KazekageLaxy x Beby Vee

KAISOO Fanfiction

Summary : "Jangan berkecil hati, bagaimanapun keadaanmu, kau tetap terlihat cantik di mataku.." (Kim Kai)

Kaisoo/GS


.

.

.

.

.

Park Kyungsoo merengut begitu mendapati mobil BMW kakaknya melesat dari arah garasi menuju jalanan ditengah malam. Gadis yang berdiri di atas balkon itu lantas berlari memasuki kamarnya, mengambil jaket tebal serta beanie untuk menutupi kepalanya. Setelahnya dia mengendap-ngendap turun dari lantai atas melewati ruang tengah yang gelap gulita. Orang tuanya pasti sudah tertidur. Gadis manis itu lalu menghela nafas saat sudah berdiri diluar gerbang rumahnya, menarik nafas panjang dan dengan yakin menyusul kakaknya.

.

.

.

Jalanan tol bandara Incheon utara ditengah malam nampak ramai oleh deruan mesin, berderet-deret mobil mewah berjejer dengan sombong, menyanjung si pemilik yang terlihat pongak memamerkan kekayaannya bersama wanita berbaju luar biasa sexy disebelahnya.

Bruum!

Sebuah Hyundai merah datang, melintas dengan sombong, saat pemilik mobil mahal itu keluar, semua pasang mata nampak tak berkedip menatapnya. Beberapa wanita meneguk liur, kemudian dengan penampilan sensual mulai mendekat, mencoba menggodanya.

Dia adalah bintangnya jalanan. Namanya Kai, duplikat Arion yang Tuhan ciptakan dengan begitu sempurna. Dengan rahang kokoh yang menopang wajah rupawan serta mata kelam tajamnya tersebut, semua gadis akan tunduk untuk menyerahkan diri. Well, tentu saja sebagai pewaris tunggal St. Seoul, rumah Sakit terbesar di Seoul tersebut, Kai pantas mendapatkan segala macam pujian.

Dan malam ini, seperti kegemarannya, lelaki itu akan melaju dijalanan mengalahkan orang-orang yang menantangnya. Tidak peduli siapapun itu.

"Siapa lawanku malam ini?"

"Park Chanyeol. Ketua dari geng sebelah." Hui, pria berambut coklat itu berkata dengan santai, menghitung hasil uang taruhannya malam ini. Sementara Kai mengangkat bahunya acuh, Chanyeol atau siapapun itu dia tidak akan peduli. Tidak akan ada yang bisa menggantikan gelar 'bintang jalanannya' sampai kapanpun. Kai menyulut batang rokok yang Hui berikan, mengernyit saat beberapa gadis mulai mendekatinya dan melakukan yang terbaik untuk menarik perhatiannya. Lelaki itu menyeringai, menarik salah satu dari wanita tersebut, yang memiliki dada paling besar.

"Siapa namamu?"

"Jisoo." Gadis itu menjawab dengan kemayu, membuat beberapa gadis yang diabaikan oleh Kai mendecih. Lelaki tan itu lalu merangkulkan lengannya dibahu si gadis dengan santai.

"Oke, kau menemaniku malam ini." Jisoo memekik tertahan, kemudian dengan agresif semakin merapat pada Kai. Hui yang melihat itu hanya mendengus, sudah terbiasa dengan tingkah temannya itu.

Tak lama, sebuah BMW silver memasuki arena dan sosok Chanyeol keluar dengan begitu tampan, membuat beberapa gadis meliriknya penuh minat. Namun lelaki itu tidak peduli, dia mendekati Kai dengan wajah yang datarnya.

"Jadi kau yang bernama Kai?" Chanyeol melirik dengan tajam, membuat Kai menyeringai.

"Kau sudah siap melawanku eh?"

Chanyeol mendecih, melirik sekilas pada Jisoo sebelum kembali mengalihkan fokus pada Kai.

"Bisa kita mulai sekarang?" Kai membuang rokoknya ke tanah dan menginjak dengan ujung sepatu mahalnya, melepas rangkulan Jisoo dan menatap Chanyeol datar.

