Hehehehe. This is my first Ghost Hunt fic. I'm worst at English, so I wrote it at Indonesian. People who can read it as you wish. It slightly doesn't have any plot... Just take it out from my mind. Anyway please enjoy reading my fic!(。◕‿‿◕。) ~ ღ

Disclaimer: I do not own Ghost Hunt and its characters. I just own my OC and the plot!! Sure yes!


Chapter 01: The Girl... The Acquaintance... and The Kirito...

Hari itu hari yang cerah seperti biasa . Shibuya tetap ramai dengan berbagai macam orang. Tapi di sisi sebuah tempat yang berdekatan dengan Café Lounge terdapat sebuah kantor bernama Shibuya Pychic Research, tempat yang mau melayani kasus-kasus yang berhubungan dengan supernatural atau psikis.

Dua orang gadis berseragam sekolah berjalan menuju tempat yang disingkat SPR itu. Yang satu berambut pendek dengan rambut yang agak panjang di depan telinganya dan seorang lagi yang berambut bob pendek. Keduanya masuk dengan didahului oleh gadis berambut bob. Di dalam ruangan ada Kazuya Shibuya alias Naru, Mai Taniyama, Hoshou Takigawa alias Bou-san, dan Ayako Matsuzaki yang sedang berkumpul di ruang tamu. Kedua gadis itu menunduk memberi salam.

"Permisi, apakah di sini adalah Shibuya Pychic Research?" tanya gadis berambut bob.

Mai menghampiri kedua gadis itu dan menyapa mereka, " Ya, ada yang bisa kami bantu?" tanyanya.

Kedua gadis itu saling berpandangan. Gadis berambut pendek mengangguk dan kemudian si gadis berambut bob itulah yang menjawab pertanyaan Mai.

Ia mengangguk, " Ya, kami datang untuk mendiskusikan masalah aneh yang terjadi di sekolah kami akhir-akhir ini."

"Mai," Naru memanggilnya dan memberikannya perintah tanpa harus mengatakannya.

Setelah menilik Naru, Mai mempersilahkan kedua tamunya duduk di sofa. Kedua gadis itu duduk di seberang Naru. Gadis bob itu memperkenalkan dirinya dan temannya dengan sopan.

"Namaku Maika Shitenhouji—dan dia adalah Kyra. Sekolah kami Kirito Cross Academy ditimpa masalah besar…" kata gadis itu dengan wajah yang kesusahan.

"Masalah besar? Bisakah kau jelaskan lebih terperinci?" tanya Naru di sisi lain Mai sudah siap dengan catatannya dan Bou-san—Ayako siap mendengarkan.

"Akhir-akhir ini banyak sekali murid yang pingsan secara tiba-tiba ketika sedang ada perayaan Katharina, event sekolah kami. Gudang kecil terbakar ketika Kyra sedang berada di dalamnya. Lalu beberapa murid laki-laki yang segan kepadanya tiba-tiba mulai mendekati dan menaruh perhatian, semuanya terjadi saat event Katharina yang berlangsung selama satu minggu. Bunga, cokelat, puisi, kartu ucapan dalam warna yang sama selalu mereka berikan pada Kyra sampai-sampai mereka keterlaluan menaruh foto-foto palsu erotis, kondom, dan setoples penuh dengan sperma mereka diberikannya kepada Kyra. Kemudian seorang guru pria pernah hampir menyerangnya kalau tidak kami cegah. Lalu secara temperamen beberapa murid perempuan menyiksanya. Well, padahal sebelumnya dia dihormati dan disegani, semuanya berubah drastis hanya dalam waktu satu minggu. Keluarga Kyra merasa marah dan aneh, terutama ketiga kakak laki-laki dan kakek-neneknya. Tapi hal lain yang sangat-sangat aneh terus terjadi di sekolah, atau malah hampir seluruh akademi!! Seperti ada magnet yang menarik semua keanehan itu ke akademi!" cerita Maika lurus tanpa jeda.

"Kapan hal-hal aneh itu mulai terjadi?" tanya Naru.

