Ektós Elénchou
(εκτός ελέγχου)
Cast :: Junhui, Minghao, Wonwoo dan sisanya temukan sendiri ya xD
Genre :: Thriller, romance
Rate :: T+
Warning :: Yaoi. BxB. Typo(s). AU!School-life.
Summary :: Petaka apa yang akan terjadi jika seseorang tidak bisa membedakan antara cinta dan obsesi?
Disclaimer :: Cast disini semuanya milik Tuhan YME, orangtuanya, dan diri mereka masing-masing. Yang milik saya cuma ceritanya aja.
Kalau ada kesamaan, itu murni karena ketidaksengajaan.
ddideubeogeo17 present
.
.
.
Hana
Dul
Set
Enjoy it~
.
.
.
"YA! Sudahlah jangan dibahas lagi, itu benar –benar menyeramkan!"
"Benar! Hentikan, aku benar-benar merinding membayangkannya."
"Ck! Kalian berdua sangat berisik! Eh, sampai mana tadi?"
"Itu, sampai mayatnya dibawa pihak yang berwenang ke rumah sakit."
"Ohiya, jadi dari yang kudengar, saat petugas tersebut masuk ke kamar mayat di RS Han Kang, baru beberapa menit dia sudah berteriak sambil berlari keluar karena. . ."
"DOR !"
"YAA !"
"OMONA!"
"Cepat duduk di bangku masing-masing!"
"N-ne s-saem!"
.
.
.
Suasana duka melingkupi lingkungan Pledis High School di senin pagi itu. Penjuru sekolah sedang gempar karena berita yang baru saja tersebar mengenai salah satu teman mereka. Kang Hyera, siswi cantik berpenampilan menarik dan dikenal sebagai pribadi yang periang telah ditemukan tewas mengenaskan pada hari minggu malam. Kontan saja hal ini menjadi bahan pembicaran hampir seluruh siswa disini. Mereka sudah mendengar berbagai versi cerita yang tersebar, cerita yang berlangsung dari mulut ke mulut pasti sudah dibumbui dengan 'racikan' tertentu.
Semua kegemparan di Pledis High School sangat berdampak pada kondisi psikis Junhui, yang lebih sering dipanggil oleh teman-temannya dengan sebutan Jun. Siswa populer yang menjabat sebagai ketua klub teater di sekolahnya ini merupakan siswa asal China yang berada di kelas yang sama dengan Hyera, kelas 3-2. Namun, bukan itu poinnya. Jun lah orang terakhir yang bersama dengan Hyera di hari minggu karena mereka memang berencana untuk menghabiskan akhir pekan bersama, hmm belum dapat dikatakan 'berkencan' karena sesungguhnya Jun tidak menyukai Hyera, ia hanya tidak tega menolak ajakan pergi Hyera. Bahkan Jun sendiri masih bingung dengan orientasi seksualnya, fyi.
Namun sungguh, Jun telah memastikan bahwa dia mengantar Hyera sampai rumahnya. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana mungkin di senin pagi dia mendengar kabar bahwa Hyera telah meninggal secara mengenaskan di taman dekat rumahnya dengan keadaan tubuh bersimbah darah serta beberapa tulang tubuh yang patah.
Beberapa teman sekelas Jun yang mengetahui bahwa Jun dan Hyera pergi bersama pun menanyai Jun dengan berbagai hal. Namun, Jun berani bersumpah bahwa dia tidak mengetahui apapun.
.
.
.
Atmosfir canggung begitu kental terasa diantara sepasang manusia berbeda gender yang sedang berdiri di depan pagar sebuah rumah.
"Hyera-ya silahkan masuk ke dalam rumah. Katamu tadi kau sendirian kan? Jangan lupa mengunci pintu dan menutup jendela. Hmm, oh iya, jangan tidur larut malam juga. Besok kan hari senin."
"Ah? N-ne. Kau juga Jun-ah, hati-hati di jalan. Aku masuk rumah dulu, ppai~" ucap gadis bernama Hyera secara malu-malu.
"Ne~ ppai." Ucap Jun.
.
.
.
"Jun gege? Apa kau baik-baik saja?" tanya seorang namja pada seseorang yang duduk sendiri di dalam kelasnya. Jangan heran, ini jam istirahat. Tentu sebagian besar yang lain akan lebih memilih pergi ke kantin.
". . ."
Karena tidak mendapatkan respon berarti, namja tersebut melambai-lambaikan tangannya ke depan wajah sang lawan bicara.
