Fic ini terinspirasi dari mini drama Dangerous Love dan TVXQ. Aku ga tahan pengen bikin fic dari drama ini. Semoga readers suka.
Disclaimer: D. Gray-Man, Dangerous Love, TVXQ, maupun Tokyo Dome bukan punyaku. Semuanya bukan punyaku!
Warning: AU, mengandung shounen-ai (mungkin) dan sangat OOC (terutama Kanda), beberapa OC (yang cuma numpang lewat).
Keterangan:
"Talk"
'Mind'
Di antara oOoOoOo dan bagian yang diketik Italic itu khayalan.
Dangerous Love
Chapter 1: Dangerous Mind
.
.
Gray-Man, boyband yang kini sedang naik daun. Dengan para anggota yang bisa dibilang memiliki kadar ketampanan di atas rata-rata, mereka sanggup menggebrak dunia entertainment dan tak perlu waktu lama sampai mereka bisa dikenal oleh hampir seluruh penduduk Asia, khususnya Jepang. Lavi, Yuu Kanda, Allen Walker, Tyki Mikk dan Madarao adalah para lelaki tampan yang terjebak dalam lingkaran popularitas karena menjadi anggota Gray-Man. Tapi mereka juga tidak hanya menjual wajah, mereka pun diberkahi Tuhan dengan suara yang luar biasa indah dan talenta berakting yang memukau. Hm, rasanya semua kelebihan yang mereka miliki cukup untuk membuat para wanita, mulai dari usia balita sampai manula menjerit dan meneriakkan nama mereka. Terdengar berlebihan mungkin, tapi semua itu memang benar adanya. Kalau tidak percaya, bisa dipastikan sendiri seperti apa keadaan mereka saat ini.
"KYAAA!!! Kanda-sama! I love you!"
"Allen, lihat ke sini dong, Manis!"
"Oh… Hari ini pun Tyki tetap menawan! Aku makin cinta."
"Hoi, Tyki-pon itu milikku!"
"Bukan! Tapi milikku!"
"Kalian ini memperebutkan Tyki aja. Ya udah. Kalau gitu Madarao jadi milikku. KYAAA!!! Madarao!"
"Itu! Kalian lihat nggak? Hari ini Lavi-sama pakai syal warna ungu, padahal kan biasanya oranye. Catat itu! Siapa tahu bisa jadi topik hangat."
Begitulah. Teriakan, pujian, bahkan gunjingan terus mengalir dari bibir fans Gray-Man yang tak pernah lelah membuang suara mereka demi sang idola. Bahkan mereka rela berdesak-desakkan demi melihat pujaan mereka secara langsung atau mengulurkan tangan mereka, mencoba menggapai anggota Gray-Man favorit mereka dari balik garis batas fans dan bodyguard berbadan besar yang selalu menjaga anggota Gray-Man dari tindakan tidak diinginkan yang mungkin akan dilakukan fans.
Seperti saat ini, begitu Gray-Man selesai melakukan konser di Tokyo Dome, ribuan fans sudah menunggu mereka di luar. Dan lagi-lagi teriakan para fans sampai di telinga anggota Gray-Man, mengiringi langkah anggota Gray-Man ke mobil Van mereka untuk meninggalkan Tokyo Dome.
Lavi, sang leader, membalas teriakan fansnya dengan senyum manis dan lambaian tangan yang mampu membuat fansnya jatuh pingsan. Begitu juga dengan Allen. Anggota termuda Gray-Man itu tersenyum pada fansnya. Sementara itu Tyki sedang menyempatkan diri untuk berpose di depan kamera para fansnya. Madarao tak bereaksi pada jeritan-jeritan itu, hanya mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Sedangkan Kanda memakai kacamata hitam dan melipat tangannya, berjalan dengan angkuh tanpa memandang fansnya.
