhyun semakin lebar, eskrim sudah lepas dari bungkusnya padahal belum dibayar. Alhasil, kasir hanya meng-scan bungkus eskrim tanpa isi berikut eskrim milik Chanyeol yang masih tertutup rapat.
"Park Chanyeol?"
Chanyeol menoleh pada seseorang yang antri di belakangnya "Kai!" ia menyalami cowok berkulit agak coklat itu, lalu memeluknya sekilas "sedang apa di sini?"
Kai, cowok itu menunjuk beberapa botol minuman di atas meja kasir "Beli itu. Kau sendiri?"
Chanyeol membuka bungkus eskrim "Beli eskrim dengan temanku" dagunya menunjuk Baekhyun yang tercenung di sampingnya "Kau sendirian?"
Kai mengangguk "Rumahku baru pindah dekat sini, mampirlah kapan-kapan"
Bibir Chanyeol membulat 'O' sambil mengangguk dua kali.
Kai menggeser belanjaan bersiap membayar "Temanmu?" menunjuk Baekhyun yang masih memandanginya sambil menjilati eskrim. Entah apa yang dipikirkan.
"Baekhyun ah" Chanyeol menyikut pinggang Baekhyun –walau lebih tepatnya dada- "ini Kai"
Kai tersenyum, mengulurkan tangan "Kim Jongin"
Baekhyun yang tadinya ingin menjabat tangan itu, malah mengerutkan kening "Bukan Kai?"
Kai tertawa keras "Kai itu panggilanku. Waktu main basket pun jersey ku bernama Kai"
"Oh aku Byun Baekhyun" kali ini gantian Baekhyun dulu yang mengulurkan tangan sambil terus memandangi wajah Kai yang dihiasi rambut kelam di dahinya.
"Ingat?" tanya Chanyeol pada Baekhyun.
Yang ditanya menggeleng bingung, merasa tidak pernah bertemu cowok di depannya. Namun, tatapan matanya berbinar "Levi" ucap Baekhyun tersenyum lebih lebar.
"Siapa?" tanya Kai kemudian menatap Chanyeol bingung.
Chanyeol menahan tawa "Kita pulang" sebelum Baekhyun semakin malu-maluin.
Baekhyun melepas tangan Kai, mengangguk berkali-kali hingga rambut coklatnya berarus "Dadah Levi Kaichou!" melambaikan tangan, keluar minimarket diikuti Chanyeol.
Mereka meninggalkan toko sambil berduet tidak jelas A thousand miles milik Vanessa Carlton. Baekhyun bahkan membuat gestur seolah sedang memainkan piano.
Kai tersenyum lebar sambil geleng-geleng.
.
"Temanmu keren" ucap Baekhyun di sela menjilati eskrim nya. Ini musim gugur menjelang musim dingin, omong-omong.
"Iya, kau sampai tercengang begitu" Chanyeol menanggapi tanpa melirik Baekhyun. Es krim lebih menarik "kau tidak ingat dia?"
Baekhyun mengangguk "Ingat. Levi revaile" Baekhyun terus berjalan tepat di bawah lampu yang berjejer di sepanjang arah rumah mereka.
Chanyeol yang tadinya akan menarik napas lega, malah melirik jengah "Dia tidak pendek, bahkan lebih tinggi darimu"
Baekhyun mengambil 2 langkah, berdiri di depan Chanyeol "Tapi mirip. Rambutnya, tatapan matanya, auranya, ugh! Rasanya aku seperti titan yang akan diburunya" berjalan mundur sambil heboh sendiri.
Chanyeol mengerjap. Baginya, Baekhyun yang begini lebih mirip Hanji, ilmuwan super ekspresif heboh itu, dibandingkan Titan –raksasa jelek dengan wajah menjijikan penuh liur.
Tangan Chanyeol menapak di kepala Baekhyun "Mana ada titan pendek begini?" ditepis Baekhyun kasar "padahal kau belum lihat dance Kai ya. Bisa mimisan kau"
"Dia... jago dance?" mata Baekhyun semakin berbinar. Tidak peduli lelehan eskrim meluncur di jari lentiknya.
"Aha" Chanyeol mengangguk "murid terbaik SOPA"
"Oh. My. God" Baekhyun tercengang, diam di tempat. Ia memandang Chanyeol tidak percaya
"Tutup. Lalat bisa masuk" Chanyeol mendorong dagu Baekhyun yang tercengang supaya mengatup.
