Will You Marry Me?

REMAKE story by Fatma Sudiastuty Octaviani

Just REMAKE no Plagiat!

Main Cast : Kaisoo

Do Kyungsoo

Kim Jongin

Other cast :

Hunhan,

Akan menyusul seiring dengan berjalannya waktu.

RnR?

(Rate T dulu)

.

.

.

.

HAPPY READING

.

.

.

.

SUASANA KIRIN high school sudah sangat sepi sore itu. Maklum, hari Sabtu, hari nge-date sedunia.

Anehnya, selain Song Ajhusii penjaga sekolah, masih aja ada yang betah tinggal sampai sesore itu.

Do Kyungsoo namanya.

Gadis mungil berambut sebahu itu tampak asyik di depan komputer sekretariat OSIS. Dia sedang

menyelesaikan proposal bakti sosial yang menjadi tanggung jawabnya sebagai sekretaris OSIS.

Sebenernya sih, tuh tugas nggak harus selesai hari ini. Masih banyak waktu untuk

mengerjakannya.

Tapi Kyungsoo yang memegang teguh prinsip "Jangan Tunda Apa yang Bisa Kamu Lakukan Hari Ini", kekeuh menyelesaikan tugasnya hari itu juga.

Namun selain itu ternyata ada alasan lain yang membuatnya berusaha bertahan di sekolah sampai

sesore itu. Kyungsoo ingin memberi waktu untuk Sehun dan Luhan, dua sohib kentalnya yang udah jadian untuk berduaan saja di malam nge-date ini.

Kyungsoo tahu dirilah. Karena dia jomblo, bukan berarti waktu pacaran sohibnya harus terganggu untuk nemenin dia, kan? So, dengan alasan menyelesaikan tugas OSIS-nya, Kyungsoo berhasil menggiring kedua sohibnya untuk pulang duluan tanpa dirinya.

"Selesai juga akhirnya." Kyungsoo meregangkan kedua tangannya.

"Capek juga ya." Dibuangnya napas panjang penuh kelegaan, lalu diliriknya jam dinding di atas komputer. "Hah?! Setengah enam!" teriaknya kaget. Dengan gerak cepat Kyungsoo mematikan komputer dan meninggalkan ruang OSIS setelah menguncinya lebih dulu.

Kyungsoo berjalan menyusuri koridor sekolah. Song Ajhusii yang biasanya selalu di situ,

entah pergi ke mana. Sepi. Kyungsoo jadi bergidik sendiri. Apalagi saat terngiang cerita Tao siang tadi.

"Lo tau nggak, cerita sepasang kekasih yang meninggal bunuh diri di ruang laboratorium sekolah

kita?" Tao si ratu gosip mulai mengobral story.

"Katanya nih, soo, mereka suka menampakkan diri menjelang magrib." Sebenernya Kyungsoo paling nggak percaya cerita-cerita hantu begituan.

Tapi suasana sore ini sangat mendukung terjadinya hal-hal mistik. Kyungsoo jadi kepikiran cerita Tao.

Ia berjalan setengah berlari. Bahkan saat melewati ruang laboratorium, Kyungsoo lari betulan. Dalam hati ia berharap bisa segera mencapai pintu gerbang. Di pintu gerbang Kyungsoo merasa lega luar biasa.

"Woi! Coba aja kejar gue kalo bisa!" teriaknya congkak ke arah halaman sekolah yang kosong.

Entah kepada siapa teriakan itu ditujukan.

Tapi yang pasti, dengan senyum penuh kemenangan Kyungsoo berbalik dan bersiap pulang ke rumah yang jaraknya nggak jauh dari sekolah.

Ya, Kyungsoo memang tinggal di kompleks perumahan yang jaraknya cuma lima belas menit dari sekolah. Dan ia baru saja akan melangkahkan kakinya, ketika...

"Kyung." Siapa itu? pikir Kyungsoo. Jantungnya berdebar tak beraturan. Jangan-jangan tuh setan

bener-bener ngikutin gue.

Wah, bisa nggak pulang selamanya nih gue... Kyungsoo berdiri terpaku. Ia tak berani menengok kearah asal suara.

