Warning : awas bosan Karena ini panjang dan membosankan -_-

-I LOVE YOU too-

Perkenalkan namaku adalah lee Taeyong, kalian bisa memanggilku Taeyong.

Aku sekarang tingkat 3 di Yonsei Senior High School, itu artinya sebentar lagi Aku akan menghadapi ujian kelulusan. Aku bukanlah anak dari keluarga kaya, orang tua ku bercerai di usiaku yang menginjak 15 tahun- di tingkat akhir Junior High School-, bersyukur Aku masih bisa lulus dengan nilai cukup baik di kondisi seperti itu. Awalnya ayah yang meninggalkanku, dia menikah dengan yeoja lain, namun di tahun berikutnya ibu juga meninggalkanku, dia juga sama dengan ayahku- menikah dengan orang lain-.

"Hyung~~"

Ah~~ Aku lupa, yang barusan memanggilku adalah Lee Soe Jun, adikku yang berumur 6 tahun, sekarang kami hanya tinggal berdua, Tanpa orang tua, awalnya sangat sulit, aku harus mengurus ini dan itu sendiri, hari berganti minggu, minngu berganti bulan dan bulan berganti tahun, semua kesulitan yang ada aku harus bisa menyelesaikannya, pekerjaan apapun aku lakukan demi kelangsungan hidup. Kalian tahu? Sangat susah ketika di usiamu yg masih 17 tahun kau harus mengurus diri sendiri dan juga adik mu.

"Hyung~~ pallii"

Soe Jun berteriak lagi, dengan cepat aku menyambar tas ransel hitamku dan bergegas keluar dari kamar.

"Hyung~~ pallii, Jinki pasti sudah menungguku" Soe Jun terus berteriak menyuruhku untuk cepat.

Soe Jun sudah menungguku sedari tadi di depan pintu kamar, dengan semangat dia menarik tanganku dan menyuruhku untuk berjalan lebih cepat.

"Jun-ah" itu Jinki yang berteriak dari luar pagar rumahku, ternyata benar apa kata Soe Jun, Jinki sudah menunggu di depan pintu

"Anyyeong Hyung" Jinki menyapaku dengan senyum gigi kelinci miliknya tak lupa sikap hormatnya kepada yang lebih tua –membungkuk 90 derajat-

"Annyeong Jinki-ah" aku membalas dengan senyuman juga

"Hyung, aku berangkat" Soe Jun melepas genggamannya dan kemudian menarik pergelangan tangan Jinki untuk berlari. Aku tersenyum melihatnya, aku terus memperhatikan Soe Jun dan Jinki sampai akhirnya bayangan mereka menghilang di ujung belokan jalan.

Jinki adalah anak tetangga sebelah rumahku, dia yang selalu menemani Soe Jun setiap hari jika aku sedang tidak ada dirumah, Ayah dan Ibu Jinki juga sangat baik, mereka keluarga yang hangat. Ah~~ Tiba-tiba Aku jadi memirundukan Ayah dan Ibuku, namun aku cepat tersadar dan menepis pikiran itu jauh-jauh. Setidaknya aku harus bersyukur karena aku masih punya Soe Jun, adikku dan keluargaku satu-satunya.


"Taeyong~~" Yuta- sahabat Taeyong memanggilnya dari dalam kelas ketika Taeyong baru saja menampakkan batang hidungnya.

