A/N: OhMaiKami, saya juga tidak tahu kenapa saya berani nyepam fandom pakai fanfic beginian orz.

Warning awal: Fic murni hasil berspekulasi (tentang hal-hal kecil), Yaoi dalam arti harafiah (yamanashi, ochi nashi, imi nashi alias tidak ada klimaks, tidak ada inti, tidak ada arti)- bukan dalam arti Boy's Love. Bukan fic panjang yang berplot. Kalau mengharapkan fic yang benar-benar ada ceritanya, lebih baik urungkan saja niat membaca ini orz.

.

.

All's [Well] That Ends [Well]

.

-Spekulasi 1-

Baju Renang

.

.

Warning: OOC. OOC. OOC. Sedikit slash hint. OOC. Filosofi ngaco dan spekulasi pribadi dengan plot datar (lebih tepatnya, tidak berplot sama sekali LOL). Sudahkah saya menulis OOC? Tsuntsun!Kazemaru. Sedikit kekerasan. Typo.

Characters (tidak beruntung): Endou Mamoru, Kazemaru Ichirouta, Fubuki Shirou, Kidou Yuuto, Tsunami Jousuke, dan Kiyama Hiroto (mention only, maaf yah, bang Hir lol)

Disclaimer: Level-5

.

.

Inazuma Japan harus kembali berterima kasih pada anak semata wayang Kudou-kantoku—Fuyuka karena gadis berambut ungu itu sudah meminta kepada ayahnya (untuk kesekian kalinya) agar teman-temannya diberi hari libur. Keputusan yang memang agak kurang tepat juga waktunya, mengingat pertandingan selanjutnya adalah pertandingan final. Tapi tidak ada salahnya juga untuk bersantai barang sejenak untuk mengurangi beban tubuh akibat latihan-latihan berat.

Lagipula, melihat menu latihan dari Kudou-kantoku yang tingkat-kesetanannya melebihi Nobunaga Oda, siapa sih yang tidak bahagia kalau diberi hari libur?

Analoginya, kalau bang Oda mendapat julukan raja setan dari neraka tingkat enam, maka Kudou-kantosku bisa disebut sebagai rajanya raja setan. Kenapa? Soalnya anak didiknya sendiri punya jurus Maou the Hand.

.

.

Kalau tempo lalu sang kapten—Endou Mamoru menghabiskan hari liburnya dengan berjalan-jalan, hari ini dia ingin mengikuti Tsunami untuk bermain air di pantai.

Sekalian minta diajari surfing lagi, siapa tahu bisa dapat tehnik baru. God Slap, misalkan?

…padahal God Catch saja belum disempurnakan…

Satu kalimat di atas mungkin tidak (atau belum, atau nanti) terbesit sedikitpun di kepala sang kapten, karena dia sudah mencari kroni-kroninya untuk diajaknya main ke pantai nanti.

.

.

Kazemaru Ichirouta, pemuda 14 tahun, single, dan tanpa diduga ternyata bisa memasak oden, tengah bingung memikirkan apa yang harus dia lakukan hari libur ini. Apa dia pergi ke lapangan saja untuk berlatih? Tapi rasanya ada yang kurang kalau berlatih sendiri. Pergi jalan-jalan ke kawasan shopping dan berbelanja? Jujur saja dia sedang ingin berhemat. Nonton TV di kamar? Tidak ada siaran yang menarik saat ini.

Di tengah kebingungannya, seseorang menepuk pundaknya. Ichirouta menoleh.

"Hei, Kazemaru, mau ikut berenang di pantai?" oh ternyata Mamoru, sahabat sekaligus kaptennya. Ichirouta sedikit tersenyum melihat wajah berbinar-binar pemilik headband berwarna jingga itu.

Ichirouta berpikir sebentar. Berenang? Wah boleh juga. Bisa bermain sekaligus berolahraga. Lagipula cuacanya memang panas sekali saat ini, cocok untuk mendinginkan badan sebentar di air laut.

'Eh tapi—'

Teringat sesuatu, Ichirouta mengurungkan niatnya.

"Uhm, maaf Endou, sebenarnya aku ingin ikut tapi untuk kali ini tidak bisa," jawab Ichirouta tidak enak.

"Heee tidak masalah sih, tapi kenapa?" tanya Endou bingung. Sedikit khawatir, siapa tahu Ichirouta sedang tidak enak badan.

"…errr…" Ichirouta memutar bola matanya. Sibuk memikirkan kata-kata yang pas untuk menjawab pertanyaan kapetnnya itu. Sekilas, semburat merah tipis muncul di wajahnya. Dapat disimpulkan kalau pemuda berambut panjang itu agak malu.

"Datang bulan, yah?" tanya seseorang yang tiba-tiba muncul dan seenaknya menarik kesimpulan.

Telak.

"SEMBA—" telinga Ichirouta yang tajam (walau tanpa diraut) refleks menginstruksikan badannya untuk mengarahkan tinjunya pada pemberi pertanyaan yang jelas-jelas menjatuhkan harga dirinya sebagai laki-laki itu. Tetapi detik itu juga, gerakannya terhenti ketika kedua matanya mengetahui indetitas penanya tersebut. "…—rangan…"

Shirou.