"Ah? Huh? Minghao? Ada apa?"
"Ck, harusnya aku yang bertanya seperti itu pada gege. Sebenarnya gege kenapa? Masih memikirkan kasus kematian Hyera, hm?" tanya namja yang ternyata bernama Minghao. Ia adalah adik kelas sekaligus tetangga Jun dan sama-sama berasal dari China. Karena banyak memiliki kesamaan mereka pun menjadi sahabat dekat meskipun terpaut umur setahun.
"Iya.. Aku merasa sedih, terpukul, ah sungguh ini sangat rumit. Aku bingung harus mengungkapkannya dengan kata-kata apa." Kata Jun dengan pandangan sendu.
"Ssstt.. Gege tenanglah. Aku percaya padamu, semua orang juga percaya padamu. Aku yakin semuanya akan terkuak pada waktunya. Sudah, jangan terlalu dipikirkan." Ucap Minghao sambil memeluk Jun perlahan.
"Ne. Terima kasih banyak Hao-ya. Kau memang sahabat terbaikku" ucap Jun membalas pelukan Minghao.
Tanpa keduanya sadari, di pintu kelas yang tidak tertutup rapat ada seseorang dengan sepasang mata yang tajam dan berwajah emo melihat interaksi mereka. Dia pun menyeringai dan berlalu meninggalkan kelas tersebut.
.
"Hao-ya! Nanti jangan langsung pulang, kita akan ke rumah Jungkook. Ingat, deadline tugas kelompok Biologi itu lusa."
"Seokmin-ah, tidak bisakah untuk hari ini aku izin saja? Masih ada sehari, aku berjanji aku yang akan menyelesaikan sisanya." Rengek Minghao dengan wajah menggemaskannya.
"Aniya! Hei jangan pasang aegyo attack begitu, aku sudah kebal tahu!" ucap Seokmin.
"Pffthahahaha" terdengar tawa dari dua orang lainnya.
"Ish! Ya! Jungkook-ah, Bambam-ah, kalian jahat. Sama saja seperti Seokmin, menyebalkan!" Minghao benar-benar mempoutkan bibirnya pertanda dia sedang benar-benar kesal.
"Aigoo~ mianhae. Ne, baiklah kalau begitu. Aku, bambam, dan Seokmin yang akan mengerjakannya di rumahku hari ini, dan besok kau harus berjanji akan menyelesaikannya." Ucap Jungkook.
"Woah? Jinjja?! Ya Jungkook-ah! Kau yang terbaik!" Minghao berhambur memeluk Jungkook.
"Nah contohlah Jungkook wahai kuda liar, dia saja baik. Wleee!" Ucap Minghao sambil mehrong ke arah Seokmin.
"Mwoya?! Siapa yang kau sebut kuda liar, huh? Lagipula belum tentu Bambam setuju." Balas Seokmin.
"Bambam? Kau mengizikanku tidak hadir hari ini kan? Hmm? Hanya kali ini, biasanya juga aku kan selalu hadir."
"Tentu saja." Jawab Bambam kalem.
"Haha skakmat kau Lee-Kuda-Seokmin. Lagipula aku yakin dari total waktu yang ada, 30 persen kalian gunakan untuk mengerjakan tugas dan sisanya akan kalian gunakan untuk mengobrol tentang kasus Kang Hyera."
"Tidak!" ucap mereka bertiga kompak, kecuali Minghao tentu saja.
"Mustahil, aku tidak percaya. Sudah ya aku duluan, bye hehe." Tanpa mendengar respon ketiga temannya, Minghao pun meninggalkan mereka.
.
.
.
BRUK!
"Mianhae." Ucap Jun panik dan membantu orang yang ditabraknya untuk berdiri.
"Ne."
"Eoh? Wonwoo-ya? Kau baik-baik saja?" Jun jelas kenal siapa yang ditabraknya, karena meski mereka berbeda kelas tapi mereka berada di tingkat yang sama.
"Ne. Aku baik." Ucap Wonwoo singkat.
"Aigoo sungguh aku tadi tidak memperhatikan jalan jadi-"
"Ini. Ponselmu jatuh."
"Ah? Oh.. Ne, te-terima kasih Wonwoo-ya." Ucap Jun tergagap karena perkataan yang sebelumnya sudah dipotong oleh Wonwoo
"Sama-sama."
Wonwoo pun berlalu begitu saja dengan arah jalan yang berlawanan dengan Jun, namun di langkah ke lima, tiba-tiba Wonwoo memanggil Jun.
