Title: Can't be Trusted
Author : J.H.I a.k.a Nurul Disandi A
Cast : Jo Twins, Jung Jin Young
Genre : Mystery
Rated : PG-13
Ok. saya kembali dengan lanjutan ff yang terdahulu. dengan alur yang rada aneh menurutku. disinilah kegajean ku berawal. haahah dan maafkan saya sebagai author yang tidak jelas arahnya. hahahahah
ok ini Fanfic murni buatan saya. jadi tolong jangan di PLAGIAT. OK. KARENA SAYA TIDAK SUKA DAN SANGAT MEMBENCI DENGAN YANG NAMANYA PLAGIATOR
Minggu, 16 Februari 2014 Pukul 10:00 AM KST
Dua orang namja tengah berpelukan erat. Bukan apa-apa. Hanya saja salah satunya tengah terlihat menangis dengan kondisinya yang seperti tidak kuat untuk bergerak. Tepian sungai Han itu menjadi saksi atas kesedihan yang dirasakan kedua atau salah satu namja itu.
"Permisi nak ..."sebuah suara menginterupsi kegiatan dua namja itu.
"Ne pak. Ada apa ?"tanya namja bernama kwangmin sambil memegang bahu sang sahabat yang tak mau berhenti menangis.
"Sejauh ini kami sudah melakukan penyelidikan lebih lanjut. Kami kembali berasumsi bahwa dugaan bunuh diri yang dia lakukan itu tidak benar. Meskipun kami menemukan surat itu ditubuh mayat tersebut"jelas sang polisi panjang lebar.
"Lalu ?"
"Kami menemukan seperti bekas dorongan di tubuh bagian belakang korban. Sepertinya dia didorong jatuh ke dalam sungai."
"Benarkah begitu ? Lalu ?"
"Kami masih belum bisa melacak sang pelaku. Karena tidak ada sidik jari yang kami temukan ditubuh sang korban"
"Ah...benarkah. setidaknya dia tidak mati bunuh diri. Lalu surat itu ?"tanya kwang min penasaran. Sementara namja disampingnya hanya menangis tanpa air mata.
"Kami masih menyelidiki tentang itu."
"Pelakunya ? Aku harap kalian bisa secepatnya menemukannya"
"Tentu saja. Kami akan berusaha untuk menangkapnya,".
Jo Kwang Min POV
Aku kembali ke kediamanku setelah berhasil membujuk jin young untuk pulang. Tentu saja membawanya kerumahku. Aku takut jika dia sendirian dia akan semakin drop karena berbagai macam pikirannya.
"Siapa kwang ?"sebuah suara menginterupsi kegiatan melamunku sedari tadi.
"Ne, waeyo ?"
"Siapa ? Siapa yang tega membunuhnya kwang ?"
"Aku tidak tahu. Kali ini aku tidak bisa memastikan Jin Young ah. Entahlah, aku bingung".
"Huft..."kudengar dia melepaskan nafasnya pelan.
"Kau baik2 saja kan ?"tanyaku khawatir
"Iya, aku baik-baik saja. Selama ada kau kwang".
"Ne. Tenanglah, cepat atau lambat kita pasti akan menemukan pelakunya,".
"Kwang ..."serunya pelan.
"Ne. Waeyo ?"
"Aku takut kwang".
"Kenapa ?"
" Entahlah"jawabnya yang kembali membuatku tambah khawatir.
3 hari berselang setelah kematian Hwa In kami belum juga mendapatkan kabar dari kepolisian tentang pelaku pembunuhan tersebut. Aku pikir kalian semua pasti heran kenapa pihak kepolisian akan memberitahukan perkembangan penyelidikannya pada kami. Tentu saja. Itu karena kemarin aku mengaku sebagai sahabat dekatnya. Meskipun sebenarnya aku tak pernah sekelas dengannya. Selain itu, bukankah kemarin mereka menemukan sebuah surat yang ditunjukkan pada jinyoung ? Aku berpikir, surat itu. Surat untuk Jin young. Kematian ini pasti ada kaitannya dengan sahabatku itu .Jung Jin Young.
