Yo, minna! Evil ingin mengucapkan salam kenal pada readers sekalian karena ini adalah pertama kalinya Evil post fic di fandom KuroBas tertjintah! Yoroshiku onegaishimasu! *bow* Ayo, Narator! Ucapkan salam pada readers kita di luar sana!

Narator: doumo *bow*

Nah, disini, para chara KuroBas sudah menikah, jadi Evil akan menuliskan nama mereka menggunakan nama kecilnya. Dan maaf kalau ada yang EKSTRA OOC karena Evil suka sekali menistakan mereka *muka berbunga-bunga*

Kuroko: *ngumpet di balik Kagami* Kagami-kun, ada orang aneh…

Kagami: Hati-hati, dia lagi jadi buronan di antara chara anime dan game…

Evil: Hm? Kau bilang apa, Taiga-kun? *senyum-senyum yandere*

Kagami: *merinding* Ng-nggak! Tadi ada Nigou terbang! Ahahaha!

Kuroko: Tapi, Kagami-kun, yang bisa terbang itu kan babi!

Kagami: Ah udahlah! Semua binatang bisa terbang! (?)

Evil: Dasar pasangan bodoh… Saa, ayo kita mulai!

Kuroko no Basket belongs to Tadatoshi Fujimaki, not Evil

.

.

.

Malam hari di Komplek Kiseki…

Kediaman keluarga Kagami…

Klontang, klontang.

Klenteng, klenteng.

Klontong, klontong.

Mata biru muda milik ibu Kagami, alias Tetsuya Kagami, pun terbuka karena mendengar suara aneh itu.

"Taiga…"

"Grook." si Taiga malah ngorok.

"Taigaa."

"Hm…? Nyem, grook…"

"Iiiih, Taiga! Bangun!" teriak Tetsuya, sambil mengguncang-guncangkan tubuh suaminya yang tidur dengan nistanya.

"Duuuh! Apa sih, Tetsu? Aku ngantuk nih, masih capek abis kerja."

"Eh, emang kamu doang yang capek?" pelotot si istri, matanya masih merah-merah karena hawa bangun tidur. "Aku juga capek kok. Aku harus nyiapin sarapan untuk sekeluarga, mandiin Nigou, gosipin tetangga sebelah, bla bla bla…" Kata ibu tiga anak itu nyerocos sampai monyong-monyong.

'Padahal baru ngomong sekali, tapi dibalas seribu kali.' batin Taiga Kagami dalam hati.

"Iya, iya. Intinya, kenapa kamu bangunin aku?" tanya Pak Kagami, berusaha sabar.

Tetsuya, yang tadi lagi monyong-monyong, pun melanjutkan, "Kayanya aku denger suara yang aneh deh dari dapur."

"Terus?"

"Aku jadi takut ke toilet."

Mendengar alasan Tetsuya yang nggak nyambung, Taiga langsung mijitin kepala. Sepertinya dia harus minum N*oz*p.

"Haduh, Tetsu. Denger ya, jarak kamar kita sama toilet itu cuman 5 langkah. Kalo dari kamar ke dapur, itu 10 langkah. Selesai." Taiga pun narik selimutnya lagi, siap-siap mau tidur.

Tetsuya langsung nepuk-nepuk pundak suaminya lagi.

"Apalagi sih Tetsu?"

"Kalo dari pintu depan ke kamar kita berapa langkah?"

"Ya mana aku tau! Udah ah, aku mau tidur!"

Mata si istri kedap-kedip kaya lampu disko. "1, 2, 5…err, 8…Ah! Taiga!" Tetsuya langsung bangunin suaminya lagi.

Taiga, yang matanya udah -10 watt, langsung tarik napas dalam-dalam.

"Hmm…ya?" ia pun tersenyum (pahit).

"Aku tau berapa langkah! 20 langkah, Taiga, 20!"

Mendengar jawaban Tetsuya, Taiga hanya tersenyum pailit sambil manggut-manggut.

"Makanya, temenin aku ke toilet yuk."

"Duuh, Tetsu, udah kamu sendiri aja! Udah gede juga."

"Tapi, tapi…aku takut."

"Ah, palingan cuman tikus atau cecak."

"Tapi kan…"

"Zzzz…grook." Taiga dah keburu tidur lagi.

