Prolog

Desclaimer : Naruto (c) Masashi Kisimoto

.

.

.

Who I Am?

.

.

Rated T+

.

.


Sakura Pov.

Iwagakure, 20th June 2015

Siapa aku? Dan dimana aku berada, mengapa aku tak bisa mengingat apapun? Ku arahkan pandangan ke sekitarku mencari apapun yang dapat kutemukan, tempat ini di penuhi oleh warna putih dan bau obat – obatan yang menyengat. Tunggu apa ini rumah sakit? Kutatap lengan kiriku dan disanalah aku menemukan sebuah infuse yang terpasang. Tirai di samping kiriku tiba – tiba terbuka. Memperlihatkan seorang wanita paruh baya dan seorang pria yang mungkin usianya beberapa tahun diatasku.

"Kau sudah sadar nak? Syukurlah Oka - san sangat mengkhawatirkanmu"Kata wanita tersebut sambil memelukku dengan erat. Hangat dan nyaman. Itulah yang kurasakan saat ini.

"Dasar bocah nakal"Ujar pria dihadapanku ini, ia menyentil jidatku kemudian ia mengusap kepalaku dengan lembut. "Akhirnya kami menemukanmu juga" Apa maksudnya menemukanku? Apa aku menghilang? Dapat kulihat jika sudut matanya mengeluarkan air mata, apakah ia menangis? Tapi menangisi apa? Kutatap mereka dengan seksama. Sungguh aku tak memahami situasi ini.

"Kenapa kau diam saja nak? Apa ada yang sakit?"Wanita ini menatapku dengan khawatir, ia menelusuri tiap lekuk tubuhku. Aku masih manatap mereka dengan tatapan yang sama.

"K-au Oka -san?"Tanyaku dengan takut – takut.

"Iya sayang ini Oka – san"Jawabnya. "Dan ini Onii-sanmu Sasori, apa kau tak mengingat kami?"Tanyanya lagi. Aku hanya menggelengkan kepalaku lemah, ku tundukkan kepalaku. Aku tak berani menatapnya, aku takut jika mereka kecewa dengan jawabanku tadi.

"Kau tak mengingat apapun?"Kali ini Sasori yang bertanya. Ku gelengkan kembali kepalaku. "Apa kau juga tak mengingat namamu?"Kal ini Aku hanya mengangguk menganggapi pertanyaannya. Melihat reaksiku yng seperti ini, wanita paruh baya itu menatapku dengan pandangan yang sulit diartikan. Dari pancaran matanya aku dapat menemukan kesedihan di dalamnya. Apa ini karenaku?

"Ma-afkan aku tapi sungguh aku tak mengingat apapun, bahkan namaku sendiri"Ku tundukan kepalaku kembali. Ku takut mereka marah dan membenciku, aku tak mengerti namun perasaan takut ini tiba-tiba muncul begitu saja. Namun aku terkejut ketika justru sebuah pelukanlah yang kurasakan.

"Tak apa sayang, tak perlu di paksa, perlahan – lahan pasti kau bisa mengingatnya"Kata wanita yang kini tengah memelukku, kulihat Sasori tersenyum kearahku dengan lembut, ku balas senyumannya. Ya,semua akan baik – baik saja.


Kini aku dan Sasori duduk berdampingan di ruang tunggu, kami menunggu Oka - san yang sedang menemui dokter. Aku mulai membiasakan diriku memanggil Mebuki – san dengan Oka – san dan memanggil Sasori dengan Onii – san.

"Saku, Onii - chan akan mencari minuman dulu ya?" Ia merangkul pundakku. "Kau mau minum apa?"Tanyanya padaku, aku menatap Sasori yang berada disampingku.

"Coklat panas mungkin"Ujarku dengan nada yang pelan. "Haha… jangan canggung begitu Imouto, Panggil aku Onii – chan, okay" Ia mengusap kepalaku sejenak sebelum akhirnya pergi mencari minuman untuk kami. Aku terdiam, mengamati sekelilingku. Aku berfikir sejenak benarkah aku anggota keluarga mereka? Hah~ kepalaku sakit memikirkannya.

