Take My Heart

You can take my heart

For a walk on the beach

You can take my heart

For a little trip

You can take my heart

Very close to your heart

You can take my heart

Forever if you like


Andai dia bisa mendengar isi hatiku, aku akan lebih sering mengatakannya.

Aku suka padamu. Aku mencintaimu. Aku menginginkanmu. Tapi bisakah?

Kenyataannya aku hanya bisa memendam rasa ini di lubuk hatiku yang paling dalam. Aku terlalu takut untuk mengutarakannya padamu, takut jika kau menjauh dariku.

Apa kau tahu? Aku sudah sangat senang setiap hari selalu melihatmu, bertemu denganmu, bicara denganmu dan bersentuhan denganmu, walau hanya sebatas memegang tanganmu dan memelukmu, itupun jika aku lepas kendali dan melakukannya secara tanpa sadar.

Dan kau hanya tersenyum padaku, berkata kalau kau tidak masalah dengan hal itu. Tapi apakah kau tahu? Sikapmu yang seperti itu membuatku semakin banyak berharap jika kau juga suka padaku. Yah, aku selalu berharap.

Tapi aku sadar, sikapmu yang selalu ramah padaku itu sudah sepaket dengan pekerjaanmu. Kau bekerja untuk orang tuaku, di tugaskan untuk mengawalku, kemanapun, dimanapun dan kapanpun.

Salahkah jika aku berharap lebih? Salahkah jika aku mencintaimu? Salahkah jika aku ingin kau untuk mengambil hatiku?

Andai kau dapat mendengar isi hatiku dan membaca pikiranku, maka aku tidak akan pernah bosan untuk melantunkan bait demi bait agar kau dapat mendengarnya dengan jelas. Agar kau mengerti, betapa aku minginginkanmu untuk mengambil hatiku.

Sampai kapanpun aku tidak akan pernah bosan. Tidak akan.

"Mau tambah sayang?" suara lembut Mama menyadarkan lamunanku. Ku alihkan tatapanku pada Baba yang duduk di sisi kanan meja makan.

"Tidak Ma, Tao sudah kenyang" tolakku halus. Dan ku harap Baba tidak menyadari kecanggunganku saat ini.

"Biasanya tambah, ini penekuk esukaanmu kan" Mama menatapku lekat. Aku hanya tersenyum tipis.

"Perut Zizi masih belum pulih Ma" kataku beralasan, padahal sebenarnya aku sedang tidak nafsu makan. Tapi pagi ini harus sarapan, aku tidak mau membuat Mama khawatir lagipula aku juga baru keluar dari Rumah Sakit gara-gara jatuh dari tangga. Bodoh ya aku?

"Perutmu Sakit?" giliran Baba bertanya. Aduh, kumohon jangan tanya-tanya lagi, aku 'kan jadi berbohong pada kalian.

"Sedikit" hanya ini yang bisa ku jawab.

"Kamu yakin sudah bisa bersekolah?" tanya Mama menatapku khawatir. Aku mengangguk, melahap potongan kecil pancake dari piringku.

"Sudah kau bawa obat-obatnya Fan?" tanya Baba kini menatap Yifan yang berdiri di belakang kursiku.

Jantungku seperti terkontraksi listrik jika nama bodyguard ku itu di sebut.

"Sudah saya masukkan ke dalam tas Tuan Muda Tao" Yifan menjawab sopan, suaranya yang berat namun lembut semakin membuat jantungku berdetak riang.

Baba hanya mengangguk-angguk samar, kembali melanjutkan sarapannya.

"Uhm, Baba Mama, Tao berangkat" ucapku, setelah menghabiskan susu di gelasku.

"Hati-hati di sekolah"

"Iya"

Ku gigit bibir bawahku saat Yifan menyediakan tangannya untuk peganganku berdiri dari tempat duduk.

Rasanya kakiku sakit sekali, maklum terkilir cukup parah.

"Maafkan saya sebelumnya Tuan Muda" ujar Yifan, belum sempat aku bertanya, tangan kokohnya sudah mengangkat tubuhku. Refleks ku lingkarkan tanganku ke lehernya.

Tuhan, pasti wajahku sudah semerah tomat saat ini!

***

But not every heart

Belongs to any other

You and i

You and i are meant to be


Yah, suatu hari nanti pasti. Aku yakin. Mungkin aku hanya terlalu percaya diri, tapi aku juga merasakan ada sesuatu dari sikapmu akhir-akhir ini.

Can us?

"Kau bercanda?"

Suara Dio membuatku harus berhenti di anak tangga kelima.