"Tentu."

Lintasan sudah disiapkan, kedua lelaki itu sudah memasuki mobil masing-masing, mesin menderu-deru dengan tertahan saat rem diinjak dengan begitu kuat. Chanyeol melirik Kai sekilas sebelum menaikkan kaca mobilnya, memandang fokus kedepan. Jisoo, wanita pilihan Kai malam ini bergerak ketengah-tengah lintasan, berdiri seperti super model dengan senyum cantiknya.

"Kalian siap?" Deruan mesin sudah menjawab pertanyaannya.

"Satu.." Gadis itu mulai menghitung mundur sambil mengangkat tangan kanannya keatas.

"Dua.."

Brrum!

"Ti–"

"HENTIKAN!" Perkataan Jisoo terhenti saat suara melengking itu terdengar. Sontak semua orang menatap kaget pada seorang gadis betubuh mungil yang sudah berdiri ditengah lintasan sambil merentangkan kedua tangan. Kai menatapnya dengan dahi mengernyit sementara Chanyeol nampak membulatkan matanya lebar.

"Kyungsoo?" Gumamnya dengan tidak percaya. Dengan cepat lelaki itu melepas sabuk pengamannya, kemudian berjalan keluar mendekati adiknya tersebut.

"Apa yang kau lakukan?" Pria itu menggeram rendah, menarik Kyungsoo mendekat kearahnya.

"Bagaimana bisa kau ada disini hah?"

"Oppa–"

"Bukankah sudah kubilang jangan mengikutiku?" Kyungsoo yang mendengar amarah Chanyeol hanya bisa menundukkan kepalanya. Dia tahu apa yang dia lakukan salah, namun dia hanya tidak ingin kakaknya balapan lagi.

"A–aku hanya tidak ingin Oppa balapan lagi. Aku ingin Oppa pulang." Gadis itu mencicit dengan takut. Kai yang melihat itu lantas keluar dari mobil, berjalan mendekat kearah keduanya.

"Wow, drama apakah ini?"

Kyungsoo mendongak, menatap lelaki blonde yang menatap kearah kakaknya sebelum menjatuhkan fokus pada dirinya. Gadis itu mengedip sekali, sejenak bergumam mengagumi betapa si blonde ini mengingatkannya dengan sosok tampan Haru Glory, tokoh favoritnya di komik Rave Master.

"Kau mengajak wanita? Ah, mungkin kita bisa balapan dengan gadis didalam mobil." Chanyeol menggeram kembali, lantas menarik tangan Kyungsoo mengajaknya pergi dari sana.

"Kita tunda balapan malam ini." Putusnya, menarik Kyungsoo pergi dari sana namun Kai menahannya.

"Ah, hanya karna gadismu itu kau batal melawanku?" Chanyeol terhenti, melirik tajam pada Kai.

"Mungkin lain kali." Kemudian berlalu setelah membawa Kyungsoo masuk kedalam mobilnya. Kai terus memperhatikan, menatap pada gadis berambut hitam sebahu tersebut sampai Chanyeol membawanya pergi. Ah! Siapa dia? Kekasih Chanyeol? Hm, manis.

Diperjalanan, Kyungsoo hanya bisa terdiam sambil memainkan tautan tangannya. Kakaknya hanya diam, itu artinya dia sedang marah.

"Oppa," Cicitnya, menatap takut-takut wajah datar kakaknya.

"Aku tidak bermaksud mengganggumu, tapi aku tidak mau terjadi sesuatu padamu." Kyungsoo menggumam.

"Balapan liar seperti ini terlalu berbahaya. Aku–"

"Apa pedulimu Kyungsoo?" Balasan tajam dari Chanyeol membuat gadis manis itu mengatupkan bibir, terdiam takut saat kakaknya melanjutkan.

