Haii, saya kembali dengan cerita gaje baru wkwk.
Maaf kheun saya kalo si Gaara OOC beud .
Honestly adalah secara jujur; terus terang;
dengan tulus ikhlas; serta dengan tulus hati
Konoha, 07:15 AM.
"Hhh,"
Ino berjalan memasuki gedung bercat putih. Gedung tersebut sangat berbeda karena dindingnya dipenuhi ukiran-ukiran kuno, sangat berbeda dengan gedung lain yang hanya dipenuhi oleh kaca-kaca besar.
Umur baru, kerjaan baru, dan energi baru.
Kata-kata itulah yang terus bergelayut dikepala Ino. Ia baru saja lulus dari masa kuliahnya, lalu sekarang ia sudah harus menjadi seorang jurnalis.
"Nona Ino," panggil seorang pria tinggi jakung, kira-kira usianya 50-an.
Ino membungkuk hormat. "Selamat pagi, Mister," sapa Ino.
"Silahkan," ujar pria itu ramah.
Pria tersebut mempersilakan Ino masuk ke dalam ruangan yang lumayan luas, sejujurnya ruangan itu sangat tua. Banyak benda-benda abad lama yang berdiri kokoh disetiap penjuru ruang.
Ino duduk dikursi yang ada di depan pria tersebut.
"Jadi," pria tersebut membuka suara. "Kamu saya tempatkan diruangan nomor 34, dan letaknya berada dilantai tiga." ujarnya sembari menyeruput kopi.
Ino mengangguk sopan.
"Oh ya, kamu memiliki 3 rekan kerja yang bertugas diruangan tersebut. Kalau kamu kesusahan atau masih bingung, silahkan bertanya pada mereka." pria itu membuka sebuah buku tebal. "Perkenalkan, nama saya Asuma Sarutobi."
Ino mengangguk. Lalu berkata, "Baik, Mister. Umur anda masih muda ya?" candanya.
Pria yang bernama Mister Asuma tersebut tertawa kecil. "Waduh, saya sudah berumur 53 tahun. Tapi, dimata anda saya masih muda? Haha,"
Ino tersenyum. "Begitulah, Mister," Ino menyeruput tehnya.
"Saya harap kamu nyaman diruangan itu, yah... maklum saja, mereka termasuk dalam daftar bawahan saya yang jahil."
Ino mengernyit. "Maksudnya, Mister?" tanyanya.
"Saya saja pernah dijahili oleh mereka. Waktu itu saya kerja lembur, lalu saat saya membereskan tumpukan berkas, saya dikejutkan oleh seseorang berbaju putih yang lewat didepan pintu ruang kerja saya. Nah, saya sempat merinding, lho. Tetapi, saat saya berjalan mendekati makhluk itu, lalu membuka jubahnya... Menurut anda apa yang terjadi?"
Ino menggeleng.
"Ternyata, mereka bertiga sedang menjahili saya dengan jubah putih,"
Ino tertawa lepas. "Yang –yang benar saja?" Ino tidak bisa menahan tawanya.
Mister Asuma mengangguk cepat. Ino kembali tertawa lagi.
Setelah selesai tertawa, Ino memasukkan kertas-kertas penting ke dalam tasnya. Kemudian, ia berpamitan pada Mister Asuma untuk pergi ke lantai tiga, alias ruangan kerja barunya.
Konoha, 08:00 AM.
"Permisi," ucap Ino sembari membuka pintu ruang nomor 34.
Semua mata tertuju padanya yang kini berjalan pelan menuju meja kosong disebelah jendela lebar.
Ino menyunggingkan senyumnya pada mereka semua.
Salah seorang dari mereka, menghampiri meja Ino dengan tatapan bingung.
"Aduh –duh, anda pekerja baru, ya?" tanya wanita yang menghampiri Ino.
Ino mengangguk. "Iya, hehe," Ino tersenyum kecil.
"Eh, ada pekerja baru, lho!" teriak wanita itu sambil melambaikan tangan pada 2 orang temannya.
Sekarang, dua orang tersebut juga mengelilingi Ino yang bergeming.
"Kami sudah lama menunggu orang yang akan mengisi meja kosong ini. So, mohon dimaklumi." ucap wanita berambut cokelat yang dicepol dua.
Wanita yang ada disebelahnya mengangguk, berbeda dengan pria yang kini berdiri didepannya. Ia hanya terdiam cukup lama, kalau dilihat-lihat ia masuk dalam golongan pria imut karena wajahnya yang babyface.
"Aku tidak tahu apa yang membuatmu sangat imut?" celetuk Ino tidak sadar.
Tiga orang tersebut menatapnya bingung.
Ino telah sadar apa yang dikatakannya, lalu menutup mulutnya.
Wanita berambut cokelat itu terkekeh. "Kamu jadi orang terus terang banget ya?" katanya santai.