"Seminggu dan 3 hari dari persiapan perayaan Katharina. Kurasa dari tanggal 13 Mei ini. Tapi pada saat bulan April juga terjadi hal-hal aneh dua kali seperti semua bangku terbalik atau terbang dan memecahkan kaca jendela kelas kami. Teman kami menyarankan untuk membawa dan mendiskusikan masalah ini kesini, katanya tetangganya bekerja part-time di sini."

"Apa alasanmu membawa masalah itu kesini? Sepertinya masalah itu hanya sebuah tindakan seorang fans dan semuanya terjadi di sekitar Kyra-san." Tanya Naru lagi.

"Maksudmu kami hanya membawa-bawa masalah popularitas kesini?" balas tanya Maika dengan nada yang mengintimidasi. Naru hanya diam. Maika tiba-tiba berdiri dan menbentak-bentak, "Murid-murid Kirito Cross Academy tidak akan berbuat hal-hal aneh dan menjijikan kepada orang-orang penting yang sudah menghubungkan jembatan antara kelompok Swallow, Hime, Gray, Nemuri no Mori, Babylon, Akabara dan Faith! Kyra-san dan saudara-saudaranya sudah menghentikan perang antara ketujuh kelompok yang ada di akademi kami sejak aku dan Kyra masuk ke sekolah dasar akademi ini! Bagaimana bisa kalau orang dari keluarga yang disegani dan dikenal oleh orang-orang di dunia bisa mendapatkan perlakuan seperti ini kalau bukan karena sebuah mantera atau kutukan!? Apakah kalian tidak pernah mendengar mengenai kasus Apathy Syndrome?"

"Maksudmu kasus orang-orang yang menghilang dan koma yang menggemparkan dunia itu?" tanya Bou-san, "Kalau tidak salah karena para korbannya melihat sesuatu yang terjadi di sebuah sekolah, seperti sebuah pertarungan psikis dan menyebabkan sebagian gedung sekolah itu hancur."

"Ya, itu saat hari terakhir ketujuh kelompok itu bertarung dengan kekuatan psikis masing-masing. Tidak semua murid-murid Kirito adalah seorang psikis, hanya dua puluh lima persen dari seluruh muridnya dari taman kanak-kanak hingga mahasiswa. Semua orang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi selain orang-orang dalam. Tapi hal yang terjadi selama bertahun-tahun itu akhirnya berakhir dengan korban Apathy Syndrome di semua pihak dan mereka kehilangan kekuatan psikis mereka, walau tidak semuanya. Beberapanya ada yang pindah sekolah dan ada juga yang mati. Tapi semua hal itu sudah selesai dan membuat para Kirito atau orang-orang yang menyatukan mereka dihormati," jelas Maika. Ia lalu menatap kearah Naru dengan galak, "Kyra yang sudah berusaha keras dan salah satu orang yang paling dihormati seakademi tidak mungkin mendapat perlakuan seperti ini hanya karena popularitas. Orang-orang yang dekat dengan Kyra hanya bisa menyimpulkan kalau ada sesuatu yang aneh dan tidak normal. Hal yang berhubungan dengan supernatural, hal-hal yang tidak terlihat, bukan, hal yang terlihat tidak nyata."

"Jadi maksudmu kasus ini ada hubungannya dengan mantera, kutukan, dan hal-hal berbau supernatural? Psikis? Phenomenal? Atau ada hantu yang mengganggu ketenangan sekolah kalian?" tanya Naru.

"Semacamnya. Mungkin kau penasaran dengan hal yang disembunyikan oleh Kirito Cross Academy dari insiden Apathy Syndrom itu, tapi maaf, aku tidak bisa mengatakannya tanpa persetujuan pemilik akademi," jawab Maika sinis.

Gadis bernama Kyra itu menyentuh tangan Maika untuk mendapatkan perhatiannya. Kemudian ia menggerak-gerakkan jarinya seperti sebuah bahasa isyarat agar Maika membaca dan mengerti maksudnya. Maika mengangguk mengerti. Naru terus memperhatikan gadis bernama Kyra yang dari tadi diam dan tak berbicara apapun. Pemimpin SPR tersebut tidak bisa merasakan aura maupun hawa keberadaan gadis itu. Ia melihat Kyra menutup matanya sambil menundukkan kepalanya. Dan tiba-tiba ia berdiri dengan mata yang melebar dan gemetaran. Kyra berhadapan dengan Maika dan melakukan bahasa isyarat yang lain, wajahnya seperti ketakutan dan dikejar-kejar oleh sesuatu.

