EMOTIONS

amandaerate

manyeolbae

This Is Chanbaek Story

Main cast: Byun Baekhyun, Park Chanyeol

Genre: Fantasy, Sci-Fi, Romance and Drama

Rated: M

Length: 1 of?

Disclaimer: Para tokoh hanya aku pinjam nama saja, keseluruhan karya ini milik aku. Jika ada kesamaan ide, nama, dan latar adalah jelas ketidaksengajaan. Teori disini sepenuhnya fantasy dan hanya kebutuhan dalam cerita. Abaikan teori yg menurut kalian tidak pantas. Termasuk perihal mengabaikan adanya Tuhan. Aku benerbener udh mikirin plotnya. So, itu ada ceritanya tersendiri. Aku harap kalian mengerti ya^^^

Summary: Semua acuan di dunia kita mengarah pada teknologi dimana sebuah perjodohan harus dilakukan tanpa memandang kelamin. Pernikahan bukan untuk meraih kebahagiaan, tetapi untuk berkembang biak. "Chanyeol, mengapa kau begitu berbeda? Mengapa kau memiliki emosi?" –Baekhyun. Saat itulah Baekhyun dijodohkan oleh Chanyeol. Chanyeol yang diutus untuk mengembalikan keadaan semula, dimana manusia tak lagi memiliki emosi.

Warning: YAOI! Typos! If you don't like YAOI, don't read. Isn't simple, right?

Enjoy and Review Juseyooooo

.

.


EMOTIONS

PROLOG


.

.

Dunia kita tak lagi sama. Semua acuan yang kita miliki mengarah pada teknologi. Dimana keberadaan Tuhan tak lagi dipertanyakan. Mereka hanya percaya bahwa kekuasaan terbesar di muka bumi ini adalah teknologi. Dan manusia berada dibawahnya.

Para ilmuwan di berbagai negara telah membuktikan bahwa teknologi adalah diatas segalanya. Semua yang ada dimuka bumi ini telah dirancang menggunakan komputer. Berabad-abad dunia kita telah maju dan berkembang. Manusia kini tak harus lagi menggunakan tenaga untuk bekerja, mereka hanya menggunakan fasilitas otak mereka yang cerdas.

Manusia yang tinggi hakikatnya tidak lagi diukur melalui kemampuan dalam diri mereka, tetapi manusia telah diukur melalui kemampuan IQ yang mereka miliki. Para ilmuwan telah memanfaatkan proses the Souls. Proses ini adalah melenyapkan manusia yang memiliki IQ dibawah rata-rata. Mereka beranggapan bahwa manusia yang IQnya dibawah rata-rata tidak berhak hidup di muka bumi yang suci seperti terlahir kembali dengan keadaan yang tentram. Para ilmuwan memiliki target membuat muka bumi sesempurna mungkin dengan hanya menggunakan otak cerdas mereka.

Manusia sudah seperti Tuhan yang bisa mengatur segalanya. Mereka telah menemukan beberapa lapisan pelindung di lapisan terluar bumi dimana malam dan siang, hujan atau berawan dan terik dapat diatur sesuai dengan suhu di muka bumi. Bulan dijadikan tempat wisata dimana mereka dapat dengan mudah mendarat disana. Ketahuilah, dunia sudah benar-benar berubah.

Manusia yang lahir pada masa itu memiliki satu orang raja yang memiliki kekuasaan seperti Tuhan. Beberapa menteri dibawah raja, dan setiap negara dibagi menjadi beberapa distrik. Semua berjalan dengan semestinya. Menjalankan aktivitas dengan mengikuti aturan-aturan yang ada.

Para ilmuwan menjadikan semua manusia di muka bumi ini adalah penelitian. Saat itu mereka beranggapan pernikahan wajib yang diatur dapat meningkatkan jumlah penduduk di muka bumi. Mereka yang menikah tidak memandang ras, usia bahkan jenis kelamin. Mereka akan memasukkan rahim ke tubuh laki-laki agar mereka juga dapat hamil.

