Warning parah buat yang ga suka tapi udah terlanjur baca.. mending pencet favorite atau follow aja (ngaco) Hehehe~ Kembali dengan fic drama dan alur lambat (keknya sih lambat) semoga kalian suka!

.

.

Gadis bersurai indigo itu nampak mengerjapkan matanya beberapa kali. Apa ia tak salah dengar? Apa kedua telinganya ini rusak? Apa ini genjutsu? Rasanya gadis itu tak percaya dengan apa yang didengarnya. Tidak-tidak, ia harus sadar! Mungkin saja lelaki di hadapannya itu hanya bercanda bukan? Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.

"A-ano Naruto-kun.. a-apa yang bar-baru saja kau katakan?" tanya gadis itu lagi.

Lelaki di hadapannya tersenyum cerah, secerah mentari yang menyinari bumi. Sang pahlawan desa menggenggam jari jemari gadis bersurai indigo itu. "Aku menyukaimu Hinata," ucapnya pelan tepat di samping telinga gadis itu.

Bisa dipastikan apa yang terjadi selanjutnya? Ya, gadis bersurai indigo itu, Hyuuga Hinata langsung jatuh pingsan.

.

.

Lost My Mind

.

OOC not COC, FANON, TYPO, ABAL, NINJASET

.

.

Pemilik mata rembulan ini menampilkan keindahan matanya, terbangun di sebuah ruangan serba putih, ah—ini pasti rumah sakit Konoha. Gadis bermarga Hyuuga itu memegangi kepalanya yang terasa sedikit berat. Tadi ia bertemu dengan Naruto –pujaanhatinya- di hutan tempat latihan biasa, lalu Naruto meminta dirinya untuk tenang, dan kemudian ia menyatakan cin—AP-APA?! CINTA?!

"TIDAK!" teriak Hinata secara tiba-tiba.

"Ah! Kau sudah bangun Hinata?" surai pink yang menggemaskan itu mendekata sang putri Hyuuga.

Haruno Sakura, dengan beberapa laporan di tangannya ia duduk di samping Hinata. "Kau tapapa?" tanyanya sedikit khawatir.

Hinata mengangguk pelan. Wajahnya bersemu merah mengingat kejadian yang ia alami sebelum terbaring di kasur putih ini. Ah—ia tahu alasan kenapa ia berada di tempat ini.

"Naruto sudah menyatakannya ya?" wajah Hinata sontak semakin memerah.

Ia gelagapan dan salah tingkah. Tangannya bergerak-gerak tak tentu arah, "Ba-ba-bagaimana Sa-Sakura-chan t-tahu tentang ha-hal itu?!" gagapnya semakin parah.

Sakura menepuk pelan bahu temannya itu, "Hahahaha! Naruto cerita padaku! Katanya ia akan menyatakan sesuatu padamu, dan tadi ia terlihat panik sekali.. biar kutebak! Jangan-jangan Naruto baru saja menyatakan ci-CINTA YA?!" tebakan ninja medis itu membua Hinata semakin mabuk kepayang. Wajahnya terlihat sangat merah. Bahkan terlihat asap keluar dari kedua telinganya.

"Araa—Hinata! Hinata! Sadar! Aduuhh... kau ini," ucap Sakura sembari menggoyang-goyangkan bahu Hinata.

"Ma—maaf Sa-Sakura-chan," melihat Hinata sudah 'sedikit' tersadar membuat Sakura menghela nafas lega.

Sakura tersenyum melihat pipi Hinata masih bersemu merah. Manis sekali. Lelaki mana yang tak jatuh hati melihat gadis polos nan baik hati ini memasang wajah semanis itu? Bahkan jika Sakura adalah seorang lelaki maka ia akan menjadikan Hinata sebagai kekasihnya. Namun Narutolah yang berani menyatakan dan memang sudah mencuri hati sang Hyuuga sejak lama. Naruto adalah orang yang beruntung. Sangat beruntung. Tidak—Hinatalah yang beruntung. Memiliki pahlawan desa yang tergila-gila padanya.. lelaki yang siap melindungi dan ada saat diperlukan. Yang lebih penting adalah, Hinata beruntung karena cintanya terbalas. Tidak seperti Sakura yang bahkan sampai sekarang belum mendapat kepastian.. dari lelaki pemilik sharingan itu.