.
점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점
.
SanMun High School. 16.05 pm
Para siswa langsung berlarian ke luar kelas begitu bel berdering. Pemandangan mirip sarang lebah yang diganggu, kemudian penghuninya berhamburan keluar berdengung-dengung.
"Yeol, nilai tugasmu" Jongdae menaruh selembar kertas di atas meja Chanyeol lalu lanjut membagikan ke meja lain.
"Waw. Selamat! Nilaimu tertinggi" ucap Tao menunjukan kertasnya berlabel 68 lalu berjalan meninggalkan kelas. Padahal ia yang aslinya orang china, tapi nilai tugas hanja nya tragis.
Chanyeol memandangi angka 90 di pojok kanan atas kertasnya, terpikir orang yang membantunya mengerjakan ini. Ia merapikan isi tas lalu keluar kelas. Ponsel di saku bergetar saat ia sampai lorong gedung sekolah. Pesan masuk.
From : Kai
Aku ke sekolahmu ya.
Chanyeol tersenyum sekilas, tahu tujuan Kai.
To : Kai
Silakan saja
"Chanyeol ah!" Baekhyun datang langsung menggamit lengan Chanyeol yang baru menaruh ponsel di saku "temani aku ya"
"Ke mana?" Chanyeol melepas tangan Baekhyun, ganti merangkul bahunya.
"Toko buku, beli kamus hanja. Duh" keluh Baekhyun karena seseorang tidak sengaja menyenggol bahunya sambil berlari.
Chanyeol merapatkan tubuh Baekhyun dengannya "Sekarang?"
"Kelas bahasaku besok. Yah kecuali kau ingin melihatku dihukum Zhoumi laoshi gara-gara tidak beres mengerjakan tugas"
"Bagus itu! Akan kudokumentasikan" Chanyeol tergelak.
Baekhyun melepas tangan Chanyeol. Gantinya, berjinjit berusaha menjitak kepala Chanyeol –yang jelas menghindar hingga keadaan berubah 180 derajat –leher Baekhyun disekap di ketiak Chanyeol. Tentu saja bocah berambut coklat itu belingsatan. Ironis.
Kyungsoo dan Sehun yang berjalan beriringan di belakang mereka, menggelengkan kepala melas. Hanya gelengan kepala, belum ada niat menyelamatkan anak orang yang sedang dipiting oleh titisan titan itu.
"Kupikir Baekhyun lumayan pintar" ucap Sehun dengan nada datar "eh tapi bisa saja setiap hari mengalami yang begini" ia masih menggeleng.
Kyungsoo berdecak "Untuk apa disekolahkan di sekolah unggulan, otakmu tidak berkembang jika berhadapan dengan Chanyeol"
"Kalian berisik!" teriak Baekhyun. Masih berusaha melepaskan pitingan Chanyeol di lehernya. Sayang, gagal.
"Chanyeol ah!" seseorang memanggil Chanyeol dari kejauhan.
Chanyeol menoleh, melihat sekeliling halaman sekolah hingga kuncianya pada leher Baekhyun mengendor, memberi kesempatan lepas. Baekhyun ganti mengganduli punggung Chanyeol, mirip anak monyet.
Berusaha melepaskan tubuh Baekhyun, Chanyeol melihat Kai –berseragam kuning SOPA mencolok- berdiri di samping motor hitam yang diparkir di dekat gerbang "Oi! Kai!" tanpa aba-aba, Chanyeol menggeret tangan Baekhyun untuk menghampiri Kai "sedang apa di sini?"
Basa basi.
"Sekedar lewat?" Kai tersenyum pada Baekhyun yang menatapnya seperti di minimarket semalam "halo Baek"
"Hai Jongin..." Baekhyun tersenyum lebar. Ia melepaskan pegangan tangan Chanyeol, maju selangkah mendekati Kai, berjinjit dengan tangan terulur.
...Kai terpaku saat jari Baekhyun mengelus rambut di dahinya. Membenahi, menyisir pelan.
"...Levi Kaichou" Baekhyun tersenyum puas sambil melirik Chanyeol "mirip kan?"
"Kubilang Levi itu pendek Baek" jawab Chanyeol.
"Abaikan fisik, ini masalah visual" Baekhyun kekeuh.