Sesaat sebelum bodyguard membuka pintu Van, seorang gadis kecil menghampiri para anggota Gray-Man. Tangan kanannya memeluk kumpulan kertas-kertas. Entah bagaimana caranya gadis itu menerobos barisan bodyguard yang melindungi anggota Gray-Man. Mata si gadis berkilat saat memandang Kanda yang jauh lebih tinggi darinya. Baru saja seorang bodyguard hendak membentak dan mengusir si gadis berkucir dua itu, tapi Lavi sudah mencegahnya. "Biarkan saja," kata Lavi sambil tersenyum pada si gadis. "Anak manis, ada perlu sama kami?" lanjutnya.
Pandangan anak bermata cokelat itu tak lepas dari Kanda. Sedangkan Kanda yang merasa diperhatikan lama-kelamaan mulai risih juga. Ia membuka kacamatanya dan balik memandang si gadis dengan tatapan tajam. "Kau mau apa? Kami sudah mau pergi," kata Kanda sinis.
Si gadis tersentak, tapi ia malah tersenyum polos. Ia menyodorkan lembaran-lembaran kertas yang sedari tadi dipegangnya pada Kanda, tapi Kanda diam.
"Ambil, Kanda! Dia memberikan itu padamu," ucap Tyki.
"Buat apa? Aku nggak butuh kertas-kertas itu!"
"Ayolah, Kanda… Kasihan anak kecil itu kan?" Allen berkata sembari tersenyum jahil pada Kanda.
"Nggak!" Kanda teguh pada pendiriannya.
Madarao melayangkan death glare pada Kanda agar Kanda mengambil lembaran-lembaran kertas yang diberikan si gadis kecil, jadi mereka bisa secepatnya pergi dari tempat yang menyesakkan itu. Tapi death glare Madarao sama sekali tak mempan pada Yuu Kanda.
"Che!"
"Yuu-chan…" Lavi menggunakan puppy eyes attack sebagai cara terakhir agar Kanda mau mengambil kertas-kertas itu.
Kanda memandang Lavi dengan tatapan ingin muntah dan akhirnya dengan terpaksa ia mengambil kumpulan kertas yang disodorkan anak kecil tadi. Diikuti dengan cahaya dari kamera yang mengabadikan momen serah terima hadiah antara Kanda, yang tak pernah mau menerima hadiah dari fans, dengan seorang gadis kecil.
"Hey, apa-apaan itu?" Kanda memalingkan wajahnya ke arah paparazzi yang langsung kabur, sementara para fans terus berteriak dan bertepuk tangan untuk Kanda dan si gadis kecil. Kanda menggeram kesal, Lavi, Allen dan Tyki terkekeh, Madarao tetap tak berekspresi, sedangkan anak kecil itu sudah menghilang entah ke mana.
"Kanda-sama, terima hadiah dariku juga!" teriak seorang fans.
"Aku punya hadiah yang lebih bagus dari itu!" balas fans lain.
Demi menghindari teriakan fans yang makin menggila, akhirnya para anggota Gray-Man masuk ke Van silver yang akan membawa mereka ke tempat pemotretan selanjutnya.
Di dalam Van, Kanda hanya diam sambil memandang kumpulan kertasnya. Bagian depan dan belakang kumpulan kertas putih itu kosong. Kanda masih belum tahu dan enggan mengetahui apa isi halaman selanjutnya dari kertas-kertas itu. Sempat terbesit di otaknya untuk membuang atau membakarnya di perapian nanti.
"Kamu ngelamun, eh?" tanya Lavi yang duduk di sebelah Kanda. Tangannya melambai di depan wajah Kanda, membuat pria Jepang di sampingnya itu tersentak.
"Nggak!" Kanda menjawab dengan nada kesal.
"Kamu dari tadi diem aja, lalu ngeliatin kertas-kertas itu terus. Apa itu namanya 'nggak ngelamun'? Mukamu udah kayak anak cewek yang habis dikasih hadiah sama pacarnya aja."
"Apa? Mau mati, ya?" Kanda mengeluarkan Mugen, katana kesayangannya yang entah sejak kapan berada dalam genggamannya.
"Nggak, kok. Anggep aja aku nggak pernah ngomong apa-apa."