"Urus saja urusanmu dan jangan pedulikan aku! Kau hanya menjadi pengganggu selama ini." Dan kalimat tajam itu membuat Kyungsoo bungkam, memilih menunduk dan menyembunyikan sakit hatinya atas perkataan kakak kandungnya tersebut.

.

.

.

"Sampai jumpa Ayah!" Kyungsoo melambai dengan ceria saat mobil Ayahnya sudah melaju meninggalkannya, tersenyum manis sambil menatap gerbang sekolahnya gembira. Ini hari senin dan dia sangat bersemangat untuk kembali bersekolah setelah hampir seminggu lamanya dia mengambil izin.

Kaki mungilnya melangkah, memasuki sekolahnya dengan ceria dan menuju kearah kelasnya. Disana, sahabatnya sudah menunggu.

"KYUNGSOO!" Pekikan itu menyambutnya saat dia berdiri didepan mejanya, gadis ber-eyeliner yang menjadi teman sebangkunya itu langsung memberikannya pelukan hangat.

"Baekki!" Balasnya kegirangan balas memeluk sahabatnya. Saat itu seseorang datang dan memeluk keduanya, seperti teletubies.

"Kyungsoo, aku merindukanmuuuuuu." Gadis yang baru datang itu adalah Luhan, sahabat Kyungsoo dan Baekhyun. Well, ketiganya memang sudah menjadi sahabat dekat sejak lama.

Selesai berpelukan, mereka duduk dibangku masing-masing. Kyungsoo bersama Baekhyun sementara Luhan didepannya bersama Chanmi.

"Kau tahu, seminggu tanpa kehadiranmu itu sangat membosankan." Ucapan Baekhyun diangguki semangat oleh Luhan.

"Bagaimana kabarmu? Kau baik?"

Kyungsoo mengangguk ceria, membuat raut cemas sirna diwajah kedua sahabatnya.

"Tidak sebaik saat bertemu kalian." Balasnya dengan senyuman. Kyungsoo juga merindukan Luhan dan Baekhyun selama dia mengambil libur sekolah. Yah, kedua sahabatnya adalah salah satu alasan kenapa dia merasa baik-baik saja sampai saat ini.

.

.

.

Lelaki tan itu mendengus di kursinya, menopang dagu dengan malas saat professor berambut putih didepan mimbar itu mulai menjelaskan apa saja isi dari kepala manusia. Oh ayolah, tentu saja isinya adalah kesenangan, seperti isi kepalanya.

Well, Kai adalah mahasiswa kedokteran semester lima di salah satu Universitas terbaik di Seoul. Tampan, kaya dan cerdas. Selama ini lelaki itu sangat jarang menghadiri kelas, absennya selalu bersih, namun dia terus mendapat nilai sempurna disetiap ujian, itu membuatnya semakin malas untuk datang kuliah. Membuang-buang waktu saja, untuk apa repot-repot mendengarkan ucapan dosen jika dia selalu mendapat nilai sempurna? Lagipula untuk apa semua ini? Orang tuanya kaya dan sampai tujuh turunanpun kekayaannya tidak akan pernah ada habisnya.

"Ck." Kelas berakhir saat professor meninggalkan kelas. Lelaki itu segara bangkit pertama kali, meninggalkan kelas dengan wajah bosan. Datang kuliah hanya membuang-buang waktunya. Ah, sepertinya membolos di kelas selanjutnya tidak akan masalah. Dia akan pergi bersenang-senang saja. Kemana? Ke club mungkin?

.

.

.

"Baekki.."

Kyungso mengedipkan matanya berulang-ulang seperti anak puppy sementara tangan mungilnya sudah terkepal di dadanya, berpose menggemaskan sehingga siapapun yang melihatnya tidak akan mampu menolak permintaannya. Well, mungkin jika itu orang lain. Tapi itu tidak akan membuat sahabatnya —Byun Baekhyun luluh juga.

"Tidak! Sekali aku bilang tidak tetap tidak!" Tegasnya.

