TIDTIDTIIID… TIDTIDTIIID…
TIDTIDTIIID… TIDTIDTIIID…
"Erghh… Berisiikkk~…", Ia menarik selimut hingga menutupi seluruh wajahnya.
TIDTIDTIIID… TIDTIDTIIID…
TIDTIDTIIID… TIDTIDTIIID…
"Heuuuaaaa!", Ia bangkit dari tempat tidurnya dengan mata masih tertutup rapat dan dahi yang mengernyit tajam. Ia benci. Ia benci bangun pagi.
.
.
.
HARD TO BELIEVE Tidak suka? Jangan baca ^^
Genre: Romance/Humor
Warning: GENDERSWITCH, TYPOS, not-so-experience-author
Disclaimer: semua pemeran jelas milik Tuhan dan keluarganya masing-masing
BAB I
PERKENALAN
.
.
.
KLIKK!
Ia mematikan jam alarm yang baru menunjukkan pukul 6 pagi itu lantas beranjak menuju kamar mandi dengan langkah sempoyongan dan masih dengan mata tertutup.
15 menit kemudian…
"Pagi, Umma…!", ucapnya sambil mengecup pipi sang umma yang sedang menyiapkan sarapan. Ia duduk di kursi yang berseberangan dengan umma-nya. Di sebuah meja makan sederhana di dalam dapur yang sederhana. Pasangan ibu dan anak ini menikmati sarapan mereka seperti biasa, damai dan tenang…
"Pagi, Yunho-ah.", jawab wanita 40 tahunan yang terlihat awet muda itu dengan senyum hangat di wajahnya. Lalu menyuguhkan sarapan sederhana yang ia siapkan pada anak semata wayangnya itu.
"Umma, hari ini aku akan terlambat. Aku mengambil double-shift karena Yoochun tidak akan datang ke tempat Tuan Lee.", Yunho mulai menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Eh? Memang kenapa dengan Yoochun? Apa dia sakit?", tanya Jung umma pada Yunho.
"Entahlah…*nyam..nyam..* Dia tidak mengatakan alasan yang jelas padaku. *telan*", jawab Yunho sambil menggelengkan kepala lalu kembali menyuapkan sarapannya.
"Kalian jangan terlalu memaksakan diri seperti itu. Kalian sudah tingkat akhir, kan? Kalian seharusnya berkonsentrasi belajar supaya bisa lulus ujian dengan nilai baik. Itu juga untuk kebaikan kalian di masa depan. Dan kau Yunho, ", Jung Umma memberi jeda.
"Hm?", Yunho mengongakkan kepala sambil menatap penuh tanya pada umma-nya karena tiba-tiba berhenti bicara.
"Umma ingin yang terbaik untukmu. Kau bisa berhenti dulu bekerja di tempat Tuan Lee dan konsentrasi untuk ujian. Seperti umma tidak sanggup menafkahimu saja. Umma belum sangat tua. Lagipula, bisnis yang umma jalani sekarang sepertinya mulai mendatangkan keuntungan yang lumayan. Kau tidak harus membebani dirimu dengan hal-hal yang belum menjadi kewajibanmu.", Umma Jung menjelaskan cukup panjang.
Yunho tersenyum mendengar Umma-nya yang begitu perhatian.
"Gwaenchana, Umma. Bekerja di tempat Tuan Lee sama sekali tidak mengganggu. Aku malah senang bisa membantunya. Lagipula aku bekerja di sana bukan hanya karena umma. Setidaknya aku harus punya pegangan jika aku ingin mengajak kekasihku jalan-jalan di akhir pekan. Aku tidak mau meminta dari Umma. Umma tahu jelas kalau anakmu ini jenius luar biasa, jadi tidak akan ada masalah sama sekali.", jelas Yunho dengan bangga.
"Eh? Kau sudah punya kekasih? Siapa? Kenapa kau tidak pernah memberitahu umma?", rengek sang umma sambil mengerutkan dahinya mengabaikan pernyataan mengenai aku-anak-jenius dari Yunho.
"Ehehe… Aku hanya bercanda Umma… ", jawab Yunho lalu membereskan peralatan makan yang digunakannya lalu menyimpannya di bak cuci piring. Ia kembali ke meja makan lalu mengambil tas sekolahnya.
"Aku pergi Umma…", Yunho pamit pada Umma-nya, tak lupa dengan kecupan lain di pipi sang umma. Ya… Yunho sangat sangat sangat gemar mencium pipi sang umma. Ia sangat sangat sangat mencintai umma-nya.
