Summary : Mungkin Naruto tidak harus sendiri, mungkin Sasuke lebih bisa memaafkan, mungkin Neji bisa belajar menerima, mungkin Gaara tidak harus terluka

Summary : Mungkin Naruto tidak harus sendiri, mungkin Sasuke lebih bisa memaafkan, mungkin Neji bisa belajar menerima, mungkin Gaara tidak harus terluka, mungkin Kakashi hanya perlu melupakan, mungkin Iruka hanya perlu percaya, begitu juga Temari, Sakura dan Hinata... jika saja kesempatan itu ada.

Disclaimer : I don't own Naruto, and I take no credit for Neji being so damn sexy

.drool.

Author's Note: Bukannya nyelesaiin dua cerita sebelumnya, Aozora malah nekad bikin fic baru, tapi idenya tiba-tiba kepikiran dan jadilah cerita ini dibuat, so...

Enjoy


Pelangi Senja

Dusk Rainbow

Prolog


...

Kesuraman

Kesendirian

Kepedihan

Ketidak percayaan

Ambisi

Pengkhianatan

Persahabatan

...

Cinta

...

Hidup... ini hidup...


Aklorians Hospital Center, 22.30

Kenapa tak kau biarkan larut?

Samua asa yang seharusnya surut?

"Dokter... sudah saatnya pulang." Seorang suster berambut cokelat dengan mata senada tersenyum, Kakashi membalas senyum itu dan mengangguk.

Perlahan dia berdiri dari kursinya saat pintu ruangannya tertutup perlahan dari luar, dengan menarik nafas, pria itu melangkah kearah jasnya yang tergantung, mengambilnya dan melangkah pelan keluar ruangannya...

Pulang...? satu senyum pahit menyeruak diwajahnya, tidak ada yang menungguku pulang...


Kirlin-RahStreet Apartment, 22.30

Naruto menghempaskan tubuhnya diatas seperei kusamnya, matanya terpejam dan perlahan membuka menatap langit-langit kamarnya.

Tak adakah yang percaya?

Jika akupun punya rasa?

Mata sebiru samudra itu mengatup perlahan, dua bulir mutiara menggelinding jatuh disudut matanya, kenapa tak satupun yang melihatku?


A Room, Nowhere, 23.00

Pandangannya menyapu dinding-dinding yang bercat putih, tak ada warna lain... hanya ada putih yang menyambut kemana mata hitam itu menatap.

Perlahan Sasuke bangun dari tempat tidurnya, melangkah pelan kearah sudut ruangan itu, lalu duduk memeluk lutut dalam diam. Kepalanya menunduk dalam.

Apa salahku hingga semua pergi?

Tidakkah mereka tahu...

Sungguh...

Aku masih ingin dirangkul...


New Brightwater, 23.00

"PERGIII... AKU TIDAK MAU MELIHAT MUKAMU LAGII!!" perempuan itu menumpahkan semua amarahnya, tidak perduli angin malam yang membawa teriakannya jauh, tak perduli jika ada telinga yang tak berhak ikut mendengarkan pertengkaran mereka.

Iruka menarik nafas berat, tanpa sepatah katapun dia melangkah keluar, menutup pintu dengan keras didepan wajah wanita yang kini telah basah oleh linangan air mata, meninggalkan wanita yang telah menemani hidupnya selama sebelas tahun.

Laki-laki itu membuka pintu mobil dengan kasar, masuk dan membantingnya lagi tak kalah kerasnya.

Apakah kesetian itu tidak pernah cukup?

Lalu... apa yang bisa memenuhi hatimu...

Jika kata 'cinta' terdengar begitu murah?

Iruka menyalakan mesin mobilnya, matanya menatap kosong kearah jalan yang mulai semarak didepannya, pikirannya mengembara... perceraianku sudah didepan mata.


Shadoni-Mo Block, 23.30

Gadis cantik dengan rambut merah muda itu menguap pelan, tidak... tidak boleh terlelap sekarang, besok ulangan, ayo belajar...

Tapi mata hijaunya sudah lelah dipaksa menatap deretan kata-kata yang seolah tak ada habisnya... tidak... dia tidak akan kalah dengan anak baru berambut hitam itu... tidak boleh... hanya satu orang yang boleh berada diatasnya... hanya dia.

Apa salah aku menunggu?

Menunggu cinta yang tak bersambut?

Apa tak boleh aku berharap?

Kau menoleh padaku?

Walau hanya sekejap...

Matanya memandang keluar jendela kamarnya... Sasuke, kamu dimana? Kapan kamu kembali...? tak ada yang menjawab pertanyaannya, lalu sosok lain muncul dipelupuk matanya, sosok berambut pirang dengan mata sebiru langit, tapi mata itu suram, langit itu mendung... kenapa anak itu?


Purple House, 23.30

Hentikannn... kumohon, sakit... sakittt... kk-komohon berhentiiii... Tubuh mungilnya terkapar akibat pukulan bertubi-tubi dari pria didepannya, air mata seolah tak pernah kering untuk berhenti keluar dari sepasang mata dengan iris emerald itu.

Hijau... bukankah seharusnya ketenangan yang terpancar, tapi mata itu terluka, wajah itu terluka, tubuh itu terluka... Pria didepannya hanya menyeringai dan berlalu.

