Disclaimer: Masashi Kishimoto

Main pairing: SasuHina (fiction CANON)

Genre: Romance, Hurt


1

The Beginning


Hi no Kuni, 19 Desember 19xx

Terdengar melengking, sudah jelas itu tawa cekikikan. Hal-hal yang dianggap lucu oleh seseorang belum tentu dianggap sama oleh orang lainnya. Berbagai macam ekspresi menghiasi wajah segar muda-mudi Hi no Kuni, ini adalah permulaan, awal hidup baru.

Hari pertama, tugas pertama, misi pertama—well walau pada kenyataannya banyak hal buruk terjadi sebelum canda tawa terngiang hingga pelosok Desa. Padahal ini belum terlalu lama, hanya dalam jangka waktu enam bulan kesedihan seolah sirna.

Apa untungnya menyimpan duka, toh bukan hanya dirimu yang mengalaminya—mungkin rekanmu, saudaramu, sensei, orang yang kau anggap penting, semua bersedih atas kejadian pilu kala perang merenggut nyawa tak berdosa.

Siapa sangka jika kunoichi berambut gelap di sana telah kehilangan seluruh anggota keluarganya. Bagaimana dengan si kecil yang asyik bermain kartu di sudut, ia sebatang kara sejak lahir—bahkan sebelum perang dimulai. Lalu orang tua yang telah kehilangan kedua kakinya, cacat diri tak memadamkan semangat api di hatinya walau itu hanya sekedar bekerja dibelakang layar.

Mereka telah bersedih jauh-jauh hari sebelum perang. Hal-hal terjadi begitu saja, tidak tahu-menahu tentang sebab dan akibatnya. Siapa yang mampu membaca masa depan? tak seorangpun. So, dalam keadaan perang atau tidak, perbedaannya tidak terlalu mencolok. Sedih dan gembira datang berganti, jika hari ini kamu bersedih, maka esok hari kamu pasti tertawa. Kehilangan satu atau dua orang nyawa belum seberapa jika dibandingkan kehilangan nyawa sendiri. Maka beruntunglah mereka yang mampu bertahan hidup dalam perang dahsyat enam bulan yang lalu.

Lima ribu shinobi dan penduduk sipil menjadi korban keegoisan satu orang, Uchiha Madara. Jangan sebut nama itu dimanapun, ia aib bagi lima Negara besar. Nenek moyang dari suatu klan besar nan ditakuti, rela membunuh dan memusnahkan apa saja demi ambisinya. Keturunan iblis dari Klan Uchiha, pembangkang nomor satu dari Hi no Kuni.

Pria itu adalah dalang dari semua bencana enam bulan yang lalu. Korban yang berjatuhan adalah Ibu, Ayah, Kakak dan Adik kita—bohong jika mereka melupakannya. Senyum dan tawa itu hanya topeng, seolah ia berkata, 'hei, aku baik-baik saja,'

Tapi hidup harus berlanjut, siapa yang sunkan berlama-lama dalam kesedihan. Jika hari ini tawa dan canda mereka terlihat palsu, maka esok hari tawa dan canda itu akan berubah nyata dengan sendirinya. Ingat, dunia ini berputar—jika hari ini kamu di bawah, maka esok hari kamu berada di atas. Aku telah melihat contoh, dia salah satu temanku. Dulu ia dibenci, dihina, dikucilkan—namun kini ia dikagumi semua orang.

Manusia sempurna, kagumku padanya tak akan pudar oleh waktu. Awalnya aku hanya bisa melihat sosoknya dari jauh, lama-kelamaan kami hanya berjarak beberapa meter, lalu kemudian aku tepat dibelakang punggungnya—dan lalu…aku bersandar dipunggungnya—dan kini aku berada disisinya, memegang erat tangannya—menyentuh wajahnya.

Uchiha Madara tidak seberapa, kekuatan orang ini jauh melampaui iblis Uchiha itu. See, aku tidak takut dengan tragedi perang ninja. Aku tak bersedih lagi, walau hampir setengah kerabatku menjadi korban. Kehadirannya membuatku tenang, tidak—maksudku membuat kami tenang, warga Hi no Kuni memiliki seorang pelindung kokoh, aku yakin Negara lain iri melihat kami…

Si blonde membuat lipatan kertas sebagai tanda akhir bacaannya.