"Ya! Kau tidak boleh menyembunyikan kekasihmu dari Umma!", rengek Jung umma setengah berteriak.
"Aiishh… Aku tadi tidak serius Umma.", jawab Yunho sambil saat memakai sepatunya di depan pintu.
"Lalu kapan kau membawa dan mengenalkan kekasihmu pada Umma? Kau hanya membawa Yoochun ke rumah. Apa kau tidak malu?", lanjut Jung Umma.
"Aishh… Umma menyuruhku berhenti bekerja agar konsentrasi belajar tapi malah mendesakku punya seorang kekasih?", gumam Yunho pada diri sendiri sambil menggelengkan kepala tanpa menjawab pertanyaan Umma-nya. Ia bergegas pergi ke sekolah yang jaraknya cukup jauh karena ia harus naik kereta untuk menuju kesana. Ia tidak boleh terlambat. Sebagai seorang penerima beasiswa penuh dari sekolahnya saat ini, ia harus menjaga image baiknya sebagai siswa teladan.
.
.
Jung Yunho :
- 19 tahun
- Siswa senior di sebuah sekolah bergengsi di Korea Selatan, SMA Toho. *anggap aja ada, OK*
- Cerdas, pintar, pandai, jenius, berotak encer, *sama aja ya* calon professor masa depan.
- Tampan.
- Well-built-body yang ia rawat dengan rajin olahraga.
- Bekerja paruh waktu sebagai pelayan di sebuah restoran China milik Tuan Lee bersama rekan seperjuangannya, sahabat sejak masih memakai popok, Park Yoochun.
- Teguh pendirian, berkharisma, pantang menyerah.
- Ketua klub drama di sekolahnya. Ya… Dia jago bersandiwara. *fufufu~ otak kanan dan kirinya bekerja dengan seimbang. Sempurna*
- Anak pertama dan satu-satunya.
- Tinggal bersama sang Umma yang seorang single-parent.
*Appa-nya? Hemm… Author simpan penjelasan untuk yang satu ini di kemudian hari, Oke. –dilempar bata-*
- Status: Single.
- Hal yang ia paling benci di dunia ini selain bangun pagi adalah kebohongan.
.
.
===HARD TO BELIEVE===
.
.
Yunho baru saja memasuki kelas. Ia melirik jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul 8.00, tepat waktu.
TING TONG TING TONG~ TING TONG TING TONG~
Bel berbunyi. Tanda jam pelajaran pertama akan segera di mulai kurang dari 15 menit lagi. Ia sudah duduk di kursinya dan hendak mengeluarkan buku-buku pelajarannya ketika sesuatu terjadi…
"Yo! U-Know!", seseorang muncul dari bawah mejanya, dengan suara berat yang dibuat-buat.
"WA!", Yunho terlonjak kaget melihat makhluk yang hanya-Tuhan-yang-tahu-sejak-kapan-ia-sembunyi-di-bawah-sana.
"Ya! Sedang apa kau di bawah situ. Keluar!", perintah Yunho pada makhluk berjidat lebar itu.
Makhluk itu pun berdiri lalu mengambil kursi terdekat tanpa menghiraukan pemilik kursi yang hendak duduk. Ia memposisikan diri duduk di samping Yunho. Pandangannya hanya tertuju pada kaki meja.
"Maaf karena hari ini kau harus mengambil double-shift. Aku harus pergi ke suatu tempat. Aku harus melakukan sesuatu disana.", jelasnya dengan nada serius yang dibuat-buat.
"Ah… Arraseo arraseo, Yoochun-ah. Itu bukan masalah. Tenang saja.", jawab Yunho sambil menepuk-nepuk pundak sahabatnya itu.
.
.
Park Yoochun :
- 19 tahun
- Cerdas, pintar, pandai, jenius, berotak encer *sejenis dengan Yunho, hanya saja sedikit… err… 'berlebihan' dalam bersikap*
- Siswa tingkat tiga
- Sahabat Yunho sejak masih memakai popok.
- Bekerja paruh waktu di tempat Tuan Lee bersama Yunho
- Tinggal sendiri karena orang tuanya baru pindah ke Amerika beberapa bulan yang lalu, ia tidak ikut dengan alasan ingin hidup mandiri. *macam nak rantau dia*
- Anggota klub musik. Ia pandai memainkan piano.