Gaara berdiri perlahan dan berjalan pelan menuju kamarnya, rasa sakit akibat luka ditubuhnya tak digubrisnya... dia tidak akan menghajarku lagi, dikamar, aku akan aman... iya kan?.

Perlahan tubuh mungil itu menutup diri dengan selimut, tangan kecilnya memeluk boneka beruang miliknya, satu-satunya peninggalan ibunya.

Ku ingin hanya ada siang,

Dengan begitu dia tidak akan datang

Tapi kenapa...

Malam begitu panjang?


Purple House, 23.30

Dia hanya bisa menangis saat teriakan adiknya menggaung memecah gendang telinganya, dia hanya bisa meringkuk dibalik pintu kamarnya dan meratap... tidak adakah yang akan datang...? tidak adakah yang bisa menolong kami?

Dia ingin berlari memeluk adiknya, ingin menenangkannya dalam pelukannya, ingin mengecup lembut keningnya saat mimpi menjemputnya...

Tapi dia tidak bisa, itu hanya akan melukai keduanya, laki-laki itu hanya akan menyiksa mereka tanpa ampun jika dia melihat ada kasih sayang antara mereka... kenapa aku tidak boleh memeluk adikku sendiri?, kenapa penderitaan ini harus kami tanggung terpisah...? dan dimana kakak laki-lakiku saat kami begitu membutuhkannya.

Ku tahu kau hanya butuh simpati

Hanya butuh tahu

Jika ada yang perduli

Tapi walau begitu

Itupun tak sanggup ku beri

Air mata berlinang jatuh dipipi halusnya... maafkan kakak... Gaara... bisik Temari pelan.


Hyuuga Manor, 23.30

Neji memarkir mobilnya, perlahan dia keluar dan memandang rumah besar didepannya, entah kenapa selalu perasaan tak nyaman yang bergayut jika dia pulang... pulang?, ini bahkan bukan rumahku.

Langkahnya berayun, menggaung di hall ruangan yang kini lenggang, semua pelayan telah kembali keharibaannya. Hanya ada dirinya.

Perlahan dia menaiki tangga dengan ukiran indah disetiap pegangan kayunya yang hitam pekat, dan matanya menangkap lukisan yang sudah dilihatnya ribuan kali, lukisan pamannya.

Tampak berwibawa dan juga angkuh dalam waktu yang bersamaan, tubuhnya terbalut jas hitam, kontras dengan sepasang mata perak keunguan yang memancar dingin... penuh kekuasaan. Neji membuang pandangannya dengan jijik...

Aku akan melewatimu... pasti!!... dan sosoknya menghilang dibelokan koridor dimana kamarnya berada.

Ku pastikan kemegahanmu meredup esok

Kan kubuat pandanganmu menunduk

Apapun takdir yang tertulis untukku,

Akan kupastikan...

Itu kehancuranmu!


Hyuuga Manor, 23.45

Gadis itu mengangkat kepalanya dari bantalnya saat dia mendengar langkah kaki disepanjang lorong panjang didepan kamarnya... dia pulang.

Perlahan dia bangkit dan berjalan tergesa kearah pintu kamarnya, gaun malamnya menari mengikuti gerakannya, pintunya terbuka tepat saat orang yang ingin dilihatnya membuka pintu kamarnya sendiri,

"Selamat malam, Neji-nii-san." Sapanya hangat, senyum manis menyeruak dibibir indahnya, pemuda didepannya tak membalas senyum yang telah diberikan padanya, tapi hanya mengangguk halus, hampir tak terlihat jika saja gadis didepannya tidak memperhatikannya,

"Malam, Hinata-sama." Dan dengan itu dia masuk kekamarnya dan menguncinya... meninggalkan gadis berambut biru itu sendiri didepan kamarnya.

Satu senyum patah terukir dilekukan bibir mungilnya, perlahan gadis itu melangkah kearah pintu dimana pemuda tadi menghilang, tangannya terulur menyentuh pintu itu... pelan tak bersuara...

Dingin... hanya itu yang terasa ketika ujung jarinya bersentuhan dengan kayu oak itu... perlahan dia menarik nafas dalam... entah sejak kapan, perasaan ini berubah... entah sejak kapan aku tidak melihatmu sebagai kakak... Neji...

Perlahan gadis itu melangkah kembali kedalam kamarnya, suara kunci diputar terdengar bergaung dilorong yang sunyi itu...

Maafkan aku karena mencintaimu

Sungguh kutahu

Darah kita terlarang untuk bersatu

Tapi hati ini telah terpaut

Walau kutahu

Kau takkan pernah melihatku

Sebagai wanita

...

Karena dimatamu

Aku...

...

...

...Duri...

...


...

Babak kehidupan Anak manusia

Semuanya terluka

Kesedihan menjadi racun,

Tanpa penawar

Atau ada...

Hanya waktu yang sedang bercanda?

Membuat semuanya berdarah?

Sebelum akhirnya mengobati

Semua hati yang telah sakit...?

Walu mungkin saat itu

Sang pemilik hati

Sudah tak lagi berharap

Untuk sembuh

...


Gomen, prolog tapi panjang banget...

Fic ini hanya akan Aozo lanjutkan jika ada tanggapan positif. Jadi jangan lupa buat tekan tombol 'Go' dibawah.

Pairing... ada buanyaakkk..., silahkan tebak.

Review dengan kritikan tajam membangun sangat Aozo nantikan...

-dilempar asbak – sok tua- Xp Xp Xp-