Bukan berarti karena ini adalah perpustakaan maka semua orang akan diam setelah berada didalamnya. Mengingat hari-hari kemarin, dan hari-hari sebelum kemarin—para kunoichi menggunakan perpustakaan sebagai tempat bergosip ria.

Kunoichi ini tidak sombong, mereka hanya terlalu menjaga image di depan warga sipil. Tak ada lagi gosip di pinggir desa, suara keras-keras, apalagi tingkah konyol kala melihat shinobi tampan—ck, itu cerita lama. Kini mereka terlihat berwibawa, well—hal ini tidak lepas dari popularitas kala berada di garis depan perang ninja keempat dua tahun yang lalu.

'Aku telah berpartisipasi dalam perang, sikap kekanak-kanakan harus dihindari, waktunya dewasa di depan warga,' kurang lebih seperti itu prinsipnya.

Sasarannya adalah perpustakaan shinobi, tempat kumpul paling nyaman untuk bergosip—setidaknya di perpustakaan tak ada warga sipil yang melihat. Ia adalah Yamanaka Ino, si blonde kini akrab disapa 'senpai' oleh para juniornya. Membentuk perkumpulan sendiri tidak terlalu rumit jika dibantu Haruno Sakura.

Jangan harap waktu makan siangmu akan sia-sia jika kau dalam perkumpulan mereka. Seolah tak pernah kehabisan bahan, Sakura dan Ino selalu bercerita panjang lebar di depan para juniornya.

Dua meja didepannya adalah uzumaki Naruto, tak terganggu dengan suara keras Ino, ia tetap berkonsentrasi dengan paper yang ia baca. Itu adalah sebuah tulisan tangan, paper ini membahas tentang konflik hati para shinobi setelah perang berakhir. Jika dilihat dari tanggal pembuatannya, itu sekitar enam bulan setelah Perang Dunia ninja keempat.

Entah pria atau wanita yang membuat paper ini—orang itu berusaha bankit dari keterpurukan. Si penulis mengidolakan seseorang, teman atau kekasih. Ia membahas tentang semangat, harapan, pantang menyerah, dan sejenisnya. Jelas sekali ia menulis paper dengan hati gundah, tulisannya tidak hanya untuk menyemangati orang lain tapi untuk dirinya sendiri.

Naruto bukan kutu buku, atau lebih tepatnya omong kosong bila Naruto adalah kutu buku. Mana mau ia membaca paper setebal ini di perpustakaan yang lebih layak disebut kantin. Suara tawa Ino dan hentakan meja Sakura membuat orang di sekitar mereka gerah.

Sesekali si blonde memijit pelan pelipisnya, seolah bongkahan batu besar menahan kuat-kuat di sana. Telinganya ngilu dan berdengung, efek dari sakit kepala yang satu minggu terakhir tak kunjung sembuh. Belum lagi rasa sakit di bahu kirinya—terkilir kala melaksanakan misi, 'oh Kami—di mana letak kebaikan itu,' batinnya.

Naruto mengenal Ino dan Sakura sejak balita. Ia tahu betul watak kedua gadis Konoha itu—mereka memang berisik sejak kecil. Tentu saja bukan karena suara bising yang menjadi sumber sakit kepala ini—dan bukan pula karena membaca lama-lama diperpustakaan. Ada hal lain yang mengganggu pikirannya, atau lebih tepatnya seseorang.

Ini terlalu rumit untuk ukuran otak tumpul, dibutuhkan manusia-manusia dengan otak jenius untuk memecahkan masalah ini. Anggap saja di sana adalah Nara Shikamaru, Uchiha Sasuke dan si mantan anbu Nee, Sai. Ketiga orang itu bahkan bergeleng-geleng ria kala meresapi masalah cinta yang tak kunjung reda.

Tunggu dulu, ini bukan masalah cinta pada umumnya. Bukan cinta biasa, atau lebih tepatnya sebuah cinta salah paham. Siapa yang tidak senang kala seseorang menyukaimu, dalam hal ini adalah cinta—itu jika kamu mencintainya pula, bagaimana jika kau tidak mencintainya? sementara gadis yang sebenarnya kau cintai hanya berjarak beberapa meter darimu namun tak kunjung berhasil kau menggapainya. 'tsk, sungguh menyebalkan,' batinnya.