"Kyungsoo." Ah, suara itu lagi. Apa mungkin itu Sehun, ya? Dia pasti nggak tega liat gue sendirian, terus ngajak Luhan jemput gue ke sini. Ya, ya... kenapa mesti takut kalo begitu? Perlahan kyungsoo menengok.

Tak ada Sehun ataupun Luhan.

Satu-satunya manusia yang berdiri bersandar di gerbang sekolah adalah seorang cowok asing

yang tengah asyik merokok. Dan nggak mungkin banget tuh cowok yang manggil kyungsoo.

Seumur-umur Kyungsoo belum pernah melihat cowok itu.

Aduuh... nggak ada siapa-siapa, lagi. Masa sih hantu-hantu itu bener-bener ada? Kalo memang

ada, terus kenapa mesti gue yang diganggu? Sebodo ah. Gue kan nggak berbuat jahat sama

mereka. Jadi, sekali lagi ada yang manggil gue, gue tantangin aja sekalian. Dikiranya takut, apa?

Dari rasa takut yang sangat, kyungsoo kini jadi marah karna merasa dipermainkan.

"Do Kyungsoo." Suara itu lagi... Kali ini habis sudah kesabaran Kyungsoo. Dengan garang ia menoleh ke belakang. Bukan ke halaman sekolah, kali ini ia menantang langit sore yang mulai gelap.

"Heh! Keluar lo kalo berani!" ucapnya lantang.

"Hi... hi... hi..."

"Eh, malah ketawa! Ayo keluar! Kalo lo pikir gue takut, lo salah besar. Keluar lo!"

"Ha... ha... ha... Gue juga udah keluar kok dari tadi, lagi. Itu kalo lo menganggap gue

penampakan. Ha... ha... ha..." Kyungsoo tertegun.

Pandangannya beralih ke cowok asing yang kini memandang dan tersenyum ke arahnya.

"Lo..."

"Ya, gue..."

"Siapa lo?"

"Jongin."

Jongin? Siapa Jongin? Memangnya gue pernah punya temen Jongin? Perasaan nggak ada tuh.

Jadi, siapa nih cowok? Kok kenal gue? Bermacam pertanyaan singgah di kepala Kyungsoo. Tapi tak satu pun keluar dari mulutnya. Yang ada malah nasihat Mbok Sum yang tahu-tahu terngiang ditelinganya.

"Zaman sekarang ini nona kyungsoo harus hati - hati. Apalagi nona kyungsoo kan cantik." Han ajhumma pembantu kesayangan keluarga Do bernasihat ria seperti biasa.

"Apa hubungannya zaman ama cantik, ajhumma?" tanya kyungsoo. Ia bingung dengan perkataan han ajhumma yang sudah seperti neneknya sendiri itu.

"Lho hubungannya erat loh non. Zaman sekarang ini banyak orang pada nekat.

Penculikan, pemerkosaan, pembunuhan sudah jadi hal biasa. Dan biasanya korbannya gadis SMA kaya nona kyungsoo. Makanya nona kyungsoo mesti ati-ati. Jangan mudah percaya sama orang yang baru dikenali. Apalagi yang keren dan kelihatan kaya. Biasanya, non, itu

cuma kedok."

Wuaaa... jangan-jangan orang kayak begini nih yang dimaksud Han ajhumma. Aduh... gimana

dong? Sementara Kyungsoo sibuk dengan pikirannya, cowok yang mengaku bernama Jongin akan dengan mudah menggapai Kyungsoo. Ayolah, Kyung, berpikirlah! perintah Kyungsoo pada dirinya.

Tiga langkah...

Dasar bodoh! Mikir!

Dua langkah...

LARI...!

Dan perintah itulah yang menyelamatkan Kyungsoo. Setidaknya, untuh sementara. Karna toh

sepertinya Jongin bukan tipe yang bakal melepas mangsanya begitu saja.

"Hei... jangan lari!" Tuh, kan?

"Kyungsoo-ya, berhenti...!" teriak Jongin.

"Sialan, kecil-kecil cepat juga larinya," gumam Jongin sambil terus mengejar.

"Kyungsoo, berhenti!" panggilnya lagi.

"Lo yang berhenti! Ortu gue tuh miskin. Gue ini cuma anak yatim. Lo nggak bakal dapat apaapa!"