Kesel dan manyun, sambil megangin pundak suaminya, Tetsuya pun langsung menggoyang-goyangkan tubuh mereka berdua secara liar.

"WAAAH! WAAAH! AKU NGOMPOOOL! KALO NGGAK DITEMENIN, AKU NGOMPOOOOOL!"

"YAUDAH YAUDAH, AKU TEMENIN!"

Kediaman keluarga Aomine…

"Zzzzz…Grook, grok." Pak Daiki Aomine pun ngorok dengan khusyuk.

Disebelahnya, Bu Aomine, atau disebut Ryota Aomine, sedang tidur dengan tenang. Namun, mungkin karena tadi siang ikut kelas senam gratisan, akhirnya terbawa sampai mimpi. Ia pun menendang Daiki dengan keras sampai tubuhnya jatuh tersungkur.

BUAAK!

Apakah Daiki terbangun…? Tunggu jawabannya di chapter selanjutnya~.

.

.

.

.

.

.

Nggak kok bohong, eke bercanda~. Jawabannya, setelah ditendang dengan cukup mautnya, Daiki Aomine tetap tidak bangun!

"Grok, grok, zzzzz…" Daiki masih ngorok dengan 'ganteng'nya.

"Zzzz…hm? Lho, kok dingin ya?" Akhirnya, yang terbangun malahan si istri. "Lho, kok selimutnya ilang? Trus Daikicchi kemana?"

Ryota nampak kebingungan. Matanya pun mencari-cari sosok suaminya yang berkulit gelap kaya ruangan mereka. Tidak heran kalau Ryota kesusahan mencarinya.

"Zzzzz…"

"Eh tapi kok ada suaranya ya?"

"Zzzzz…"

Ryota pun menoleh kesebelah kiri ranjangnya. Dilihatnya, selimut mereka tergeletak dilantai, lengkap dengan Daiki tertidur disitu.

"Zzzzz…"

"Grrr…" kesal karena kedinginan dan si suami memonopoli selimut, Ryota pun berteriak, "DAIKICCHI!"

"Grok-hah?" yang dipanggil 'Daikicchi' pun terbangun.

"Ooh, begitu sekarang kamu ya? Udah dikasih kasur, malah tidur dilantai!"

"Lho?" Daiki malah kebingungan. "Kok…aku malah dilantai?"

"Nggak usah alasan deh! Jelas-jelas kamu lebih milih lantai daripada aku! Yaudah, kamu tidur dilantai aja sana!"

'Mampus gue mentereng bereng!' gumam Daiki dalam hati.

"Ya ampun Ryota, tega banget kamu! Masa aku disuruh tidur di lantai?"

"Biarin, kan kamu yang mau! Sini selimutnya!" bentak Ryota.

"Lah terus, aku tidur di lantai nggak pake apa-apa gitu?"

"Ooh, kamu memang bener-bener niat ya pengen tidur di lantai?"

Daiki pun terdiam. Daripada diamuk si istri dan takut disuruh tidur di luar, Daiki pun memberikan selimut mereka dengan berat hati.

Kediaman Keluarga Nijimura…

Jglek, bunyi pintu utama dibuka.

Bapak Nijimura mulai memasuki ruangan. Hadirin dimohon berdiri (?).

Setelah memasuki ruangan, Shuzo pun tak lupa tutup pintu. Takut ada maling atau Nigou, anjing tetangga sebelah masuk.

Doi pun bergegas menuju ruang tidur, buat ganti baju dan…sekalian ehem…taulah.

Tidur.

Hayoo, jangan piktor~. Siapa tuh yang piktor? Kamu yaa?

"Duh, capek banget… pengen tidur…" Kata Shuzo yang pandangannya udah burem-burem nggak jelas. Mungkin ngantuk atau lagi ditutup sama setan.

Seketika Shuzo langsung tengok kanan-kiri. Tadi ada Pak Aomine lewat ya?

Oh, nggak. Halu dia.

"Lho?" Shuzo heran. Pintunya nggak mau kebuka. "Sei?"

Tok, tok, tok.

"Sei, ini aku sayang. Buka dong pintunya."

"Nggak." suara lembut tapi tegas milik Bu Nijimura terdengar dari balik pintu.

"Kok gitu? Kamu marah sama aku?"

"Yaiyalah. Kamu janji sama aku pulang jam berapa?"