Pahlawan Hi no Kuni sekelas Uzumaki Naruto telah terjebak dalam masalah cinta seja berusia tujuh tahun, well cinta sejatinya adalah Haruno Sakura. Namun yang menjadi masalahnya, 'sejak kapan ia memberikan celah untuk orang yang tidak dicintainya.'

Berawal dari rasa peduli, iba, kasihan—yeap, seseorang bisa menyalah-artikan perlakuan baik orang lain, apalagi jika menyangkut urusan pria dan wanita.

Walau dunia terbalik sekalipun, cinta Naruto resmi hanya untuk Sakura. Semua nakama tahu akan hal itu, jadi jangan salahkan Naruto jika kali ini ia mengkhianati cinta lainnya. Sejak awal hanya untuk Sakura—bukan untuk orang lain. Walau sekeras apapun ia berpaling, semakin kuat pula rasa cinta itu untuk si cherry.

Shikamaru mengernyit tanda bingung, Sai hanya tersenyum mendengar ocehan Ino di seberang, sementara sahabat kentalnya, Uchiha Sasuke nampak berpikir keras.

Sebenarnya ia bukan tipe pecinta, well maksudnya—bukan orang yang gampang putus asa karena cinta. Mengingat manusia berwajah es sekelas Uchiha Sasuke tidak pernah pusing dengan wanita, ia merasa sarannya tak dibutuhkan dalam kasus Naruto. Tapi berhubung ini menyangkut 'hati' si blonde, ia turun tangan. Tahu nasihatnya apa?

"Salah satu peraturan shinobi, hindari wanita," ia berdehem pelan, "sudah kukatakan berulang kali—wanita hanya penghalang bagi shinobi."

"Hoi teme, aku berbeda denganmu—kita sedang membicarakan Haruno Sakura, bukan dia," suaranya agak berbisik ketika menyebut nama si cherry.

"Ya sudah," hanya itu balasannya.

"He? hanya itu?" Naruto nampak konyol dengan ekspresi itu.

Shikamaru berdecak kesal, "kita membuang-buang waktu di tempat ini hanya untuk membahas dua wanita?" dari ekspresi itu seolah-olah ia tidak percaya telah menghabiskan waktu lama-lama diperpustakaan dengan masalah cinta Naruto.

"Sai, menurutmu?" Naruto meminta saran.

Setia dengan ekspresinya yang selalu tersenyum, "berhubung aku dan Aakura berada di tim yang sama, tentu saja aku mendukungnya."

"Yosh! Sudah kuputuskan," Pria berkulit tan itu bersemangat.

"Hoi! Baka! Kau berani menentang keputusan Tetua Konoha?" nada suara Shikamaru sukses membuat beberapa kunoichi di sana diam seketika.

'Keputusan?'

'Tetua Konoha?'

'Masalah apa yang membelit si blonde sehingga harus berurusan dengan para Tetua Hi no Kuni?'

"Sudahlah, kita bicarakan nanti." Shikamaru bangkit berdiri.

"Sudah waktunya?" Sai bangkit pula.

"Semoga beruntung misi kali ini?" Sasuke memberi semangat kedua rekannya.

Itu beralasan, misi Sai dan dan Shikamaru adalah misi lanjutan dari misi minggu lalu. Awalnya mereka bertiga dengan Kiba—hal buruk menimpa pria penyuka anjing itu, sehingga misi dibatalkan sementara.

"Sasuke-kun, jaga dia," matanya mendelik ke arah si blonde yang kebingungan, "jauhkan kunai darinya, bisa-bisa ia bunuh diri karena wanita," langkah kaki keduanya diiringi seringaian.

Setelah akrab dengan Shikamaru, terkadang Sai mengikuti tingkah malas dan kalimat-kalimat pria berkuncir itu. Jujur Sasuke agak heran kala melihat Sai yang ikut-ikutan tertawa mendengar candaan tentang bunuh diri.

"Ini adalah permulaan," tatapan si blonde sendu.

"Untuk hidup yang baru?" Sasuke menebak.

"Bukan, tapi permulaan untuk menghancurkan hatiku…."