Didalam sebuah distrik ada penerimaan penghargaan setiap 3 bulan sekali, disaat seseorang menerima penghargaan itulah mereka wajib menikah. Para ilmuwan telah berkata mereka siap untuk mengikuti jenjang penelitian yang lebih tinggi.

Semua orang diperintahkan layaknya robot, kebebasan hanya berlaku pada mereka yang telah dinyatakan lulus tahap penelitian di tingkat akhir. Diawal masa itu semua orang berbahagia dengan para ilmuwan yang telah memajukan dunia mereka. Tetapi hal itu tidak berangsur lama dengan adanya judul keserakahan. Para ilmuwan yang gila kekuasaan memanfaatkan manusia untuk benar-benar di jadikan tikus percobaan yang tidak manusiawi.

Manusia tak lagi sama, mereka telah melewati evolusi. Lama-kelamaan mereka tidak memiliki kebebasan merasa dikekang dan semua emosi yang mereka alami tertekan karena tidak adanya pengeluaran emosi tersebut. Sesuatu yang bernama emosi perlahan-lahan telah hilang di dalam jiwa diri seseorang. Mereka tidak lagi memiliki emosi. Mereka tidak lagi menjadi manusia seutuhnya.

Para psikologi yang ada di dunia perlahan-lahan mulai berkurang dan punah. Mereka tak bisa lagi menyembuhkan manusia-manusia yang kehilangan hati nurani mereka. Saat itulah sampai seorang ahli psikologi benar-benar hilang. Tetapi, tak ada yang tahu bahwa masih ada satu orang anak keturunan psikologi.

.


EMOTIONS


.

"Prof, apa itu emosi?" Seorang anak lelaki mungil yang duduk didalam kelas dengan nuansa kaca itu bertanya setelah diberi kesempatan bertanya.

Profesor separuh baya dengan wajah datar itu terheran. "Darimana kau tahu soal emosi?"

"Aku pernah membacanya disuatu buku, kalau manusia seharusnya memiliki emosi." Anak itu masih bersikukuh.

"Itu adalah kata haram untuk dipertanyakan. Jika kau menyebutkan kata haram itu lagi, kau akan diberi peringatan khusus oleh jaksa police dari distrik satu. Kau paham, Tuan Byun?"

Anak yang dipanggil tuan Byun itu pucat pasi. "A..Aku mengerti, Prof."

"Good boy!"

Profesor separuh baya yang badannya sudah agak bungkuk itu keluar dari ruangan yang terlihat serba putih. Dindingnya berupa kaca sehingga mereka dapat melihat refleksi diri mereka. Arsitektur gedung ini telah memperjelas jika itu bisa membuat mereka berintropeksi sesudah selesai kelas.

"Besok adalah hari penerima penghargaan." Luhan dan Baekhyun berjalan beriringan di gedung mewah.

"Ya, aku tahu."

"Aku yakin kau pasti mendapatkannya." Mendapatkan penghargaan? Semua orang ingin cepat-cepat menyelesaikan penelitian mereka. Sehingga kebebasan akan berpaling pada mereka.

Mereka mengambil skuter listrik mereka di loker serbaguna milik mereka. Bentuknya seperti layaknya skateboard, tetapi mereka bisa mengaturnya dengan menggunakan kaki mereka. Hal itu juga melatih keseimbangan yang mereka miliki. Mereka terlihat tidak membawa apapun. Barang-barang yang mereka miliki memang ditinggalkan di loker. Sehingga, mereka tidak harus lelah untuk membawa semua keperluan kelas.

Baekhyun dan Luhan mengendarai skuter, berjalan keluar gedung. Jika dilihat-lihat skuter itu tidaklah nampak pada gravitasi bumi. Ilmuwan yang membuatnya berkata gravitasi bumi tak lagi dibutuhkan, sehingga dia mencoba untuk membuat skuter listrik yang bisa melayang. Dia berhasil pada cobaan ke 7 kali.