Maika lalu kembali menatap Naru dan bertanya, "Apakah kalian akan menerima kasus kami? Osamu-kun bilang mungkin saja kalian bisa membantu memecahkan masalah yang ada di akademi."

"Osamu? Maksud kalian berdua Osamu Yasuhara?" tanya Bou-san.

Kyra mengangguk dan Maika yang menjawab, "Ya, beberapa orang yang kami kenal merekomendasikan kalian. Sampai Madoka-san menelepon Kyra setelah ia menceritakan masalahnya dan ia merekomendasikan kalian."

"Wow, berarti SPR sudah terkenal di seluruh Jepang," kata Bou-san sambil bersiul.

"Bagaimana kalian bisa mengenal Yasuhara dan Madoka?" tanya Naru.

"Osamu-kun adalah tetangga dan teman kami sejak kecil, dulu dia bersekolah di Kirito Cross Academy Junior High School, sedangkan Madoka-san adalah kenalan Kyra saat ia masih tinggal di Inggris."

Naru mengangguk dan berkata, "Baiklah, kami akan menerima kasus ini. Bisakah kalian menyiapkan sebuah ruangan yang cukup besar untuk menjadi base kami?"

Maika balas mengangguk, "Ya, kami sudah menyiapakannya sesuai dengan intruksi yang diberikan Osamu-kun. Kapan kalian akan memulai penyelidikannya?"

"Mungkin besok. Tapi setidaknya kami akan melakukan survey sebelum mempersiapkan peralatan kami di base nanti. Sekarang kalian berdua tuliskan nama, alamat, nomor telepon yang bisa dihubungi, alamat sekolah dan juga nomor telepon sekolah kalian. Mai," panggil Naru.

Kemudian Mai menyerahkan sebuah kertas dan alat tulis. Maika dan Kyra menuliskan hal-hal yang diminta oleh Naru. Lalu setelah itu mereka berpamitan pulang setelah Maika mengatakan, "Lebih baik diantara kalian ada seorang onmyouji atau penyihir, dan orang yang bisa membuatkan jimat sebelum masuk ke sekolah kami."

-0-0-0-

Kedua gadis itu pergi setelah semua urusannya selesai. Mai terus memperhatikan kertas catatan yang tadi ditulisi oleh Maika dan Kyra. Keheningan terus terasa di sekitar mereka sampai akhirnya Bou-san memulai pembicaraan di tengah keheningan itu.

"Pada akhirnya gadis yang bernama Kyra itu sama sekali tidak berbicara ya?" kata Bou-san menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Apa mungkin ia bisu?" tanya Ayako. "Dia memakai bahasa isyarat. Dan lagi sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat."

"Kurasa begitu…" sahut Bou-san.

Tapi Mai lalu menggumam cukup keras untuk didengar oleh yang lainnya, "Umm, apakah gadis bernama Kyra itu bukan orang Jepang ya?"

"Apa maksudmu, Mai?" tanya Ayako.

"Namanya… Namanya memakai huruf katakana setelah hurud alphabet K, Y, R, dan A. Sepertinya aku pernah mendengar nama itu…" kata Mai yang lalu kembali tenggelam dalam pikirannya.

"Apakah aku pernah bertemu dengannya?" gumam Naru meletakkan tangannya di dagu sambil mengingat masa lalunya.

"Owh, Naru-chan mulai mengatakan hal yang sama dengan yang pernah dikatakan oleh Masako padanya." Goda Bou-san menyikut Naru. "Aku juga pernah mendengar namanya di suatu tempat."

"Hmm…" keempatnya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Dan Lin sendirian berada di ruangannya dan terlupakan.

-0-0-0-

Kedua gadis itu, Maika dan Kyra masih terus berjalan di Shibuya menuju ke stasiun. Maika merangkul lengan Kyra yang terus diam. Maika terus tersenyum-senyum sampai ia teringat sesuatu.

"Ah, gawat Ky! Aku lupa menanyakan nama mereka!" seru Maika.