"Kau terlalu puitis—ikuti saranku, hindari wanita—beres masalah," ia mengambil paper dihadapan sahabatnya, "dia tidak cocok untukmu, carilah orang yang sederajat."

"Hoi, dia bukan rendahan," Naruto menarik paper itu kembali.

"Katakan pada Tetua isi hatimu, jika mereka manusia, pasti mengerti—bukankah ini menyangkut masalah selera," pria berambut raven itu mengulurkan tangannya, "tapi apapun itu—selamat," ia menyeringai, "kau akan segera menikahi seorang Hime."


Uchiha Sasuke, sahabat kental Uzumaki Naruto. Sang Uchiha tunggal kebanggaan Hi no kuni, pria berusia dua puluh tujuh tahun yang kini hidup sebatang kara.

Setelah Perang Dunia ninja keempat, hari-harinya disibukkan dengan misi rank A dan S. Setelah semua keburukan yang terjadi, ia merasa perlu melakukan sesuatu untuk memperbaiki nama klan Uchiha—dan janjinya kepada Itachi-nii menjadi motivasi untuk lebih baik lagi.

Gelar sebagai buronan kelas S sirna seketika, pria tampan itu adalah salah satu kunci keberhasilan memenangkan perang ninja. Walau Madara berasal dari Klan Uchiha, ia pantang mendukung kejahatan sang nenek moyang.

Jika saja iblis Madara tidak memulai masalah ini, ia berani bersumpah atas nama Kami—ceritanya pasti akan berbeda. Niisan tidak perlu menjadi mata-mata ganda, membunuh orang tua mereka, mengorbankan klannya, menjadi buronan paling dicari, tergabung dalam teroris ternama, Akatsuki. Hal itu semata-mata hanya untuk melindungi Hi no kuni. Bahkan di saat-saat terakhir hidupnya sebagai edo tensei, putra sulung Uchiha Fugaku itu masih membanggakan nama desanya.

Betapa Itachi adalah Uchiha sejati, shinobi setia, dan seorang niisan yang baik. Menyesal ia merencanakan pembunuhan terhadap saudaranya—hingga harus Memanfaatkan salah seorang sannin sekelas Orochimaru demi memperoleh kekuatan. Sungguh disesalkan, Sasuke telah membuang masa remajanya demi dendam omong kosong yang buta arah.

Walau pada kenyataannya Orochimaru mengakui beberapa hal—misalnya tentang kekuatan si bungsu Uchiha yang melampui Uchiha manapun, keteguhan hatinya untuk tidak menghancurkan Konoha di saat Desa itu sedang lalai kala perang berlangsung. Sebagai seorang nuke-nin, ia tergolong berhati emas.

Jika kau bertemu dengannya hari ini, bandingkan ia dengan empat atau lima tahun yang lalu, tak ada yang berubah dari dirinya. Bedanya, pria tampan itu hanya membuka hati untuk orang-orang disekitarnya. Ia masih tetap Sasuke yang dulu—shinobi bermata kelam, kulitnya masih pucat, agak angkuh, terkadang suka menyendiri, tidak banyak bicara—malah hanya terdengar kata, 'hn' kala sedang bercakap.

Rasa dendam itu seolah pergi entah ke mana, mungkin Itachi membawa itu bersama kematiannya. Impian sang kakak tidak terlalu tinggi—ia akan bangga jika Adiknya melakukan hal-hal benar. Melindungi Konoha adalah alasan utama Itachi hidup di dunia, hal itu pula yang menjadi alasan Sasuke kembali berbakti pada Konoha.

Kini Uchiha tunggal itu adalah shinobi Konoha—bukan lagi nuke-nin pendendam dengan sorot mata penuh benci. Seorang Uchiha taat yang melindungi Hi no kuni, pria yang rela mengorbankan jiwa dan raganya demi Desa tercinta.

Dua tahun yang lalu, banyak shinobi yang meninggal dan terluka parah sesudah perang. Saat itu proses penataan ulang sistem menjadi masalah utama bagi lima Negara. Misi berdatangan tanpa henti, Negara yang tidak menganut sistem shinobi mengajukan diri pertama kali. Adalah bandit-bandit yang memanfaatkan situasi itu, sandang-pangan dan hasil bumi menjadi sasaran empuk penjahat kelas teri.