Seorang gadis berpenampilan sexy datang menghampiriku, ia mengenakan tanktop warna putih dipadukan dengan blazer warna krem serta hotspant, ia mengenakan sneakers berwarna krem yang senada dengan blazernya, penampilan yang santai namun elegan. Rambut merah maroonnya terlihat mencolok dengan penampilannya saat ini.

"Ah, kemana saja kau eh? Menghilang dari sekolah begitu saja"Gadis ini mendudukan dirinya disampingku, memainkan beberapa helai rambut merah mudaku. Tapi kenapa aku merasakan takut? Siapa dia sebenarnya? "Ne, kenapa kau diam saja, hm… loser?"

Deg….

Kenapa denganku? Kenapa tiba – tiba dadaku terasa nyeri saat gadis ini mengatakan kata itu, apa aku mengenalnya? Tapi dimana? Dan kapan? "Ukh~"Aku merintih ketika kepalaku tiba – tiba merasakan rasa sakit yang luar biasa. Apa ini? Kenapa bayangan ini muncul di kepalaku? Apa ini aku? "Ano…kimi dare?" Aku menepis tangannya yang masih terus memainkan rambutku. Entah mengapa ada perasaan tak suka saat dia melakukan itu padaku. Aku merasa seperti mengenalnya sebelum ini.

"Kimi dare?"Katanya, ia mengulangi kata-kataku dengan nada sedikit mengejek, dapat kulihat mata merah dibalik kacamatanya itu menatapku dengan tatapan benci dan begitu menusuk. "Ne, apa kau lupa ingatan hah? Huh, jangan bercanda"Ia tersenyum sinis kearahku. "Baiklah aku akan membantumu mengingatnya"

"Akh~ sa-sakit, apa yang kau lakukan?"Apa –apaan ini? Mengapa ia menarik rambutku? Siapapun tolong aku…ku pejamkan mata menahan sakit di kepalaku. Hingga seseorang mendorong gadis disampingku ini dan membuatnya menghentikan jambakannya pada rambutku.

"Apa yang kau lakukan pada adikku hah?"Teriak Sasori, ia menatap gadis itu dengan tajam, aku bahkan merasa takut dengan tatapannya itu. ini seperti bukan Sasori yang sebelumnya. "Siapa kau? Kenapa kau melukai adikku?"Ia mencengkram tangan gadis itu dengan sangat kencang hingga membuatnya meringis kesakitan.

"Aww.. bisakah kau melepaskan tanganku?"Tanya gadis itu dengan nada yang sedikit kesal, hey… seharusnya aku yang kesal karena kau tiba – tiba menarik rambutku. Ia mengelus lengannya yang memerah karena cengkraman Sasori. Waw, sekuat itukah cengkraman Onii – chan.

"Kau tak apa Imouto?"Aku terkejut ketika Sasori bertanya padaku, ah.. sepertinya aku melamun. Aku hanya mengangguk, Sasori tersenyum melihat reaksiku. Aku pun membalas senyumannya, ternyata Sasori yang sebelumnya telah kembali. "Siapa dia? Apa kau mengenalnya?"

Aku menggeleng "Aku tak tahu, dia datang dan tiba – tiba menarik rambutku"Aku menatap gadis itu takut, kemudian Sasori mengelus rambutku seakan mengatakan padaku untuk tetap tenang "Dan sekarang nona bisa kau jelaskan siapa kau ini?"Ia mengalihkan tatapannya kearah gadis itu, ah aku sempat lupa tentang keberadaannya karena sejak tadi dia terdiam.

"Seharusnya aku yang bertanya" Ia membalas perkataan Sasori dengan sengit "Siapa kau? Urusanku dengan gadis ini, bukan denganmu"Ujarnya sambil mendorong bahuku hingga aku terdorong kebelakang. Untung ada Sasori di sampingku. Sehingga aku tak sempat jatuh.