Kyungsoo mempoutkan bibirnya ketika Baekhyun menolaknya, dia terlihat kejam seperti ibu tiri di film-film dongeng, uh. Akhirnya Kyungsoo berdiri dari tempatnya dan kini beralih kepada Luhan yang sibuk berkelana didunia mimpi bersama oppa-oppa tercintanya. Yah, gadis itu memang masih sempat tertidur di sela waktu istirahat.

"Lulu.." Gadis itu memanggil sambil menggoyang lengan Luhan, sementara yang merasa terusik hanya menggumam tanpa membuka mata. Kyungsoo semakin menambah panjang poutan bibirnya karena sekali lagi sahabatnya tidak mau menuruti kemauannya. Gadis manis itu lalu lebih memilih untuk melipat tangannya diatas meja dan menenggelamkan wajahnya disana. Bergumam sambil merengek seperti bocah lima tahun yang merajuk, membuat Baekhyun yang melihatnya memutar bola mata malas.

"Tuhan, mereka semua jahat padaku, sahabatku jahat huaa.."

Baekhyun sebenarnya merasa jengah mendengar rengekan Kyungsoo yang teredam tersebut, tapi apa yang bisa dia lakukan? Kyungsoo suka kebablasan jika keinginannya dituruti. Jadi untuk mengabaikan rengekan Kyungsoo, dia meraih ponsel dan menyumpal kedua telinganya dengan headfree, menaikkan volume lagu dengan keras. Berbeda dengan Baekhyun yang sudah tenang dengan ponselnya, maka kini Luhan yang harus terganggu dengan suara Kyungsoo.

Gadis yang awalnya tertidur lelap itu akhirnya terbangun dan kaget mendapati Kyungsoo yang sudah berada disampingnya. Sembari mengucek matanya, Luhan menatap Baekhyun dan dengan paksa melepas penyumbat telinganya.

"Ada apa?" Baekhyun bertanya dengan setengah kesal karna Luhan tiba-tiba menarik headfree-nya. Luhan lantas mengedikkan dagunya kearah Kyungsoo. Baekhyun memutar matanya, "Apa lagi? Gadis nakal itu meminta kita untuk mengantarnya pergi ke toko ice cream dan berbohong kepada orang tuanya."

"Dan kau tidak menurutinya apa keinginannya sehingga dia merajuk seperti itu?"

Baekhyun mengangguk. "Tentu saja. Ingat dia baru sembuh jadi aku tidak mau mengambil resiko jika dia harus mengambil izin lagi."

Luhan menghela nafas, tentu saja dia memahami maksud Baekhyun. Gadis cantik itu lalu menepuk lengan Kyungsoo yang masih dalam mode merajuknya.

"APA?!" Kyungsoo menyentak sambil mendongakkan kepalanya. Saat itulah kedua sahabatnya terkejut menemukan wajah Kyungsoo yang sudah memerah dengan bercak air mata serta ingus yang mengintip di lubang hidung mungilnya.

Pfft!

Baekhyun ingin terbahak, namun dia tidak melakukannya atau anak penguin ini akan semakin marah.

"Hei, kenapa kau berteriak sih?"

Kyungsoo mengusap air mata beserta ingusnya dengan tangan kanan, dia menatap garang pada Baekhyun yang masih mati-matian menahan tawa.

"Biar saja! Karna kalian jahat padaku!"

"Kalian siapa maksudnya?" Ucap Luhan.

"Tentu saja kalian berdua! Kau, Byun Baekhyun dan Xi Luhan, menyebalkan."

"Apa salahku? Yang menolak keinginanmu itukan Baekhyun, bukan aku."

"Tetap saja, karena kau teman Baekhyun jadi kau ikut menyebalkannya."

Baekhyun hanya memutar matanya, Kyungsoo ang sedang dalam mode chilsdish ini memang menggemaskan sih, tapi sedikit menyebalkan.

"Tapi Kyung, kau kan juga teman Baekhyun?"

"Tidak, aku tidak berteman Mrs. Eyeliner itu. Tidak pernah."