Gila, ngapain juga gue sahutin? Dasar bodoh. Udah, lari aja, kyung...

"Gue nggak peduli walaupun lo cuma gelandangan! Gue nggak butuh harta lo!" Nah lho, dia

nggak minta tebusan. Berarti dia pemerkosa dong? Atau pembunuh...! Wuaa... han ajhumma...,

tolong...! Kyungsoo mempercepat larinya.

Dia terus membayangkan home sweet home-nya yang berada tepat di balik taman perumahan itu.

Rencananya sesampai di rumah dia akan minta tolong kakaknya yang jago karate untuk menciat-

ciat orang yang kemungkinan besar pemerkosa sekaligus pembunuh itu.

Atau, kalau sang kakak belum pulang kuliah, dia bisa ngumpet di belakang han ajhumma yang

pasti dengan senang hati akan mempersenjatai dirinya dengan sapu dan kemoceng, melindungi

nona mudanya dari cowok yang kini mengejarnya.

Sayangnya, itu semua cuma angan-angan. Gadis bermata owl ini terlalu lelah dan lapar.

Pandangannya jadi samar dan tanpa sengaja kakinya tersandung batu.

"Aduh...," Kyungsoo jatuh tersungkur tepat di taman kompleks perumahan. Dia cepat-cepat berdiri, tapi dadanya sesak. Perlahan dia berbalik, lantas duduk dengan lutut setengah ditekuk. Darah mengucur deras dari lututnya.

"Tuh, kan. Jatuh deh. Lo sih, pake lari-lari segala. Nyusahin orang aja." Kyungsoo tersentak. Jongin sudah berdiri di dekatnya. Ketakutan mulai merayapi hati dan pikiran kyungsoo.

Ya Tuhan..., tolonglah hamba. Kalaupun hamba harus mati hari ini, jangan biarkan hamba mati

dalam keadaan ternoda.

Jongin semakin mendekat. Dia berjongkok di samping Kyungsoo. Diperhatikannya gadis mungil

yang sedang memejamkan mata di depannya itu.

Tuhan..., tolonglah hamba. Kyungsoo terus berdoa sebisanya. Sekonyong-konyong kyungsoo merasa tubuhnya diangkat. Hah..., kok tubuh gue tiba-tiba melayang? Masa sih gue udah mati? Secepat ini? Kok nggak kerasa apa-apa? Tapi... bau harum apa ini? Wangi banget! Bau taman surgakah?

Perlahan kyungsoo membuka mata. Dia tidak segera menyadari apa yang terjadi.

Tapi begitu sadar dirinya tengah berada dalam gendongan orang yang sama sekali nggak dia

kenal, kyungsoo langsung menjerit dan memberontak.

"Apa-apaan sih lo?! Lepasing! Gue masih kecil. Lepasin!" kyungsoo terus menjerit dan meronta

dalam bopongan Jongin.

"Heh! Bisa diam, nggak? Lo emang kecil, tapi kalo lo bergerak terus, gue bisa ikut jatuh, tau!"

Kyungsoo tak menggubris kata-kata cowok itu, dia malah memukul-mukul Jongin dengan kedua

tangan mungilnya.

"Turunin gue! Turunin!" Sial. Jongin sama bandelnya dengan Kyungsoo. Dia tetap membopong

cewek mungil itu tanpa menggubris teriakannya.

"Nah, di sini kan enak." Jongin menurunkan kyungsoo di kursi taman, di bawah lampu hias yang

mulai menyala di sekeliling taman. Kyungsoo benar-benar pasrah sekarang.

Dia nggak mungkin lari dengan lutut terluka. Gadis itu terus saja diam tanpa berhenti

memikirkan masa depannya yang kini terancam.

"Kok diam? Udah capek marah, ya?" Cowok yang mengaku Jongin itu mulai ngajak ngobrol.

"Lo... lo nggak bakal me... merkosa a... anak kecil, kan?" tanya kyungsoo terbata sambil menelan

ludah. Jongin memandangnya. Ia heran mendengar ucapan cewek itu.

Tapi sesaat kemudian... "Ha... ha... ha..." kyungsoo mengerutkan dahi.