Sunyi lagi. Hanya terdengan sayup-sayup suara Komui sang fotografer yang sedang berdiskusi dengan Leverrier, manager Gray-Man, tentang pemotretan yang akan dilakukan anggota Gray-Man. Sementara Allen tampak masih sibuk dengan kue-kue yang diberikan Miranda, salah satu staf yang mengurus keperluan anggota Gray-Man. Sementara Tyki, sudah tertidur lelap, terlihat jelas bahwa ia sangat kelelahan. Wajar, kegiatan mereka hari ini benar-benar padat. Sejak pagi mereka mempersiapkan diri untuk konser di Tokyo Dome. Lalu sekarang mereka harus menuju ke tempat pemotretan yang sudah dijadwalkan. Jadi bintang besar ternyata tak semudah yang orang bayangkan. Butuh kerja keras dan perjuangan untuk mencapai kesuksesan. Walau mereka kelelahan, mereka akan tetap berjuang, demi memuaskan para fans mereka, demi teriakan dan senyum fans yang sudah membuat mereka berjaya di dunia entertainment, juga demi masa depan mereka sendiri.
Setelah beberapa jam mereka lalui dengan duduk di dalam Van, akhirnya mereka bisa menghirup angin malam musim gugur yang menyegarkan. Mereka melihat penginapan yang akan menjadi tempat tinggal mereka untuk beberapa hari ke depan. Sebuah bangunan bergaya minimalis, namun tampak putih bersih dan asri. Lokasinya yang jauh dari jalan raya dan keramaian membuat penginapan itu tampak lebih nyaman dihuni daripada apartemen mereka. Sejauh mata memandang, hanya penginapan itulah bangunan yang berdiri di daerah itu, berdiri kokoh berdampingan dengan pohon ek dan cemara.
"Aku suka tempat ini," gumam Tyki sambil menguap. Rasa kantuk belum mau pergi meninggalkannya padahal ia sudah tidur lebih dari lima jam.
"Akhirnya kalian datang juga!" Lelanee berseru sambil berlari menghampiri mereka. Salah satu staf pemotretan Gray-Man itu menampakkan senyum termanisnya di hadapan para anggota Gray-Man.
"Lena-chan! Kamu pasti kesepian karena nggak ada kakak, kan? Tapi kamu nggak usah khawatir, sekarang kakak udah bersamamu," ucap Komui dengan mata berbinar.
"Bisa nggak acara temu kangennya diundur sampai besok? Aku benar-benar butuh tidur," kata Allen yang sudah sangat lelah dan mengantuk.
"Kalian tidur! Besok pagi-pagi pemotretannya dimulai, jangan sampai kalian tidak terlihat menggairahkan saat difoto nanti!" Leverrier mulai memberi perintah dengan nada suara menyebalkan seperti biasanya.
Dengan langkah gontai, keempat anggota Gray-Man berjalan memasuki penginapan. Empat? Tunggu, sepertinya ada yang tertinggal.
"Lavi mana?" Allen yang pertama menyadari bahwa dari tadi Lavi tidak bersama mereka. Matanya beredar untuk menemukan sosok sang leader di antara kepekatan gelap malam.
"Baka Usagi masih ada di dalam Van. Katanya ada yang mau dilakukan dulu. Sebentar lagi juga nyusul," kata Kanda yang juga menyadari sesuatu yang biasa bersamanya, kini tak ada di sampingnya.
'Sial! Aku lupa bawa Mugen.'
"Apa nggak apa-apa kalau Lavi ditinggal sendirian?" Lenalee mengkhawatirkan teman-temannya.
"Biar kususul. Sekalian mengambil Mugen yang tertinggal," ujar Kanda sambil berjalan ke arah Van.
Kanda membuka pintu Van dan mendapati Lavi masih duduk di jok Van membelakanginya sambil menyembunyikan sesuatu. Ia mengernyitkan dahi, ada yang tidak beres dengan Lavi hari ini. Tanpa buang waktu lebih banyak lagi, ia langsung duduk di sisi lain jok Van dan mulai mencari Mugen. Lavi yang menyadari kehadirannya langsung menoleh dan tersenyum padanya.