"Sungguh?" Luhan menaikkan alisnya dan Kyungsoo mengangguk mantap.

"Baiklah jika begitu! Baekki ayo, kita tinggalkan anak pinguin kecil ini disini. Padahal aku ingin mengajaknya ikut bersama kita untuk membeli ice cream di kedai biasa pulang sekolah nanti, tapi sepertinya dia tidak mau. Ya sudah tidak masalah."

Baekhyun ingin tertawa rasanya melihat Kyungsoo yang membulatkan matanya lucu setelah mendengar ucapan Luhan. Gadis mungil itu lalu bangun dan mendekati sahabatnya sebelum bergelayut di lengannya.

"Aaaa! Baekki, Luluku sayang~ Maafkan Baby Pinguinmu ini." Kyungsoo kembali mengeluarkan jurus aegyonya, tersenyum puppy dengan mata bulat besarnya. Gadis itu terus bersikap manis seolah dia adalah anak baik-baik yang tidak mengenal apa itu dosa.

Luhan yang sudah tahu akan berakhir seperti ini akhirnya tertawa dengan begitu keras. Sedang Baekhyun hanya mendengus.

"Dasar anak pinguin!"

.

.

.

"Astaga, noona maafkan aku."

Kyungsoo membeliakkan matanya tak percaya saat melihat baju seragamnya yang kotor akibat tumpahan ice cream. Dia menatap kedepan dan menemukan seorang bocah berseragam SD didepannya yang hampir menangis, membuatnya tidak tega jika harus memarahi bocah ini. Menghela nafas, Kyungsoo tersenyum sembari menepuk kepala anak kecil itu.

"Tidak apa. Jangan menangis, ini ambil saja ice cream noona."

"Tapi noona–"

"Shttt, jangan ditolak dan ambil saja. Noona tidak apa-apa, kau pasti sedih karena ice creammu jatuh dan kau belum memakannya, jadi ambil saja oke?"

Bocah lelaki itu kemudian tersenyum dengan lebar sembari menerima ice cream milik Kyungsoo dengan semangat. Dia kemudian membungkukkan badannya untuk berterima kasih kepada Kyungsoo.

"Terima kasih noona dan maaf karena sudah mengotori bajumu. Aku pergi dulu, sampai jumpa~"

Kyungsoo melambai sembari melihat bocah kecil tersebut yang berlari kecil membawa ice creamnya dengan senyuman lebar. Kemudian setelah bocah kecil itu benar-benar pergi. Kyungsoo memutuskan untuk kembali ke mejanya dimana Baekhyun dan Luhan menunggu. Kedua gadis itu mengernyit saat melihat Kyungsoo kembali tidak membawa apa-apa. Belum lagi seragam putihnya yang terkena noda.

"Bukankah kau bilang tadi ingin membeli ice lagi? Lalu dimana sekarang ice creamnya?" Tanya Luhan.

"Dan ada apa dengan seragammu Kyung?" Tambah Baekhyun.

Kyungsoo mengerucutkan bibirnya sembari mendudukkan tubuhnya disebelah Baekhyun, gadis itu mendesah sedih.

"Aku memberikan ice creamku kepada bocah kecil yang menumpahkan ice creamnya di bajuku. Aku tidak tega ketika melihat raut sedihnya, jadi aku berikan saja ice creamku padanya."

"Lalu sekarang kau menyesal karna memberikannya kepada anak itu?"

Gelengan Kyungsoo membuat Luhan dan Baekhyun mengernyit.

"Lalu kenapa kau tetap cemberut seperti itu jika kau tidak menyesal?"

"Aku memikirkan bajuku. Kalian tahu ini benar-benar terasa lengket dan aku tidak membawa baju ganti." Jelas Kyungsoo.

Baekhyun yang sadar situasi langsung mengobrak abrik tasnya sebelum kemudian menyerahkan sepotong kaos yang dilipat rapi kepada Kyungsoo.

"Ini. Kau pakai saja. Kebetulan Soyeon tadi mengembalikan bajuku yang dipinjam olehnya. Sana cepat ganti."