Kyra menggeleng. Lalu suara yang lembut dan tenang keluar dari mulutnya, Kyra berbicara, "Tak perlu khawatir, Maika. Aku tahu nama mereka semuanya. Akan ada delapan orang yang datang termasuk Osamu. Kazuya Shibuya adalah pemimpinnya yang dari tadi menanyaimu terus. Mai Taniyama asistennya yang bekerja part-timer dan pertama kali menyapa kita. Lelaki dengan rambut yang agak panjang itu Hoshou Takigawa atau Bou-san. Dan Ayako Matsuzaki seorang miko. Lalu nanti akan ada orang asing dari Australia seorang pendeta exorcist bernama John Brown dan seorang selebriti medium bernama Masako Hara. Tadi di dalam ruangan yang lain ada lagi seorang anggota SPR, seorang penyihir dari Cina atau seorang onmyouji bernama Lin Koujo."

"Well, kau terlalu hebat dalam hal seperti ini." Kata Maika terkekeh.

Kyra kemudian melihat jam tangannya dan berkata, "Ah, sudah jam segini, aku harus segera kembali dan ke tempat kerjaku. Sebentar lagi kontraknya habis sih… Lagipula kalau aku tidak segera kembali bisa-bisa aku menambah kuat mantera itu."

"Oh, oke. Salam untuk keluargamu ya." Saur Maika menepuk punggung Kyra.

"Ya, sampai nanti."

-0-0-0-

SPR, 4pm

Sore hari itu SPR semakin ramai dengan hadirnya tiga orang lagi. John, Yasuhara, dan Masako. Lin pun telah keluar dari ruangannya. Setelah semua berkumpul Naru menjelaskan situasi kasus yang ia terima hari ini. Ia membuka catatannya dan menjelaskan kejadian tadi siang kepada empat orang lainnya. Sementara itu Ayako sedang membaca majalahnya. Naru menceritakan kalau ada dua gadis yang datang dan memberikan kasus ini kepadanya. Tapi Lin merasa aneh dan langsung bertanya kepada Naru.

"Dua? Bukankah yang datang tadi hanya seorang?" tanya Lin dan tidak disangka wajahnya akan sekaget orang yang melihat sesuatu yang tidak wajar.

"Lin-san, apa maksudmu dengan hanya seorang? Tadi aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri yang datang adalah dua orang murid SMA." Kata Mai.

"Tapi hawa keberadaannya—" kata Lin tercengang.

Tapi tiba-tiba Naru menyela sebelum Lin menyelesaikan kalimatnya, "Jadi kau juga merasakan begitu, Lin? Aku juga tidak merasa hawa keberadaannya. Dia seperti mayat hidup dan tidak bisa berbicara juga."

"Naru-chan, maksudmu gadis bernama Kyra itu?" tanya Bou-san. "Yah, aku juga samar-samar merasa aneh dengannya."

"Ng, tunggu dulu… Kyra… Kyra… Ky…" gumam Masako berusaha mengingat dan ia melihat majalah yang sedang dibaca Ayako dan merebut paksa dari tangan miko. Ia membuka halaman demi halaman sambil berseru, "Ah! Aku ingat sekarang." Ia lalu menunjukkan salah satu halaman dan bertanya kepada anggota SPR yang lainnya, "Lihat, apakah gadis ini yang kalian maksud?"

"Ah, i, iya…" jawab Mai dan Bou-san mengangguk.

"K, Y, R, A atau 'kaira' adalah seorang model dan penyanyi yang sudah terkenal sampai mancanegara. Karirnya dimulai sejak ia masih kecil. Sampai saat ini dia adalah penyanyi yang digemari oleh semua kalangan… Aku pernah sekali bertemu dengannya." Kata Masako.

"Yup, benar sekali dengan yang dikatakan oleh Hara-san." Kata Yasuhara dengan senyum palsu tapi ia benar-benar senang. "Kyra-chan adalah seorang model dan penyanyi. Suaranya benar-benar merdu~…" kata Yasuhara seperti seorang kakek-kakek.

"Oh, anggota band-ku juga pernah membicarakannya." Kata Bou-san.

"Well, sebenarnya Ky-chan adalah salah satu pewaris keluarga kaya dan ternama. Dia bukannya bisu seperti yang dikatakan oleh Shibuya-san, tapi karena dia memang agak pendiam dan tidak mau buang-buang tenaga, itupun karena badannya lemah sejak kecil. Dia memang agak aneh… Aku dan Maika-chan pun tidak mengerti dengan satu hal ini…"

"Apa itu?" tanya Naru.