Tebak apa yang dilakukan Uchiha Sasuke?

ia sama sekali tak mengambil jatah libur—jika sanggup, Sasuke mampu mengerjakan dua misi dalam seminggu. Di saat para Nakama sedang istirahat dan merawat luka-luka mereka, hanya Sasuke seorang yang berlarian di atas pepohonan untuk memenuhi panggilan Negara non-ninja.

Masa suram telah berlalu, kini keadaan mulai stabil. Tidak ada lagi antrian misi di meja Kage, para shinobi bekerja ekstra demi menetralkan Negara Api dan sekitarnya. Aliansi shinobi tetap berlanjut, lima Kage semakin rutin melakukan pertemuan. Pembahasan tidak jauh-jauh dari keamanan Desa, pembagian hasil pangan dan hasil bumi, serta kestabilan para bijuu dan jinchuriki.

Siluman berekor adalah sumber kekuatan suatu Negara, dalam hal ini adalah beberapa Desa yang memanfaatkan kekuatan chakra tanpa batas. Seorang jinchuuriki akan memperoleh chakra tanpa batas jika berhasil menjinakkan siluman di dalam tubuhnya. Tak diragukan lagi, Naruto telah mencapai tahap itu. Putra tunggal Yondaime Hokage adalah sumber utama kekuatan Desa, pahlawan Hi no kuni, tangan kanan Hokage dan sumber penyemangat para nakama.

Itu dulu—kini Sasuke mendampingi Naruto, atau lebih tepatnya Sasuke mendampingi Hokage. Mengingat Naruto tak secerdas Sasuke, pria raven itu lebih banyak memberi saran dan masukan pada Tetua. Coba tebak apa saran Naruto? well—tidak jauh dari hal-hal konyol tentang menjadi Hokage ke enam disaat dirinya masih menyandang status gennin.

Sang Uchiha tunggal secara otomatis dilantik sebgai Ketua klan Uchiha. Bukan menjadi suatu kebanggaan, malah menjadi lelucon. Bagaimana tidak, dirimu adalah ketua dari suatu klan legendaris yang tidak memiliki pengikut.

Shikamaru berkata, "jika diriku adalah Uchiha, aku rela menjadi pengikut pertamamu?" Naruto mencibir seperti biasa, "hanya jangan mati saja, maka Uchiha tidak akan punah," di saat yang sama Lee berkomentar, "segera menikah dan miliki keturunan, hanya itu kunci sukses agar klan Uchiha tidak punah dari dunia shinobi."

Ungkapan Shikamaru dan Naruto masih mampu diterima otaknya, tapi ungkapan Lee benar-benar tidak pernah ia pikirkan. Shinobi tidak harus terikat oleh sesuatu atau seseorang, shinobi adalah manusia bebas yang berhak menentukan jalan hidupnya sendiri.

Jika ia harus memiliki keturunan, setidaknya bukan sekarang. Dua puluh tujuh tahun masih sangat muda untuk ukuran seorang pria. Oke baiklah, setidaknya beri ia jedah beberapa tahun. Sasuke adalah remaja yang diliputi dendam, dan masa remaja itu sendiri dihabiskan untuk rencana pembunuhan saudaranya sendiri. Kini masa-masa sulit telah pergi, beri ia kesempatan untuk menikmati hidup sebagai pria bebas.

Misalnya melaksanakan misi tanpa henti, menjadi mata-mata di daerah musuh, mengadakan pertemuan dengan para senpai setiap sabtu dan minggu—yang berujung pada acara minum sake bersama di kedai favoritnya, berkumpul dengan teman sekelasnya semasa gennin—mendengar cemoohan para nakama—atau apalah pembahasan mereka yang selalu membuat hatinya lebih senang.

Dia tinggal di sebuah apartemen—seorang diri. Walau kau memiliki satu atau dua orang tetangga, jangan harap mereka ada di rumah Jika kau berkunjung. Well, shinobi adalah tetanggamu—mereka selalu melaksanakan misi setiap hari kerja. Jadi tak akan ada acara kumpul-kumpul tetangga kecuali kau menjadwalnya terlebih dahulu.

Kembali pada komentar Lee sebelumnya, "segera menikah dan miliki keturunan, hanya itu kunci sukses agar klan Uchiha tidak punah dari dunia shinobi," kalimat serupa telah diungkapkan Tsunade–sama jauh-jauh hari sebelumnya.