Ino menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Aku juga dulu sempat bilang gitu lho, apalagi saat bertemu dengan cowok ini." seru wanita berambut merah muda sambil menunjuk pria di depan Ino yang kini tampak jengah.
"Hahaha, aduh –duh. Oh ya, kenalin saya Sakura." ujar wanita berambut merah muda tersebut. Oh, namanya Sakura. "Kalau dia, namanya Tenten." Sakura menunjuk wanita berambut cokelat. "Lalu, ini Gaara." Ia menunjuk pria berwajah imut.
"Wah, saya Ino," ujar Ino sambil menyalami Sakura, lalu ia tersenyum kearah Tenten dan Gaara.
"Umur Ino-san berapa nih?" tanya Tenten sembari mencolek pipi Ino pelan.
"Berapa, ya?" Ino sengaja memancing mereka.
Tenten mengerucutkan bibirnya. "Berapa sih?"
"23 tahun, hehe,"
Tenten menaikkan satu alisnya. "Sama kayak aku dan Sakura, kalau si Gaara 25," ujarnya.
"Kok dia kayak lebih muda daripada kita, ya?" canda Ino menyenggol lengan Tenten pelan.
Gaara hanya terdiam, lalu menghembuskan napas kesal.
"Waduh, ada yang kesal nih!" Sakura mencubit pundak Gaara.
Gaara memicingkan matanya.
"Ehem!"
Suara deheman tersebut membuat mereka berempat terdiam, lalu menoleh kearah suara itu berasal.
Mister Asuma.
Ya, itu adalah suara Mister Asuma.
"Kapan kerjanya?"
Tenten terkesiap. "Mm, maaf. Saya tadi hanya bercanda dengan mereka, Mister."
"Ya sudah, lanjutkan pekerjaan kalian!" perintah Mister Asuma sebelum meninggalkan ruangan.
Mereka bertiga kembali duduk ditempat masing-masing. Ino tampak sedang berpikir, sesekali ia menggaruk dagunya.
"Eh, istirahat siang kita istirahat dimana, ya?" tanya Ino.
Mereka bertiga serentak menoleh kearah Ino, dan mereka saling bertukar pandang.
"Kemana, ya?" gumam Tenten sembari mengetik sesuatu dikomputernya. "Gak tau, Ino-san." serunya.
"Ke cafe depan kantor aja," usul Gaara.
Sakura mengangguk. "Iya, bener! Eh, Ino-san, saya manggilnya Ino-chan aja ya?"
Ino tersenyum. "Iya, gak apa-apa,"
"Lanjut kerja, biar nanti pas istirahat siang bisa santai-santai." ucap Gaara sambil melirik kearah Sakura.
Kalau dilihat-lihat, Gaara orangnya baik. Ia hanya memasang tampang datar karena ingin menjaga image, yah... tidak bisa dipungkiri, dia termasuk cowok stoic. Siapa tahu ia orangnya lucu, hehe, batin Ino.
Konoha, 12:10 PM.
Sinar matahari menyengat kulit Ino, dan yang lainnya. Mereka sedang berjalan menuju cafe yang terletak didepan gedung kerja mereka. Kendaraan terus berlalu-lalang memenuhi jalanan, membuat mereka kesusahan menyebrang.
Setelah menyebrang, mereka membuka pintu cafe. Kemudian, mereka memesan makanan di meja pelayan. Setelah memesan, mereka memilih tempat nomor 13, pas disebelah kolam ikan yang lumayan lebar. Hitung-hitung untuk menenangkan pikiran, sambil melihat ikan-ikan lucu.
"Akhirnya," Tenten merentangkan kedua tangannya. "Ah, enak." ucapnya setelah menghirup dalam-dalam udara segar.
"Whoa, Tenten kayaknya seneng banget, ya?" canda Ino menahan tawanya.
Gaara mengangguk. "Begitulah, Ino. Lama-kelamaan kamu bakal tahu gimana kepribadian yang tersembunyi dari kami semua," katanya sembari meminum air putih yang disediakan diatas meja.
Sakura mengangguk.
"Maksudnya?" tanya Ino yang tidak mengerti ucapan Gaara.
"Aduh, gimana ya? Kami bertiga sebenarnya orangnya blak-blakan, dan karena kamu baru bertemu kami, kupikir kamu gak tahu sifat kami yang sebenarnya. Well, siapa tahu minggu depan kamu juga terkena virus blak-blakan kami bertiga, hehe," jelas Sakura sambil terkekeh pelan.
"Kalian memang blak-blakan menurutku," komentar Ino sambil tersenyum.
"Silahkan, nona dan tuan," ucap waiter yang sedang menata makanan yang mereka pesan.
"Terima kasih," ucap Sakura.
Waiter itu tersenyum sejenak, lalu kembali ke dapur.
"Makan-makan, guys!"
Mereka memesan banyak sekali, mungkin ada yang pesan double, yaitu spaghetti, moussaka, risotto, pilaf, ravioli, cappuccino, smoothie, latte macchiato, dan juga es krim. Yah, maklum saja... siang-siang memang cocok dengan minuman dingin. Kopi? Mungkin agar mereka tidak mengantuk saat melanjutkan pekerjaan.
