Fragile love Chapter one

main pair : chen x xiumin

genre : fantasy, romance, drama

credit : plot cerita milik saya, exo milik ortu dan SM ent.

WARNING! THIS IS A BOY X BOY STORY, IF YOU A HOMOPHOBIC PLEASE STAY AWAY! YOU'V BEEN WARNED.


~ HAPPY READING~

Seorang namja manis terlihat sibuk dengan handphonenya, berbicara dengan seseorang.

" ne, eomma. Mian.."

"eung, aku sedang di bandara. Wae?" namja itu terbelalak dan segera berseru pelan

" MWO?! Kau tidak perlu menyusul eomma. Aku baik baik saja. Kau sudah di perjalanan? Aish, arra arra..eung, aku tunggu.. ani,aku tidak marah.. eung, nado sarang.." namja itu menjauhkan handphonenya dari telinganya. Sejenak dia mengedarkan pandangan sebelum memutuskan untuk duduk di sebuah cafe yang letaknya dekat dengan pintu masuk bandara.

" mau pesan apa,tuan?" tanya seorang pelayan yang berdiri di belakang konter ramah.

" segelas macchiato dan macaron, please." namja tersenyum.

" atas nama siapa?"

" xiumin."

" baiklah ini bonnya, kami akan memanggil anda begitu pesanannya selesai."

" kamzanida." Xiumin membayar pesanannya dan duduk di salah satu bangku. Namja itu memutuskan untuk membaca dan mendengarkan lagu untuk mengusir rasa bosan. Lembar demi lembar dari novel yang dibacanya sudah dia balik hingga sebuah tepukan di pundaknya mengganggu keasyikannya.

" ada apa ya?" tanya xiumin sopan kepada sebuah sosok di hadapannya. Sosok itu tersenyum manis dan terlihat wajahnya gugup, untuk alasan yang xiumin sendiri tidak tau.

" maaf menganggu, tapi, ini pesananmu. Namamu sudah dipanggil berkali-kali tapi kau tidak merespon jadi aku memutuskan untuk mengantarnya." Jelas sosok yang merupakan seorang namja yang sebenarnya terlihat familier itu sembari menaruh baki berisi pesanan xiumin.

" ah, terima kasih. Tapi, bagaimana kau bisa tau namaku?"

" aku tadi berdiri dibelakangmu saat kau memesan dan aku secara tidak sengaja mendengar percakapanmu."

" hum.. sekali lagi terima kasih."

" aniya, jangan di permasalahkan. Ngomong ngomong apa kau sedang menunggu seseorang?"

" eung, eommaku. Dia bersikeras untuk menemuiku dulu sebelum aku berangkat."

"ah, percayalah, aku juga sering mangalaminya..dulu.." namja itu tertawa. Xiumin menatap namja itu memikirkan apa maksud dari pernyataan si namja dan menyadari bahwa dia masih berdiri. Setelah menimbang nimbang sejenak, dia memutuskan untuk mempersilahkan namja itu duduk, lagi pula dia kelihatan seperti teman bicara yang baik dan jangan lupakan wajahnya yang tampan, tapi ini tidak membuat xiumin seperti slut yang akan menggoda seorang namja yang tampan dan tidak dia kenal, lebih tepatnya dia yang digoda karena sebagai omega dia mengeluarkan zat yang dinamakan pheromones yang menggoda para alpha dan beta.

" ah, maaf. Dimana etikaku. Silahkan duduk." Namja itu kembali tersenyum dan menarik bangku dihadapan xiumin dan duduk.

"apakah kau seorang omega? Maaf kalau tidak sopan."

" tidak apa apa, ya. Dan kau seorang alpha kan?" namja itu mengangguk mengiyakan perkataan xiumin.

" sudah punya mate?" tanya namja itu, xiumin hanya menggeleng, sang namja tertawa dan berkata bahwa dia juga belum bertemu matenya.

"jadi, kau akan kemana?" tanya namja itu, mengubah topik.

" aku akan ke italia, Roma lebih tepatnya." Balas xiumin sembari menyesap macchiatonya

" kalau begitu tujuan kita sama. Apa alasanmu?"

" maksudmu?"

" setiap orang punya alasan untuk pergi ke berbagai tempat. Dari travelling hingga kerja. Apa alasanmu?"