"Kyra itu sudah lulus dari Universitas Oxford dan Rodenburgh sejak usia 14 tahun dengan gelar profesor di dua bidang… Tapi dia malah kembali ke SMA. Katanya sih untuk bersembunyi dari sesuatu…" jawab Yasuhara. "Tapi…"

"Tapi kenapa, Yasuhara?" tanya Mai.

Yasuhara menempelkan jarinya di dagu dan menatap langit-langit ruangan kemudian memiringkan kepalanya, ia kembali bertanya tanpa menatap lawan bicaranya, "Benarkah kalian melihatnya datang kesini bersama Maika?" tanyanya.

"Tentu saja! Berapa kali aku harus mengatakannya kepadamu?" seru Mai.

"Well, itu aneh…" kata Yasuhara. Yang lainnya menatapnya serius. Ia lalu kembali melanjutkan kata-katanya, "—karena sejak kemarin Kyra koma dan dirawat di rumah sakit. Aku tadi baru saja menjenguknya sebelum kemari."

"Apa?!" seru semuanya kecuali Naru dan Lin yang hanya tercengang. Yasuhara menutup telinganya yang berdengung karena mendengar teriakan mereka.

"Hei, nak, kau bilang gadis bernama Kyra itu koma dan sekarang sedang dirawat di rumah sakit, lalu siapa yang tadi datang bersama temannya?! Hantu?!" teriak Bou-san mengguncang-guncangkan bahu Yasuhara.

"Tu, tunggu dulu, Takigawa-san…" sela Yasuhara. Bou-san pun berhenti mengguncangnya. Yasuhara membetulkan letak kacamatanya dan melanjutkan, "Kyra yang kalian lihat tadi berambut panjang atau pendek?"

"Pendek." Jawab Mai langsung.

Yasuhara pun kembali berpikir. Ia lalu menatap Masako dan bertanya kepada medium itu, "Kalau Hara-san? Itupun saat kapan?"

"Dua minggu yang lalu dan berambut panjang." Jawab Masako bingung.

"Ternyata benar seperti yang kuduga. Apakah kalian pernah mendengar seorang ahli memisahkan roh dari raganya?" tanya Yasuhara.

"Ya, seperti yang dilakukan oleh Mai saat menyelamatkan Masako saat kasus di Suwa itu… Jangan-jangan…" kata Bou-san meletakkan jarinya di dagu.

Yasuhara mengangguk, "Ya, Kyra bisa melakukan hal itu sejak kecil, dalam keadaan sadar atau tidak sadar. Dia bisa melakukan hal itu karena penelitian yang dilakukan keluarganya. Itupun yang dikatakan oleh Sai-san kepadaku."

"Siapa Sai-san yang kau maksud?" tanya Naru. Dari sudut pandangan matanya ia bisa melihat Lin mata Lin yang melebar setelah mendengar cerita Yasuhara.

"Ah, Sai-san yang kumaksud adalah kakaknya Kyra. Kyra punya tiga kakak dari yang paling tua Renjou, Rihito, dan Saito. Dan dua adik laki-laki… Shiroiki dan Hitoshi. Kyra satu-satunya anak perempuan keluarga utama. Well, ada saat aku berpisah dengannya yaitu saat usia 10 tahun setelah insiden Apathy Syndrom itu. Dia kembali ke tanah kelahirannya, Inggris. Neneknya adalah orang Inggris dan masih keturunan langsung kerajaan Inggris. Ah, gawat aku hampir melupakan satu saudara kembarnya, Kira. Hampir seluruh keluarganya tinggal di Jepang, tapi aku tak pernah melihat Kira lagi sampai 4 tahun yang lalu dia kembali dari Inggris dan kabarnya ia tidak pulang karena melanjutkan studi di Oxford, tapi aku belum mengecek kebenarannya. Database mereka susah dimasuki sih."

Lin semakin menegang. Naru pun tidak dapat membantu karena dirinya pun ikut menegang diam seribu bahasa. Semua hal itu mengingatkan mereka dengan masa lalu.