"Jun-ah. . ." panggilnya tanpa membalikkan badan.
"Ne?" Jawab Jun dan menghadap Wonwoo yang membelakanginya.
"Maaf sebelumnya jika aku terkesan lancang, tapi aku tidak sengaja melihat layar ponselmu dan ada nama Minghao disana."
". . ." Jun terdiam, berusaha memahami maksud perkataan Wonwoo.
"Menjauhlah darinya."
"Mw-mwo?! Apa maksud-" belum selesai Jun bicara namun tubuh Wonwoo sudah menghilang di tikungan koridor.
"Ck tidak heran kalo dia disebut-sebut sebagai anak teraneh di sekolah ini. Menyuruhku menjauh dari Minghao? Memangnya dia siapa? Kenal dekat denganku saja tidak, dasar. Eh? Tapi nada bicaranya aneh, mungkinkah kesal? cemburu? Apa mungkin dia menyukaiku? Atau menyukai Minghao? Hah~" Monolog Jun mengiringi langkahnya ke ruang klub teater untuk mengadakan rapat dengan anggotanya.
.
"Baik, kurasa cukup pertemuan kita hari ini. Selamat sore dan hati-hati ya kalian semua."
"Ne Jun hyung!"
"Ne Jun-ah!"
Beberapa menit kemudian ruang klub teater yang semula ramai menjadi sepi setelah beberapa anggotanya keluar, pengecualian untuk sang ketua klub yang tetap berdiam diri di dalam.
"DOR!"
"HUAAA!"
"hehehehe"
"YA! Dasar anak nakal! Sini kau!"
"Gyahahaha hah hah a-ampun. Aduh sudah Jun gege, aku geli. Berhenti menggelitiki perutku."
"hah~ hah~ makanya jangan mengagetkanku seperti itu lagi. Ohiya, kenapa kau belum pulang Minghao-ya?"
"Aku? Menunggu gege. Ayo kita pulang." Ucap Minghao riang.
"Mwo? Cih, seingatku kemarin kau bilang memiliki tugas kelompok. Apa kau mangkir dari kerja kelompok?"
"Hehehe hanya kali ini gege, sungguh, DAN JANGAN LEMPAR BOTOL KOSONG PADAKU." Teriak Minghao karena kaget.
"Pfthaha baiklah, kaja!" tanpa merasa berdosa Jun pun merangkul bahu Minghao.
.
Sebulan berlalu setelah berita menggemparkan mengenai tewasnya Kang Hyera. Tidak terasa sebentar lagi adalah hari ulang tahun Pledis High School, yang berarti tiga hari sekolah tidak akan mengadakan kegiatan belajar mengajar dan diganti dengan acara festival, lomba antar kelas, pentas seni, dan sebagainya.
Semua ketua klub sibuk dengan persiapannya masing-masing. Termasuk Jun yang beberapa waktu belakangan ini sibuk memikirkan apa yang akan klubnya tampilkan, dan akhirnya dia memilih untuk bekerja sama dengan klub dance. Jun akan menggarap konsep teater musikal, jadi dia rasa ide yang bagus jika anggota dari klub dance bergabung dengan anggotanya di klub teater.
"Hey Minghao-ya!" sapa seorang namja.
"Eo? Seokmin-ah? Ada apa?" balas namja yang sebelumnya dipanggil Minghao.
"Tidak, hanya iseng menyapamu saja."
"Ck dasar kuda! Pergi sana!"
"Ish! Jangan mengatai dan marah-marah padaku, kenapa wajahmu murung seperti itu hm?"
"Tidak apa. Sudah sana pergi!"
"Tidak mau. Aku bosan, kantin sedang ramai sekali karena banyak kelas yang sama seperti kita, jam kosong. Mungkin karena sebagian besar guru ikut rapat."
"hmm. . ."
"Eh Minghao-ya? Kau tau tidak, kalo Jun gege sahabatmu itu sedang dekat dengan Jihyun noona?"
"MWO?" teriak Minghao refleks.
"Yak! Tidak usah berteriak di telingaku juga."
"Kau sungguhan? Itu berita sudah terbukti kebenarannya atau hanya gosip murahan?" tuntut Minghao.
"Ya benar atau tidaknya aku juga tidak begitu tahu, tapi kurasa mereka cocok-cocok saja. Bagaimana menurutmu?" tanya Seokmin sambil tersenyum jahil.