" eeng... alasannya sedikit personal, jadi.." xiumin menatap namja itu dan segera saja yang ditatap mengangguk mengerti.

" tidak perlu kau bicarakan. Ah, itu pesananku. Tunggu sebentar ya." Namja itu bangkit begitu sebuah nama dipanggil dan nama itu terus tergiang di kepala xiumin. Tiba tiba di ujung matanya xiumin dapat melihat eommanya turun dari sebuah mobil.

Segera saja dia bangkit dan memutuskan untuk meninggalkan pesan berupa sebuah sticky note di meja yang berisi pesan pamit kepada temannya, bukan apa apa hanya saja dia tidak mau temannya itu bingung dia kemana. Tak berapa lama xiumin segera berjalan keluar,menyusul eommanya yang sudah berlalu melewati cafe.

Tak lama setelah kepergian xiumin, namja itu kembali dan menoleh ke sekeliling, mencari xiumin. Tapi, ketika pandangannya terfokus ke sticky note biru di meja, sebuah senyum terukir indah di wajahnya. Dia pun menarik kursi dan duduk.

" sangat baik hati. Kau tidak pernah berubah minnie." gumamnya.

Sementara itu, xiumin sedang berbicara dengan eommanya yang mengomel hebat, tentang bagaimana bisa dia tidak mengabari kepergiannya, betapa sembrononya dia, apakah dia tidak sayang kepada eommanya sendiri, dan semua itu dia dengarkan dengan kesabaran penuh.

" mian eomma. Aku hanya merasa lelah, okay? Aku hanya ingin terbebas.."

" kenapa kau tidak pindah apartemen saja.. kau tidak perlu sampai pindah ke luar negeri kau tau.."

" aku sudah mencobanya eomma. Dan itu tidak berhasil, lagipula tidak ada salahnya mencoba.."

"lalu, bagaimana jika kau mengalami heat pertamamu disana? Siapa yang akan menjagamu?" Yeoja paruh baya itu menatap xiumin sedih, mengingat anaknya yang di umurnya ini belum terkena heat sama sekali.

"aku sudah dewasa eomma.. tenanglah. Dan aku bisa meminum obat supresant, bukan.. Ah, itu pesawatku, aku harus pergi.." xiumin memeluk eommanya erat sebelum mengucapkan salam perpisahan terakhir dan memasuki ruang check in. Tak berapa lama xiumin sudah ada di dalam pesawat, terbang di udara di dalam burung besi itu.

Jarak yang di tempuh antara korea selatan dan roma tidaklah dekat. Selama perjalan yang dilakukan xiumin hanyalah membaca novelnya atau tidur. Waktu yang menyiksa sudah berakhir begitu xiumin menjejakkan kakinya di sebuah gedung apartement yang salah satu kamarnya dia sewa.

Berkat orang tuanya yang termasuk orang ternama dan kaya, dia bisa menempati apartement yang termasuk mewah ini. Dengan segera dia berjalan dan check in, mengambil kunci kamarnya, dan bergegas memasuki lift yang mengantarnya ke lantai 9 tempat kamarnya berada.

Tersenyum senang melihat fasilitas di kamarnya yang lengkap. Tak berapa lama dia sudah terlelap di tempat tidur.

.

.

.

Ding dong, ding dong

Suara bel membangunkan xiumin yang sudah terlelap entah berapa lama. Saat dia melihat jam di handphonenya, namja itu bergumam kaget

" aku sudah tidur seharian?" dengan malas malasan dia bangkit dan sedikit merapikan penampilannya yang berantakan. Saat dia membuka pintu, dua wajah menyambutnya.

" anyeong haseyo. Maaf menganggu, kami tetangga di sebelah. Hanya ingin mengatakan selamat datang . Ini sedikit hadiah.." namja yang tingginya sama dengan tinggi xiumin menyerahkan sebuah basket yang isinya penuh dengan cemilan. Sementara itu, namja lain yang berdiri disebelahnya hanya menatapnya datar, walaupun xiumin dapat menangkap raut terkejut di matanya.

" kamzamnida.. panggil saja aku xiumin, salam kenal.." xiumin menjabat tangan dua namja di depannya.

" namaku luhan, dan ini sehun. Kami harap kau betah disini."