"Ngapain masih di sini?" Kanda bertanya sambil sibuk mencari Mugen di bawah jok.
"Nggak ngapa-ngapain, kok! Err… Kanda, kamu udah lihat isi kumpulan kertas dari fansmu tadi? Coba lihat, deh! Ini bagus lho!" Lavi berkata sembari menunjukkan kertas-kertas yang dipegangnya pada Kanda. Perhatian Kanda teralih pada kumpulan kertas itu. Sesungguhnya Kanda tidak terlalu peduli, tapi begitu melihat Lavi yang tampak semangat menunjukkan kumpulan kertas itu padanya, ia jadi penasaran. "Ini namanya fanfic."
"Fanfic?" Kanda mengangkat sebelah alisnya. Ia meraih kumpulan kertas yang tadi Lavi bilang bernama fanfic itu dari tangan putih Lavi. Lavi tersenyum jahil.
"Ini cerita yang dibuat fans kita."
"Apanya yang menarik?"
"Fanfic ini ceritanya menarik. Di fanfic ini, diceritakan kalau kita, aku dan kamu…" Lavi menggantung ucapannya. Ia mendekatkan wajahnya ke telinga Kanda dan berbisik, "…pacaran."
Kanda kehilangan kata-kata. Ia tidak tahu harus berkomentar dan berekspresi seperti apa. Terkejut. Sangat terkejut. Bisa-bisanya para fans mereka berpikir bahwa hubungan mereka sudah lebih dari teman. Padahal mereka sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda mesra. Malah di muka umum Kanda menunjukkan kalau dia tidak menyukai Lavi dengan sikap dan tatapan dingin yang ia tujukan pada Lavi. Entah seberapa besar imajinasi para fansnya sampai mereka bisa mengarang cerita tentang hubungan mereka. Apalagi mengingat mereka yang sama-sama laki-laki. Hampir tidak masuk akal bila hubungan mereka dikategorikan dalam hubungan percintaan.
"Ehm, kalau kamu masih mau di sini, kutinggal ya? Aku mau tidur," Lavi membuka pintu di sebelahnya dan beranjak keluar dengan senyum simpul di ujung bibirnya.
Kanda sadar dari lamunannya setelah mendengar suara pintu Van yang ditutup oleh Lavi. Ia membuka halaman-halaman fanfic itu, membacanya dengan cepat sampai ia menemukan sebuah paragraf yang menurutnya aneh. Ia membaca paragraf itu di dalam hatinya.
'Perlahan Lavi menahan tubuh Kanda dengan tangan kekarnya hingga Kanda terhimpit di antara tubuhnya dan dinding putih, memperkecil jarak di antara mereka. Kini mereka berdua bisa merasakan hembusan nafas masing-masing. Dan akhirnya Lavi mengungkapkan perasaan yang selama ini dipendamnya pada Kanda, orang yang dicintainya sejak dulu.'
Setelah membaca paragraf itu, pikiran Kanda berkelana, membayangkan seandainya hal itu benar-benar terjadi.
oOoOoOo
Lavi menahan tubuh Kanda, hingga kini Kanda terhimpit oleh tubuhnya dan dinding. Nafas keduanya memburu, detakan jantung keduanya pun terasa lebih cepat. Mata Lavi terus mengejar bola mata milik Kanda yang tak mau memandangnya secara langsung.
"Yuu-chan, tidakkah kau mengerti bahwa perasaanku tulus padamu? Aku sungguh-sungguh mencintaimu," ucap Lavi lembut. Suara baritone-nya menggetarkan hati Kanda, membuat pria berambut gelap panjang itu terhenyak. Matanya tak lagi lari dari tatapan Lavi, Kanda balik mengunci mata emerald Lavi dalam keindahan permata hitamnya, tapi ia masih tak bisa berkata apa pun.