"Jin Young ah" panggilku sambil mengetuk pintu kamarku. Tiga hari ini, dia selalu menginap dirumahku. Dia terlalu takut dan depresi untuk tinggal dirumah tanpaku.
"..."
"Jin Young ah..."
"..."
"Jin Young ah..."
"..."hening. Tidak ada jawaban apapun yang keluar dari dalam kamar itu. Meskilun ini kamarku. Tapi jika ada orang di dalam aku pasti tidak akan masuk dengan sembarangan.
"Jin Young ah... aku masuk ne"ucapku lembut.
"Hikss... hiks...hiks..."aku mendengar sebuah suara tangis ditelingaku.
"Jin Young ah...kau menangis ?"
Ku lihat dia menggeleng. Tapi malah semakin deras mengeluarkan air matanya.
"Jika kau ingin menangis keluarkanlah. Aku memahamimu".
"Berapa lama lagi kwang ?"tanyanya parau
"Apanya ?"
"Kasus ini. Berapa lama lagi kita harus menunggu kwang ?"
"Aku tidak tahu. Kau hanya harus percaya. Mereka pasti bisa melakukannya."
"..."diam. Tak ada jawaban dari mulut namja itu. Semakin lama dia hanya semakin terisak sambil menyusupkan dirinya ke dalam selimut.
"Kau harus kuat"ucapku sebelum beranjak dari kamar itu.
Kriiiing...kriiiing
"Yeoboseyo..."
"..."
"Eh hyung ? Kau pulang ? Bagaimana dengan kuliahmu di Jepang sana ?"
"..."
"Ah baiklah. Aku akan menjemputmu sekarang".
"Kwang..."
"Ne. Waeyo ?"
"Apa yang kau lakukan selama aku tak ada ? Kau tak berbuat yang tidak-tidak kan kwang ?"baru saja bersantai di sofa dia langsung menanyaiku dengan serentetan pertanyaan.
"Tidak kok. Aku tidak melakukan yang tidak-tidak. Aku hanya pergi berkencan saja hyung"
"Eh ? Kau berkencan ? Yang kumaksud bukan itu bodoh"
"Lalu ?"
"Kau... arghhh...entah kenapa akhir-akhir ini aku mengkhawatirkanmu kwang".
"Tentu saja young. Kita kan kembar. Lalu ... apa maksudmu aku berbuat yang tidak - tidak ?"
"Ah itu... selama ini kau tumbuh dengan baik kan ? Kau tidak pernah terlibat dalam kasus kasus kriminal kan ?"
"Eh young ?"
"Ne kwang ?"
"Kenapa kau berpikiran negatif seperti itu hyung. Aku tumbuh menjadi anak baik. Tidak terlibat kasus kriminal."
"Aku hanya khawatir kwang. Dunia kriminal itu agak berbahaya jika kau terlibat di dalamnya".
"Eh ?"
"Itu benar. Sekalipun kau tak pernah melakukan apapun di dalamnya. Aku harap kau tak pernah terlibat".
"Bagaimana jika aku katakan sekarang aku sedikit terjerat ?"
"Eh ? Apa maksudmu ?"
"Tiga hari yang lalu teman sekampusku ditemukan tewas di sungai han. Dugaan awal dia melakukan bunuh diri. Lalu pihak kepolisian menemukan beberapa barang di tubuh mayat tefsebut. Salah satunya adalah surat untu sahabatku jung jin young".
"Ah...lalu ?"
"Tiba-tiba saja setelah di otopsi pihak kepolisian menemukan sedikit bekas memar di bagian belakang punggungnya. Jadi kemungkinan besar dia adalah korban pembunuhan."
"Mwo ? Lalu apa hubungannya denganmu ?"
"Sahabatku itu hyung, dia sedang mengalami trauma sekarang. Dan dia ada disini. Dia sangat kesepian jika tak ada aku yang menghiburnya".
"Eh ? Lalu ? Kenapa kau tidak menghubungi keluarganya kwang ?"
"Tentu saja tidak. Dia tidak terlalu dekat dengan orang tuanya. Dia hanya dekat dengan adiknya. Tapi aku rasa adiknya sedang liburan sekarang".
"Apa kau tak mengabari adiknya juga ?"