"Hey… hey… siapa aku? Aku Onii – san dari gadis ini, dan kaulah yang seharusnya tidak ikut campur"Aku menahan tangan Sasori yang hampir saja melayang kearah gadis itu. ku lihat gadis itu terdiam, mungkin ia baru menyadari jika aku memang bukan orang yang dia kenal.

"Bu-bukankah kau Senju Sakuya?" Tanyanya dengan nada yang sedikit terbata- bata. Sasori berdecih menatap gadis ini dengan tatapan yang sangat kesal. "Dia… Haruno Sakura, bukan Senju Sakuya"Aku menatap Sasori dengan pandangan bertanya - tanya. Jadi namaku Haruno Sakura? Dan siapa itu Senju Sakuya?

Gadis itu membeku, wajahnya terlihat pucat pasi. Kupastikan jika ia pasti sangat malu sekali saat ini. "Ah… maafkan aku, aku kira dia temanku, sekali lagi maafkan aku"Ia berkali – kali membungkuk di depan kami. Sasori diam, ia tak menjawab hingga Oka – san datang mengembalikan suasana yang tadi sedikit tegang.

"Ada apa ini?"Tanya Oka – san pada Sasori. Ia menatapku, Sasori dan gadis itu bergantian. Sepertinya ibu bingung dengan keadaan ini. "Siapa ini apa dia temanmu Sakura?"

"Bukan, dia in – "Belum sempat Sasori menjawab gadis itu terlebih dahulu menyela. "Saya Karin,ah maafkan saya nyonya, saya salah orang saya kira Sakura teman saya yang sedang di rawat disini juga"Ujarnya dengan nada yang dibuat – buat manis. Oh, mananya Karin Ia bersikap baik di depan Oka – san sagat berbedan ketika di depanku dan Sasori., gh, kenapa aku ingin muntah melihat tingkahnya yang berbeda dari yang tadi? Ku lihat Sasori yang sedang mengrenyitkan alisnya, Wah sepertinya Sasori sama denganku.

"Kalau begitu saya permisi nyonya, Sakura" Karin membungkukan badan lalu meninggalkan kami. Aku menatapnya terus hingga Karin menghilang di ujung lorong. Aku tersentak ketika seseorang menepuk bahuku."Sudah jangan dipikirkan, lebih baik kita pulang. Urusan dengan dokter sudah selesai kan Oka –san?"

"Sudah, ayo kita pulang. Otou – san pasti sudah menunggu" Oka – san menarikku. Aku mengikutinya dari belakang dengan hati yang sedikit was – was ketika mendengar kata Otou – san. Apakah Otou – sanku orang yang mengerikan?


"Ha ha ha…"Aku terus tertawa menanggapi cerita Otou –sanku. Ku usap air mata yang berada di sudut mataku, perutku bahkan sampai sakit karena saking banyaknya tertawa. Ternyata firasatku salah, Otou –san bukan orang yang mengerikan, tapi justru sangat menyenangkan.

"Dan kau tau Sakura, Sasori menangis seperti bayi berusia 3 tahun hanya karena kue coklatnya di berikan padamu sedikit padahal saat itu usianya 6 tahun dan kau 2 tahun"Aku kembali tertawa, ya kami sedang berkumpul di ruang santai. Otou –san menceritakan cerita masa kecilku dan Sasori..Otou –san sudah mengetahui jika aku mengalami amnesia, sehingga sejak aku sampai tak henti – hentinya Otou –san menceritakan masa kecilku dan Sasori. Ku lihat Sasori sedikit merengut ketika membahas kisah masa kecilnya itu

"Cukup Otou – san itu memalukan"

"Apanya yang memalukan? Tingkahmu yang sekarang bahkan tak ada bedanya"Ujar Oka – san yang datang membawa beberapa cangkir teh dan camilan. "Oka – san" Sasori menatap Oka – san dengan kesal. Ia memanyunkan bibirnya seperti anak kecil.

"Jika kau memanyunkan bibirmu seperti itu, kau akan semakin terlihat seperti bocah, lihat saja wajahmu yang seperti bayi"Ujar Otou – san mengejek tingkh Sasori yang kekanakan itu. Tapi kalau dilihat – lihat benar juga perkataan Otou –san, wajah Sasori benar – benar baby face. Aku sampai bingung sebenarnya yang adik itu aku atau Sasori sih?