Khusus untuk dua pilar Desa—Uzumaki Naruto dan Uchiha Sasuke, mencari gadis adalah misi rahasia mereka dalam dua tahun terakhir. Hashirama Senju dalam mode edo tensei telah mengungkapkan hal itu di akhir perang, "lestarikan pilar desa," beliau tidak mengatakan itu adalah Sasuke dan Naruto—namun hanya orang bodoh yang tak mengerti maksud kalimat sang Hokage pertama.

Setelah melewati musim-musim yang panjang, akhirnya diputuskan bahwa Uzumaki Naruto sang jinchuuriki kyuubi akan dinikahkan dengan seorang Hime dari klan ternama Hi no Kuni.

Walau ini masih menjadi rahasia, bohong jika orang-orang disekitarnya tak mengetahui kabar bahagia itu. Sebut saja Sasuke, Shikamaru dan Sai, mereka adalah manusia-manusia yang sangat super bosan mendengar keluhan tentang pernikahan. Bayangkan—hampir setiap hari, di setiap misi, atau bahkan saat berpapasan di jalan, si blonde selalu membahas masalah pernikahannya dengan sang Hime.

Seolah ada keraguan di hati itu, atau lebih tepatnya—hati sang jinchuuriki mencintai wanita lain. Semua juga tahu, wanita yang disukai Naruto adalah Sakura. Sementara Sakura? entah bagaimana perasaannya pada Naruto. Jika dulu ia mencintai Sasuke, kini si cherry lebih cuek. Bahkan di sebuah kesempatan, di depan para nakama—Sakura danSasuke-kun layaknya kakak-beradik.

Sumber kegalauan Naruto adalah, Sakura tak mengetahui pertunangannya dengan si Hime—kira-kira apa yang tejadi jika si cherry mengetahui hal itu.

Apakah ia akan marah?

Apakah ia akan cemburu?

Apakah ia akan bersedih?

Kabar buruknya, setelah perang berakhir—keakraban mereka nampak lebih baik. Lebih baik dalam arti baik—jika dulu Sakura sering berkata kasar, kini ia jauh lebih lembut kala bersama si blonde.

Hei, bukankah itu suatu kemajuan?

Nah, kini Naruto dihadapkan pada dua pilihan. Mengikuti perintah para Tetua untuk menikah dengan Hime, dimana si Hime nampak sangat mencintai dirinya—atau mengikuti kata hatinya, untuk tak berpaling dari Sakura-chan cinta pertamanya.

Dua masalah ini menjadi alasan kuat mengapa Uzumaki Naruto menghadap langsung pada Hokage dan Tetua Hi no Kuni.

Itu adalah ruang rahasia milik Nee, entah apa yang dipikirkan para Tetua hingga mengadakan pertemuan di daerah bawah Konoha. Seolah saja masalah pernikahan ini lebih buruk dari aib manapun sehingga harus dibicarakan secara sangat rahasia.

Telah hadir di sana Hyuuga Hiashi selaku Ketua klan Hyuuga. Ia merupakan saudara kembar dari mendiang Hyuuga Hizashi dan paman dari mendiang Hyuuga Neji. Hiashi adalah penerus klah Hyuuga ke-14, semasa jabatannya—ia telah sukses membawa nama Hyuuga sebagai klan elit yang dihormati kawan maupun lawan.

Sudah pasti Senju Tsunade hadir di sana—ditemani Nara Shikamaru, Hatake Kakashi, dan dua mantan anggota Nee, Sai dan Yamato. Well, hanya orang-orang inilah yang mengetahui pertunangan rahasia Naruto dan Hime Hyuuga.

Anggap saja Haruno Sakura tak mengetahui apapun, si gadis cherry nampak kebingungan bukan main. Wajahnya agak pucat, kali ini pikirannya melayang terlalu jauh. Misalnya tentang perang ninja kelima, pengkhianat Desa, edo tensei, atau apalah—yang menyerupai kejadian-kejadian terdahulu dan sempat menggegerkan Konoha.