Pemilik rambut abu-abu itu berdiri di depannya dengan wajah tidak berdosa sedikitpun.

"…ahahaha leluconmu lucu, Fubuki." Ichirouta tertawa garing sambil melipat kedua tangannya (tentu saja gesturnya yang tadi mau menghajar orang langsung disembunyikannya dengan baik). Otot wajahnya agak menegang, sedikit menahan marah.

Lho, kok Shirou tidak jadi dipukul?

Oh, Shirou imut sih, jadi dimaafkan.

…dan Ichirouta mulai merasa gagal sebagai laki-laki.

Ichirouta menarik nafasnya dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya sendiri. Dia mendehem dan mulai membuka mulutnya lagi. "Jadi begini… sebenarnya waktu aku mengambil celana renangku dari tempat cucian, aku kurang hati-hati. Jadi celananya tersangkut di teralis jendela yang ujungnya tajam…"

Sebenarnya sih ada kronologinya.

.

Flashback

Pada saat itu Ichirouta baru saja selesai mengeringkan pakaian-pakaian yang baru saja dicuci. Lho, kenapa dia mencuci sendiri? Tentu saja, mana mungkin dia meminta salah satu manajer untuk mencuci pakaian dalamnya?

Waktu sedang mengangkat celana renangnya dari mesin pengering, Ichirouta mendengar suara orang-orang yang sedang bercakap-cakap dari luar jendela. Karena merasa kenal dengan suara tersebut, dia melongok keluar, dan voila! Ternyata sosok-sosok itu adalah Mamoru bersama seorang (yang dulu mengaku) alien—Kiyama Hiroto, yang sedang berbincang-bincang dengan akrab. Sekali lagi... akrab.

Bukan rahasia lagi kalau di balik hubungan antara Ichirouta dan Hiroto yang bisa dibilang dekat, mereka diam-diam sering gontok-gontokan. Memperebutkan sang kapten tercinta, tentunya.

Jelas saja pemandangan tersebut sukses membuat pemilik rambut turquoise itu memasang muka jeleknya dan mulai menyumpah dalam hati. 'Hiroto jelek! Jangan dekat-dekat sama Endou! Menjauh sana. Shooo! Shoo!'. Tidak hanya itu, tangan kanannya juga bergerak cepat untuk mengacungkan jari tengahnya keluar saking mengamuknya.

Wreeekk

—dan dia lupa kalau tangan kananya tadi sedang memegang sesuatu—celana renang.

—yang kini menjadi lebih pantas untuk dijadikan kain pel (kalau saja bahannya bukan karet).

"AAAH! Spe*do yang baru kubeli!"

Flashback – end-

.

Secara sepihak Ichirouta menyalahkan Hiroto, bukan teralis jendela yang sudah rusak (dan jelas-jelas berbahaya), dan bukan dirinya sendiri.

.

"Yaah, jadi intinya aku tidak punya pakaian renang… begitu," lanjut Ichirouta sambil menggaruk kepalanya.

"Kenapa tidak beli saja yang baru?" pemuda berambut dread—Yuuto datang, ikut menimpali. Pendengarannya memang paling tajam dibandingkan yang lain dan tentu saja tanpa diraut.

"Tidak bisa! Harga pakaian renang di sini jauh lebih mahal daripada di Jepang. Sekitar tiga kali lipat dan bahannya tidak lebih baik dari bahan pakaian renang yang dijual di obralan," jawab Ichirouta tegas, lengkap dengan muka seriusnya, membuat Yuuto sedikit mengangkat alisnya.

'Kazemaru hemat juga, ya. Atau pelit?'

"Yo, ada apa nih?" seakan mendatangi sebuah arisan (antar laki-laki?), pemilik berambut merah muda—Tsunami Jousuke muncul lengkap papan surfing di tangannya. "Endou, nanti jadi main ke pantai, nggak?"

Mamoru menyahut, "Yo Tsunami! Tentu saja, tapi Kazemaru tidak bisa ikut soalnya pakaian renangnya robek…"

"Hah? Hmm repot juga…" Jousuke meletakkan tangan di dagunya, seakan berpikir. Selang beberapa detik kemudian ia menjetikkan jari, seakan mendapatkan ide. "Ah kan sama-sama cowok ini, nggak usah pakai apa-apa juga nggak masalah."

Tinju Ichirouta yang tadinya batal ditujukan untuk Shirou ternyata tidak sia-sia. Kini mendarat dengan manis di wajah ceria Jousuke.

BUAAAK!

Walau badan Ichirouta termasuk kurus, bukan berarti pukulannya tidak sakit.

Buktinya? Jousuke kini tengah bermesraan dengan lantai.

Sekedar tambahan, Jousuke itu tidak imut (melainkan ganteng, walau warna rambutnya masuk dalam kategori imut), jadi boleh tidak dimaafkan.