"Iya, tapi tidak semirip itu"
"Berarti memang mirip"
Mereka berdebat. Chanyeol dan Baekhyun. Sedangkan Kai menatap bingung, tidak tahu apa atau siapa yang mereka bicarakan. Ingin rasanya bertanya 'kalian membicarakan tokoh film Men In Black?' namun lebih baik jangan.
"Lagipula mata_" ucapan Chanyeol terputus melihat tatapan bingung Kai "okay, sorry kami malah berdebat tidak jelas. Kau sibuk?"
Kai menggeleng.
"Antar Baekhyun cari buku ya" ucap Chanyeol menepuk bahu Baekhyun. Baekhyun menatapnya heran.
"Buku apa Baek?" tanya Kai. Tidak terlalu penting juga, baginya waktu yang akan dilewati jauh lebih berharga.
"Hanja" jawab Baekhyun kemudian beralih pada Chanyeol "memang kau mau ke mana?"
"Aku?" Chanyeol bingung. Mengedarkan pandang, ia melihat Luhan berjalan keluar gerbang "Luhan hyung!" teriaknya, menghentikan langkah Luhan hingga menoleh "aku ada janji dengan Luhan. See ya!" ia belari menghampiri cowok berambut coklat terang yang memandangnya bingung itu.
"Aku tidak tahu bahwa Chanyeol kenal dengan Luhan" gumam Baekhyun menatap ransel hitam Chanyeol menjauh bersama dengan ransel abu-abu milik Luhan.
"So... jadi kuantar?" Kai membuyarkan pandangan Baekhyun.
Baekhyun mengangguk, kemudian naik di boncengan motor sport warna hitam itu. Agak bersyukur bahwa Kai bukan tipe anak terlampau alay yang meninggikan boncengan motornya.
Sementara Luhan menatap Chanyeol yang tersenyum lebar di sebelahnya "Ada apa?" bingung.
"Terima kasih. Karena ajaranmu, tugasku dapat nilai tertinggi" Chanyeol tersenyum lebar menggaruk leher belakang "dan...aku ingin pulang denganmu"
Luhan mengerjap dua kali, sebelum tertawa "Sekalian temani beli buku ya, nanti kutraktir buble tea"
"Wuah, Hyung suka buble tea? Kupikir seleramu juga mirip dengan bh yang tidak suka minuman itu"
"Bh yang tadi itu?" tanya Luhan, Chanyeol mengangguk "dan... panggil aku 'Luhan' saja"
"Wuah, aku merasa special..." Chanyeol menahan senyumnya "...Luhan"
.
점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점
.
Baekhyun masuk kamar Chanyeol tanpa mengetuk. Sudah terlalu biasa. Chanyeol pun hanya melirik, melanjutkan kegiatan mengerjakan PR.
"Kau sudah makan?" tanya Baekhyun duduk di depan Chanyeol –lesehan di atas karpet.
"Sudah" singkat, tidak biasanya.
"Makan apa?" bukan bermaksud kepo, Baekhyun hanya sedang memastikan sesuatu.
"Jajangmyeon, tadi ditrakrir Luhan hyung"
"Oh" ternyata benar dugaan Baekhyun, ia membuka tumpukan bukunya yang teratas "tadi ibu menyuruhmu ke rumah –jika kau belum makan. Ck, padahal aku tidak pernah ditawari makan"
Pensil Chanyeol berhenti bergerak, dengan alis mengkerut ia memandang Baekhyun "Tidak usah ditawari pun, kau akan tetap makan banyak"
"Iya sih" Baekhyun tersenyum sok malu-malu. Padahal, tidak pernah ada sejarahnya ia malu pada Park Chanyeol.
Hening untuk beberapa waktu. Chanyeol sibuk dengan hitungan, sedangkan Baekhyun sibuk dengan bentuk hanja yang membuat neuron otaknya semakin ruwet.
"Dan ke mana kau dengan Kai tadi?" tanya Chanyeol sambil terus menulis.
"Book store, obviously" jawab Baekhyun dengan nada sok malas "dan ke mana kau dengan Luhan tadi?"
"Book store obviously?" Chanyeol meng-copy jawaban Baekhyun, menatapnya dengan pandangan meledek.