" tentu saja." Xiumin memasang senyum tulus, merasa senang karena memiliki tetangga yang begitu manis dan ramah.

" masuklah.." tawar xiumin, tapi tamunya itu menggeleng.

" ani, tidak usah. Kau pasti capek, jadi istirahatlah. Kami pamit, okay.. sampai jumpa lagi." Luhan berlalu sambil mengamit lengan sehun. Xiumin tersenyum melihat dua namja yang dia tebak adalah sepasang kekasih. Setelah menutup pintu xiumin memutuskan untuk mandi sebelum turun untuk berkeliling.

Keadaan pagi di roma sangat menawan, dan xiumin berkali kali menjepretkan belasan photo, sampai objek photonya diblokir sebuah sosok.

" maaf bisakah anda geser?" tanya xiumin sopan.

" ah, maaf. Aku tidak tau kau sedang memotret photo." Seorang namja bergeser dan menatapnya sesal. Sedangkan namja lain yang lebih tinggi dari sang namja yang menutup objek photonya segera menatap si namja dan berkata lembut.

" aku sudah katakan untuk melihat sekeliling dengan seksama terlebih dahulu, tao.."

" huuh. Aku hanya sedang mengagumi pemandangannya kok.. gege saja yang sibuk menatapi para wanita italia itu. Sudah, mating saja bersama mereka sekalian!" Dengus namja bernama tao itu.

" mian, aku kan sudah pernah bilang kalau aku tidak tertarik kepada mereka. Kaulah mateku tao.. ayolah, jangan ngambek.." namja mencubit pipi tao, gemas. Sementara xiumin hanya tersenyum melihat pertengkaran kecil dua namja itu.

" maafkan sikap pacarku, dia memang seperti itu. Namaku kris dan dia tao.." xiumin meraih jabatan tangan kris

" xiumin. Tidak apa apa, kalian sangat cocok.."

" terima kasih.. by the way, kami harus pergi.. sampai jumpa.." kris menggandeng tao yang masih merengut ngambek. Xiumin kembali fokus memotret tapi kini senyum terukir diwajahnya. Dia bertemu begitu banyak orang yang menyenangkan dan ramah hanya dalam sehari, sepertinya dia akan betah disini. Kecuali kalau hal itu terjadi lagi.

Xiumin memutuskan duduk, moodnya mendadak hilang setelah mengingat alasan dia pindah. Pikirannya kembali melayang ke hari dimana dia terbangun dengan sebuah hickey di lehernya. Awalnya dia mengira itu hanya ruam biasa dan mengacuhkannya.

Tapi, semakin hari, makin banyak hickey yang muncul. Dia memutuskan untuk memberi tau eommanya yang segera memutuskan bahwa dia harus pindah apartement. Tapi hal itu terus terjadi, dan anehnya dia tidak diperkosa oleh siapa pun yang meninggalkan hickey di tubuhnya.

Pelakunya hanya menciumnya hingga bibirnya bengkak, dan memberikannya hickey yang jumlahnya terus bertambah. Bukan artinya xiumin berharap dia diperkosa, tentu saja dia ingin menjaga kevirginnannya, apalagi dia seorang omega yang bisa hamil jika disetubuhi, tapi, pertanyaan pertanyaan terus membanjiri otaknya. Hari hari itu terus berlalu sampai akhirnya xiumin memutuskan untuk pindah ke roma.

Suara tawa beberapa remaja didekatnya menyadarkan xiumin dari lamunannya. Dia menatap peta di tangannya dan memutuskan untuk mengunjungi situs situs bersejarah nan terkenal di roma. Xiumin menyewa taksi yang kemudian mengantarnya ke stasiun Termini. Namja itu berjalan cepat, menyelinap di antara kerumunan orang di stasiun tersebut.

Xiumin menjejakkan kaki di stasiun Colosseo. Bangunan kuno berbentuk melingkar yang menyambutnya menjulang gagah, meski telah diterpa panas dan hujan yang datang bergantian. Reruntuhan yang berdiri kokoh, mengingatkan xiumin pada abad kejayaan silam yang sering dibacanya dari berbagai buku. Di tempat ini pertaruhan hidup dan mati pernah terjadi. Simbol bagaimana kekuatan yang besar akan selalu mengalahkan yang lemah. Tak ada tempat berkelit bagi para pecundang.