"Well, mungkin Maika membisikkan sesuatu kepada Ky-chan dan membuatnya di bawah kesadaran tubuhnya, rohnya melepaskan diri. Ini lumayan sering terjadi…" kata Yasuhara menyilangkan kedua tangannya dan mengangguk.

"Jadi besok kita ke Kirito Cross Academy melakukan penyelidikan keanehan mistis sekolah itu…" kata Bou-san sambil meregangkan tubuhnya. "Iya'kan Naru-bou?"

"Ya," jawab Naru singkat.

"Ah, besok aku akan datang terlambat. Aku harus mengawasi Kyra sampai Shiro-kun selesai kuliah. Toh, akademi Kirito dengan rumah sakit Matsuzaki tidak terlalu jauh." Kata Yasuhara.

"Haah?" reaksi Ayako. "Itu rumah sakit milik keluargaku! Jadi gadis itu dirawat di sana? Hm… Kyra… Kyra… oh…" Ayako melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh Masako sebelumnya. Ia lalu menggumam, "Oh, putrinya Keita-san…" Mata Ayako melebar dan berkata, "Aku mengenalnya, dia selalu masuk rumah sakit."

"Ah, jangan-jangan gadis yang pernah Ayako-san mengajakku untuk menjenguknya ya?" tanya John. Ayako mengangguk.

"Hmm… Yasuhara, Masako, Ayako, dan John… " gumam Mai. "Ditambah Madoka-san berarti ada lima orang yang sudah pernah bertemu dengan Kyra sebelumnya."

"Kau benar, Mai…" sahut Bou-san. Ia lalu melihat Naru dan Lin yang diam seribu bahasa, menegur mereka, "Ng, Naru-chan—Lin? Kenapa kalian diam saja? Setidaknya kita sudah dapat informasi tentang gadis bernama Kyra itu."

Naru mengerjap dan menjawab, "Ya, besok kita berkumpul di sini dahulu mengecek semua peralatan dan barulah kita pergi ke Kirito Cross Academy." Kemudian ia menatap Lin yang masih tenggelam dalam pikirannya dan berkata, "Lin, dia bukan gadis itu. Dia sudah tiada." Tapi Lin tetap diam tidak menjawab.

"Ah, aku permisi dahulu. Aku harus pulang dan kembali lagi ke rumah sakit. Ky-chan pasti kesepian kalau tidak ada yang menemaninya." Kata Yasuhara dengan senyum seorang profesional di wajahnya.

"Aku akan mengantarmu. Sekalian aku ada urusan dengan ibuku disana dan sebentar lagi jam jagaku. Jadi kita bareng saja." Kata Ayako mengambil tasnya.

"Wow, terima kasih Matsuzaki-san." Kata Yasuhara mengangguk dan senyumnya semakin lebar.

Lalu Yasuhara dan Ayako pergi berdua. Ayako mengantarkan Yasuhara ke rumahnya dan pergi lagi ke rumah sakit Matsuzaki.

Matsuzaki Hospital, Hallway 6 PM

Ayako dan Yasuhara berjalan berdampingan di lorong rumah sakit. Hanya ada keheningan diantara mereka berdua sampai Ayako memutuskan untuk memulai pembicaraan.

"Gadis itu…" kata Ayako.

"Ya, Ayako-san?" tanya Yasuhara mendengarkan.

Ayako menghela nafas dan menjelaskan, "Gadis bernama Kyra itu sepupu jauhku. Kakek buyut kami adalah saudara. Kami hanya pernah beberapa kali bertemu saat perkumpulan keluarga besar. Sebulan yang lalu aku membawa John untuk menjenguknya karena katanya dia tidak ada pekerjaan. Kata Keita-san, ayahnya Kyra, ia mudah pingsan dan koma. Itu pun karena kejadian sepuluh tahun yang di Kirito Cross Academy. Aku tahu kejadian apa itu, insiden Apathy Syndrome yang meluas itu. Sepertinya kau juga terlibat." Ia lalu melanjutkan, "Tapi aku tidak tahu kalau dia bisa melakukan pemisahan roh dari tubuhnya."

"Yeah, aku memang terlibat dalam pertarungan yang terjadi di dalam Kirito. Karena itulah aku tidak menganggap hal-hal phenomenal dan supernatural itu mustahil karena aku sudah pernah melihat dan terlibat dalam hal yang lebih hebat lagi." Sahut Yasuhara.