PLUGH
"Kau tidak mau mengantarku ke toko buku tadi"
Chanyeol meringis gara-gara buku tulis Baekhyun mendarat di kepalanya "Kan sudah kubilang aku sudah ada janji dengan Luhan" bohong, itu acara dadakan untuk mengucap terima kasih atas nilai tugasnya "tadi aku ke perpustakaan kota"
Wajah Baekhyun mendekat "Dan apa hubunganmu dengannya?"
"Pacar" jawaban singkat dengan adegan alis naik-turun.
"Pacar dari Hongkong?!" Baekhyun histeris.
"Loh, kampung halamannya memang di Hongkong sih"
PLAK
Baekhyun menabok lengan Chanyeol "You are so delusional" cibirnya "memang sejak kapan kau kenal Luhan?" seingatnya, tidak pernah Chanyeol bicara dengan sunbae mereka itu walau jelas-jelas mengidolakannya sejak masa orientasi dulu.
Jari Chanyeol memberi isyarat Baekhyun untuk mendekat, Baekhyun menurut mencondongkan tubuh "Ra-ha-si-a" bisiknya.
Baekhyun menatap sinis "Ish. Iya, tahu. Yang baru bisa dekat dengan primadona sekolah, langsung main rahasia-rahasiaan" kalimat andalan jika sudah merasa diabaikan.
"Aku baru dekat dengan Luhan kok" Chanyeol langsung mengelak ucapanya sendiri "sekitar awal semester ini"
"Aku tidak pernah tahu" nada bicara Baekhyun melemah. Mereka berdua selalu bersama di sekolah & di rumah, mana mungkin ia melewatkan berita ini?
"Di perpustakaan. Dia orang yang membantuku belajar sastra, apalagi yang hanja"
"Oh, pantas nilai sastramu mendadak meroket. Punya backing-an rupanya" Baekhyun melirik kertas tugas Chanyeol yang tergeletak di karpet, mengangguk sok sarkastik "akan hebat jika kau bisa jadi kekasih sang primadona senior" lanjutnya.
"Dia memang role model, idaman semua cowok. Cantik, baik, pintar. Hah, berkah rasanya jika itu terjadi" Chanyeol melirik Baekhyun yang memandangnya aneh "bagaimana jika Kai suka padamu?" mengalihkan pembicaraan.
"Amin, Ya Tuhan. Kau tahu, tadi aku diajak nonton street dance, tiba-tiba dia ditantang dan... Ah, hatiku jadi kebat-kebit, semua orang meneriakan namanya. Kau benar, dance nya keren, seksi pula. Rasanya mimpi kalau benar punya kekasih sepertinya"
Baekhyun menerawang lalu berbinar. Heboh, terdengar seperti anak gadis, tapi tidak Chanyeol ungkapkan. Ia masih sayang kepala untuk tidak kena lempar buku yang kali ini bisa saja kamus Harvard di rak bukunya.
"Baekhyun ah, tidak sadar selama ini? Aku juga seksi" Chanyeol menaik-turunkan alisnya 3 kali, menghentikan kehebohan Baekhyun dengan cara lebih elit –walau hanya sedikit.
"Kau? Seksi?" tangan Baekhyun terulur ke pipi Chanyeol, mencubitnya "kau imut, seperti Jojo Chanyeol ah"
Sekedar info, Jojo adalah nama anak anjing pomeranian milik tetangga di ujung gang.
"Aku seksi, terima kenyataan itu" Chanyeol mengacak rambut Baekhyun.
"Kau imut. Aku tampan" Baekhyun meremas kedua pipi Chanyeol.
"Aku cowok seksi dan kau bocah imut. Itu baru benar" Chanyeol mencubit kedua pipi Baekhyun.
"Leppash Dobbiii" Baekhyun gantian mencubit pipi Chanyeol.
"Katakan aku seksi dan tampan" pipi Baekhyun ditarik lebih keras.
"Parkh Chanyeolh idioth"
Pipi Baekhyun ditarik lagi "Katakan sek_ Auh!" Chanyeol terlonjak, cubitanya terlepas, ganti menggosok lengannya yang digigit Baekhyun "awas kau!" bangkit mengejar Baekhyun.
Baekhyun lari, memutari kamar, menuju pintu tapi tertangkap. Salahkan kaki panjang Chanyeol "Ampun ampun ampun! Turunkan aku!" teriak Baekhyun saat Chanyeol menariknya ke ranjang
"Katakan dulu!" Chanyeol memasang pose akan membanting Baekhyun ke ranjang "Park Chanyeol sek_"
BRAK
Chanyeol menoleh ke pintu.