- Status: Single-yang-di-pertanyakan
- Gelar: Cassanova-yang-tidak-perlu-di-pertanyakan
- Hobi: Membuat orang lain terkesan *khususnya para yeoja* dengan suara husky-nya..
.
.
"Benarkah?", Yoochun mengangkat wajahnya kali ini. Ia menatap Yunho lekat.
"Err… Ne.", jawab Yunho mulai khawatir akan sikap kawannya itu.
"Benarkah?", Yoochun mengulangi pertanyaannya.
"Ne. Tentu saja." Jawab Yunho sambil menganggat sebelah alisnya.
"Bena-",
PAKK!
Yoochun mendapat pukulan dahsyat di kepalanya. Ia meringis sambil memegangi kepala belakangnya. Ia bangkit dari kursinya, hendak melabrak orang yang berani memukul kepala berharganya dari belakang.
"YA!"/YAA!"", si pemukul dan objek yang dipukul berteriak bersamaan.
"Kenapa kau memukul kepalaku!", protes Yoochun.
"Kau tidak dengar bel sudah berbunyi? Kenapa kau dan jidat-lebarmu masih di sini! Dan kembali kan kursiku ke tempatnya semula!", bentak si pelaku pemukulan yang merupakan seorang yeoja. Malu lah seorang Park Yoochun saat ini karena wibawanya ternoda akibat di pukul seorang yeoja.
"Aishhh… Kau tidak harus memukul kepalaku seperti itu. Dasar, nenek sihir!", ucap Yoochun pada yeoja itu. O-ow… Jika tadi hanya malu maka saat ini matilah kau Park Yoochun.
"Bwoh?! Nenek sihir katamu…",
GLEKK
Yoochun baru menyadari kesalahan fatalnya. Wajahnya kini pucat dan keringat dingin mengucur deras.
"PARK YOOCHUUUUUUUNNNNNN!", sebuah teriakan menggelegar sampai menggetarkan kaca jendela kelas yang damai itu.
*demi keamanan dan kenyamanan bersama, mari kita lewat scene ini sodara-sodara*
.
.
Beberapa saat kemudian.
"Yunho, aku kembali ke kelasku dulu. Terima kasih sudah menggantikanku di tempat Tuan Lee hari ini.", ucap Yoochun pada Yunho.
"Ne.", jawab Yunho dengan nada iba.
Yoochun melangkah gontai menuju pintu kelas. Disaat bersamaan, Cho Seongsae-nim masuk.
"Eh… Park Yoochun? Kenapa kau ada di kelas ini. Eh… Kenapa anak ini?", tanya Cho Seongsae-nim, tapi hanya diacuhkan begitu saja oleh Yoochun yang berjalan semakin menjauh.
Cho Seongsae-nim menuju muka kelas dan segera memulai pelajarannya. Kelas pun kembali ke keadaannya yang semula. Aman, nyaman, damai dan tenang.
"Ya. Heechul-ah. Aku kira kau terlalu berlebihan pada Yoochun tadi. Kau seharusnya minta maaf padanya setelah ini, bagaimana pun secara tidak langsung kau melukai kebanggaannya sebagai seorang pria.", kata Yunho pada yeoja di sebelah kiri tempat duduknya yang merupakan yeoja pelaku pemukulan beberapa saat lalu dan diketahui bernama Heechul.
.
.
Kim Heechul (sebagai Yeoja) :
- 19 tahun
- Ketua Kelas
- Cantik nan rupawan, bertubuh layaknya model, rambut hitam yang berkilau saat terkena cahaya matahari
- Status: Kekasih mutlak Ketua OSIS (yang jabatannya segera berakhir)
- Hobi: Menghabiskan waktu dengan Ketua OSIS dan menindas Park Yoochun
- Aktif di klub Karate *waw… maaf membuat Heechul terkesan menyeramkan disini. It's just a fic oke :D *
.
.
"Kau! Ingin bernasib sama seperti temanmu itu Yunho-ah?", jawab Heechul sambil tersenyum manis nan innocent , tapi Yunho tahu dengan jelas, itu adalah senyum kematian.
"A…Ani… Lupakan saja.", jawab Yunho gugup. Ia kembali berkonsentrasi pada pelajaran yang sedang disampaikan Cho Seongsae-nim .