"Cih cocok darimananya! Tidak! Jelas tidak." Ucap Minghao cemberut dan menimbulkan efek gemas bagi tiap orang yang melihatnya.
"haha aigoo yaampun, aku bercanda. Uuu cupcup jangan sedih. Sini seokmin peluk dulu." Cengir Seokmin sambil berusaha memeluk Minghao.
"Kyaa! Andwae! Menjauhlah!" teriak Minghao sambil lari keluar kelas.
"Hah~ Minghao minghao… sampai kapan kau akan memendam perasaan mu pada Jun hyung hm?" monolog Seokmin.
.
"Hentikan."
Langkah Minghao seketika terhenti ketika mendengar suara seseorang. Dia pun mengalihkan pandangannya dan menemukan sosok Wonwoo yang sedang bersandar pada salah satu batang pohon di taman belakang sekolah.
"Maaf? Sunbaenim bicara padaku?" tanya Minghao bingung sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Menurutmu?" ucap Wonwoo dengan ekspresi dinginnya.
"Maaf? Maksud sunbaenim 'hentikan' apa?" jawab Minghao sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Cih, hentikan perasaan konyolmu pada Jun!" ucap Wonwoo dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.
"Apa? A-apa maksud sunbaenim? Aku tidak memiliki perasaan apapun pada Jun gege."
"You're a big liar. Hentikan atau kau tahu akibatnya." Seiring dengan selesainya kalimat yang diucapkan, Wonwoo pun meninggalkan Minghao seorang diri dengan pikiran yang berkecamuk di kepalanya.
.
"Jun gege!" sapa Minghao.
"Oh hai Minghao-ya. Kenapa belum pulang?" tanya Jun.
"Aku menunggu gege. Sejak gege sibuk menyiapkan project dengan Jihyun noona, kita sudah tidak pernah pulang bersama." Jawab Minghao riang seperti biasanya.
"Hei ralat kata-katamu itu. Gege tidak hanya dengan Jihyun noona saja, tetapi dengan yang lainnya juga."
"Gege bohong! Aku dengar kalian kemarin menghabiskan waktu berdua saja di kafe dekat sekolah, apa itu yang namanya 'menyiapkan project' huh?" ketus Minghao.
"Eih.. Apa ini? Kau cemburu hm? Aigoo Minghao ku manis sekali." Goda Jun sambil menyenggol bahu Minghao dengan bahunya. Minghao yang merasa malu pun hanya terdiam dan berusaha menyembunyikan wajahnya.
"Aaaa jangan menggodaku terus Jun gege!"
"Hehe.. Tapi sungguh maafkan gege. Hari ini gege sudah berjanji dengan Jihyun, masih ada beberapa hal yang harus gege bahas dengannya." Ucap Jun dengan wajah penuh sesal.
"Ah, baiklah. Kalau begitu, aku pulang duluan ya ge." Ekspresi menggemaskan Minghao langsung berubah 180 derajat digantikan ekspresi muramnya.
"Hei! Jangan sedih, segitu rindunya kah pada gege tampanmu ini? Hehe aku janji, besok kita pulang bersama."
"Eih narsis sekali, tampan darimana. Masih lebih tampan aku. Tapi sungguhan kan gege, yaksok?" dengan kekanakan Minghao langsung mengacungkan jari kelingkingnya.
Kedua jari kelingking anak adam yang bertaut itupun harus terlepas ketika seorang gadis cantik dengan tinggi semampai mengetuk pintu kelas 3-2, tempat Jun dan Minghao berada sedari tadi.
"Ehem, maaf mengganggu. Jun? Jadi kita akan membahasnya dimana?"
"Oh Jihyun? Tidak mengganggu kok, sungguh. Hmm dimana ya? Nanti saja di jalan kita bahas lagi. Minghao? Gege pamit duluan ne? Kau langsung pulang ya, jangan kemana-mana lagi. "
"Ne~"
"Kami pamit dulu ya. Annyeong." Ucap Jihyun formalitas.
"Ne, nado annyeong~"
Setelah Jun dan Jihyun tidak terlihat, Minghao pun beranjak dari kursi yang didudukinya dan berjalan pulang. Namun dari ujung lapangan Minghao dapat melihat Jun yang membonceng Jihyun dengan sepeda motornya.
"hah~ Jun gege…" monolog Minghao dengan nada putus asa. Tapi langkahnya terhenti saat dia melihat tidak jauh dari tempatnya berdiri, ada Wonwoo yang bersembunyi dibalik pohon dan menatap tajam kepergian Jun dan Jihyun.