"Tidak, aku serius"

Eh? Yifan? Apa yang sedang mereka bicarakan? Suaranya sih dari arah dapur.

"Tapi kenapa? Apa Tuan Muda tidak memperlakukan mu dengan baik?" ada nada gusar di suara Dio

Aku? Ada hubungannya denganku?

"Bukan Di" Yifan berkata lesu.

"Lalu apa? Kenapa kau mau berhenti?"

Deg!

Aku menahan nafas. Kemana arah pembicaraan mereka? Aku mendadak cemas dan gelisah.

"...aku...kurasa aku tidak bisa menahannya. Aku terlalu takut" ada nada putus asa di suara Yifan.

"Takut kau tidak bisa menahan perasaanmu?"

Tidak ada jawaban dari Yifan. Tuhan...apa benar tebakanku soal percakapan mereka ini?

"Ya...aku takut kalau aku merusak semua ini..." suaranya masih terdengar lesu dan tidak bersemangat.

"Fan, cinta itu anugrah, seharusnya kau menjaganya, bukan membuangnya jauh-jauh. Apa salahnya kalau kau suka dengannya?"

Lututku rasanya lemas. Tidak tidak, aku tidak boleh berpikir terlalu jauh! Jangan Zi!

***

I'm the one for you

You're the one for me

You love me as much as i do

When you look at me and we're skin to skin

I wan't you, so please come in

And you love me more and more

And my love grows up with you

And you kiss me more and more

And i kiss you too

And i kiss you too


Kata orang, terdapat benang merah jodoh yang terikat di jari kelingking kita yang terhubung dengan jari kelingking lain yang menjadi penghujung benang merah di kelingking kita.

Setiap orang memiliki jodoh masing-masing. Tapi apakah kau adalah jodohku? Apa kita bisa menajadi satu? Kau untukku dan aku untukmu.

Aku melihat kejujuran di matamu. Sepasang mata berwarna abu-abu yang sering kali menatapku lembut, penuh arti.

Tapi aku masih terlalu takut untuk memastikan.

Tolong lihat aku, dengar isi hatiku, sentuh aku, cium aku dan carilah kebenaran di dalam mulutku.

Aku tak hentinya menggaruk rambutku yang tidak gatal pada beberapa kesempatan, tak lepas menatap buku Kimia yang membuatku pusing tujuh keliling selama tiga puluh menit ini.

Mengenaskan rasanya melihat halaman buku tulisku yang masih setengah kosong.

"Kita bisa istirahat sebentar kalau anda mau" kata Yifan yang duduk di depanku.

Aku tidak berani menatapnya, sungguh. Dan hanya bisa mengangguk pelan. Salahku sendiri minta bantuannya untuk mengajariku membuat PR, padahal aku sudah tahu kalau akan seperti ini jadinya. Aku tidak akan sanggup menahan debaran di dadaku, apalagi di kamarku ini hanya ada kami berdua.

Tapi...apa aku coba mencari tahu saja ya? Siapa tahu aku bisa membaca atau mengira-ngira apa yang di rasakannya padaku.

"Uhm, gege" aku beralih menatapnya ragu. Gugup.

"Ya?" Yifan balas menatapku tajam. Duh!

"B-boleh aku bertanya sesuatu?"

"Tentu saja, apa yang ingin anda tanyakan?"

Geez! Tatapan mata itu, sanggup melumpuhkan cara kerja otak ku.

"Eeh..." aku benar-benar salah tingkah. "A..apa gege betah bekerja disini?" tanyaku akhirnya. Memberanikan diri.

Yifan hanya menatapku untuk beberapa detik kemudian mengulas senyum tipis. Ah senyumnya!

"Tentu saja saya betah" jawabnya.

"Sikapku tidak menyebalkan 'kan?"

"Sama sekali tidak. Kenapa anda bertanya seperti itu?"

Aku menggeleng pelan.

"Aku takut gege tidak betah dan keluar dari rumah ini" ku tundukkan kepalaku agar dia tidak melihat wajahku yang sepertinya mulai memerah.

"Kenapa anda berpikir seperti itu, saya tidak akan kemana-mana"

Aku hanya mengangguk pelan. Dia pasti menganggapku aneh, pasti.

"Boleh saya duduk di sebelah anda?"

Eh? Duduk di sebelahku? Ku angkat kepalaku cepat. Tanpa menunggu persetujuanku ku lihat Yifa bangkit berdiri dan kini duduk di sebelahku namun tidak dekat. Yah, aku memang lebih suka belajar di bawah daripada harus duduk di kursi.