Kyungsoo mengangguk dengan semangat sebelum pergi menju kamar mandi. Gadis itu juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Baekhyun. Sementara gadis bermata sipit itu hanya menghela nafas lelah ketika melihat Kyungsoo pergi dengan semangatnya.

"Kenapa dia bisa sebegitu cerianya padahal dia berada pada kondisi yang terbilang sulit." Baekhyun bergumam sedih, kemudian mendapat tepukan penyemangat dari Luhan.

"Tenang saja, Kyungsoo tidak selemah itu. Dia gadis yang kuat. Kita hanya harus terus berada disampingnya ketika dia berada dititik terlemahnya."

Baekhyun mengangguk menyetujui ucapan Luhan. Kyungsoo sahabatnya tidak lemah. Dia gadis yang kuat, yang perlu dirinya dan Luhan lakukan hanya terus berada disebelah Kyungsoo selamanya.

.

.

.

Kyungsoo hanya butuh waktu sepuluh menit untuk membereskan semua kekacauannya, gadis itu lantas keluar dari kamar mandi dengan senyuman yang merekah karena merasa senang dengan bajunya yang kembali bersih dan tidak kotor lagi. Beruntung Baekhyun tadi membawa baju ganti, jika tidak entahlah mungkin Kyungsoo sudah merengek ingin segera pulang karena merasa tidak nyaman.

Gadis itu hendak kembali ke meja tempat teman-temannya, namun harus terhenti ketika dia tidak sengaja tersandung lalu menabrak seseorang. Beruntung orang tersebut sigap menangkapnya. Jika tidak mungkin mereka berdua akan berguling-guling dilantai karena terjatuh.

"Oh terimakasih atas bantuannya dan maafkan aku karena sudah menabrakmu."

Gadis itu sekilas tersenyum lembut kepada lelaki didepannya yang tadi tanpa sengaja dia tabrak. Sementara lelaki itu pun membalas senyum Kyungsoo dengan tipis.

"Tidak masalah." Balasnya.

Kyungsoo mengangguk, kemudian berpamitan. "Jika begitu aku permisi dulu. Sekali lagi terimakasih."

Lelaki itu mengangguk, namun matanya tetap awas menatap kepergian Kyungsoo. Dahinya mengernyit, dia seperti pernah melihat gadis itu tapi entah dimana dia lupa. Sampai ketika tubuh gadis itu lenyap dibalik dinding, lelaki itu baru mengingat siapa gadis yang tanpa sengaja menabraknya itu.

"Ah, bukankah dia kekasih si Park itu?" Gumamnya. Lelaki itu hendak beranjak untuk memastikan namun urung ketika mendapati sebuah rangkulan dibahunya.

"Yosh! Kim Kai, akhirnya kau datang juga."

Kai hanya mendengus melihat Hui yang sudah berlagak disebelahnya. Dia bahkan langsung melupakan tujuannya untuk memastikan siapa gadis yang menabraknya tadi. Lelaki itu kemudian menepis tangan Hui yang berada di pundaknya dengan kesal.

"Ck, sialan kenapa kau menyuruhku kesini? Aku tadi menghubungimu untuk bersenang-senang bukan untuk menikmati ice cream seperti bocah disini."

"Uh, slow man! Jangan marah-marah dulu, kita akan bersenang-senang setelah ini tapi tunggu sebentar ya. Aku masih menjaga adikku. Kino sedang menikmati ice creamnya. Nanti setelah selesai dan memulangkannya kita mulai bersenang-senang."

"Pfftt," Kai tidak bisa menahan tawanya saat mendengar penjelasan temannya yang menurutnya konyol itu.

"Jadi sekarang kau beralih menjadi kakak yang baik hm?" Ejek Kai. Hui memutar bola matanya malas dan meninju lengan temannya itu dengan kesal.

"Sialan! Brengsek-brengsek begini aku juga tetap kakak yang baik, kau tau."