Xiumin memasuki bagian dalam colosseum. Ketika dia berada di lantai atas, kenangan di zaman sebelum masehi bicara lebih kuat. Colosseum telah menjadi filosofi tentang kemenangan. Xiumin membidik kameranya dan memotret colsseum di beberapa sudut.

.

.

Xiumin melangkahkan kakinya menyusuri jalan di ujung blok. Komplek capitolini dengan lapangan luas piazza del campidoglio. Patung raja marcus aurellus yang tengah menunggang kuda menjadi fitur yang langsung menarik perhatiannya.

"patung tembaga dan halaman piazza ini merupakan rancangan michelangelo.. sangat indah.." gumam xiumin. Yang kemudian menatap bangunan di belakangnya. Bekas gedung pemerintahan ini sekarang beralih fungsi menjadi museum capitolini. Arsitekturnya bergaya renaisans. Pilar pilar menopang atap, seperti membingkai jendela di setiap bagian dindingnya yang berwarna paduan putih marmer dan krem pastel.

Xiumin merekam suasana di campidoglio ini dalam beberapa kali jepretan sebelum melanjutkan perjalanan.

Anak tangga yang menurun mengantarkan xiumin menuju istana vittorio emanuele II. Raja pertama yang menyatukan italia itu dikenang dalam istana megah yang terletak persis di jantung kota roma.

Altare della patria terlihat luas dan memantulkan cahaya terik dengan minimnya jumlah pohon. Bendera hiju – putih – merah berkibar di dua sisi. Bangunan raksasa ini memuat banyak sekali pilar – satu ciri dari arsitektur roma – yang dilengkapi patung dewa dewi yunani dari marmer dan perungu.

.

.

.

Xiumin melanjutkan lagi perjalanannya, mengabaikan panas terik matahari dan mulai menapaki ratusan anak tangga demi mencapai puncak yang disebut spanish steps. Meski terlihat sangat semangat pada awalnya, kenyataannya xiumin berhenti sejenak sebelum kembali melanjutkan perjalanannya. Tak sabar untuk melihat pemandangan luas kota roma dengan bangunan bangunan yang menampilkan warna warni mediterania.

Ragam bangunan dengan ketinggian yang hampir rata membentang luas di seantaro kota tua ini. Salah satu keunikan lainnya adalah tidak ditemukannya gedung pencakar langit di roma. Seolah, mereka tak ingin menodai langit dengan gedung menjulang yang menghalangi pemandangan langit biru. Krem, putih, cokelat pastel atau kuning lemon menjadi warna yang ditangkap mata. Seperti lembar lembar kertas dari buku usang dan baru yang telah bergabung. Itulah warna kota roma yang dilihat dari puncak roma ini.

Turun dari spanish steps. Xiumin langsung menumpang bus ke piazza del popolo.

Perlu hitungan menit saja untuk mencapai gereja kembar santa maria del popolo. Sebuah lukisan terkenal yang pernah xiumin baca disimpan didalam gereja ini, pembuatnya adalah caravaggio.

Seniman yang jago dalam teknik chiaroscuro itu menyumbangkan cerita tentang saint petrus dalam dua lukisannya. Buah tangan caravaggio yang ada dihadapan xiumin memberikan realitas tentang kemahiran para seniman di era itu.

.

.

.

Hari semakin gelap, xiumin menatap jam tangannya.

" aku akan mencari makan dulu, baru kembali.. aku selalu ingin merasakan makanan italia asli.." gumam xiumin kembali berjalan. Malam hari di roma memang sangat menawan, lampu jalan yang menyinari menambah kesan romantis yang dirasakan xiumin. Setelah menimbang nimbang sejenak, keputusan xiumin jatuh ke restoran la salumeria, yang menyajikan berbagai jenis daging, keju, dan minuman. Xiumin memesan berbagai makanan dan setelah menyelesaikan makanannya, dia tidak beranjak dan menatap keindahan kota roma.