Aku tersentak ketika Oka –san memberikanku cookies. Apa aku melamun lagi? Astaga kenapa sejak tadi aku terkejut terus? Bahkan Sasori pun sampai menatapku dengan pandangan yang aneh."Apa kau sakit Saku? Sejak tadi kau melamun terus"

"Tidak Onii – chan, aku hanya sedikit lelah"Ujarku mengalihkan pembicaraan. "Sungguh aku tidak apa – apa, jangan menatapku seperti itu, kau terlihat seperti ingin menelanku Onii – chan"Kuhela nafas kesal, aku tak nyaman dengan tatapan intimidasi Sasori, itu membuatku terlihat seperti pencuri yang ketahuan.

"Memang aku ingin menelanmu"Ujarnya dengan santai kemudian memakan cookiesnya yang tadi sempat terhenti karena memperhatikanku. Aku memanyunkan bibir, mendengar leluconnya yang benar – benar tidak lucu itu. Bukkk.. Oka – san memukul punggung belakang Sasori. "Kau ini, adikmu sedang sakit"

"Ini juga sakit Oka – san"Sasori mengaduh sambil mengelus punggungnya, aku terkekeh melihatnya kesakitan, dan ku julurkan lidah mengejeknya ketika ia menatapku dengan mata tajamnya.

"Sekarang kau istirahat ya? Besok kau harus masuk sekolah, tentang keadaanmu yang amnesia akan Otou – san bicarakan dengan sensei – mu besok"Kata Otou –san yang tengah menikmati tehnya. Sekolah? Entah ketika mendengar kata sekolah hatiku terasa sakit, jantungku berdebar kencang, rasa takutku muncul, rasanya aku begitu membenci semua hal yang bersangkutan dengan sekolah. Ada apa sebenarnya?

"Ne, sekolah, Memangnya ada apa sayang?"Tanya Oka –san sambil mengelus rambutku. Ku tatap mereka lekat – lekat, ingin aku bertanya tentang sekolahku itu tapi aku sedikit ragu. Namun akhirnya aku menanyakannya juga. "Apa disekolahku aku memiliki teman? Dan apa semuanya baik padaku?"

Dapat kulihat mereka bingung dengan pertanyaan yang kulontarkan. Hah~ seharusnya aku tak menanyakan ini. "Tentu saja kau punya teman, bahkan sahabat namanya Ino, kau tenang saja semuanya baik padamu, Onii – chan yang akan mengentarmu kesekolah besok pagi"

"Hm… kuharap begitu"

Kini aku berdiri di depan sebuah bangunan yang megah dan luas, bangunan yang ku takutkan sejak semalam. Sasori hanya mengantarkanku hingga halaman depan, aku terdiam menatap bangunan di depanku ini, ku tatap tulisan itu dengan seksama. "Tokyo Internasional School, ini sekolahku?"Tanyaku entah pada siapa. Aku menggerutu tak jelas, seharusnya tadi kuterima tawaran Sasori untuk menemaniku hingga kelas.

Aku terus mondar – mandir sambil menggigit kuku jariku, aku ragu untuk masuk. Tempat ini terasa begitu asing bagiku. Tuhan aku harus bagaimana? Apa aku pulang saja? Tidak… tidak kalau aku pulang Oka –san akan bertanya panjang lebar. Tapi kalau aku masuk sama saja membuatku terjebak di kandang singa. Apa aku kabur saja? Tapi kemana? Aku bahkan tak tahu daerah sini.

"Arggg.. aku harus bagaimana?"Tanpa sadar aku berteriak dan membuat semua murid yang memasuki sekolah menatapku dengan aneh. Aku membalas tatapan mereka dengan cengiran.