Setangguh apa pun seseorang. Pasti selalu ada pengecualian. Bagi Yunho pengecualian itu adalah ketua kelasnya ini. Hal lain yang di benci Yunho di dunia ini selain bangun pagi dan kebohongan adalah, berurusan dengan Kim Heechul. Yeoja mengerikan yang entah kenapa bisa membuat ketua OSIS tergila-gila padanya.
.
.
Entah seperti sesuatu yang mendorongnya untuk melihat ke luar jendela. Tanpa ia sadari ia memandangi seseorang yang baru saja masuk gerbang sekolah. Ini sudah masuk jam pelajaran, seharusnya tidak ada yang boleh masuk lagi. Yunho bingung. Diperhatikannya siswa yang baru masuk itu memakai seragam sekolah lain. Yunho semakin bingung.
"Siapa dia? Apa dia tersesat? Tidak mungkin", tanya Yunho entah pada siapa.
Siswa itu terlihat kebingungan. Ia mungkin sedang mencari seseorang yang bisa ia tanyai. Kelihatannya penjaga sekolah tidak berada disana seperti biasanya.
Dari tempat duduknya yang bersampingan dengan jendela dan kelasnya yang ada di lantai dua, Yunho bisa melihat dengan jelas siswa yang kini hanya berdiri diluar sana. Yang Yunho tangkap hanya siswa itu kemungkinan adalah siswa baru yang kesiangan.
"Ck. Tidak disiplin.", Yunho mengomentari.
Siswa itu masih dengan setia berdiri disana sambil sesekali menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Kenapa dia malah berdiam diri disitu seperti orang bodoh?", Yunho kesal sendiri. Tapi ia tetap saja memperhatikan siswa itu.
Seperti sebuah pertemuan takdir. Siswa itu menoleh kearah Yunho. Ia diam dan menatap lurus kearah jendela dimana Yunho ada dibaliknya.
Yunho yang kaget tiba-tiba dipandang dari olehnya seperti itu segera memalingkan wajahnya ke muka kelas. Tapi karena penasaran, ia kembali melirik siswa di luar sana. Ia masih memandang kearah Yunho.
Mereka. Yunho dan siswa asing di luar sana itu hanya saling berpandangan selama beberapa menit hingga akhirnya siswa itu tersenyum, entah pada Yunho atau siapa, yang jelas, pandangannya masih tak lepas dari tempat Yunho berada. Tanpa Yunho sadari, ia membalas senyuman siswa asing itu.
"Cantik…", gumam Yunho.
Ya, siswa itu seorang yeoja dengan rambut yang agak kecoklatan, memakai seragam sekolah lain, membawa secarik kertas di tangan kanannya, dan sedang menatap Yunho sambil tersenyum.
Yeoja itu tiba-tiba membungkuk pada Yunho lalu pergi.
"Siapa dia?", pertanyaan yang sama untuk kedua kalinya dari Yunho hari ini.
====Skip-time====
Waktu istirahat makan siang.
"Aku lapar~", keluh seseorang.
"…", tidak peduli
"Aku laparrr~", keluh orang yang sama.
"… Ck.", mulai terganggu.
"A.k.u…L.a.p.a.r.r.r.r…!", orang ini sangat menyebalkan.
"Ini…", memberi beberapa lembar uang. "Pergi sana…!"
"Temani aku makan…", kata orang yang mengeluh tadi dengan wajah memelas.
"…", kembali tidak peduli.
"Aku lapar.", orang ini -_-"
"Ya! Kalau kau lapar, makan, jangan hanya mengeluh lapar, lapar, dan lapar. Aku sudah memberimu uang, pergilah ke kantin dan beli sesuatu yang bisa bertahan di perut karetmu itu. Kau sudah memakan bekal makan siangmu sendiri juga bekal makan siangku dan kau masih mengeluh lapar! Apa yang salah dengan tubuhmu itu, Shim Changmin!", ucapnya kesal. Ia berdiri mengambil kembali uang di atas meja yang ia keluarkan tadi lalu beranjak keluar kelas sambil menyeret orang kelaparan bernama Shim Changmin itu menuju tempat yang bisa membuatnya diam. Kantin.
.
.
Shim Changmin :
- Food Monster
- 18 tahun
- Siswa tingkat dua
- Tinggi badan diatas rata-rata
- Anggota klub memasak. Ia di percaya sebagai juru uji masakan *astaga~ -facepalm-*
- Hobi: Mencoba masakan baru
- Status: In-an-open-relationship
.
.