"Saya akan pergi jika anda sudah tidak membutuhkan saya lagi" ujarnya, sanggup membekukan syaraf-syaraf di tubuhku.

Apa maksudnya?

Yifan mengulas senyum tipis melihat keseriusan di wajahku. Membuatnya terlihat semakin tampan.

"Saya ada disini hanya karena anda, jika anda sudah tidak menginginkan saya lagi maka saya akan pergi" ucapnya lagi.

Jujur saja, aku mengartikannya dengan versiku sendiri dan itu membutku takut.

Aku tidak tahu apa yang ku lakukan selanjutnya, yang ku sadari aku sudah memeluk pinggangnya. Aku tidak mau dia pergi.

Kurasakan tubuh Yifan bereaksi, aku tahu dia kaget tiba-tiba ku peluk seperti ini. Tapi itu bukan masalah, karena masalah yang sebenarnya adalah detak jantungnya yang berdetak cepat, seperti jantungku.

Mungkinkah?

Ku tekadkan hatiku untuk mendongak melihat wajahnya, dan seketika sepertinya jantungku berhenti berdetak. Mata abu-abu Yifan menatap lekat ke dalam mataku.

Baru ku sadari jika jarak wajah kami lumayan dekat, dan tatapan mataku tertuju pada bibir tebalnya.

***

If i take your heart

I will cheris it everyday

If i take your heart

I will heal these old wounds

If i take your heart

It's to make it happy

If i take your heart

It's forever close to mine


Apa yang harus ku katakan? Agar kau paham dan percaya jika aku mencintaimu, dan aku tidak pernah memandangmu sebagai bawahan Baba.

Bagaimana caranya untuk memiliki hatimu? Katakan padaku, apa yang harus ku lakukan. Aku berjanji akan menjaganya dan tidak akan ku buat kau kecewa.

Ijinkan aku memiliki hatimu...

"Gege"

"Ya?"

"Boleh aku bertanya?"

"Tentu saja"

"Apa ada orang yang gege sayangi?"

"...tentu saja"

"Boleh aku tahu siapa orangnya?"

"...maaf, saya tidak bisa mengatakannya"

"Aku tidak boleh tahu?"

"Maaf"

"Uhm, kalau begitu boleh aku tahu alasan gege jadi seorang bodyguard?"

"Saya hanya ingin berguna untuk orang lain, menjadi bodyguard salah satu caranya"

"Apa gege tidak lelah?"

"Tidak, saya menikmati pekerjaan saya"

"Apa Yifan-ge pernah berpikir untuk berhenti?"

"Ya, saya pernah"

"Lalu?"

"Saya belum ingin mengakhirinya saat ini, lagipula..."

"Apa?"

"Saya ingin memastikan sesuatu"

"Memastikan apa?"

"Hal ini berkaitan dengan apa yang saya rasakan"

"Apa yang gege rasakan?"

Yifan menatapku sendu. Apa artinya itu?

"Maaf jika saya lancang, anda bisa memarahi saya"

"Maksut gege?" aku mengernyit tidak mengerti.

Aku semakin tidak mengerti saat Yifan meraih tangan kananku dan di letakkannya tepat di dadanya, di atas jantungnya yang berdetak, abnormal.

"Maafkan saya" ia tak menatapku dan melepas tangannya dari tanganku.

Tidak, tunggu, a-aku...apa ini artinya aku boleh mengambil hatinya? Atau memang sudah terambil olehku?

***

I don't care, i don't care

If i'm again carried away

If you swear, if you swear

To give me your heart in return

I don't care, i don't care!

If i'm again carried away

If you swear, if you swear

To give me your heart in return


Ibaratnya aku sudah berada di tengah lautan. Menunggu sesuatu yang tidak pasti, mengikuti kemana angin membawa perahu ku.

Terbawa dalam fantasiku tentangnya, berandai-andai yang tidak ku ketauhi pasti. Tapi aku tidak peduli, asal nanti semua penantianku terbayar, dan dia memberikan hatinya untuk ku...

"Gege!"

Ia yang sedang sibuk mencuci mobil di halaman menoleh padaku yang membawa secangkir kopi dan kue kering di piring kecil. Aku tersenyum tipis.

"Kenapa anda yang membawakan?" tanyanya buru-buru meletakkan sebuah selang transparan ke tanah.

"Aku yang kesana!" kataku, mendahuluinya yang hendak menghampiriku.

Tapi tidak sengaja aku menginjak selang itu dan kakiku terpleset. Mataku terpejam refleks, pasrah terjatuh seperti cangkir kopi dan piring kue yang kubawa. Tapi bukan rasa sakit yang kurasakan, melainkan rasa hangat yang nyaman dan suara detak jantuitu

Eh?