"Hinata, kau beruntung," ucap Sakura merah di wajah Hinata masih senantiasa menghiasi namun kini tersirat raut wajah kebingungan. "Kau beruntung.. Naruto akan selalu ada disisimu, dan cintamu terbalas Hinata,"

Ah—benar, Hinata tahu kemana pembicaraan ini akan berlanjut. Ia tahu Sakura mencintai seseorang yang sangat sulit dipahami. "Aku—ingin seperti kau Hinata. Aku ingin ia juga mendatangiku dan menyatakan cinta padaku agar cintaku terbalas.. mungkin seharusnya memang aku tak mencintainya ya Hina—"

"TIDAK BENAR!" Hinata berteriak dengan kencang membuat gadis bersurai pink itu terkejut. "Ka—Kalau Sakura-chan menyerah maka semuanya akan sia-sia!" wajah Hyuuga ini sangat damat menyentuh hati Sakura. Wajah khawatir yang tulus.

"A-aku berusaha keras agar Naruto mau melihatku.. dan itu tidaklah mudah! Karena.. Na-Naruto-kun selalu melihat gadis lain," Sakura menunduk merasa bersalah, "T-tapi pada akhirnya, w-walaupun bu-butuh waktu yang sangat lama.. ia akhirnya menyadari keberadaanku.. dan semua mimpiku jadi kenyataannya," Hinata tersenyum lembut. Iapun menggenggam kedua tangan Sakura dan menyentuh kening Sakura dengan keningnya,

"Aku yakin ini hanya masalah waktu Sakura-chan,"

Sakura tersenyum. Ia sungguh beruntung memiliki teman seperti Hinata. "Terimakasih Hinata,"


Sudah dua jam Hinata berbaring di kasur rumah sakit Konoha. Sebenarnya ia sudah sehat, namun ia tadi sedikit mengantuk. Akan tetapi ia tak kunjung terlelap ke alam mimpi. Ini sungguh merepotkan baginya. Tiba-tiba suara ketokan pintu terdengar jelas, menampilkan sosok pria berkuncir satu melawan gravitasi. Ah-pemuda dengan cirikhas kata 'Merepotkan'.

"Hinata kau sudah sadar?" tanyanya pelan takut-takut lawan bicaranya sedang berada di alam lain.

Hinata bangkit dari tidurnya, "Sudah Shikamaru-kun, ada apa kau kemari?" ucap Hinata pelan.

Shikamaru menghela nafas lega, "Syukurlah kalau begitu, merepotkan kalau kau masih pingsan. Aku kesini untuk mengatakan kalau Hokage-sama ingin bertemu denganmu dalam waktu dekat... ya kalau bisa secepatnya. Mungkin kalau kau sudah cukup kuat. Itu saja sih yang ia bilang padaku,"

"H-Hokage-sama? A-ada apa memangnya?" tanya Hinata penasaran.

Lelaki bermarga Nara itu menaikan kedua bahunya, "Lebih baik kau kesana saja, aku tak tahu apa-apa. Maaf ya," Shikamaru melambaikan tangannya dan berjalan pergi meninggalkan Hinata.

"Ah satu lagi," ia teringat sesuatu yang penting, "Naruto sangat khawatir padamu, mungkin kau harus menemuinya terlebih dahulu baru menemui Hokage-sama," ucapan Shikamaru sukses membuat wajah Hinata merona hebat.

"B-baiklah te-te-terimakasih," kegugupan Hinata membuat Shikamaru tersenyum dan meninggalkan ruangan itu.

Mungkin Hinata harus pergi sekarang?


"Hinata-chan?"

"Naruto-kun?"

Kebetulan yang sangat hebat. Hinata berencana berjalan menuju kantor Hokage untuk bertemu Hokage-sama terlebih dulu –karenabatinnyabelumsiapbertemuNaruto- namun sekarang ia malah bertemu pahlawan desa yang seharusnya ia temui terlebih dahulu. Sial atau beruntung? Tapi yang pasti Hinata harus menyiapkan batinnya terlebih dahu—

"Kau sudah baikkan? Apa masih merasa pusing?" Naruto mengukur suhu tubuh Hinata dengan menempelkan keningnya pada kening Hinata.

Sontak membuat Hinata terduduk lemas dengan wajah merah padam. Lelaki bersurai pirang itu hendak membantu Hinata berdiri namun sebuah pukulan terlanjur mendarat di kepala Naruto.