Tak lama xiumin sudah berjalan menuju apartementnya. Tapi, ketika melihat sebuah bar yang bernama cavaour 313, xiumin memutuskan untuk masuk. Di dalam bar xiumin mengagumin struktur dekorasinya yang tradisional dengan meja bar mahoni yang indah. Terlihat di dalam bar beberapa orang berbincang bincang sembari menyesap minuman mereka masing masing. Xiumin mengambil tempat duduk di ujung meja, sedikit jauh dari perkumpulan orang dan memesan red wine, walaupun namja manis itu tidak mau dia mabuk, apalagi dengan keadaan dirinya yang belum pernah mencicipi minuman memabukkan. Baginya sedikit red wine tidak akan bisa membuatnya mabuk, bukan?.

Tapi, diluar dugaan hanya dengan dua gelas red wine, xiumin bisa mabuk dan dengan sempoyongan berjalan keluar. Di jalan dia beberapa kali menabrak orang orang di dekatnya.

" sorry.." gumam xiumin berkali kali. Tiba tiba sebuah tangan menahan tubuh xiumin yang limbung.

" are you okay, signor?" tanya suara seorang namja.

"i'm okay.. sorry, but can you let go off my hand please?" xiumin mendongak dan sedikit kaget melihat wajah yang menatapnya tak kalah kaget.

" xiumin? Apa yang kau lakukan disini?" tanya namja itu kaget. Sementara xiumin mengerjap ngerjapkan matanya, berusaha untuk melihat wajah namja yang ditemuinya di bandara lebih jelas.

" chen?" gumam xiumin menyebut nama yang akhirnya dia ingat. Sementara chen tidak menjawab dan membawa xiumin untuk duduk.

" bagaimana bisa kau mabuk, hmm?" tanya chen bingung, apalagi melihat bar tempat xiumin keluar bukanlah bar yang menyajikan minuman keras yang bisa membuat seseorang semabuk ini. Xiumin hanya menggeleng, dia juga bingung kenapa bisa semabuk ini. Apalagi kini tubuhnya terasa sangat panas, dan sentuhan sentuhan chen membuatnya seolah kehilangan kesadaran.

"dimana kau menginap? Aku akan mengantarmu pulang." Chen menopang tubuh xiumin yang menggumamkan sesuatu yang tidak terdengar jelas. Akhirnya chen memutuskan untuk membawa xiumin ke apartementnya. Dengan sigap, chen memapah xiumin menuju mobil miliknya yang teparkir tak jauh.

" aigoo, kenapa kau bisa mabuk di malam hari begini, sih.." chen bergumam tidak suka. Hatinya merasa iba mendengar keluhan keluhan xiumin.

" kepalaku sakith.. ugh.. sakit sekali." Xiumin menggeliat tidak nyaman, chen terus berusaha menenangkan namja itu sepanjang perjalanan. Mobil BMW hitam itu berhenti di depan sebuah apartement yang mewah, chen segera menggendong xiumin di punggungnya.

"bertahanlah..kita sudah sampai." Chen membaringkan xiumin di tempat tidurnya.

" kau butuh tidur.. istirahatlah." Chen menyeka keringat di wajah xiumin dan membuka kancing kemeja xiumin untuk sekedar membuat xiumin tidak merasa terlalu panas.

"uh.." xiumin menggeliat pelan, bibirnya mengeluarkan sebuah desahan yang membuat mata chen membola kaget. Chen hanya menggeleng geleng dan memutuskan untuk keluar kamar.

Saat chen keluar, xiumin menggumamkan kalimat yang tidak jelas dan tidak bisa dimengerti. Tapi, setelah gumaman itu berhenti, tubuh xiumin yang terbalut selimut sedikit terangkat dan tubuhnya bagaikan diselimuti cahaya biru yang sangat terang. Semua itu terjadi dengan cepat dan tak lama setelah cahaya itu menghilang, dada xiumin naik turun dengan teratur, dia tertidur.

Chen sendiri sama sekali tidak sadar dengan apa yang terjadi dan hanya berbaring di sofa ruang tamu dan tertidur tak lama setelahnya.

.

.

.

Chen mengerjap ngerjapkan matanya yang silau diterpa cahaya.

" xiumin?" tanya chen melihat sebuah sosok di hadapannya, sosok itu menatapnya bingung.

" kau tidak bersiap siap?" tanya sosok itu

" hah?" chen berusaha duduk, walaupun rasanya tubuhnya seperti ditahan dengan kuat . cahaya yang menghalangi pandangannya memudar dan menampilkan sosok yang menatapnya.