"Aku tidak mengharapkan mendapatkannya minggu ini."

"Kenapa?"

Baekhyun menerawang. "Ada pertanyaan yang belum aku dapatkan jawabannya."

"Kau memang cerdas, Baek. Maka dari itu kau berhak mendapatkannya." Setelahnya skuter yang mereka kendarai melaju lebih cepat.

Keesokan harinya, hari penerimaan penghargaan benar-benar sudah dipengujung acara. Itu diadakan didalam ruangan yang sangat luas serta bertingkat. Semua orang duduk disana dengan melingkar. Ditengah-tengah itulah tempat penerimaan penghargaan. Ketika nama-nama orang yang menerima penghargaan disebutkan, ketika itulah nama Baekhyun berada diantaranya.

"Sudah kuduga…" Luhan memeluk Baekhyun.

"Aku tidak mengharapkan ini, Lu…." Luhan seolah tuli. Tetap mendorong Baekhyun menuju pertengahan tempat pembawa acara mengumumkannya.

"Selamat kepada Tuan Byun Baekhyun yang memiliki peringkat tertinggi minggu ini dengan IQ 267. Dengan ini saya mengatakan bahwa kau sudah wajib menikah secepatnya. Namun, penelitian masih berlanjut dan kau harus melewati beberapa tahap lagi."

Usia Baekhyun kurang lebih 18 tahun untuk anak seusianya. Orang tua? Tidak ada. Mereka sudah dipisahkan oleh orang tua mereka ketika mereka bahkan baru dilahirkan. Semua manusia yang lahir menjadi miliki negara. Orangtua mereka tidak berhak mengurus bayi mereka. Negaralah yang bertanggung jawab untuk mengurus bayi tersebut.

.


EMOTIONS


.

Setiap hari penerimaan penghargaan, disanalah terjadinya pernikahan massal. Mereka dijodohkan secara acak untuk mengetahui seperti apa pasangan mereka.

Tak ada yang bisa membantah. Semua mutlak kekuasaan yang mengatur. Pun adalah suatu keberuntungan jika mereka memiliki pasangan berbeda jenis kelamin.

"Byun Baekhyun, 18 tahun." Mereka yang penerima penghargaan kemarin berada di gedung pemerintahan pencatat takdir jodoh di negaranya. Kemarin, Baekhyun berangkat dari distrik tiga ke distrik satu untuk mengetahui seperti apa pasangannya. Konon, mereka sudah mengatur pasangan semua orang yang berada di dunia. Jika orang yang bersangkutan sudah mati mereka akan merubahnya dengan takdir yang lain. Seperti itulah mereka bekerja. Mereka dibuat sejajar untuk dapat mengetahui pasangan masing-masing. Kini giliran Baekhyun.

"Pasanganmu sudah menunggu ditirai berwarna biru. Kenalilah dan menteri jodoh akan mencatat tanggal serta nama kalian. Dan kalian resmi menikah."

Baekhyun melangkah mendekati tirai berwarna biru. Dia masuk tanpa ragu-ragu. Dilihatnya seorang lelaki bergaris rahang tegas memakai pakaian khas dokter. Lelaki tadi menyadari keadaan Baekhyun, setelahnya tersenyum dan mendekati Baekhyun.

"Park Chanyeol. 24 tahun. Kau Baekhyun kan?"

Baekhyun menyalami Chanyeol. "Yes, I'am."

Saat itu Baekhyun tahu pasangannya adalah laki-laki. Sama seperti dirinya.

.


EMOTIONS


.

"Ahhh…Ahhh"

Baekhyun menangkup rahang Chanyeol. Keduanya dapat merasakan napas berat mereka. Bibir tebal Chanyeol bertemu dengan bibir tipis Baekhyun. Peluh yang semakin banyak tampak pada tubuh keduanya.