Kubuka mataku dan mataku melebar melihat wajahku dan wajah Reita yang hanya berjarak beberapa senti. God.

"Anda baik-baik saja?" tanyanya menatapku cemas.

"A-aduh! Sakit!" aku memekik keras.

Adududuh kakiku, sepertinya terkilir lagi. Oh yeah, great!Aku b

Yifan menopang tubuhku dengan hati-hati, hingga kini ia duduk di tanah dan aku duduk di paha kanannya dengan kaki lurus.

Ingat, PAHANYA! Argh!

"Ini yang sakit?" tangannya memegang pergelangan kaki kananku. Aku mengangguk, meringis menahan sakit.

"Sebaiknya di obati di kamar anda, tolong pegangan yang erat" kata Yifan.

Aku nyaris memekik kaget saat ia membopong tubuhku seperti pasangan pengantin baru, refleks ku peluk lehernya agar tidak jatuh.

Apa aku sedang bermimpi? Aku dapat merasakan suhu tubuhnya yang hangat, aroma tubuhnya yang gentleman. Semoga kami tidak segera sampai ke kamar, aku masih ingin seperti ini.

Tapi sialnya aku sudah berada di dalam kamarku, Yifan membaringkan ku perlahan ke tempat tidur. Ia hendak menegakkan tubuhnya, tapi dengan cepat ku tarik tangannya hingga ia membungkuk ke arahku kembali.

"B-bisa gege jelaskan kenapa jantungmu berdetak cepat?" tanyaku nekat. Aku sudah tidak tahan lagi.

Yifan menatapku kaget.

"S-saya..."

Ku arahkan tangannya ke dadaku, aku ingin dia tahu kalau bukan dia saja yang merasakan debaran itu.

"Aku juga ge, bukan cuma gege. Apa kamu tahu?"

Ia hanya diam, aku tahu dia pasti bingung.

"Aku menyukai dan juga mencintai gege" aku mengaku. Yifan menatapku kaget, lebih kaget dari yang tadi.

"Tapi anda―"

"Jangan pernah berpikir antara majikan dan bawahan, aku tidak mau. Gege juga suka padaku 'kan?" serangku tak sabar.

"Tidak, saya hanya―"

"Kumohon ge, aku tidak peduli kalaupun hal ini hanya keinginanku saja, tapi kumohon padamu, berikan hatimu padaku, aku janji akan menjaga dan menyayanginya"

Yifan menatapku ragu. Apa yang kau pikirkan?

"Seharusnya bukan anda yang mengatakan hal itu" ia menunduk.

"Apa maksud gege?"

Yifan kembali menatapku, ada binar yang berbeda di matanya.

"Seharusnya saya yang memohon pada anda, agar anda mau memberikan hati anda, bukan sebaliknya" ujarnya lembut.

"J-jadi, gege memang suka padaku 'kan?"

Yifan mengangguk. "Sudah lama, saya mencintai anda sejak hari pertama saya bekerja untuk keluarga ini" akunya.

"Jadi...gege akan memberikan hati gege untuk ku?"

"Tidak, tapi apa anda mau memberikan hati anda untuk saya?"

Aku tersenyum lebar, aku tidak tahu harus mengatakan apa. Jadi ku sambar lehernya, memeluknya erat. Tidak akan ku lepas. Hati itu sudah jadi milik ku.

"Take my heart ge" ucapku, menenggelamkan wajahku ke ceruk lehernya. Kurasakan dia balas memelukku.

"Sudah lama anda memiliki hati saya, apa anda menginginkannya?"

"Yes i want, give it to me"

Yifan mempererat pelukannya di pinggangku.

"I love you" bisikku.

"I love you more"

"Do you want to kiss me?"

"...yeah, i want to kiss you more"

Ku lepas pelukanku di lehernya, begitu pula Yifan. Kami saling menatap penuh arti.

"And i kiss you too" desisku, sebelum bibir kami merekat.

Ciuman pertamaku dengan orang yang ku cintai. Ciuman yang lembut, lagi dan lagi.

Kini hati itu sudah sepenuhnya ada di genggamanku, begitu pula hatiku yang ada di genggamannya.


You can take my heart

Very close to your heart

You can take my heart

Forever if you like

If you swear, if you swear

To give me your heart in return...

FIN

Current Song: Take My Heart

Artist: Soko

Ff remake(lagi), haha. Sampai ketemu lagi di seri selanjutnya ^^

Regards, Skylar