" ternyata kau, suho.. ada apa, hmm?" chen mengusap matanya, berusaha mengusir kabut yang menghalangi kesadarannya.

" lho? Kau kan sudah berjanji untuk menemaniku pergi hari ini? Ck, kau lupa kan?" tuduh suho, matanya memicing tajam menatap chen.

" kapan? Tapi, ya sudah lah. Aku siap siap dulu." Chen bangkit dan berjalan menuju kamarnya begitu dia ingat bahwa dia membawa xiumin pulang ke rumahnya. Tapi, saat dia membuka pintu kamarnya, kamarnya terlihat rapi dan bersih. Tak terlihat sosok namja manis itu dimana pun.

" apakah dia sudah pulang? Ya sudah lah. Aku harus bersiap siap sebelum suho marah." Gumam chen sedikit kecewa karena xiumin meninggalkannya begitu saja tanpa memberi salam atau berterima kasih. Kini, chen sudah rapi dengan kemeja abu abu dan jins. Di luar suho yang marah marah menjadi sumrigah begitu melihat chen keluar dalam keadaan rapi.

" oh iya, apa kau tau namja manis yang namanya xiumin?" Tanya suho sambil menjentikkan jarinya seolah teringat sesuatu.

"eung, kenapa dia?"

" dia tadi keluar dan menitipkan maaf sekaligus terima kasih kepadamu."

" ooo.. okay." Mendengar respon chen yang sekenanya, Suho menghela nafas kecewa.

" apa?" chen menatap sahabatnya bingung. Apa mau namja cerewet itu saat ini?

" lalu?" saat melihat ekspresi bingung chen yang jelas jelas tidak mengerti dan tidak memiliki clue sedikit pun tentang pertanyaanya , suho menghela nafas kasar.

" dasar otak udang! Tidak peka! Maksudku adalah bagaimana bisa dia berakhir dikamarmu?" chen merengut kesal begitu mendengar sebutan suho untuknya. Kenapa pula dia disebut otak udang? Suho saja yang seperti yeoja,sudah kelewat sensitif, pakai acara kode kodean pula!.

" aku pertama kali bertemu dia di bandara korea. Dan tadi malam bertemu lagi dengannya, dan dia dalam keadaan mabuk, jadi aku memutuskan membawanya ke apartementku.." jelas chen.

" dan? Kau tidak melakukan apapun padanya? Mengingat kau namja single kurang belaian.." goda suho

" mwo?! Kau kira aku apa? Om om mesum?! Tentu saja tidak!"

" ayo, cepat. Aku malas menemanimu pergi jika kau terlalu lama." Chen lebih dulu keluar apartementnya.

" ayo, aku ingin pergi ke spanish steps. Sudah lama aku tidak kesana." Suho berkata semangat.

" apa kau yakin kau kuat? Bukannya tahun lalu kau berhenti di tengah perjalanan?" balas chen sambil mencibir.

" ck, akan aku buktikan kalau aku bisa kali ini!"

" chen.." sebuah gumaman menjawab panggilan itu.

" menurutmu dia ingat? Xiumin maksudku.."

" aku tidak tau.. sepertinya tidak.. tapi, suatu saat pasti.." chen berkata sambil menerawang.

" bersabarlah.."

" tentu saja."

" suho.."

" mwo?"

" kau sudah tau kan kenapa dia pindah?"

" ya, tentu saja. Kau pernah membicarakannya."

" apa menurutmu dia akan memaafkanku?" chen bertanya dengan nada sendu, matanya menerawang ke depan.

" menurutku, xiumin adalah namja yang baik, dan dia pasti akan memaafkanmu, walaupun tidak langsung."

" tapi, sulit untuk berhenti, dan aku memiliki kebutuhanku sendiri. Aku tidak mau melakukannya dengan orang lain."

" aku tidak ada komentar untuk itu dan ayo lah, bicarakan saja yang lain.."

Suho mencari bahan pembicaraan lain dan mengajak chen bicara. Hingga tiba tiba...

"OMO! CHEN AWAS!" pekik suho menunjuk seorang namja yang melintas di depan mereka. Terlambat, sebelum chen sempat menginjak rem, BMWnya sudah menabrak tubuh itu, dan membuatnya terpental beberapa meter dengan tubuh yang bersimbah darah.