Kai mendengus. "Ya ya ya, terserah kau." Balasnya mendengar ucapan Hui yang terdengar menggelikan itu.

"Sudahlah, ayo ikut aku keatas. Aku tidak ingin Kino kabur lagi."

Akhirnya dengan langkah malas-malasannya Kai mengikuti Hui yang sudah menarik lengan bajunya tersebut.

Sial, kemana pria ini akan membawanya?

.

.

.

Huek~

Kyungsoo yang berjongkok dicloset kamar mandinya itu terus memutahkan seluruh makan malamnya, ditemani Ibunya yang memijit lembut belakang lehernya.

Nyonya Park mengernyitkan alisnya, merasa tidak tega melihat tubuh lemas putrinya yang berwajah pucat tersebut. Ekor matanya lalu melirik suaminya yang berada ditengah-tengah pintu kamar mandi dan menatap khawatir kepada mereka.

"Sudah?" Tanya nyonya Park saat melihat Kyungsoo sudah berhenti mengeluarkan isi perutnya. Gadis itu hanya menjawab dengan anggukan, kemudian mencoba berdiri namun tubuhnya terlalu lemas dan itu membuatnya terjatuh kembali. Akhirnya dengan telaten Tuan Park mendekat dan mulai menggendong Kyungsoo. Gadis itupun mulai menyamankan dirinya digendongan Ayahnya, matanya terpejam karena lelah yang entah mengapa semakin lama semakin menggelayuti tubuhnya. Dia bahkan tidak memiliki tenaga hanya untuk membuka belah bibirnya.

"Tidurlah.." Ucap Tuan Park membaringkan Kyungsoo ditempat tidurnya. Istrinya juga tidak lupa membantu untuk menyamankan posisi berbaring putri bungsu mereka. Setelah melihat Kyungso terlelap dengan damainya. Kedua orang tua gadis itu kemudian keluar dan menutup pintu dengan hati-hati karena tidak mau mengganggu istirahat putri kecilnya itu.

Saat pintu telah sepenuhnya ditutup rapat dari luar, nyonya Park tak mampu menahan tangisnya. Wanita itu kemudian memeluk suaminya, menumpahkan semua tangisannya didada bidang suaminya.

"Shttt, tenanglah.." Tuan Park mencoba menenangkan istrinya, mengusap bahunya lembut. Namun Nyonya Park tidak merasa tenang sama sekali, wanita itu malah semakin menangis sejadi-jadinya.

"Bagaimana aku bisa tenang jika aku setiap hari harus menyaksikan putri kecilku menderita. Hati ibu mana yang tidak hancur jika melihat putrinya seperti itu?"

Tuan Park tidak bisa membalas apa-apa karena dia juga merasakan apa yang istrinya rasakan. Jadi dia hanya terus memberikan usapan kepada punggung istrinya dan mengajaknya pergi ketika wanita itu sudah mulai tenang. Tapi yang tidak Nyonya dan Tuan Park sadari adalah sosok laki-laki dengan tinggi sekitar 6 kaki itu tengah mengepalkan tangannya dan menatap kecewa kepada keduanya. Lelaki itu bahkan menatap penuh dendam kepada pintu kamar adiknya.

"Lihat! Karena dirimu ibu harus menangis setiap hari, dan karena dirimu juga Ibu selalu memperhatikanmu dan mengacuhkanku. Kenapa kau tidak mati saja dari pada menyusahkan keluarga ini?" Gumamnya kesal. Setelahnya lelaki itu —Chanyeol— kembali memasuki kamarnya. Niatnya tadi ingin turun untuk mengambil minum, namun urung ketika melihat pemandangan memuakkan yang terjadi setiap hari dirumahnya.

Dia membenci adiknya Kyungsoo, sangat membencinya bahkan berharap semoga Kyungsoo lekas mati saja.


.

.

.

To be continue.

.

.

.

Ps (Laxy dan Beby Vee dua project collab, check akun Beby Vee untuk fanfict collab yang satunya^^)