"SAKIT!" rintih Naruto yang tak menyangka akan dipukul secara tiba-tiba.

"Kau tahukan Hinata itu bagaimana jika dekat denganmu! Kau mau membuatnya pingsan lagi?!" suara itu hanya milik Haruno Sakura seorang. Ya, Sakuralah yang memukul Naruto. Gadis itu kemudian membantu Hinata untuk berdiri.

Naruto masih memegangi kepalanya dengan berat hati, "Tapikan aku menyukainya! Wajar kalau aku khawatir dan ingin membantunya, Sakura-chan!"

Wajah Hinata semakin memanas. Sebelum Sakura kembali mengomel Hinata menarik baju Sakura dan sukses membuat Sakura diam sejenak.

"A-ano Na-Naruto-kun, A-a-arigatou," ucap Hinata malu-malu sambil bersembunyi di balik Sakura.

Naruto merasa jantungnya berdegup kencang sedangkan Sakura hanya tersenyum sendiri. Naruto mengulurkan tangannya pada Hinata, "Aku akan ke kantor Hokage, kurasa tujuan kita sama.. mau kesana bersamaku?" tanya Naruto dengan wajah sedikit merona.

Hinata membulatkan matanya tak percaya. Ia melangkah ke depan Naruto dan mengangguk riang, "Hng! Aku mau!" ucap Hinata penuh dengan kegembiraan. Entah keberanian dari mana hingga ia bisa seperti itu.

Naruto tersenyum senang, "Ayo kita jalan," digandengnya tangan himenya itu.

"Sa-Sakura-chan aku duluan!" ucap Hinata malu-malu. Sakura hanya bisa melambaikan tangannya melihat kedua temannya itu berbahagia.


Sesampainya di kantor Hokage, seorang pria berambut putih sudah menunggu dengan setumpuk berkas yang nampaknya merepotkan. Pria itu kemudian menyadari kedatangan dua orang makhluk berbeda jenis itu. Iapun menaruh pulpennya dan menutup semua berkasnya.

"Kalian sudah datang rupanya, Hinata, Naruto," ucapnya sedikit dengan nada senang.

Naruto mendekati pria itu dengan riang, "Yo Kakashi-sensei! Lama tidak bertemu!"

Kakashi tersenyum walau tak terlihat, "Nah kalian datang dengan cepat, bagus-bagus kalian menghemat waktuku," kakashi menarik sebuah kertas dan memberikannya kepada Naruto, "Itu adalah peta perjalanan Uchiha Sasuke yang terbaru,"

Mendengar nama Uchiha Sasuke membuat Naruto tertegun sejenak. Ini peta perjalanan yang dilalui sahabatnya! "Lalu ada apa dengan Sasuke? Apa terjadi sesuatu padanya?!" ucap Naruto panik.

Kakashi menggeleng, "Aku tidak tahu pasti apa yang terjadi padanya, namun sudah tiga minggu ini ia tak mengirim laporan padaku. Karena itu aku ingin kalian berdua—tidak, kalian bertida ditambah dengan Shikamaru untuk menyelidiki hilangnya Sasuke ini. Sekalian kalian menuju ke Suna untuk mengambil berkas dan membantu Shikamaru dengan berkas-berkas ujian chuuninnya," perintah sang Hokage.

"Jejak terakhir Sasuke.. tak begitu jauh dari Suna," ucap Hinata menyadari kenapa Shikamaru diikut sertakan.

"Maka dari itu aku menyuruh kalian ke Suna setelah selesai mencari jejak terakhir Sasuke," Hinata mengangguk mengerti, "Kalian akan berangkat besok, dan peta itu boleh kalian bawa,"

Naruto dan Hinata mengangguk mengerti dan mohon pamit undur diri dari ruangan Hokage itu. Setelahnya sudah bisa ditebak kalau Naruto dan Hinata berjalan-jalan berdua—walaupun hati Naruto tak begitu tenang mengetahui sahabatnya kembali menghilang.