Yuuto mendekati mayat Jousuke yang terkapar di lantai, kemudian berjongkok dan menyentuh-nyentuh tubuh pemuda yang lebih tua itu dengan ujung jarinya. Memastikan apa penggemar shio ramen ini masih tersadar atau tidak. "Tsunami, kalau Kazemaru berenang sambil telanjang di pantai, nanti dia bisa ditangkap petugas setempat karena dikira melakukan pelecehan seksual di depan umum…"

"Atau sebaliknya, Kazemaru-kun sendiri yang akan mendapat pelecehan, karena dari belakang orang lain akan mengira Kazemaru-kun sebagai perempuan-tanpa-busana-di-pinggir-pantai," tambah Shirou, masih dengan muka santai.

Yang dari tadi dibicarakan sedang ditahan oleh Mamoru untuk tidak melakukan kekerasan lebih lanjut pada sang Gamemaker dan sang serigala jadi-jadian.

.

.

Endou Mamoru, pemuda 14 tahun, single, dan diam-diam bercita-cita menjadi Sakka God, sedang bingung. Dia yakin kalau Ichirouta pasti sangat ingin berenang, lagipula cuaca hari ini sangat panas.

Mamoru bingung, bagaimana caranya agar Ichirouta bisa mendapatkan baju renang yang baru sekarang. Ingin meminjamkannya? Tetapi ia hanya punya satu potong. Pinjam kepada anggota lain? Lebih baik jangan, siapa tahu anggota yang lain juga ingin ikut berenang, dan lebih baik jangan ditanya sama sekali karena bisa saja mereka bersedia meminjamkannya pada Ichirouta karena merasa kasihan. Kalau sampai itu terjadi, maka Ichirouta sendiri yang akan merasa tidak enak.

Mamoru berpikir kembali, apa sebaiknya ia membelikan yang baru saja untuk Ichirouta?

Mungkin sebaiknya tidak, karena Ichirouta sendiri tidak akan setuju.

(—dan faktanya, jika Mamoru memaksa, Ichirouta akan mengomelinya selama berjam-jam kalau hal seperti itu membuang-buang uang saja… mengingat menurut Ichirouta harga pakaia renang di Liocott sangat mahal)

Mamoru masih berpikir keras. 'Pokoknya Kazemaru harus bisa ikut berenang!'

Semenit kemudian, seakan menirukan gerakan Jousuke, Mamoru menjentikkan jarinya.

.

.

"Sudahlah, aku tidak ikut berenang juga tidak apa-apa kok. Toh, aku masih bisa main pasir atau voli di pantai," kata Kazemaru yang mulai tidak enak karena teman-temannya terlalu memikirkannya, terutama Mamoru. Alasan lainnya juga karena dia sudah lelah dikatai yang aneh-aneh oleh teman-temannya.

"Tidak Kazemaru. Aku punya satu ide lagi agar kau bisa ikut berenang," ucap Mamoru semangat. Entah kenapa di bola matanya dapat terlihat api-api yang sedang membara.

"Yaitu?" tanya Ichirouta ragu, tentunya ia tidak yakin dengan apa yang akan diucapkan Mamoru nanti.

"Kau masih ingat seragammu waktu kau jadi Dark Emperor, kan? Nah seragam itu kan mirip baju renang, jadi kau pakai itu saja ke pantai," jawab Mamoru tanpa ragu, diakhiri dengan senyum yang menandakan kalau ia merasa usulnya paling keren.

Kazemaru diam sejenak, lalu tersenyum. "Endou..."

—dan BUAAAAAAKKK!

Endou itu pemuda yang imut, manis, dan sahabat yang paling ia sayangi.

Tapi bukan berarti Ichirouta punya limit untuk tidak memukulnya.

"Endou… pertama, jangan mengingatkanku pada sosokku yang mengenakan kostum aneh itu," ucap Ichirouta dengan nada rendah dan penuh penekanan, "…dan kedua, MANA MUNGKIN AKU MEMBAWA-BAWA SERAGAM HINA ITU KEMARI!"

.

.

Kazemaru Ichirouta, 14 tahun, single, dan diam-diam berbakat gulat, memutuskan untuk melewati hari liburnya dengan menonton TV saja.

.

.

End

.

Spekulasi 2 - Dua, Celana, dan Delapan Belas -

.

A/N: Kadang teman saya sering bilang "Si X jahat banget, tapi dia ganteng/imut/manis sih... jadi dimaafkan.", dan saya tertular.

.

Q: Non, CMYK apa kabar? Dasar Procrastinator.

A: Aaah, langit malam tanpa indah walau tidak ada bintang.

Q: Mbak, terus chapter selanjutnya tentang apa? Makanya kalau bikin jangan random dong.

A: Maaf deh 2 mungkin tentang Fifth Sector yang fashion sensenya sedikit dipertanyakan? Atau para manajer empat musim yang ternyata skillnya jauh lebih dewa daripada para pemain aslinya (yang main Inazuma Eleven Strikerspasti tahu orz)? Atau mungkin tentang jambang Tsurugi? Ayo berspekulasi dengan saya.

Terima kasih yang sudah membaca :). Maaf kalau banyak mengecewakan. Silahkan rajam saya (dengan cinta tentunya) /plak/