"Bagaimana? Apa kau suka?" Taeyong menaruh tas nya di atas meja kemudian duduk menghadap lawan bicaranya

"Ya aku suka, Hyung mu sangat baik"

"tentu saja, kau pasti akan betah kerja disana"

"gomawo" Yuta hanya membalas dengan mengacungkan kedua ibu jarinya, yang ditanggapi dengan senyuman oleh taeyong dan setelahnya Yuta menceritakan hal menarik lainnya untuk dibicarakan, hitung-hitung untuk mengisi waktu luang. Dan obrolan mereka berakhir saat songsaenim memasuki kelas, memulai pelajaran


"Hyung, bolehkah aku bergabung?" Tanya namja bersurai hitam, didada kirinya tersemat nametag dengan tulisan "Ten Chittapon"

"Tentu saja"

Saat ini Taeyong dan Yuta sedang menikmati makan siangnya dikantin dan ditambah lagi satu orang yang bergabung dengan mereka, Ten

"hei, kau memesan kopi Americano lagi?" Tanya Taeyong setelah menyadari apa yang ada di tangan kanan Ten

"aku butuh energi Hyung, setelah ini pelajaran sejarah, kalau aku tidak minum Americano aku pasti akan tertidur. Kau tahu? Kang Soengsaenim suaranya sangat merdu, aku benar-benar ingin menyewanya untuk membacakanku dongeng sebelum tidur" kata Ten dengan ekspresi yang berubah-ubah disetiap kalimatnya, dia menyedot/? ice Americanonya sebelum meletakkannya kemeja, kemudian mencomot kentang goreng milik Yuta

"kau berlebihan sekali, bagaimanapun kafein pada kopi tidak bagus untuk tubuhmu" Taeyong mencoba menasehati

"Hyung, aku tidak meminumnya setiap hari"

"Baiklah" Taeyong mengaduk-aduk jus strawberry-nya dengan sedotan dan kemudian meminumnya, Yuta yang duduk disebelah Taeyong hanya tersenyum melihat pertengkaran kecil Taeyong dan Ten

FYI, Taeyong, Yuta dan Ten adalah sahabat, walau mereka beda tingkat –Ten di tingkat 2, sedangkan Taeyong dan Yuta di tingkat 3-. Taeyong dan Yuta berteman sejak mereka di tingkat 1 dan kemudian bertemu dengan Ten pada saat mereka berada ditingkat 2, mereka bertemu secara tidak sengaja di club dance sekolah dan entah sejak kapan mereka menjadi dekat dan menjalin sebuah ikatan dengan nama 'SAHABAT'

"Yuta Hyung, kenapa kau senyum-senyum sendiri?" Ten sedikit khawatir pada Yuta, karena sedari tadi Yuta hanya terus tersenyum menatap bergantian ke arahnya dan Taeyong, Apa hyung nya ini sedang ada gangguan jiwa atau semacamnya? Pikir Ten terlalu jauh.

"Aku hanya –"

"Annyeong Hyung" seseorang tiba-tiba saja datang dan langsung mengambil tempat duduk di sebelah Ten, Yuta yang merasa terganggu dengan kehadiran orang itu hanya membalas dengan gumaman

"ne, Annyeong" lain halnya dengan Yuta, Taeyong justru membalas dengan ramah

"penganggu datang" bisik Yuta ke telinga Taeyong, namun Taeyong hanya diam memperhatikan Ten dan namja diselahnya

"Jaehyunie kenapa kau lama sekali?" Tanya Ten dengan nada yang dibuat imut

"mian, aku tadi ada sedikit keperluan dengan Jung Songsaenim"

"sudah makan?" Tanya Jaehyun- namja yang baru saja duduk disebelah Ten, Ia mengusak lembut rambut Ten

"Belum, aku menunggumu"

"Kajja, kita pesan makananan" kemudian terdengar suara kursi yang terdorong ke belakang, gesekan suara kursi dengan lantai menghasilkan suara yang khas, dua orang didepan Taeyong dan Yuta berdiri dan kemudian berjalan menjauh meninggalkan bangku kantin itu, menuju stand makanan di kantin tentu saja.

"Kenapa disini tiba-tiba panas sekali" Yuta memecah keheningan yang terjadi beberapa detik lalu, dengan pura-pura mengipasi lehernya dengan tangan kanannya

"….."