"Hmm…jam 10."

"Nah sekarang jam?"

"Jam 10 lewat 1 menit…"

"Yaudah, kamu tidur di sofa."

"Lho, kok gitu?!" Shuzo langsung sewot begitu Seijuro nyuruh suaminya tidur di sofa. Amboi-amboi padahal pengen tidur di kasur, tapi nggak kesampean.

"Kamu pikir aku nggak capek apa nunggu selama 1 menit? Hah?"

"Ya ampun Sei, hanya 1 menit saja…"

"Eits, nggak bisa. Janji tetaplah janji." tandas balik Seijuro. "Sana, sofa udah nungguin kamu."

Dengan muka kusem, kucel, tapi kece, Shuzo pun akhirnya melangkah gontai menuju ruang keluarga.

Kediaman Keluarga Midorima…

Tik, tik, tik.

Bukan, itu bukan bunyi hujan atau rembesan air bocor. Melainkan suara jari-jari di perban kaya habis digigit Nigou sedang mengetik keyboard laptop nya.

Oh tenang, Pak Midorima nggak mengalami kecelakaan apa-apa kok. Cuman jari kirinya doang yang diperban. Namun entah kenapa, setiap orang yang lewat melihatnya, pasti langsung bertanya,

"Pak, Bapak jarinya kenapa? Digigit sama anjingnya Bu Kagami ya?"

"Bapak kenapa? Abis berantem ama istri? Atau digigit istri Bapak?"

"Bapak jarinya kenapa? Abis kena palu ya? Wah, hati-hati Pak, kalau sampai infeksi, nanti muka Bapak berubah jadi kaya Chuck Norris loh!" pertanyaan ter-greget yang pernah Shintaro dengar seumur hidup.

Kalian nggak kebayangkan muka Shintaro yang kece badai berubah jadi bapak-bapak laga yang hobi bawa pistol? Mengerikan, yes.

Tik, tik, tik.

Bunyi keyboard pun masih memenuhi ruang keluarga yang sepi.

Tik, tik, tik.

"Ck, ah, kepencet capslock lagi." gerutu Shintaro, sambil nekan tombol 'backspace'. "Jadi kaya alay."

"Sayang~."

"Waah!" Shintaro kaget. Jarinya pun nggak sengaja mencet tombol 'i'. Padahal baru mau nulis 'tahu', tapi yang keluar jadi 'tahi'.

"Ah kamu, ngagetin aku aja." Shintaro ngelus-ngelus dada. "Liat tuh, aku jadi typo kan."

"Wah, maaf deh." kata Bu Midorima sambil senyam-senyum.

Mata milik Kazunari pun melihat ke layar. Dilihatnya tulisan, 'Saya sudah tahi'. Typo yang belum dibenarkan.

"WAAAH, HAHAHA!" meledaklah ketawa si istri. "Typo nya sakral banget! AHAAA, HAHAHAAA! GROK!"

"Iish, kamu ketawanya. Sampai keluar tuh suara babi." balas Shintaro sambil membetulkan typo yang barusan ia tulis.

"Hahaha, aduh aduh, maaf deh. Oh ya, gantian dong say pake laptopnya." kata Kazunari.

"Hah? Mau ngapain kamu?"

"Aku mau nonton Pitch Perfect 2. Aku penasaran belum nonton!"

"Ya ntarlah. Aku belum selesai ini."

"Hmm…setau aku, kita beli laptop ini patungan deh. Setengah duit aku, setengah duit kamu. Terus udah gitu kamu pake laptopnya udah dari tadi sore kan?"

Shintaro pun langsung berhenti mengetik. Dilihatnya Kazunari sedang memasang senyum mengerikan.

"Trus, memang nya kamu nggak capek? Tidur dulu gih."

"Err…aku belum begitu-"

"Tidur." balas Kazunari sambil melotot. "Tidur sekarang atau mau file nya aku delete!"

"I-iya ya. Hoam, aku ngantuk banget tiba-tiba, tidur dulu ya…" Shintaro pun buru-buru ngacir ke kamar.

Kediaman Keluarga Murasakibara…

Dengan langkah gontai-mawai asoi, Pak Murasakibara membuka pintu rumahnya.

Cklek!

"Aku pulang."

"Welcome home, Atsushi." sapa Bu Murasakibara dengan logat Inggris agak nyerong ke Melayu. "Tumben pulangnya telat."