Penyatuan mereka terjadi begitu saja. Chanyeol yang mengukung Baekhyun. Setelahnya mereka sudah sama-sama bertelanjang bulat tanpa sehelai benangpun melekat ditubuh keduanya. Chanyeol melesakkan pusatnya kedalam lubang berkedut miliki Baekhyun yang belum sama sekali terjamah oleh siapapun. Chanyeol lah yang pertama bagi Baekhyun. Begitu juga sebaliknya.

Chanyeol mengerang. Pertama kali dia merasakan sesuatu senikmat ini. Sebelumnya, dia benar-benar buta. Mereka bisa saja mengetahui hal ini sebelum mereka menikah. Tetapi keduanya disibukkan oleh kegiatan mereka masing-masing.

"Chanyeol… I'm coming… I'm coming… Ohhh!" Chanyeol semakin mempercepat penyatuan mereka. Bergerak mengikuti hukum alam. Bergerak mengikuti nalurinya. Dan saat keduanya menyemburkan bukti bercinta milik mereka, disanalah keduanya mengerang dan datang dengan keras.

Baekhyun mendongak dan memejamkan mata mengeluarkan kenikmatannya. Cairannya menyembur keperut Chanyeol. Bibirnya terbuka lebar dengan napas yang terengah. Chanyeol tak jauh berbeda, dia menumpu berat badanya dengan menggunakan satu tangan. Sama-sama terengah. Dan ketika dia sudah lemas, dia bergeser kearah samping Baekhyun dengan penyatuan yang masih melekat.

Baekhyun masih memejamkan matanya. "Hei.." Chanyeol menangkup pipi Baekhyun. "Apakah kau baik-baik saja?"

Baekhyun membuka matanya. "Aku baik-baik saja….."

Chanyeol mendekatkan wajahnya. Menyesap bibir Baekhyun dengan pelan dan lembut. Menyiratkan sesuatu yang menjalar pada keduanya. Sampai hal yang begitu lembut itu berubah menjadi nafsu.

"Mhhh…..Mpphh.." Suara kecipak yang khas terdengar diantara mereka. Saat itulah Baekhyun naik kepangkuan Chanyeol. Dia bisa merasakan bahwa junior Chanyeol telah tegak kembali. Dan setelahnya Baekhyun menunggangi Chanyeol dengan gerakan naik turun. Chanyeol membantu dengan satu tangan menggerakkan pinggul Baekhyun. Sedangkan satu tangan lagi masih menangkup pipi Baekhyun. Keduanya masih berciuman dengan napas tidak beraturan.

Baekhyun menyelipkan jari-jarinya pada rambut Chanyeol. Menjambak pula ketika keduanya datang dan lagi-lagi dengan keras.

"Ohhh…Chanyeol…." Karena lelah, Baekhyun terkurap didada Chanyeol. Penyatuan mereka belum juga terlepas.

Chanyeol mengelus rambut magenta milik Baekhyun dengan halus. Terdapat senyuman diwajahnya. "Kau istimewa…"

Baekhyun hanya bergumam. Tangannya melingkar sempurna di leher Chanyeol.

"Kau istimewa karena memiliki rahim dengan sendirinya."

Baekhyun mendongak. "Aku juga tidak pernah tahu."

Chanyeol tersenyum lagi.

"Chanyeol?"

Chanyeol gantian bergumam. "Hmm?"

"Mengapa aku merasa kau begitu berbeda?"

Chanyeol mengernyit heran.

Baekhyun bangkit dari terlungkup di tubuh Chanyeol. Chanyeol bersandar pada kepala kasur dan Baekhyun melepaskan penyatuan mereka tetap duduk dipangkuan Chanyeol.

"Senyum. Tersenyumlah untukku."

Chanyeol tersenyum lagi. Menimbulkan kesan tampan yang melekat diwajahnya. Terdapat lesung pipi di bagian kanan. Baekhyun tertegun.

"Chanyeol, mengapa kau berbeda? Mengapa kau memiliki emosi?"