"Ya Tuhan, apa sekarang matahari berada tepat disebelahku?" dan BINGGO ! akhirnya Taeyong menoleh kearah Yuta

"kau berisik sekali" Taeyong mendorong kursinya dan kemudian pergi meninggalkan Yuta,

"Cih, bilang saja kau cemburu"

Ada alasan kenapa Yuta mengatakan hal itu, karena hanya Yuta yang tahu bahwa Taeyong sebenarnya menyukai Ten, namun Taeyong tak dapat mengatakannya, Taeyong selalu beralasan "aku tidak siap jika Ten nantinya akan menolakku dan hubungan kita bertiga sebagai sahabat menjadi aneh, selain itu Ten selalu bersemangat jika bercerita tentang Jaehyun, kurasa mereka memang cocok". Yuta hafal betul jawaban Taeyong ketika ia bertanya kenapa ia tidak mengakui perasaannya pada Ten.

Yuta mendesah berat dan menghabiskan minumannya sebelum akhirnya berdiri dan berjalan meninggalkan kantin.


Taeyong melihat jam tangan tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Jam tiga lebih limapuluh, itu artinya 10 menit lagi ia harus pergi bekerja. Demi Tuhan dia sangat lelah, ia baru sampai dirumah 5 menit yang lalu dan sebentar lagi ia harus pergi lagi. Jika Taeyong bisa memilih maka dia akan memilih untuk tidur, atau setidaknya memejamkan mata sebentar saja. Namun ia tidak memiliki pilihan lain selain pergi bekerja. Ia mendesah, kenapa ia harus menjalani hidup seperti ini.

"Hyung~" panggil Soe Jun dari kamarnya

Suara Soe Jun membuyarkan lamunan Taeyong, ia yang sedari tadi berbaring di sofa akhirnya mendudukkan tubuhnya untuk melihat kearah adiknya.

"Kapan Hyung sampai?" suara serak khas orang bangun tidur, ia berjalan mendekat kearah Hyung nya dan mendudukkan diri di atas paha sang Hyung, kini posisi saudara sekandung itu berhadapan.

Soe jun memeluk Hyungnya dan menenggelamkan Kepala di dada Hyungnya. Menghirup aroma maskulin yang selalu membuatnya nyaman

"Apa hyung akan pergi bekerja lagi?"

Taeyong balas memeluk Soe Jun kemudian bergumam sebagai balasan.

Lama mereka dalam posisi seperti itu sampai akhirnya Soe Jun memecah keheningan.

"Hyung, lepaskan"

"Wae?" Taeyong masih enggan melepas pelukannya, terlalu nyaman memeluk adik tersayang nya itu

"Tapi Hyung harus pergi bekerja"

Oh sial, Taeyong melupakan hal itu. Ia segera menurunkan Soe Jun dari pengkuannya dan kemudian melesat menuju kamar untuk bersiap.

Tidak lama kemudian Taeyong keluar dengan memakai Hoodie merahnya dan kemudian mencium kening sang adik sebelum berlari meninggalkan rumah.

"sial, jam empat lewat lima menit, pasti aku akan dimarahi" Taeyong melihat jam tangannya sekilas sebelum akhirnya mengumpat dan merapalkan doa di sepanjang jalan.

TIIINNN TIIINNN *suara klakson motor*

"Hyung mau kemana?" Tanya seseorang dari balik helm merahnya

Taeyong berhenti, menoleh kesamping dan menemukan Ten sedang mengendarai motor maticnya dengan kecepatan sangat pelan –mengimbangi jalan Taeyong-

"Ya Tuhan, kau membuatku kaget"

Ten hanya tersenyum, ia lalu menghentikan motornya karena Taeyong juga berhenti berjalan, kemudian mematikan mesin dan melepas helm merahnya.

"Hyung mau kemana?" tanyanya lagi

"aku mau- " tiba-tiba saja Taeyong mendapatkan ide

"Ten, bisakah kau pindah kebelakang?" tanpa menunggu jawaban dari Ten, Taeyong berjalan mendekatinya dan mengambil alih kemudi. Secara otomatis Ten bergeser kebelakang

Apa salahnya menumpang, bukankah kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan?