Lavi menggenggam tangan kanan Kanda dan membawa tangan putih pucat itu ke dada kirinya. Kini Kanda bisa merasakan jantung Lavi berdetak seirama dengan detakan jantungnya.
"Di sini selalu ada dirimu, Yuu-chan…" Lavi benar-benar berhasil meyakinkan Kanda bahwa cintanya sungguh-sungguh dan tulus hanya untuk Kanda seorang. Kanda hanya membalas perasaan Lavi dengan pelukan hangat, tapi Lavi sudah mengerti bahwa Kanda pun memiliki perasaan yang sama dengannya.
oOoOoOo
"Nggak!!! Hal itu nggak mungkin terjadi! Aku mikir apa, sih?" Kanda berteriak pada dirinya sendiri.
Tiba-tiba pintu Van terbuka dengan kasar. Dan tampaklah pemilik kepala merah yang baru saja dipikirkan Kanda. "Kamu nggak apa-apa? Aku tadi dengar kamu teriak," tanya Lavi khawatir. Kanda yang terkejut langsung menatap Lavi, dan tanpa sengaja mata mereka bertemu.
"Nggak! Pergi sana!" Kanda menjawab dengan kasar sambil membuang muka untuk menyembunyikan rasa gugupnya.
Lavi kebingungan dengan sikap Kanda, tapi ia bisa mengerti. Kanda memang orang yang susah ditebak. Ia hanya memberikan cengiran dan berkata, "Oke, aku mengerti. Sebaiknya kamu tidur. Kayaknya kamu perlu tidur. Aku masuk duluan ya?" Lavi menutup pintu Van, meninggalkan Kanda seorang diri lagi.
Setelah Lavi pergi, perkataan manis Lavi dalam khayalannya kembali terngiang di benaknya.
"Di sini selalu ada dirimu, Yuu-chan…"
Nafas Kanda memburu, jantungnya berdetak lebih cepat dan sepertinya wajahnya agak memerah. Baru kali ini, Yuu Kanda benar-benar merasa dipermainkan oleh sebuah benda asing yang baru dikenalnya, fanfic.
.
.
TBC
Cuap-Cuap Author:
Kanda OOC banget ya??? Ya sudahlah, aku minta maaf kalo terjadi ke-OOC-an yang luar biasa *digetok panci*
Ada yang inget Madarao? Dia bukan OC lho! Oke, ada temenku yang nanya kenapa aku pake Madarao, padahal dia ga eksis *ditampol*. Ehm, alasan pertama; Madarao itu memenuhi kriteria untuk jadi pemeran cowok-cowok anggota sebuah boyband, bisa dibilang cakep, keren, dan sebagainya. Kedua; karena jarang ada fic tentang Madarao, jadi pengen bikin suasana baru aja. Ketiga; atas request dari Ankoku Naito a.k.a Nanakizawa l'Noche. Nih, Madarao-nya muncul meski ga terlalu mencolok.
Oya, aku baru suka sama TVXQ/DBSK/Tohoshinki beberapa minggu yang lalu gara-gara nonton Dangerous Love. Dan kalian tau? Di Dangerous Love Jaejoong bener-bener manis, dan aku langsung jatuh cinta sama DBSK. Aku tau, aku ga update kalo soal boyband Korea, dan telat mengenal DBSK. Tapi dalam kamusku ga ada kata 'terlambat' untuk menyukai sesuatu/seseorang. Jadi aku bener-bener berterimakasih sama temen-temenku yang udah ngenalin aku sama DBSK. Padahal tadinya cuma berawal dari aku yang ikut terseret arus notification comment foto di fb. Orang-orang pada ngomongin SuJu, DBSK atau SHINee yang aku nggak ngerti sama sekali. Tapi setelah dapet rekomendasi drama Dangerous Love dari uchiha moritani aku mulai menekuni *ceilah* boyband Korea. Tinggal nunggu waktu sampai aku memberanikan diri muncul di fandom Screenplays.
Panjang amat ya curhat kali ini? Biarin deh, sekali-kali banyak bacot ga dosa kan?
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
Mind to review?