Datang paling akhir, Uchiha Sasuke berdiri diantara dua rekannya. Jika Sakura terlihat pucat, lain halnya dengan ekspresi si mata onyx—yeap ia lebih santai. Ekspresi wajahnya datar, tak ada emosi di sana, sesekali ia melipat kedua tangannya, yang ada dikepalanya sekarang, 'mungkin hari pernikahan dobe akan segera ditentukan,' well, bisa saja ini terlalu rahasia mengingat Naruto adalah jinchuuriki, maka dari itu pembicaraan harus dilaksanakan di bawah tanah.

"Uchiha Sasuke," Hokage ke-5 memecah keheningan.

"Hai' Hokage-sama," suaranya pelan, bahkan sangat-sangat pelan.

Wanita berusia tujuh puluh tahun itu berdehem pelan, "bagaimana dengan misi yang kuberikan padamu?" ada jedah, mata sewarna madu itu bergantian meneliti dua shinobi kepercayaannya, "mengenai pernikahan."

Bukannya langsung menjawab, malah hening seketika. Sasuke yang menjadi sasaran pertanyaan terlihat bingung.

'Bukankah pertemuan ini untuk membahas pernikahan si dobe?'

'Bukankah si dobe akan segera menikah? lalu kenapa malah aku yang pertama kali ditanyai?'

"Jawablah Nak," Utatane Koharu, sang Tetua Konoha angkat suara.

Benar, Sejak kapan Sasuke memikirkan masalah pernikahan dan keturunan. Selama ini isi kepalanya hanya dibatasi oleh masalah misi dan misi, dan misi lagi. Dua tahun bukan waktu yang lama, dan rasanya itu belum cukup untuk misi. Ia masih menginginkan lebih, lebih dan lebih waktu lagi.

"Sampai kapan?" Himura Mitokado bersuara juga.

"Saya akan memikirkannya lagi," akhirnya ia bicara, ada jedah—terlihat betul sang Uchiha bungsu kurang nyaman dengan pembicaraan ini, namun demi menghargai Kage dan Tetua—mau tak mau ia harus memberi jawaban, "beri saya waktu," katanya kemudian.

"Tidak perlu repot-repot," jika kau melihat senyum Koharu-sama saat ini, seolah-olah ada bunga dan kupu-kupu disekitarnya.

Otak cerdas uchiha Sasuke merespon seketika, 'tidak perlu repot-repot, apa maksud kata itu?' batinnya. Apa maksud para Tetua ini? bukankah Naruto diprioritaskan karena ia adalah seorang jinchuuriki?

"Hyuuga Hiashi," mata wanita tua itu mengarah pada Ketua klan Hyuuga di sana, "dia adalah Uchiha sasuke, calon menantu untuk Hyuuga,"

Masih terngiang perkataan Tsunade-sama dua tahun yang lalu, "Kakashi, sebaiknya kita dahulukan Naruto, aku tak sabar memangku cucu dari jinchuuriki," apa maksud kata-kata itu. Apakah hanya Sasuke seorang yang menganggap itu adalah omongan paling serius di dunia?

Sepengetahuannya, telah dibuat sebuah kesepakatan antara Ketua klan Hyuuga dan para Tetua Konoha, bahwa jinchuuriki akan dinikahkan dengan seorang Hime Hyuuga. Lalu mengapa kali ini Koharu-sama memperkenalkan Uchiha Sasuke sebagai calon menantu klan Hyuuga?

'Demi Kami yang menguasai langit dan bumi, si dobe pasti telah melakukan sesuatu' batinnya.

"Jangan tampakkan ekspresi seperti itu?" Hokage mendecak kesal, "seolah saja kau sedang dalam pertempuran melawan musuh," katanya lagi, "ini hanya pernikahan, menikah dengan wanita tak akan merubah apapun, Sasuke," ia memicingkan matanya, "wanita tidak berbahaya," Hokage cantik itu bergeleng-geleng ria seolah sedang mencemooh.

Wanita tua ini berucap seolah-olah menikah adalah hal yang mudah. Betapa kesalnya Sasuke, namun apalah arti kekuatan seorang Uchiha, kini ia sebatang kara, mau tidak mau, suka tidak suka—ia harus patuh pada mereka.

"Aku menolak!"

Kalimat lantang itu sukses membuat beberapa orang di sana mendelik ke arah si Uchiha muda, bisa jadi ini akan berujung pada sebuah pertentangan dimana pertentangan itu akan memicu kemarahan, dan kemarahan akan membuatnya meninggalkan Desa seperti dulu.