"Hyung kau belum menjawab pertanyaanku" Ten mulai kesal karena sedari tadi Taeyong mengacuhkannya

"Dearest Café" jawab Taeyong singkat sebelum akhirnya menyalakan mesin, namun baru akan menjalankannya Ten mulai berbicara lagi

"Hyung, pakai helm" Ten melepas helmnya dan memberikannya pada Taeyong

"Pakai lagi"

"Tapi-"

"Pakai lagi" taeyong mengulangi ucapannya

"Baiklah-baiklah"

"Pegangan"

Ten hanya menurut tanpa banyak protes, kedua tangannya memegang hoodie Taeyong, namun Taeyong mengarahkan kedua tangan Ten untuk lebih erat memegangnya, Ten merasakan pipinya kini berubah warna menjadi merah dan-

WWUUUUSHHHH`~~~~

Taeyong memacu motor nya dengan kecepatan tinggi, reflek Ten memeluk Taeyong, mengeratkan kedua tangannya, dan tanpa sepengetahuan orang yang memeluknya di belakang Taeyong tersenyum


CLOSE

Tulisan laknat itu terpampang di depan pintu kaca Café, Taeyong hanya melongo memperhatikan tulisan itu, rasannya separuh jiwanya pergi, jadi perjuangannya hari ini sia-sia? Jadi apa gunanya tadi terburu-buru dan mengumpat disepanjang jalan jika tahu akan seperti ini jadinya.

"Taeyong Hyung, tutup" Ten memperjelas keadaan, seakan-akan Taeyong tidak bisa membaca tulisan itu.

Mendesah untuk kesekian kalinya, Taeyong kemudian berbalik menghadap Ten yang ada berada dibelakangnya.

"aku tahu" ujar Taeyong lemas

"apa tidak ada yang memberi tahumu?"

Taeyong kemudian tersadar akan sesuatu, karena sejak pulang dari sekolah dia tidak membuka atau mengecek ponselnya.

Merogoh saku Hoodie dan kemudian mengecek ponselnya, barangkali ada sesuatu dan ternyata benar 3 panggilan tidak terjawab, dan 7 pesan, yang isinya kebanyakan adalah pemberitahuan bahwa hari ini Café tutup, karena si pemilik sedang ada urusan.

"sial" lagi-lagi Taeyong mengumpat, entah sudah berapa kali dia mengumpat hari ini

"Hyung, bagaimana kalau kita jalan-jalan?"

Ide yang bagus, hitung-hitung untuk mendinginkan pikiran, pikir Taeyong

"Baiklah"


Taeyong memarkirkan motor Ten di parkiran dekat Taman, Ten melepas helm-nya dan menaruhnya di kaca spion.

"Hyung kajja" Ten menarik pergelangan tangan Taeyong, namun Taeyong tidak juga melangkahkan kakinya, ia tetap diam memperhatikan Ten. Mau tidak mau Ten menoleh kebelakang.

"Ada apa hyung?"

Taeyong berjalan mendekat kearah Ten dan menyentuh rambut hitamnya, merapikan helaian-helaian rambut halus yang berantakan karena Helm yang sedari tadi ia pakai. Ten hanya diam memperhatikan Taeyong yang fokus merapikan rambutnya, tanpa sadar pipinya kembali memerah. Seperti ada ribuan kupu-kupu berterbangan diperutnya, ia selalu nyaman ketika Taeyong perhatian padanya, dan ia bingung kenapa jantungny selalu berdetak lebih cepat ketika Taeyong berada sangat dekat dengannya

"selesai" kata Taeyong bersemangat dan jangan lupakan senyum tampannya

Ten tersadar dari lamunannya dan segera berbalik membelakangi Taeyong

"gomawo" ia mencoba berbicara senormal mungkin untuk menghilangkan rasa gugupnya dan agar Taeyong tidak melihat pipinya yang memerah.