"Aku tak bisa young. Aku tak bisa memaksanya. Sejak kemarin dia tidak mau pulang".
"Hmm... ya sudahlah. Mau bagaimana lagi. Mmmm...lalu ? Sejauh apa kau terlibat dalam kasus ini kwang ?"
"Sampai ke kasus penyelidikan young".
"Aisshhh... kau ini kwang."
"Maafkan aku hyung".
"Yak...kenapa kau minta maaf ?"
"Aku pikir kau akan marah"
"Tentu saja tidak. Aku akan membantumu kwang"ucapnya bersemangat.
"Eh ? Apa kau yakin ?"
"Tentu saja bodoh"ucapnya denga senyum yang sulit diartikan "ini akan sangat menyenangkan"lanjutnya lagi.
"Terserah kau saja hyung. Aku lelah sekarang. Ini sudah jam 10 malam kan ? Aku ingi tidur hyung"
"Ah... ne..tidurlah. Aku juga akan pergi tidur. Tenangkan baik-baik temanmu itu kwang"
"Ne hyung".
Author POV
Tok tok tok
Sebuah ketukan pintu menginterupsi rumah kediaman anak kembar bermarga jo itu.
"Ne...tunggu sebentar"sahut namja pirang sambil berjalan ke arah pintu tersebut.
"Ada apa ? Apa ada yang bisa saya bantu ?"tanya namja pirang itu setelah berhasil membuka pintunya.
"Maaf sebelumnya. Anda mendapatkan panggilan dari pihak kepolisian seoul hari ini jam 10 pagi"
"Eh ? Aku ? Panggilan dari kepolisian ?"heran namja berambut pirang tersebut.
"Ne. Benar, bukankah Anda Jo Kwang min ?"
"Aniyo. Aku Jo Young min. Hyung kembarnya kwangmin. Waeyo ?"
"Aku salah yah ? Maaf. Aku tidak tahu"
"Ne. Gwaenchana. Saya bisa mengerti pak. Oh iya, ada apa dengan saudara kembar saya ?"
"Begini, kami memerlukannya untuk memperlancar proses penyelidikan."
"Penyelidikan apa ?"
"Tentang kematian seorang gadis di sungai han beberapa hari lalu. Kamu dari pihak kepolisian ingin menanyakan beberapa hal yang siapa tahu dapat mempermudah penyelidikan kasus ini."
"Eoh benarkah ?"
"Ne."
"Hmmm... baiklah. Biar nanti saya sampaikan."
"Kwang..."
"Ne hyung. Waeyo ?"
"Kau mendapat panggilan dari kepolisian."
"Jeongmal ?"
"Ne. Bagaimana bisa ?"
"Bukankah kau sudah tahu ? Tidak mungkin kan pihak polisi terus memaksa Jin Young untuk berbicara."
"Ne. Aku mengerti. Lalu ?"
"Apa ?"
"Apakah aku bisa membantumu ?"
"Tidak usah young. Lebih baik kau tak usah terlibat. Cukup aku young. Mengertilah"
"Ah. Ne. Arasseo."
kantor polisi
"Apa kau tahu siapa yang selama ini sering bertengkar dengannya ?"
"Aku tidak tahu"
"Ataukah mungkin ada orang yang membencinya ?"
"Dia anak yang baik. Kemungkinan kecil orang akan membunuhnya hanya karena benci."
"Lalu ?"
"Aku tidak tahu."
"Senior, jika seperti ini terus kita akan kesulitan menemukan jejak pelakunya"gerutu polisi yang menanyai anak muda itu.
"Tenanglah, dalam setiap kasus pasti terdapat pemecahannya. Sekalipun itu terasa sulit"ucap yang dipanggil senior itu menenangkan.
"Ne. Lalu sekarang apa yang harus kita lakukan ?"
"Selidiki kasus ini secara rahasia. Dan kau, aku dengar ada seorang detektif junior yang akan membantu tugas kita disini."
"Eh ? Sejak kapan ?"
"Aku memintanya kesini dua hari yang lalu. Dia sangat muda."
"Siapa dia ?"
"Han young Jo"
"Eh ? Nama itu ?"
*To Be Continue
RCL PLEASE