" omo! Siapa itu, chen kau mau kemana?!" suho memelototi chen yang bergegas menghentikan mobil dan keluar dari mobil hitam itu. Disana, sebuah tubuh bersimbah darah terbaring tak berdaya dan tidak menunjukkan tanda tanda kehidupan. Chen segera membalik tubuh namja itu dan terhenyak kaget melihat wajah orang yang dia tabrak tak lain adalah xiumin. Ya, xiumin. Dia baru saja membunuh namja yang dia tolong tadi malam.

" xiumin?! Sadarlah!" chen memangku kepala xiumin, berusaha mengecek nadinya, masih ada! Walau lemah tapi masih ada. Chen segera menggendong xiumin berhati hati dan membopongnya ke mobilnya.

" XIUMIN! Kita harus ke rumah sakit sekarang!" suho mengambil alih setir mobil karena chen yang memangku xiumin. Mereka sampai di rumah sakit tak lama setelahnya. Xiumin segera masuk ke UUGD dan di periksa.

.

.

.

" bagaimana keadaannya dok?" chen bertanya cemas.

" dia masih dalam kondisi kritis. Dan saya belum tau kapan dia akan sadar. Apa dia ada kerabat yang dapat dihubungi?" tanya dokter itu sembari memperbaiki letak kacamatanya.

" saya tidak tau, dok. Apa saya boleh mengunjunginya sekarang dok?" chen segera masuk ke dalam ruangan begitu dokter itu mengangguk. Badannya melemas melihat kondisi xiumin yang bisa dibilang mengerikan dengan berbagai selang dan alat bantu yang menempel di tubuhnya. Ditambah gips yang menutupi kaki kiri dan lehernya.

Mian.. jeongmal mianhe xiuminnie.. batin chen sedih. Suho yang baru saja masuk meringis melihat kondisi xiumin.

" aku minta maaf, chen. Gara gara aku.."

" tidak, ini bukan salahmu."

" apa aku perlu memanggil yixing? Mungkin dia bisa membantunya, setidaknya menghilangkan rasa sakitnya.."

" ani.. tidak usah. Itu akan membuat orang orang curiga...sudahlah, pulanglah, suho. Aku akan tetap disini.." suho menatap chen sedih sebelum meninggalkan ruangan, meninggalkan chen yang menggenggam tangan xiumin.

Hari demi hari berlalu, chen terus menemani xiumin, eomma xiumin yang juga datang selama seminggu mempercayakan putra kesayangannya ke namja tampan itu untuk menjaga xiumin, walaupun sempat hampir menuntut chen. Tapi, suho berhasil membantu chen dan meyakinkan eommanya xiumin bahwa chen benar benar tidak mau melukai xiumin. Dan awal pertemuannya wanita itu dengan chen adalah saat dia menemukan chen tertidur sambil menggenggam tangan xiumin, membuat yeoja paruh baya itu terenyuh.

Sudah sebulan berlalu dan xiumin tidak menunjukkan tanda tanda bahwa dia akan bangun. Dan di sebuah pagi yang cerah, saat chen datang lagi seperti biasa, sebuah kejadian sungguh membuat chen shock dan cemas. Saat itu, chen mengajak xiumin berbicara seperti biasa, dan xiumin tiba tiba kejang kejang dan dengan panik chen mencari dokter yang segera menindak lanjuti kondisi xiumin, chen menunggu dengan cemas di luar.

Dan rasanya nyawa chen ditarik begitu saja saat sang dokter mengatakan kalimat mengerikan yang terdengar hingga keluar.

" waktu kematian pasien yaitu 09.32 ."

-TBC-


anyeong, saya kembali dengan ff yang moga moga kalian suka~

kali ini ffnya chenmin yak... maaf klo gak bagus dan gak terasa feelnya..

review amat sangat diharapkan, dan untuk judulnya saya mau minta bantuan kalian ni..

Soalnya saya masih kurang yakin sama judulnya, jadi tolong yg ada ide ngasih tau di review ya... saya butuh inspirasi.. T^T

kkkk~ saya gk bisa mikirin judul yang bagus soalnya #digebukinreaders.

maafkan typonya yaa..

love, Na Yeong