Senyum Chanyeol menghilang. "Berapa IQmu, Baek?"

"Orang yang memberiku penghargaan berkata bahwa IQku 267."

Chanyeol terkekeh dengan sebelah tangan yang mengelus rambut magenta Baekhyun. "Good, boy. Tapi, IQku masih diatasmu."

"Berapa?"

Chanyeol melesakkan hidung mancungnya agar menyentuh hidung Baekhyun. "Aku tidak mau memberitahumu."

"Kenapa?"

"Aku akan sangat menyesal jika kau kecewa karena IQku melebihi milikmu." Chanyeol menjentil hidung Baekhyun, bermaksud menggodanya. Namun, tak ada reaksi.

"Untuk apa aku kecewa? Kau cerdas. Makanya kau menjadi seorang dokter."

"Ya. Itulah aku." Chanyeol berucap dengan bangga. Dia mencuri ciuman di bibir Baekhyun.

"Chanyeol, kau belum menjawab pertanyaanku." Keduanya melepaskan bibir mereka. Chanyeol terlihat berpikir.

"Apakah kau tahu sesuatu? Tentang emosi?" Entah mengapa Chanyeol berbisik.

Baekhyun mengangguk. "Aku pernah membacanya. Pun saat aku bertanya pada professor Soman, dia bilang aku tidak boleh membicarakan hal itu lagi. Itu kata-kata haram. Tapi aku masih belum mengerti."

Karena pegal, Chanyeol menyuruh Baekhyun untuk menyamping di kasur sebelahnya. Selimut menutupi tubuh mereka. keduanya berhadapan, bertumpu pada salah satu tangan yang disikut. "Kau tahu bahwa IQmu itu tertinggi dari semua anak seusiamu, kan? Apa yang kau lakukan saat Professor berkata seperti itu?"

"Aku pikir aku tidak boleh menanyakannya pada sembarang orang."

Chanyeol menjentil hidung Baekhyun lagi. "Lalu, mengapa kau menanyakannya padaku?"

"Kupikir kau berbeda….."

Chanyeol tersenyum. Dia pikir dirinya salah. Dia berpikir bahwa Baekhyun sama halnya dengan anak seusianya saat dia berusia seperti Baekhyun. Baekhyun adalah orang yang peka. Pengetahuannya luas. Itu wajar karena IQ Baekhyun memang tertinggi. Chanyeol pikir Baekhyun memiliki rasa penasaran yang kuat. Apakah Chanyeol bisa mempercayai Baekhyun?

"Kau yang berbeda, Baekhyun."

"Apa maksudmu?"

"Kau akan tahu…" Chanyeol mencium bibir Baekhyun lagi. "Berjanjilah padaku, Baekhyun…"

Baekhyun menanti ucapan Chanyeol. "Berjanjilah untuk tidak membicarakan tentang emosi selain padaku. Kau boleh menanyakan sesuatu yang membuatmu penasaran kepadaku. Hanya kepadaku, Baek. Berjanjilah."

"Ya, aku berjanji…"

"Good...Kau milikku sekarang Baekhyun…."

Baekhyun tak menyahut. Dia memejamkan matanya, bertanya-tanya perasaan hangat apa yang telah bersarang diotaknya sekarang?

Diluar sana banyak orang-orang yang mengincar IQ Baekhyun, jika dirinya bertindak diluar batas kemampuannya Baekhyun akan mengalami proses the Souls. Dimana jiwa Baekhyun akan dibunuh sementara kecerdasannya bisa diambil dan dimanfaatkan untuk penelitian oleh para ilmuwan yang telah berkuasa. Chanyeol rasa dirinya tak mau hal itu terjadi. Chanyeol sudah sejauh ini. Dia pikir dirinya bisa mempercayai Baekhyun. Masalahnya, akankah Baekhyun percaya padanya?

.

EMOTIONS

To Be Continued/END?

.

END?