Tanpa diduga, tatapan mereka bertemu dalam sepersekian detik. Namun Wonwoo lebih dulu memutuskan pandangan mereka dan pergi begitu saja.
"Itu Wonwoo sunbaenim kan? Ck, sudahlah, aku tidak peduli."
.
"Terima kasih sudah mengantarku sampai rumah ya Jun-ah."
"Ah ne sama-sama. Masuklah, ini sudah malam. Aku pulang dulu ya."
"Tu-tunggu!" Jihyun berucap secara spontan dan menahan lengan Jun.
"Ne?"
"Ehem.. Begini, aku sebenarnya sudah tertarik padamu sejak kita di tingkat 2 Senior High School, jadi. . . jadi. . . begini," Jihyun terlihat bingung dan gugup, Jun pun hanya bisa tersenyum lembut.
"Aku mengerti maksudmu. Tapi maaf, kurasa belakangan ini aku mulai menyadari bahwa aku tidak tertarik dengan perempuan. Jeongmal mianhae Jihyun-ah. Aku yakin kau akan mendapatkan orang lain yang jauh lebih baik dariku." Ucap Jun sambil menyunggingkan senyum lembutnya.
"A-ah.. Ne, tidak apa-apa, sungguh. Jangan meminta maaf. Tapi bisakah aku meminta satu permohonan?"
"Tentu, katakan saja."
"Aku ingin memelukmu."
". . ."
"Eh ta-tapi jika kau keberatan, tidak juga tidak apa-apa sung-"
GREP!
"Sstt. . . Siapa yang bilang keberatan, hm? Kuharap setelah ini hubungan kita tidak berubah canggung dan kita tetap menjadi teman ya." Setelah itu Jun melepaskan pelukannya dan berpamitan.
Setelah Jun benar-benar pergi, Jihyun pun masuk ke dalam rumahnya tanpa menyadari bahwa di balik pohon yang ada di seberang rumahnya, terlihat seseorang dengan pakaian, topi, dan masker serba hitam tengah mengamati setiap pergerakannya dari saat Jun masih disana.
Di kamar Jihyun. . .
"Eh? Siapa yang menelpon dengan nomor tidak dikenal ya?" monolog Jihyun sambil mengutak-atik ponselnya dan membuka berbagai akun sosial media miliknya. Tiba-tiba ada pesan masuk dari nomor tidak dikenal yang isinya 'Jihyun! Ini aku Jun. Tolong aku, kurasa motorku memiliki sedikit kendala. Temui aku di taman komplek rumahmu ya. Terima kasih, maaf merepotkan.'
Jihyun mulai melangkah keluar rumah untuk menghampiri Jun. Orangtuanya sedang ke luar negeri dan dia adalah anak tunggal, jadi tidak ada seorangpun yang bisa dimintai tolong. Akhirnya pilihan jatuh pada kenekatannya untuk menghampiri Jun, meski dia sendiri agak merasa aneh dengan maksud tujuan Jun meminta tolong padanya yang jelas-jelas tidak mengerti urusan otomotif.
Saat melewati gang yang sangat gelap dan sepi entah kenapa Jihyun merasa bulu kuduknya berdiri. Jihyun lantas berlari pelan untuk segera melewati gang tersebut karena itu satu-satunya jalan tercepat untuk menuju taman di komplek perumahannya.
SRET! BUGH!
Dengan secepat kilat sosok berpakaian serba hitam itu menarik tangan Jihyun dan memukul bagian tengkuk Jihyun hingga ia pingsan. Lalu digendongnya Jihyun yang sudah tidak sadarkan diri kedalam rumah Jihyun hingga sampai ke kamarnya.
Ia mulai menggunakan sarung tangan lalu mengikat Jihyun di kursi belajar dengan tali yang dibawanya. Kemudian mulai melucuti pakaian Jihyun hingga hanya tersisa pakaian dalamnya saja, lalu dikeluarkannya cutter dan mulai memberi goresan-goresan secara acak di wajah dan tubuh Jihyun hingga tidak berapa lama tubuh putih nan mulus itu sudah dipenuhi tetesan darah yang mengalir dari tiap-tiap goresan luka.
"Sshh. . , Aw! Hiks.. perih. Eomma, Appa sakit. Hiks" rintih Jihyun yang terpaksa sadar dari pingsannya karena tidak kuat menahan perih di sekujur tubuh dan wajah.