Setelah makanan habis, mereka bersenda gurau sampai terpingkal-pingkal. Tak luput dari Tenten dan Gaara, mereka tampak bertengkar karena hal-hal yang aneh.
"Demi wajah keriput kakek-kakek tua bangka, kamu udah nerima dia sebagai adik angkat?" tanya Sakura disela-sela mereka bergurau.
"Gak lah, dia terlalu baik bagi aku." seru Gaara dengan percaya diri tingkat dewa.
Tenten mencubit lengan Gaara. "Halah, basi!" Tenten menjulurkan lidahnya.
"Basi? Kamu tuh yang basi, jaman gini masih bilangin orang basi!" sentak Gaara tak mau kalah.
"Bercanda doang, haha," Tenten menyipratkan air putih ke wajah Gaara.
"Apa-apaan?" Gaara tak terima, lalu ia juga membalas Tenten dengan melumuri saos tomat ke tangan Tenten.
Sakura dan Ino hanya tertawa melihat mereka berdua beradu perang.
"Kalo kalian masih berantem, aku gak segan-segan menjodohkan kalian!" celetuk Sakura.
"Big no!" teriak keduanya secara bersamaan.
Ino semakin tertawa karena mereka mulai perang lagi.
"Aku 'kan ganteng jadinya boleh ngapain aja, gak akan ada yang ngelarang."
"Narsis,Gaar!"
"Oh, iri ya?"
"Ih, gak lah! Ngapain iri sama orang sok kegantengan?"
"Bilang aja iri."
"No way!"
Sakura tampak kebingungan mau menengahi mereka berdua yang sedang berkelahi entah karena apa.
Tidak begitu membosankan ya, batin Ino sambil tersenyum simpul.
Konoha, 01:25 PM.
Jam istirahat siang sudah selesai, sekarang waktunya bekerja kembali seperti biasa. Mereka berempat sibuk mengetik, sambil menghitung sesuatu dikertas. Ino menguap, lalu mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Kerja, kerja, kerja, dan kerja." ujar Sakura yang masih fokus pada komputernya.
"Sttt!" Tenten menyuruh Sakura untuk diam.
KRIET
Pintu ruangan mereka terbuka pelan. Siapakah itu?
"Permisi, semuanya!" Mister Asuma menyapa mereka berempat.
"Ada apa, Mister?" tanya Gaara sopan.
"Ng..." Mister Asuma seperti kesulitan saat ingin menyampaikan sesuatu.
"Aku berharap berita yang mengenakkan," gumam Sakura. Ino yang mendengarnya, hanya mengernyitkan dahi.
Berita apa? batin Ino cemas.
"Ini sangat penting."
Mereka berempat menatap Mister Asuma lekat, dan mempertajamkan pendengaran mereka.
"Besok kalian sudah mulai pergi ke luar kota, tentu saja untuk wawancara dibeberapa daerah." jelas Mister Asuma sembari duduk disofa. "Kalian akan dibimbing oleh Mister Kakashi," lanjutnya.
"Soal tiket?" tanya Ino. Yah, takut saja harus ada pengeluaran dari dompet.
"Soal tiket, ya?" Mister Asuma mengangguk sekali. Lalu berkata, "Jangan khawatir, sudah saya selesaikan soal tiket kalian. Makanya, kalian hanya mengurus pertanyaan untuk wawancara kalian, serta mencari topik yang bagus."
Tenten mengacungkan jempolnya. "Siap, Mister!"
"Ya sudah, kalian harus siap-siap untuk besok, ya?" Mister Asuma berdiri, kemudian membuka pintu. "Saya percepat jam pulang kalian, dan kalian akan pulang pada jam 2 siang." serunya sebelum pergi.
"Yeay!" pekik Tenten dan Sakura riang.
"Pulang cepat!" Tenten melompat-lompat saking senangnya.
"Sekarang jam setengah 2," ucap Gaara sembari melihat jam tangannya.
"Aaaa!" Tenten dan Sakura berteriak lagi.
"Sudah-sudah, jangan berisik!" perintah Ino.
Tenten tersenyum, lalu mengangguk paham.
A/N :
Hellaw, ketemu lagi ama saya author yang palinggggggg males ngetik dan ngelanjutkan cerita ff lama . /ditimpuk/
Ini cerita saya yang ada di WATTPAD, tetapi lakon/tokohnya saya ganti wkwk .
Kalau masih ada nama ASING(selain yg ada di Naruto) kasih tau aku yaa di review wkwk, saya ngetik cepat-cepat.
Klo mau lihat yg asli, cek ya - /1RxeEdb
Atau mampir akun saya - rxycsnxxn (wattpad)/Author amatir.
/PROMOSI EUYYYY, VOTE YEAAA/ /dihajar/.
Thank you~