"Kau menyeretku kemana, Kibumie?", ucap Changmin yang pasrah diseret di sepanjang lorong kelas menuju kantin. *kebayang ga sih? Ahh… Changmin-oppa imut sekalii /*
"Aku mengantarmu ke tempat di mana kau akan diam dan tidak menggangguku saat membaca buku.", ucap seorang yeoja manis berkacamata sambil memukul pelan kepala Changmin dengan buku yang digenggamnya.
.
.
Kim Kibum (sebagai yeoja) :
- 18 tahun
- Sekelas dengan Changmin sejak masih taman kanak-kanak. Ia merasa dirinya terkena kutukan karena hal tersebut.
- Ketua klub jurnalis
- Pengasuh abadi Shim Changmin
- Status: Single
- Hobi: Membaca buku *oo yeah*
.
.
Dua sejoli ini pun sampai di kantin yang cukup penuh saat itu.
"Kau! Pegang ini.", Kibum menyerahkan bukunya pada Changmin.
"Tunggu di sini. Jangan bergerak sampai aku kembali. Aku akan mengambil beberapa makanan. Mengerti?"
"Roger!", jawab Changmin semangat.
Ya… ya… sebenarnya Kibum malas mengambil makanan, tapi akan lebih malas lagi kalau Changmin yang mengambil makanan, karena ia akan mengambil semua makanan yang ada nantinya. Ckckck.
Kibum pun mulai memilih-milih makanan. Ia sangat serius memilihkan makanan untuk Changmin, karena Changmin tidak pernah memikirkan apa yang ia makan, asalkan itu enak menurutnya maka ia akan memakannya. Ia tidak pernah memperhatikan kandungan gizi ataupun efek samping dari makanan yang dimakannya.
"Apa ya…? Hemm… Roti saja. Eh, tapi ini tidak akan membuat monster itu kenyang. Hm… Baiklah, 4 roti saja.", Kibum memutuskan.
"Kibumie?", tanya seseorang dari belakang Kibum. Kibum menoleh ingin tahu siapa yang memanggilnya.
"Siwon-oppa…?", Kibum sedikit kaget melihat *ehem*namja yang pernah ia sukai tiba-tiba menyapanya.
.
.
Choi Siwon :
- 19 tahun
- Ketua OSIS (yang masa jabatannya segera berakhir)
- Siswa tingkat tiga
- Berkharisma, memiliki senyuman mematikan yang menawan
- Cerdas, pintar, pandai, jenius, berotak encer *serupa Yunho dan Yoochun*
- Gagah, badan atletis, menjadi unggulan di segala bidang olahraga
- Status: Engaged with Kim Heechul
- Hobi: Menggoda Heechul sampai menangis
.
.
"Jarang sekali melihatmu ke kantin seperti ini. Kau mengambil banyak roti, aku tidak tahu kau punya selera makan yang luar biasa.", kata Siwon dengan maksud bercanda.
"Eh? Aniyo, ini untuk Changmin. Dia lapar. Kau tahu kan Changmin. Dia…"
"Dia monster, kan?", sela Siwon.
"Yaa… Kau benar. Ehehehe…", Kibum mengiyakan.
"Kalau begitu, kau harus segera menyerahkan roti-roti itu padanya.", kata Siwon kemudian.
"Ne, kau benar. Kalau begitu, aku kesana dulu, Oppa.", Kata Kibum sambil menunjuk ke tempat Changmin menunggunya.
"Baiklah. Sampai nanti.", Siwon pun pergi ke meja dimana Heechul menunggunya.
Kibum menghampiri Changmin yang menunggu Kibum dengan manis. *auu, oppa~*
"Kibumie, kenapa wajahmu, kau terkena radiasi matahari berlebih?", kata Changmin sambil membuka bungkusan roti-roti yang ia cintai.
"Ani. Aku tidak apa-apa.", jawab Kibum tidak emosi. Biasanya ia akan langsung marah-marah jika Changmin sudah mulai mengomentari dirinya.
"Oh… *nyam*", Changmin mengambil gigitan pertama pada roti kesayangannya. Roti kesayangan karena Kibum yang mengambilkannya. ~~~
===HARD TO BELIEVE===
Kibum masih mencoba mengembalikan warna kulit wajahnya yang menurut Changmin terkena radiasi matahari berlebih. Sementara Changmin mulai membuka bungkusan rotinya yang ketiga.