"Aaaggr, jangan bilang kau akan lari dari desa lagi," Hokage makin kesal.

"Aku ingin berkonsentrasi pada misi-misi dari anda, semua ini demi Hi no Kuni," lanjut Sasuke.

"Jadi maksudmu setelah menikah, ruang gerakmu sebagai shinobi akan dibatasi?" Himura Mitokadu yang berbicara.

"Saya tidak memikirkan masalah pernikahan dan keturunan, tujuanku kembali ke Konoha hanya untuk melanjutkan apa yang telah ditinggalkan oleh Uchiha Itachi," ekspresinya datar, rahangnya mengeras—kentara betul ia sedang tidak senang.

"Maka anggap saja kau melanjutkan tekad Itachi," Himura-sama mencondongkan kepalanya, "percayalah Nak, aku kenal betul Uchiha Itachi—dan jika ia masih hidup sekarang, kami tak mungkin memilihmu untuk tugas ini,"

"Kakakmu jauh lebih hebat dari Uchiha manapun, jangan samakan dirimu dengan Itachi," Koharu-sama menimpali.

"Aku tak ingin membedakan siapa yang kuat dan siapa yang lemah, intinya Sasuke harus bersedia menikah dengan Hime Hyuuga," Tsunade memijit pelipisnya, "kau jangan membuatku malu, ini telah dibicarakan sebelumnya," well bagaimana ia akan bersikap dihadapan Ketua Hyuuga jika dua calon shinobi yang diusulkannya menolak menikahi Hime Hyuuga.

Diam sejenak, hening—semua orang di sana nampak berpikir. Si dobe Naruto tak punya niat melirik pria kelam di sisi kirinya. Setelah ini akan ada insiden saling tinju atau apalah—Naruto hanya perlu menyiapkan alasan kuat agar sahabatnya tidak murka.

Ia tahu betul—diantara mereka berdua, Sasuke yang paling menolak misi bodoh ini. Setelah mendengar bahwa Naruto diprioritaskan, si raven itu berlega hati, setidaknya ia tidak perlu berurusan dengan wanita.

Namun terkadang apa yang kita harapkan tidak sesuai kenyataan, kini bukan lagi Naruto yang akan dinikahkan, malah Sasuke. Ibaratnya kau sedang berjalan dalam kesunyian, tiba-tiba dari arah belakang seseorang menepuk punggungmu dengan keras, tindakan itu membuatmu tersentak dan kau tak bisa berbuat apa-apa selain kaget—atau singkatnya, ini adalah serangan telak.

"Baiklah, akan ku beri waktu," Tsunade-sama memecah keheningan.

'Apalagi sekarang,' batin Sasuke.

"Akan ku beri waktu tiga puluh hari," diliriknya Hime Hyuuga yang bersanding tenang di samping sang Ayah. Tak satupun dari mereka yang bisa membayangkan bagaimana rupa Hime itu, mengingat sedari-tadi ia hanya diam menunduk memandangi corak yukata yg dikenakannya, "sebagai proses untuk saling kenal, kau akan tinggal bersama dengan Hime Hyuuga selama tiga puluh hari,"

"Tinggal bersama," nada suaranya terdengar berat—percayalah, jika ia sedang berhadapan dengan musuh saat ini, Sasuke pasti akan membakar habis benda ataupun seseorang yang berdiri didepannya.

"Jika kau maupun Hime merasa tidak cocok, maka pernikahan ini akan dibatalkan, bagamana?" bukannya meminta persetujuan Uchiha Sasuke, Tsunade malah mencondong ke arah Hyuuga Hiashi.

"Jika itu keputusan anda, saya menghargainya," perkataan Hiashi-sama diiringi anggukan dari dua Tetua Konoha, Himura mitokado dan Utatane Koharu.

Dengan ekspresi penuh rasa bersalah si blonde melirik ke arah si raven, bibirnya bergerak tanpa suara, 'maafkan aku teme….'

Well, awal mula yang baik untuk Uchiha Sasuke.

Satu review dari anda sangat berharga untuk saya—dan untuk kelangsungan fiction CANON ini. jadi MOHON REVIEW-X

Senin, 23 Februari 2015

-Prince of Sharingan-