"Kok ketawa?!" tanyanya bingung.

Tapi entah kenapa tawa jongin membuat rasa takut kyungsoo perlahan memudar. Masa sih

pemerkosa menertawakan dirinya sendiri? Nggak mungkin, kan?! Pikiran itu membuat kyungsoo

sedikit tenang.

"Ha... ha... ha... Jadi lo kira gue pemerkosa, gitu? Picik juga pikiran lo tentang gue. Ha... ha...

ha... pake lari segala. Jatuh, lagi. Ha... ha... ha..."

"Habis, apa dong namanya? Gue kan nggak kenal siapa lo. Tau-tau lo ada di belakang gue,

manggil gue, tersenyum ke gue. Kalo lo jadi gue, emang apa yang ada di pikiran lo tentang

cowok asing sok aksi gitu?!" protes kyungsoo.

Dia nggak terima diketawain cowok asing yang menjengkelkan.

Jongin berusaha menghentikan tawanya, meski tidak cukup berhasil.

"Oke, oke. Gue maklum. Tapi masa sih gue pemerkosa? Dapet pikiran konyol dari mana sih lo?"

"Dari han ajhumma." Tadinya kyungsoo mengira, Jongin akan bertanya, siapa han ajhumma? Nggak disangka cowok keren berperawakan tinggi dengan kulit tan itu malah ketawa lagi.

"Ha... ha... ha... han ajhumma, bener juga. han ajhumma memang selalu aneh-aneh pikirannya. Tapi lebih aneh lagi, lo percaya gitu aja omongannya han ajhumma." kyungsoo melongo tak percaya.

"Lo... lo kenal han ajhumma?" jongin menghentikan tawanya. Ia nggak langsung menjawab. Kini matanya tertuju pada luka di kaki kyungsoo.

"Punya tisu?" tanyanya kemudian.

"Tapi... han ajhumma?"

"Punya nggak?" suara Jongin meninggi.

"Eh, pu... punya." kyungsoo tampak ketakutan.

"Ya udah sini, kasih gue." kyungsoo merogoh tasnya dan menyerahkan tisu yang diminta Jongin.

Cowok misterius itu berdiri, pergi ke air keran di sudut taman, dan kembali lagi dengan tisu

basah di tangan.

"Tahan bentar, perih sedikit." Dengan lembut Jongin membersihkan luka kyungsoo.

Sebentar-sebentar kyungsoo meringis, tapi ditahannya sakitnya. Nggak seru dong, kalo mesti ngeluh di depan cowok nyebelin dan sok ngatur yang sedang berjongkok membersihkan lukanya ini.

Harga diri bisa jatuh bo!

Setelah lukanya bersih, Jongin mengambil saputangan dari saku celananya. Ditiup-tiupnya luka

Kyungsoo hingga kering, lalu diikatnya saputangan itu hingga luka kyungsoo terlindung.

"Hei, tunggu dulu!" pekik kyungsoo tiba-tiba.

"Kenapa? Sakit ya? Tahan bentar," jawab jongin tanpa menghentikan aktivitasnya.

"Bukan begitu. Saputangan lo bisa kotor kena darah gue." jongin menghentikan kesibukannya.

Ditatapnya kyungsoo tajam.

"Lo kira gue cuma punya satu saputangan, gitu?"

"Bu... bukan begitu. Tapi..."

"Kalaupun gue cuma punya satu, gue masih bisa beli yang baru. Tapi kalo kaki lo yang sakit itu

infeksi dan akhirnya diamputasi, lo nggak bakal bisa nemuin kaki yang sama di toko mana pun.

Ngerti?!"

"I... iya ngerti," kyungsoo menjawab gugup.

"Kalo ngerti, diem dan jangan banyak protes." Jongin kembali melanjutkan membebat luka

Kyungsoo.

"I... iya," Kyungsoo mengangguk cepat. Sial, siapa sih nih cowok? Kenal aja nggak, main ngatur

orang seenaknya aja. Kyungsoo dongkol banget, meski sialnya, ia harus membenarkan semua ucapan jongin.

Sebel!

"Nah, finis. Nanti sampai rumah, minta tolong han ajhumma bersihin lukanya pake antiseptik."