"Yasuhara-kun, siapa saja yang kenal dari keluarganya Kyra?" tanya Ayako.

"Hampir semuanya, terutama yang terlibat dalam pertarungan nihil itu. Aku sudah kenal Kyra sejak masih bayi, lalu saat taman kanak-kanak berusia tiga tahun kami baru mengenal Maika lalu teman-teman yang lain." Jawab Yasuhara meletakkan jari telunjuknya di dagu.

"Begitu. Ah, aku lewat sini. Sampai bertemu besok." Kata Ayako mengambil jalur yang berbeda.

Yasuhara menunduk dan berkata, "Ya, terima kasih sudah mau mengantarku."

Ayako dan Yasuhara berpisah. Yasuhara lalu naik lift hingga sampai ke lantai tujuh. Lantai tujuh kamar nomor dua, Yasuhara membuka pintu ruangan itu pelan-pelan. Ruangan itu cukup besar untuk seorang pasien. Dindingnya bercat putih dan krem. Ranjang tempat tidurnya tidak seperti ranjang rumah sakit pada umumnya lebih seperti ranjang biasa (jelas saja ruang VVIP). Mesin-mesin rumah sakit, monitor jantung, IV, dan lain-lain.

Yasuhara berdiri di samping ranjang yang agak besar itu. Di depannya ada seorang gadis berambut cokelat tua panjang terbaring tidak sadarkan diri. Dengan selang-selang infus yang ada di tangannya dan kabel-kabel yang terpasang di tubuhnya. Di mukanya terpasang masker oksigen. Dadanya naik turun pelan dan detak jantungnya stabil.

Yasuhara duduk diatas kursi yang ada di samping ranjang, ia membelai lembut rambut gadis itu sambil tersenyum, lalu berbisik ke telinga gadis itu, "Aku sudah datang, Ky-chan."

Di balik punggung Yasuhara terdengar suara lembut yang menyapanya, "Osamu? Kau datang."

Yasuhara membalikkan badan, ia melihat Kyra yang berambut pendek tersenyum kepadanya. Kyra memisahkan rohnya lagi. Senyumannya membuat Yasuhara membalas senyuman lembutnya itu dengan senyuman lembut lainnya. Kyra lalu memeluk Yasuhara erat. Gadis itu terasa hangat walau ia sebuah roh.

"Kau kembali… terima kasih banyak, O-chan." Kata Kyra tersenyum geli.

"Sama-sama." Balas Yasuhara. Lalu ia melepaskan pelukkannya dan menatap Kyra tajam dan ekspresi wajahnya terlihat serius. Ia lalu bertanya, "Kau tadi pergi ke SPR bersama Maika saat aku kesini tadi siang ya?"

Kyra sambil tertawa kecil menjawab, "Ahahaha… ketahuan ya?"

"Bodoh, seharusnya kau beristirahat. Jangan kau dengar ajakan Maika-baka itu. Kalau begini terus kapan kau akan sadarnya, Kyra?" kata Yasuhara.

"Itu bukan salah Maika. Aku hanya memastikan mereka melihat keberadaanku, tapi sepertinya kau sudah membuka kartu trufku." Gerutu Kyra merajuk.

"Oh, maaf… Aku tak menyangka kau merencanakan hal itu. Tapi toh, Lin-san menyadari hal aneh yang berkaitan dengan hawa kehadiranmu. Sepertinya kau tidak ingin bertemu dengan mereka menggunakan tubuh aslimu. Apakah kau masih trauma dengan kejadian empat tahun yang lalu?" tanya Yasuhara.

"Tidak, tapi biarlah… di SPR hanya kau, Ayako-neesan, dan John-kun yang tahu keberadaanku saat ini. Ruangan ini kusekat agar tak ada yang masuk selain orang-orang yang kukenal. Oh ya, tadi di tempat kerjaku benar-benar mengerikan! Semua partner kerjaku memandangku dengan pandangan lapar dan penuh nafsu! Ugh, menjijikan…" kata Kyra masih merajuk. "Sihir yang diberikan pelaku semua hal ini membuatku semakin gila saja… Kenapa juga rohku masih membawa-bawa efek sihir itu…" gerutunya.