Tak terasa kini sudah setengah perjalanan mengikuti jejak si bungsu Uchiha. Tadi pagi mereka bertiga, Naruto, Hinata, dan Shikamaru berkumpul di gerbang Konoha dan melaksanakan misi dari Hokage ke enam. Sekarang sudah setengah perjalanan, namun mereka tidak menemukan hasil yang berarti. Memiliki seorang Hyuuga merupakan keuntungan besar. Hinata, sebagai seorang Hyuuga mengaktifkan byakugannya terus menerus agar bisa menemukan Uchiha Sasuke. Namun hasilnya nihil. Tak ada tanda-tanda cakra atau apapun yang mencurigakan.

"Berarti ia masih aman sampai disini," ucap Shikamaru.

"Ya sepertinya begitu Shika, ku rasa ia diserang secara tiba-tiba," Naruto menimpali perkatan Shikamaru.

Hinata masih mengaktifkan byakugannya. Sudah tiga jam lamanya byakugan itu aktif. Ini semua salahnya, kini Hinata merasa kelelahan. Semalam ia tak bisa tidur memikirkan bagaimana hari ini akan terjadi. Misi dengan Naruto membuatnya berdebar-debar. Namun pada akhirnya ia malah tak tidur dan kini ia merasa sangat lelah. Tenaganya terkuras. Naruto melihat kondisi Hinata yang tak begitu baik. Iapun memutuskan untuk mendekati pujaan hatinya itu.

"Hinata-chan, kau tak papa?" tanyanya khawatir.

Hinata mengangguk pelan. Peluhnya begitu banyak, "A-aku tak papa Naruto-kun, hanya sedikit kepanasan saja hehehe," jawab Hinata dengan senyum yang manis.

Naruto tak begitu percaya pada jawaban Hinata namun kini ia lebih terfokus untuk mencari Sasuke. Mau tak mau ia mengiyakan jawaban Hinata itu. Setelah Naruto membelai pelan kepala Hinata dan berjalan lebih dulu dari Hinata, kini Shikamaru lah yang menghampiri gadis bermata rembulan itu.

"Hinata kalau kau tak sanggup, hentikan saja byakuganmu itu," nampaknya Shikamaru juga khawatir pada sang Hyuuga ini.

Hinata menggeleng, "Ng—Tak papa, aku masih bisa! Na-Naruto-kun ingin menemukan Sasuke secepatnya! Jadi aku harus berjuang dengan keras!" ucapan Hinata membuat Shikamaru menghela nafas.

"Aku tahu kalau wanita akan selalu merepotkan," Hinata menatap Shikamaru heran, "Perempuan selalu ingin tampil hebat dan bisa diandalkan oleh lelaki yang ia suka agar ia di akui," kini Hinata tertegun mendengar penuturan Shikamaru. Ternyata lelaki Nara ini cukup peka.

"Tapi—Perempuan selalu saja memaksakan diriya lebih dari siapapun hingga titik darah penghabisan,dan kau tahu apa yang dirasakan kami para lelaki?" gelengan pelan dari Hinata menjawab pertanyaan Shikamaru.

"Kami akan menjadi panik, sangat khawatir, dan menyalahkan diri sendiri karena gagal menjaga gadis yang kami sayangi," pemilik surai indigo itu membulatkan matanya terpana, "Karena itu jangan membuat Naruto khawatir dengan memaksakan dirimu seperti itu, kalau tak kuat hentikan saja oke? Aku duluan ya," ucap Shikamaru sambil menepuk pelan pundak Hinata.

Hinata tersenyum mengetahui Shikamaru ternyata mengkhawatirkannya juga. Teman-temannya memang sangat baik. Sepertinya Shikamaru sudah berubah mejadi sangat dewasa. Apakah ini pengaruh gadis Suna berkuncir empat itu? Manis sekali.


Kini mereka sudah sampai di titik terakhir perjalanan Sasuke. Yang bisa mereka lihat hanyalah bukit-bukit tinggi nan curam dan juga jurang yang tak terlihat ujungnya. Mungkinkah Sasuke tersesat di daerah sini? Atau ia diserang disini? Hinata tak melihat pergerakan yang mencurigakan. Naruto dan Shikamaru berkeliling lokasi itu mencari petunjuk mengenai Uchiha Sasuke .

"Hinata-chan apa kau menemukan sesuatu?" tanya Naruto sembari mengelap peluhnya.

Hinata menggeleng lemah, "M-maaf Naruto-kun.. aku tak menemukan apapun," sesalnya.

Naruto mendekati Hinata dan menggeleng pelan. Iapun berkata, "Tak papa Hinata-chan, kau sudah berusaha dattebayo!" tangan kanan Naruto membelai pelan puncak kepala Hinata.