"Kalian berisik!" Park Yoora muncul di pintu dengan kacamata di hidungnya.
"Noona... suruh Chanyeol menurunkanku" suara Baekhyun memelas.
"Chanyeol, turunkan Baekhyun" ucap Yoora dingin.
"Dia menggigitku" tutur Chanyeol tidak terima.
"Kubilang turunkan!" rambut disibak ke belakang, Chanyeol menurut –menurunkan Baekhyun "kalian keluar, belajar di ruang tv. Hampir saja aku berpikir aneh dengar keributan di sini" ia berbalik badan, meninggalkan kamar Chanyeol. Sungguh, tadi ia berpikir adegan tidak senonoh antara 2 bocah itu. Walaupun adegan tadi juga tidak bisa dianggap senonoh.
"Kau sih..." Baekhyun menyikut lengan Chanyeol.
"Kau yang mulai" Chanyeol menyikut lengan Baekhyun.
"Kau dulu Yeol..." Baekhyun menarik tangan Chanyeol.
Chanyeol & Baekhyun masih bergeming di atas ranjang.
"Turun atau kuseret?!" ancam Yoora tanpa menoleh. Kepulan asap seolah muncul di kepalanya.
Chanyeol dan Baekhyun baru menurut. Memberesi bukunya, lalu turun ke ruang tv.
.
점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점선점
.
Tidak ada yang menyangka bahwa 2 anak manusia sedang puber, Chanyeol dan Baekhyun akan jadi kembar siam begini. Terutama bagi Yoora, ia sama sekali tidak pernah berpikir adiknya akan lengket betul dengan anak yang dulu dibenci.
Yoora ingat ucapan Chanyeol tentang tetangga sebelah dulu, dulu sekali. Tetangga baru dengan anak seumuran Chanyeol, 4 tahun waktu itu –Baekhyun. Chanyeol kecil tidak suka direcoki, tapi Baekhyun terus datang, bercerita semua hal tidak berhenti, mengajak bermain, namun akhirnya hanya menonton Chanyeol yang belajar gitar dengan ayahnya. Baekhyun dicuekin. Kasihan, tapi tidak menunjukkan raut sedih.
"Anak itu berisik sekali. Menyebalkan" Chanyeol kecil bersungut-sungut, pipinya makin tebal. Alasannya? Suara panggilan dari balik pagar.
Yoora tidak menanggapi.
"Noona jangan main dengannya" Chanyeol menarik tangan Yoora yang baru mau ke halaman, menemui Baekhyun yang berdiri di depan pagar.
Yoora menoleh, berjongkok di depan Chanyeol "Kau tahu, kenapa Baekhyun selalu ke sini?"
Chanyeol menggeleng. Tidak tahu... dan tidak peduli sebenarnya. Ia hanya tidak ingin diganggu.
"Karena ia tidak punya saudara, jadi tidak punya teman di rumah" Yoora mencubit pipi gembul Chanyeol "kau kan bisa bermain denganku, nah dia? Masa bermain sendiri terus?" bangkit, menemui Baekhyun di pagar.
Chanyeol kali ini tidak mencegah, ia malah mengekor di belakang "Kau suka Power Ranger?" tanya Chanyeol begitu melihat mainan ultraman di tangan Baekhyun.
Mata sipit Baekhyun berkedip-kedip "Tidak. Aku suka ultraman" memamerkan ultraman Gaia di tangan. Masih tidak percaya Chanyeol bertanya duluan.
Chanyeol memandang sinis "Lebih hebat Power Ranger, ada 5"
"Ultraman ada 1, tapi bisa mengalahkan Gorgom" Baekhyun tidak mau kalah.
Chanyeol merangsek maju melewati Yoora, berhadapan langsung dengan Baekhyun "Musuh Power Ranger kan banyak" tangan Chanyeol membentuk lingkaran besar.
"Musuh Ultraman juga banyak" tangan Baekhyun ikut membentuk lingkaran besar.
"Power Ranger punya robot besar" Chanyeol membentuk lingkaran lebih besar.
"Ultraman bisa berubah jadi besar" Baekhyun ikut membentuk lingkaran lebih besar –walau gagal.