"Hmm, entahlah… tapi aku tidak pernah terpengaruh oleh efek sihir itu." Kata Yasuhara.

"Hanya masalah waktu, O-chan. Pendirianmu dan kepribadianmu sangat aneh jadi membutuhkan waktu yang agak lama agar terpengaruh." Desah Kyra. "Omong-omong orang bernama Lin-san itu orang yang kuat ya? Dia sampai bisa merasakan kejanggalan saat aku datang. Seorang medium saja belum tentu bisa menyadarinya." Kata Kyra.

"Ya, Lin-san itu katanya seorang onmyouji dari Cina. Kata Mai-san, Lin-san membenci orang Jepang atas sejarah yang telah terjadi diantara dua negara itu. Tapi itu hanya pikiran dari logikanya yang menurutku sangat dangkal. Tapi dia tidak benar-benar membenci anggota SPR yang lainnya dan dia adalah pria yang sangat hebat dan misterius." Ucap Yasuhara.

Kyra terkejut dan terdiam mendengar ucapan sahabatnya, matanya melebar dan tangannya menutupi keningnya. Ia menarik nafas lalu berkata, "O-chan, kau tahu 'kan kalau pada saat aku tidak sadar aku mengetahui ingatanku yang hilang itu?"

"Ya, lalu kenapa?" tanya Yasuhara.

"Orang bernama Lin itu sepertinya orang yang kukenal, begitu juga dengan bosmu itu, Shibuya Kazuya. Aku mengenal mereka selama empat tahun ingatanku yang hilang itu. Kalau aku memberitahumu rahasia yang mereka sembunyikan dari kalian apakah kau tidak akan mengatakannya kepada yang lain? Ayako-neesan dan John-kun sepertinya sudah mengetahui hal itu, tapi tetap diam. Apakah kau merahasiakannya untukku sampai aku mendapatkan ingatanku kembali, O-chan?"

"Ya, aku bersedia. Ceritakanlah." Kata Yasuhara.

Lalu Kyra menceritakan hal yang ingat selama empat tahun yang hilang itu kepada Yasuhara. Yasuhara terkejut sedikit, matanya melebar tidak percaya.

"Tidak mungkin… kau bohong?" kata Yasuhara.

Kyra menggelengkan kepalanya. "Untuk apa aku berbohong padamu, kau bisa mengetahui aku berbohong atau tidak karena darahku dan Kira juga mengalir dalam dirimu." Katanya merengut.

"Ya, kau tidak berbohong kepadaku. Tapi aku masih tidak percaya dengan kenyataannya." Gurau Yasuhara.

Kyra lalu mencubit pipi Yasuhara dan merajuk, "Kau ini…" Ia lalu melepaskan cubitannya dan berkata lagi, "O-chan, besok aku tidak melakukan jurus ini jadi besok lusanya aku sudah bisa sadar atau beberapa hari berikutnya. Aku akan melakukan synchro dengan gadis bernama Taniyama Mai itu. Lagipula kasusnya berada pada diriku bukan pada sekolahnya. Jadi beritahukan pada bosmu itu mengenai kebenaran kasus ini. Tentu saja setelah dia bertemu dengan beberapa anggota keluargaku."

"Ky-chan, apakah kau ingin menyelesaikan semua yang terjadi pada dirimu?" tanya Yasuhara. Kyra hanya mengangguk dan bertampang sedih. "Kalau begitu aku tidak akan membiarkannya terjadi. Aku tidak akan membiarkanmu mati seperti yang terjadi kepada Toya."

"Maafkan aku, O-chan… dan terima kasih." Ucap Kyra tersenyum.

Yasuhara menghela nafas lalu berkata, "Aku mengerti… Selama aku tidak ada kau jangan berkeliaran di sekolah seperti hantu gentayangan ya."

Kyra kembali mencubit pipi Yasuhara. Sejam setelahnya Kyra kembali ke dalam tubuhnya sendiri setelah puas menyubiti pipi Yasuhara hingga merah. Yasuhara hanya bisa tersenyum melihat wajah tidur Kyra yang terlihat damai. Pemuda berkacamata tersebut hanya bisa bertanya-tanya dengan kerutan di dahinya.