"Ba-baiklah," Hinata tersenyum malu-malu.

Si pirang kembali pergi mencari jejak sahabatnya. Shikamaru sempat berkata pada Hinata agar Hinata beristirahat sebentar. Namun Hinata tak mau mendengarkan. Ia hanya duduk kurang lebih 5 menit lalu kembali bangkit dan berjalan menyusuri lokasi terakhir Uchiha itu. Gadis Hyuuga itu menatap jurang yang dipasangi tanda 'Dilarang Mendekat!'. Ia menatap kearah tanda pembatas itu. Mengintip sedikit lebih daalam.

'Ukh—jurang yang dalam sekali..' batin Hinata sedikit takut. Jurang yang tak terlihat ujungnya dan sangat gelap. Namun Hinata bisa mendengar suara gemercik air di bawah sana. Kemungkinan besar ada sungai di bawah sana! Kalau Sasuke terjatuh ia tak akan mati! Mungkin saja Sasuke pingsan di bawah sana! Hinata mencoba mengaktifkan byakugannya dan mencari keberadaan Sasuke. Sial, ia tak bisa melihat apa-apa. Nampaknya ia kurang dekat. Hinata menaikki pagar pembatas agar bisa melihat lebih jelas ke dalam jurang. Ia memajukan tubuhnya lebih maju lagi dari sebelumnya.

Naruto dan Shikamaru baru saja selesai berkeliling-keliling. Kini mereka mencari Hinata. Barang-barang Hinata masih ada di tempatnya, berarti Hinata tak begitu jauh dari tempat mereka. Naruto mencari Hinata dengan saksama. Mungkin saja Hinata tertidur disuatu tempat. Pasti akan manis sekali melihat Hinata yang terlelap. Selama Naruto sibuk dengan khayalannya, Shikamaru berlari dengan kencang melewati Naruto. Dilewati oleh Shikamaru yang berlari sangat kencang membuat Naruto tersadar. Apa yang membuat Shikamaru tergesa-gesa? Naruto menatap lurus ke depan. Mata biru langitnya membulat sempurna. Ia berlari lebih kencang dari Shikamaru dengan tangan kanan terulur kedepan.

"HINATA!"

Teriakan Naruto membuat Hinata menoleh ke belakang. Melihat Naruto dan Shikamaru dengan wajah pucat mereka berlari menuju ke arahnya.

"Na-Naruto—" Kaki Hinata terpeleset karena kaget dengan teriakan Naruto. Pergerakan tiba-tiba seperti itu membuat kepala Hinata terasa berkunang-kunang. Ah—ini efek dari memakai byakugan terlalu lama.

Badan Hinata yang condong ke depan membuatnya terjatuh dengan mudahnya. Hinata tak mampu bergerak. Kenapa ia harus seperti ini? Ia masih bisa melihat Naruto berusaha menggapainya. Berusaha menggunakan jurus seribu bayangannya untuk menangkapnya. Namun tubuh Hinata terjatuh dengan cepat ke dalam jurang. Saat itu Hinata hanya bisa mendengar suara teriakan memanggil namanya berkali-kali. 'Naruto-kun..' matanya tertutup dan semua menjadi gelap di dalam kegelapan.

"HINATAAAAAAAAA!" teriakan Naruto menjadi pertanda hilangnya Hinata.

.

.

.

TBC

.

.

.

HAAIII! Kembali dengan fanfic SasuHina! Ukh—Kemaren dompet Hime baru saja hilang.. jadinya Hime tak punya uang sama sekali untuk melakukan aktivitas.. mau tak mau ada beberapa aktivitas yang harus Hime batalkan dan kini Hime mengetik lagi untuk mengisi waktu luang! Ah iya! Ide cerita ini Hime dapatkan setelah menonton Drama Korea yang berjudul Remember . Drama ini adalah Drama baru yang masih tayang di tv-tv (info ga penting). Hime rasa yang nonton drama ini mungkin akan tau jalan ceritanya seperti apa. TENANG AJA! GA AKAN SERATUS PERSENMIRIP KOK! HAHAHAH! Review dan dukungan sangat membantu! Kritik dan saran sangat dianjurkan jika memang diperlukan! Terimakasih sudah mau membaca! Sasuke akan muncul next chap!