"Mwo? Haha sakit? Benarkah? Tetapi kau beruntung Jihyun, setidaknya sakitmu itu berdarah. Tidak sepertiku, aku juga sakit! Sakit yang teramat namun tidak terlihat, memuakkan! haha" tawa dan suara orang tersebut terasa familiar di telinga Jihyun.
"hiks.. hiks.. sebenarnya kau siapa? Apa mau mu dan apa salah ku? Hentikan kumohon.. ini menyakitkan hiks" percuma saja Jihyun membuka mata karena sosok didepannya benar-benar menggunakan pakaian tertutup.
"Aku? Siapa? Kurasa aku adalah mimpi terburukmu. Mau ku adalah membunuhmu, dan salah mu adalah mengusik seseorang yang menjadi sumber kebahagiaanku!" bentak sosok tersebut.
Tanpa memedulikan rintihan dan erangan sakit dari Jihyun, ia mulai mengeluarkan pisau lipat dari kantongnya. Namun seakan teringat sesuatu, dia mengeluarkan sapu tangannya dan ia gunakan sebagai alat untuk membekap mulut Jihyun. Dia sangat benci jika korbannya berteriak, sangat merepotkan.
Seperti sudah terlatih dia mulai memotong nadi di tangan Jihyun dengan pisau lipatnya dan menyeringai penuh kepuasan disaat Jihyun mulai mengejang dan terlihat meregang nyawa. Seiring makin banyaknya darah yang mengalir, makin hilang juga kesadaran Jihyun. Setelah beberapa menit napasnya terputus-putus, akhirnya tubuh Jihyun sampai pada batasnya dan ia pun menghembuskan napas terakhirnya.
"Hei! Ups.. kau sudah 'pergi' ya? Baguslah. Pergi untuk selamanya dan tenang di alam barumu. Jangan pernah kembali." Setelah mengatakan hal terseburt, sosok misterius itu membelah perut Jihyun, darah pun terciprat ke wajahnya yang untung sebagian tertutup oleh masker hitam. Dengan beberapa organ dalam yang berceceran ia menggantung tubuh tak bernyawa Jihyun ke langit-langit kamar, namun yang ia gantung hanyalah bagian pergelangan tangan tempat ia memotong nadi Jihyun. Tubuh itu tergantung dengan darah bercucuran kebawah dan keadaan perut yang terkoyak hingga organ dalamnya menggantung-gantung di udara.
"Kasihan ya dirimu. Selamat tinggal." Dengan menyeringai sosok tersebut pun meninggalkan tubuh Jihyun yang menggantung dengan begitu mengenaskan. Pembunuhan yang dilakukannya tampak rapih –abaikan bagian darah yang terciprat keman-mana, seolah-olah ia sudah sangat ahli dan terbiasa.
.
Tiga hari kemudian. . .
"Oh shit!"
PLAK!
"Aw yak! Minghao-ya, hentikan kebiasaan mu yang suka memukul kepalaku."
"Habis kau berisik sekali Seokmin dan jangan mengumpat!"
Keributan terdengar dari meja kantin di ujung yang berisikan empat siswa tingkat dua yang sedang menikmati waktu istirahatnya bersama.
"Hei, hentikan pertengkaran tidak penting kalian berdua." Kata Jungkook yang tidak habis pikir dengan kebiasaan Seokmin-Minghao yang sering bertengkar.
"Aku kaget! Sungguh. Ini kurang dari dua bulan sejak berita kematian Hyera noona, dan sekarang? Jihyun noona! Menakutkan! Ya bambam-ah, kau yakin berita tersebut benar-benar akurat?" tanya Seokmin dengan ekspresi penasaran di wajahnya.
"Keakuratan berita bahwa Jihyun noona meninggal dengan cara mengenaskan sih aku yakin akurat, karena rumah ku kan dekat dengan rumahnya, hanya beda beberapa blok saja. Bahkan sejak terkuaknya berita tersebut, tetangga di sekitar rumahku tidak berhenti membicarakannya." Jawab Bambam.
"Benar-benar sadis. Orang itu tega sekali sampai mengoyak tubuh orang lain dengan sekeji itu." Komentar Minghao.
Tanpa disadari oleh keempatnya, ada sepasang mata yang memerhatikan mereka dengan tatapan tajam yang sulit diartikan, dia pun bergumam "Bodoh."
.
.
.
TBC
*Hai! Selamat malam minggu xD gimana? Ada yang minta lanjut atau ngga?
**Biar aku tau pendapat kalian sama cerita ini, tolong RnR ya hwehehe see you!