"Lo siapa sih?" tanya kyungsoo. Tatapannya penuh selidik. Jongin balas menatap, kemudian

tersenyum.

"Gue Kim jongin," jawabnya singkat.

"Gue nggak nanya nama lo. Gue tanya, lo siapa?" Jongin tak langsung menyahut. Pandangannya

menerawang.

"Gue nggak bisa nyebut diri gue pangeran tampan berkuda putih yang datang mempersembahkan

mawar putih ke elo, kan?! Karna gue bukan pangeran. Gue juga nggak naik kuda putih.

Ditambah lagi, gue nggak bawa mawar putih buat lo. Yang gue bawa hanya cinta. Cinta tulus

gue buat lo. Itulah makanya gue cuma bisa bilang... nama gue Jongin." Sumpah, kyungsoo terkejut mendengar ucapan Jongin barusan.

Bahkan luhan dan sehun yang sohib kentalnya aja nggak tahu tentang cinta dalam khayalannya.

Tentang pangeran tampan, kuda, dan mawar putih. Pokoknya semuanya.

Tapi cowok asing ini... kyungsoo bahkan baru melihatnya hari ini. Tapi cowok ini..., dia tahu

segalanya. Tak mungkin ini hanya kebetulan, kan? Tidak ada kebetulan kayak begini.

Dan nggak mungkin Nathan punya indra keenam yang bisa membaca pikiran orang. Karna toh

saat ini kyungsoo nggak lagi mikirin cinta khayalannya itu. Jadi, dari mana cowok ini bisa tahu

segalanya? Belum lagi kyungsoo mengungkapkan rasa penasarannya, kejutan lain kembali

menyusul.

Jongin tiba-tiba menggenggam tangannya. Dibawanya jemari kyungsoo ke bibir dan lantas

dikecupnya mesra. Debar jantung Kyungsoo langsung berantakan. Sial, apa sih maunya cowok

kurang ajar ini? geramnya. Tapi toh ia tidak melakukan apa-apa untuk menghentikan sikap

kurang ajar cowok yang kini tengah menatapnya tersebut.

"Will you marry me?" Dueer...! Mulut kyungsoo menganga, matanya membelalak tak percaya.

Serta-merta ia menarik tangannya. Beberapa kejap kemudian, dicubitnya sendiri lengannya.

Dan...

"Aow...!" Kyungsoo menjerit. Sakit. Ya Tuhan..., ini bukan mimpi! Dan cowok itu... Jongin

mengamatinya lembut.

"Gue tau, lo pasti bingung dengan semua ini, kyung," katanya tenang.

"Ya terang aja gue bingung. Gue dilamar sama orang yang nggak gue kenal, yang wajahnya aja

baru gue liat hari ini, dan bahkan yang gue kira penculik, pemerkosa, sekaligus pembunuh.

Menurut lo, gue mesti gimana? Tersenyum lalu bilang, Ya, gue mau merit sama lo. Gitu?! Ini

gila, tau! Atau jangan-jangan lo orang sinting, lagi." kyungsoo mengamati wajah jongin penuh

selidik.

"Nggak perlu panik kayak begitu, kyung. Yang jelas gue kenal siapa lo. Dan lo juga bakal kenal

gue, sebaik gue kenal elo."

"Oh ya? Caranya?" kyungsoo tersenyum sinis.

"Izinkan gue masuk ke hati lo. Setelah itu, lo bakal mengenal gue, bahkan lebih dari gue

mengenal diri gue sendiri."

"Oh ya?! Lalu, dari mana gue bisa tau kalo lo nggak lagi menipu gue?"

"Terserah, lo mau percaya gue apa nggak. Yang jelas, gue nggak bakal nyakitin orang yang udah

nyelametin nyawa gue." Tuh, kan, main teka-teki lagi.

Gimana gue bisa tau siapa lo kalo begini terus kejadiannya. Dasar sableng.

"Udah deh, gue pusing, laper, capek. Gue mau pulang. Ngademin pikiran. Bisa ikut-ikutan gila

gue, kalo kelamaan sama lo." kyungsoo berusaha berdiri. Tapi sia-sia. Sepertinya pergelangan kaki kirinya terkilir saat jatuh tadi.