Matahari mulai menunjukkan tanda-tanda akan meyembunyikan sinarnya, burung-burung diatas sana juga sedang berterbangan menuju ke sarangnya kembali dan langit yang gelap dipenuhi bintang segera menunjukkan keindahannya

Saat ini Ten dan Taeyong sedang menikmati ice cream di bangku taman di payungi langit yang berwarna jingga. Keduanya terdiam, entah sedang memikirkan sesuatu atau sedang menikmati ice cream masing-masing, hanya suara teriakan anak kecil yang mendominasi keheningan itu.

"gomawo" tiba-tiba Taeyong bersuara

Ten menolehkan kepalanya ke samping, tempat Taeyong duduk disebelahnya

"Karena kau sudah mengajakku jalan-jalan" lanjutnya, seolah bisa membaca pikiran Ten,

Ten masih memperhatikan Taeyong dari samping, ia terlalu larut dalam lamunanya sampai tidak menyadari jika wajahnya dan wajah Taeyong kini sangat dekat, Ten baru tersadar ketika ibu jari Taeyong mengusap sudut bibirnya, Demi Tuhan, kini wajah Ten kembali memerah seperti tomat dan bertambah merah ketika Taeyong menjilat ibu jarinya yang tadi ia gunakan untuk membersihkan sisa ice cream di sudut bibirnya. Ten bersyukur langit sudah gelap, jadi Taeyong tidak mungkin bisa melihat wajahnya yang memerah semerah tomat busuk, detak jantungnya juga berpacu semakin cepat seperti akan keluar dari dalam tubuhnya.

Dan untuk yang kedua kalinya Taeyong mendekatkan lagi wajahnya ke wajah Ten - sangat dekat, sampai Ten dapat merasakan hembusan nafas Taeyong, ia reflek menutup matanya erat-erat dan setelah itu Ten merasakan ada sebuah benda kenyal yang menempel di atas bibirnya. Taeyong mencium Ten, hanya menempel saja tidak lebih.

Ten mencoba membuka matanya dan Ia dapat melihat Taeyong menciumnya, keduanya saling pandang sebelum akhirnya Taeyong mengakhiri ciuman singkat itu. Jarak mereka tidak berubah sedikitpun sejak Taeyong mengakhiri ciumannya, mereka masih saling pandang satu sama lain dalam jarak yang begitu dekat sampai –

"TEN!"

-sebuah suara mengintrupsi mereka,menyadarkan mereka dari keadaan yang sulit dijelaskan, secara otomatis keduanya saling memalingkan muka dan menjauh satu sama lain.

Ten dan Taeyong mengarahkan indra penglihatan mereka kea rah sumber suara, disana- tidak jauh dari tempat mereka duduk seseorang perlahan mendekat, karena keterbatasan pencahayaan yang ada Ten tidak tahu siapa yang baru saja memanggilnya namun ketika orang itu sampai didepannya bola mata Ten membesar, dan untuk beberapa detik ia menahan nafasnya. Ia tidak sendiri, orang disamping nya juga melakukan hal yang sama.

Dengan gugup Ten menggumamkan nama orang itu "J-Jaehyunie"

.

.

.

.

TBC


Annyeong~~

Author balik lagi bawa ff TAETEN baru, soalnya ff NOT YOU lagi buntu ide hehe (tapi malah dapat ide bikin ff baru), dan entah kenapa males ngelanjutin ff NOT YOU karena tuh FF ngetiknya pake Hp jadi amburadul bahasanya. Bosan tak baca ff ini?

Nih ff Cuma 3-5 chap aja kok, gak panjang-panjang.

Semoga suka ^^

Dan terimakasih bagi yang uda follow, fav, dan review NOT YOU ^^

Jangan lupa tinggalin jejak ya readers-nim.

Dan selama menunaikan ibadah Puasa (bagi yg menjalankan) ^^