"Oh my God, kepalaku" Yoora mengelus pelipis, pening karena mendengar perdebatan cadel 2 balita berpipi chubby tentang pertempuran makhluk-makhluk buatan studio Jepang.
Yoora hampir menarik Chanyeol waktu melihat adiknya itu mengulurkan tangan ke wajah Baekhyun. Ia pikir, Chanyeol akan mencolok mata Baekhyun. Namun...
"Pantas kau suka Ultraman. Matamu juga sipit sepertinya" Chanyeol terkekeh menunjuk mata Baekhyun.
Baekhyun merengut. Ingin membantah tapi malas, takut tidak ditemani lagi.
Yoora hampir terjungkal karena ucapan Chanyeol. Adiknya tidak sadar bahwa telinganya juga terlampau lebar "Bisakah Ultraman dan Power Ranger bersatu untuk menumpas Gorgom?"
Chanyeol dan Baekhyun bertatapan lalu tersenyum lebar.
"Ayo! Kutunjukkan kekuatan Power Ranger" Chanyeol menarik Baekhyun ke kamarnya.
Jika tahu bahwa mereka akan berakhir sedemikian klop, mana mungkin Yoora mendekatkan mereka. Karena kemudian, justru ia kena tulahnya.
.
Saat itu Sabtu sore. Chanyeol dan Baekhyun duduk anteng lesehan di depan tv, menonton kartun One Piece. Mata Baekhyun berbinar-binar waktu melihat Luffi yang elastis dan kemampuan pedang Zorro yang keren.
"Aku juga mau beli robot Zorro" Baekhyun bersuara "Kupasangi pedang empat nanti" menunjukan 5 jari terangkat. Maklum, belum sekolah.
"Noona punya yang Luffi itu" Chanyeol menanggapi.
"Benar?" Baekhyun bertanya dengan nada tidak percaya tapi excited.
Chanyeol mengangguk "Mau lihat?" tidak menunggu jawaban Baekhyun, ia menariknya ke lantai 2, kamar Yoora. Padahal, ia tahu bahwa daerah itu terlarang baginya.
Baekhyun berdiri di pintu kamar, tidak berani masuk. Ia tercengang mengamati seisi kamar Yoora dengan berbagai poster anime terpajang.
"Nih" Chanyeol kembali dengan action figure Luffi seukuran telapak tangan.
Mata Baekhyun kembali berbinar, lebih terang ketika memegang benda itu.
Chanyeol tidak tahu kenapa ia ikut tersenyum lebar.
"Ini bisa memanjang seperti di tv?" tanya Baekhyun membuyarkan senyum Chanyeol.
"Tidak tahu. Coba saja" Chanyeol memegang tangan Luffi mini, menariknya –jelas tidak ada yang berubah dari mainan plastik itu "sini" mengambil alih Luffi dari Baekhyun kemudian menarik tanganya sekuat tenaga.
PLOP
Chanyeol dan Baekhyun tercengang mendengar suara itu dibarengi sepotong tangan Luffi teroggok lepas. Luffi, si karet itu, mendadak cacat di tangan balita.
"Kalian sedang ap_" Yoora baru pulang sekolah, matanya membulat melihat potongan tangan yang ch pegang "YAH PARK CHANYEOL" teriaknya melihat potongan tangan kapten bajak laut di tangan balita.
Chanyeol buru-buru memberi potongan tangan itu pada Yoora "Noona maaf. Ini salahku. Maaf. Tidak akan kuulangi. Baekhyun hanya ikut-ikutan aku. Aku yang salah"
Yoora tercengang. Ini pertama kalinya Chanyeol mengakui kesalahan dan melindungi orang lain. Umur Chanyeol 4 tahun waktu itu, belum sekolah pula.
.
.
.
TBC
.
Ada penelitian menunjukkan bahwa jika seseorang menggigit bibir kiri bawah sambil menatap sesuatu, berarti dia menginginkannya. Jadi, kalo ada foto chanbaek menunjukkan hal 'itu' simpulkan sendiri! Hahai.
.
Niatnya, ff ini dipajang begitu hidupku sudah lebih terarah dan cerah. Tapi, Cahyo dateng ke mimpi, bilang 'ngapain nulis kalo gak dipost?' ditambah adegan2 itu muncul ngrecokin tidurku mulu, ya sudahlah. Saya pasrah.
Mind to say something? Sangat butuh kritik & saran *tunjuk kolom review*