"Iya. Hari ini lagi sibuk." jawab Atsushi singkat. "Aku mandi dulu ya."

"Oh yaudah. Sini tas nya aku bawain."

Sungguh contoh istri yang baik sekali ya, Tatsuya ini. Menunggu suami pulang hingga larut malam, dan tetap menyambutnya dengan hangat. Sungguh aduhai sekali.

Tatsuya pun membawa tas milik Atsushi, dan diletakkannya di kamar.

"Duh, berat juga ya kamu tas." senyum Tatsuya, sambil menepuk pelan tas dihadapannya.

Puk!

Begitu ditepuk, tiba-tiba keluarlah sebuah benda dari tas tersebut.

"Lho? Apa itu?" Tatsuya heran. Diambilnya benda itu.

Dilihatnya, benda di tangannya adalah sapu tangan putih Monokuro Boo yang terpampang nyata dengan bekas lipstick merah dan nomor telpon 08xxxxxxxxxx. Terdapat juga tulisan 'Call me' diatas nomor tersebut.

Melihat itu, seketika Tatsuya langsung berubah menjadi Sage/Bankai/Saiyan/X-Burner mode. Intinya, mengerikan. Sangat mengerikan.

"Fuh, segarnya." kata Atsushi, yang baru keluar sehabis mandi hanya dengan…ehem, wow…

Celana dan baju. Tidak memakai kaos kaki atau tas.

Hayoo, siapa yang piktor lagi? Iish, pada nakal ya kalian~.

"Oi, Tat-chin, aku boleh ngemil L**'s rumput lautnya nggak?"

Yang disebut namanya pun langsung muncul, dengan benda asing ditangannya dan diperlihatkannya ke depan wajah Atsushi.

Tatsuya pun bertanya, "Apa ini?" dengan nada setengah geram.

Atsushi heran. "Apa yang apa?"

Blugh!

"Jawab aku, apa itu?!" dilemparnya sapu tangan itu tepat mengenai wajah Atsushi. Skornya 3-0 untuk Tatsuya (?).

"Apa ini?" Atsushi malah bertanya balik, begitu melihat benda keramat itu sudah jauh dari wajahnya.

"Ooh, pura-pura nggak tahu ya kamu!" Tatsuya pun udah mulai melotot. "Kamu selingkuh ya?! Sama siapa?! Si janda Mibuchi itu?!"

"Astaga, Tat-chin, aku aja nggak tahu itu punya siapa!" Atsushi panik bukan main. Setahunya, benda itu tidak pernah ia lihat. Bahkan, tidak pernah ada dirumahnya.

"Bohong! Buktinya ada di tas kamu!"

"Haah?" muka Atsushi beler.

"Jangan 'Haah?' in aku!" kesal, Tatsuya langsung menjewer Atsushi keras. "Malah pake muka beler lagi!"

"Aduh, wadow!"

"Itu punya siapa, HAH?! Udah ketangkep basah masih mau ngelak juga!"

"Sumpah, Tat-chin, aku nggak tahu..adoh!"

"Aku nggak mau tahu, pokoknya sekarang, kamu tidur diluar!" ancam Tatsuya, sambil menjewer Atsushi ke pintu depan.

"Wah jangan dong, Tat-chin sayang, kan dingin…"

"Nggak ada tapi-tapian! Udah, sana keluar!"

"Tapi-"

"KELUAR! OUT! RIGHT NOW!"

"Tapi Tat-chin sayang-"

Jdlek! Pintu pun tertutup. Untuk selamanya.

.

.

Ngga kok. Cuma untuk beberapa jam kedepan. Tapi, yah, tidak ada yang tahu ~

~TBC~

.

.

.

Yosh! Bagaimana, readers? Aneh? Tentu. Gaje? Jelas. OOC? Banget. Tapi itu tidak jadi masalah, yang penting kita hepi! *ganyambung*

Apakah Taiga berhasil menghentikan Kuroko dari rasa ingin ngompolnya? Bagaimana nasib Daiki yang tertidur di lantai? Apakah sofa keluarga Nijimura senyaman kasurnya? Apakah file yang ditulis Shintaro sudah di save? Apakah Atsushi benar-benar selingkuh? Nantikan kelanjutannya di chapter 2! Sayonara!