"Sakura"Aku menoleh, seorang gadis berambut pirang panjang memanggilku. Aku mengrenyitkan kening menatapnya yang kini tengah berlari kearahku. Ia menerjangku dengan pelukan, hampir saja aku terjatuh karena pelukan mautnya ini. "Syukurlah kau baik – baik saja, aku mengkhawatirkanmu"

"Ano… kimi dare?"Gadis ini langsung melepaskan pelukannya, dan menatapku bingung. Kemudian ia tersenyum lebar dan memelukku lagi. Dan sekarang akulah yang bingung dengan tingkah gadis ini.

"Tenang aku akan membantumu mengingat semuanya"Ujarnya sambil menarikku untuk berjalan bersamanya. "Ayo kita ke kelas dan memberitahukan kabar gembira ini pada mereka"

"Kau tahu jika aku amnesia?"Tanyaku dengan ragu.

"Tentu saja aku tahu, Sasori –nii memberitahuku"Oh ternyata Onii -chan yang sudah memberitahunya. Apa mungkin dia Ino yang Onii –chan maksud? Belum sempat aku bertanya ia sudah terlebih dahulu memperkenalkan diri. "Aku Yamanaka Ino, sahabatmu sejak kecil, kau harus mengingatnya baik –baik Ok?"Aku mengangguk dan tersenyum, sepertinya aku akan merasa nyaman disekolah ini.

"Apa kita sekelas?"Tanyaku yang kini tengah digandeng oleh Ino. Wah,sepertinya aku dan Ino cukup dikenal di sekolah, karena sepanjang jalan menuju kelas tak henti – hentinya murid –murid disepanjang koridor menyapa kami berdua.

"Kau tahu, kau itu merupakan Idol di sini Saku, tapi tetap saja kau masih kalah dari pria itu"Ujar Ino dengan kesal. Tunggu dulu pria itu? siapa yang dimaksud? Apa ia temanku? Atau rivalku? Lebih baik ku tanyakan saja. daripada aku pusing –pusing memikirkannya.

"Pria itu? sia –"Tiba – tiba tubuhku ditarik oleh seseorang, ia mencengkram lenganku dengan kencang membuatku meringis menahan sakit. Ku tatap pria tampan yang mencengkramku ini, mata Onyxnya menatapku dalam. Entah mengapa aku dapat melihat kerinduan didalamnya. Siapa dia?

"Hey, lepaskan Sakura"Ino mencoba melepaskanku dari cengkraman pria yang tidak ku ketahui ini. Hingga seseorang mencegahnya dan menarik tangannya, ia berusaha memberontak tapi kekuatannya tak sebanding dengan kekuatan pria itu. Ku tatap kembali pria dihadapanku ini, Kuakui dia sangat mempesona, Rahangnya yang tegas, tubuh yang atletis dan wajah yang rupawan. Mungkinkah ia pria yang Ino maksud? Pantas saja jika ia menjadi idola, aku bahkan terpeso - aduh apa –apaan otakku ini, harusnya aku tidak memikirkan hal –hal aneh seperti itu.

"Maaf, kau siapa ya?"Akhirnya pertanyaan iu lolos juga dari mulutku, aku diam menunggu reaksinya. Sejujurnya aku sedikit takut ditatap seperti ini oleh Onyx kelam pria ini. Tapi kualihkan semua rasa takutku "Apa aku mengenalmu?"Aku masih menatapnya dengan bingung dan ragu, tapi mengapa pria ini tetap diam? Apa dia tak bisa berbicara?

"Anataga inakute sabishii (aku merindukanmu)"Aku membeku, apa yang pria ini lakukan? Dia menciumku. Menciumku tepat dibibir dan parahnya ini adalah tempat umum, koridor sekolah. aku tak bergerak sama sekali, sungguh ini mengejutkan. Bahkan teriakan –teriakan disekitarku tak kuhiraukan sama sekali. Dan dapat kulihat ekspresi Ino saat ini ia membekap mulutnya. sepertinya ia sama terkejutnya denganku. Namun mengapa pria ini begitu menikmatinya, ia bahkan memejamkan mata tak memperdulikanku yang malu di tatap oleh puluhan mata. Ya Tuhan aku berharap Sasori –nii menelanku saat ini juga.

Tobe Continued

Sunday, 1st June 2015