"Permisi… Boleh kah aku bergabung disini?", tanya seseorang tiba-tiba pada Kibum dan Changmin. Dilihat dari keadaan kantin saat itu, hanya tempat duduk Kibum dan Changmin yang masih memungkinkan menampung siswa lain.
"Eh…? Tentu saja. Duduklah.", jawab Kibum dengan sopan, tidak lupa memberi senyum ramah.
"Kau… *nyam nyam* Aku baru pertama kali melihatmu disini, *nyam nyam* kau siswa baru?", tanya Changmin.
"Ya! Telan dulu makananmu baru bertanya. Kau tidak sopan!", marah Kibum pada Changmin.
"Hahaha… Kalian sangat lucu.", siswa itu tertawa sambil menutup mulutnya dengan punggung tanggannya, terkesan manis.
"Eh. Maaf, aku tidak bermaksud menertawakanmu.", ucapnya merasa suasana menjadi canggung dan Kibum yang tiba-tiba diam.
"Tidak apa-apa, tidak usah dipikirkan, selera humornya memang sedikit buruk.", kata Changmin setelah menelan rotinya.
"YA!", Kibum hendak melemparkan roti terakhir Changmin tapi dihentikan oleh siswa baru itu.
"Jangan! Sayang kalau dibuang. Umma-ku bilang tidak boleh menyia-nyiakan makanan."
"Ah. Aku kesal pada monster ini. Dia selalu membuatku marah.", jawab Kibum menenangkan diri.
"Ngomong-ngomong. Kau siswa baru?", lanjut Kibum.
"Ne! Namaku Jaejoong, Kim Jaejoong. Senang berkenalan dengan kalian."
.
.
Kim Jaejoong (sebagai Yeoja) :
- 18 tahun
- Siswa pindahan (tingkat dua)
- Wajah cantik dan mata yang indah *herrrr… Jaemma is number one!*
- Pintar bergaul
- Hobi: Memasak
- Status dan hal-hal lain yang menyangkut dirinya masih dalam penyelidikan author
.
.
"Kim Kibum imnida.", balas Kibum, "dan monster ini, Shim Changmin."
"Monster?", tanya Jaejoong bingung.
"Ne, dia food monster, dia akan memakan apa saja makanan yang ada dihadapannya.", bisik seseorang tepat di samping telinga Jaejoong.
"WAA!", Jaejoong terlonjak kaget. "Nu..Nuguseyo?", tanya Jaejoong pada orang yang kini duduk disebelahnya. Kini mereka duduk dengan posisi: Changmin dan Kibum yang duduk bersebelahan dan Jaejoong serta orang aneh satu lagi duduk bersebelahan di seberang meja.
"Lumba-lumba", gumam Changmin.
"Ne?", tanya Jaejoong bingung.
"*ehem ehem* Kim Junsu imnida. Senang berkenalan denganmu, Kim Jaejoong-shii", jawab Junsu sambil tersenyum. Bisa terlihat kilauan-kilauan yang terpancar di sekitar Junsu saat itu.
.
.
Kim Junsu (sebagai yeoja) :
- 18 tahun
- Wajah imut dengan suara khas lumba-lumba
- Siswa tingkat dua
- Hobi: Menyannyi dan muncul dari tempat tak terduga
- Status: Single tapi sedang menyukai seseorang *siapa ya?*
- Anggota klub drama. Sedang mengincar peran utama untuk drama musikal sekolah yang akan datang
.
.
Dan… Semua mengalir seperti air. Jaejoong mulai akrab dengan Junsu, mereka mengobrol dengan antusias. Kibum melanjutkan membaca bukunya. Changmin mulai mengantuk setelah menghabiskan roti terakhirnya.
Di seberang ruang kantin itu. Heechul dan Siwon masih asyik menghabiskan makan siang mereka. Yoochun? Tidak jelas keberadaannya siang itu. Sementara Yunho, tidak biasanya ia berkeliling sekolah saat itu. Mencari seseorang? *siapa ya?*
===To Be Continued===
Astaga apa ini pemirsa?
Mana konfliknya? Gimana inti ceritanya?
Ya.. ini baru bab perkenalan, tapi udah abis 10 halaman. Ckck
Ini FF kedua setelah mengabaikan yang pertama. Jadi, harap maklum.
Para uke jadi yeoja ya… Author bukan tidak menghargai integritas mereka sebagai namja, tapi, author sinting ini belum banyak pengalaman soal yaoi/shonen-ai/boys-love dan semacamnya.
*bow*