Sial, lagi begini kaki malah nggak bisa diajak kompromi, lagi! batin kyungsoo kesal.

"Udah, naik sini!" jongin berjongkok membelakangi kyungsoo. kyungsoo ngerti banget maksudnya.

jongin mau menggendong dan mengantarnya pulang! Emang dikiranya dia siapa?

"Makasih! Gue bisa pulang sendiri kok," jawab kyungsoo keras kepala.

"Udah deh, nggak usah bawel. Emangnya lo mau terbang, apa?! Kaki terkilir begitu! Lagian

rumah lo cuma di belakang taman ini, kan?!" kyungsoo udah nggak sanggup terkejut lagi saat

jongin menggambarkan letak rumahnya dengan sangat tepat.

"Ayo naik! Tunggu apa lagi?!" tawar jongin. Nada memerintah. Lagi-lagi kyungsoo mengumpat

dalam hati. Memangnya dia kira dia siapa? Beraninya sama anak kecil.

Coba aja kalo nanti ketemu eomma, didamprat habis baru tau rasa lo! Tapi melihat gelagat

jongin yang sepertinya nggak mau ngalah dan langit sore yang mulai gelap serta kakinya yang

memang sakit, kyungsoo akhirnya menerima tawaran cowok misterius itu.

Ia menyeret kakinya selangkah ke arah jongin, mendekatkan tubuhnya ke punggung cowok itu,

dan merangkulkan kedua tangannya di leher cowok yang baru dikenalnya sore itu. jongin

bangkit berdiri, lalu berjalan menuju rumah kyungsoo.

"Hei, lo belum jawab lamaran gue." Menggendong kyungsoo ternyata bukan apa-apa bagi jongin.

Buktinya, dia tetap aja nyerocos tanpa menghentikan langkah.

"Memangnya meritnya besok?" jawab kyungsoo sekenanya.

"Ya, nggaklah. Gue mesti nyelesain sekolah gue. Lo juga mesti lulus dulu. Baru setelah itu kita

merit. Tapi untuk sementara kita kan bisa pacaran dulu. Biar lebih saling mengenal. Gue juga

pengennya lo nikah sama gue karna cinta. Bukan terpaksa. Dan itu perlu waktu. Ya, dua

tahunanlah."

"Kalo begitu gue nggak harus jawab sekarang, kan?! Lagian lo belum ketemu eomma. Coba aja

kalo lo bisa naklukin eomma. Asal lo tau aja, eomma itu paling anti liat anaknya pacaran. Jadi, sori ya kalo gue nggak bisa terima tawaran lo," kyungsoo berkata penuh kemenangan.

Dia nggak bohong. eommannya memang AMAT SANGAT KERAS soal pacaran.

Dan eommanya bakal langsung ngomong ketus sama jongin kalo beliau tahu tujuan jongin. Apalagi jongin nganter putrinya pulang dalam keadaan terluka.

Hei, kamu apakan putriku?! Pergi dari sini dan jangan pernah kembali! Kyungsoo tersenyum sendiri membayangkan eommanya marah-marah didampingi Han ajhumma yang lengkap dengan senjata bersih-bersihnya.

"Kalo gue bisa ngadepin eomma lo, apa hadiahnya?" tanya jongin tiba-tiba.

E..., dia nantang nih! Oke, siapa takut?

"Mm... apa ya?"

"Kalo hadiahnya lo jadi pacar gue?!" Hm... belum tau rasanya kalah, rupanya.

"Oke. Tapi kalo eomma tetap kekeuh ngusir lo, elo mesti pergi dari kehidupan gue, selamanya."

"Deal. Berapa hari waktu gue?"

"Mm... tiga hari."

"Oke!" He... he... bersiaplah untuk pulang dengan wajah tertunduk, cowok sok! Dan gue bakal

ngejalanin hidup gue dengan normal kembali.

Hi... hi... Di atas punggung jongin, kyungsoo senyum-senyum sendirian.

.

.

.

.

TBC

Aku bawain ff remake lagi nih, nemu novel dibawah kasur, jadi yaudah aku jadiin versi kaisoo aja.

Mau lanjut?

Review?

KAISOODYO