SAKURA, AKU MENYUKAIMU
"Sasori?" aku terkejut melihat sosok yang muncul di depanku.
"Hai, Sakura. Sudah membaik?" tanya Sasori kepadaku sambil menduduki kursi dekat ranjang.
"Iya, tapi masih sedikit pusing," jawabku.
"Kalau masih pusing, lebih baik kau istirahat di sini saja dulu. Atau aku mintakan izin pulang saja?"
"Tidak perlu, terimakasih. Sedang apa kau di sini? Bukankah ini masih jam pelajaran?"
"Eeem.. aku... Hanyainginmelihat kondisimu. Masih demam," Sasori meletakkan telapak tangannya di atas dahiku. Deg...deg...deg... Jantungku tiba-tiba berdetak cepat.
Hah... kejadian kemarin masih saja membekas di otakku, atau tepatnya di hatiku. Sasori yang selama ini menjadi teman ributku, kini menjadi penyejuk di hatiku. Entah sejak kapan, bahkan tidak pernah terpikir dalam benakku untuk menyukai orang seperti dia.
Tanganku kembali terfokus pada buku biru yang ada di depanku. Dengan lincah pena yang kugenggam dari tadi kini menari di atas buku itu. Sebuah curahan hati.
Apa aku mulai jatuh cinta? Itu yang kini menjadi pertanyaanku. Aku tidak pernah tahu rasanya jatuh cinta. Apakah seperti yang aku rasakan sekarang ini? Hatiku selalu merindukannya. Rasanya aku selalu ingin di dekatnya. Karena berada di dekatnya hati dan jiwa ini terasa nyaman. Cinta? Apa itu cinta?
Aku menutup buku sampul biruku. Dan lagi-lagi, kejadian di UKS kemarin kembali muncul dalam bayanganku
Kacha Bening~~~
Sore ini hujan lagi. Aku masih berdiri di depan toko buku. Ayah tidak bisa menjemputku karena pekerjaan. Tak ada jalan lain, selain menunggu hujan reda untuk menuju halte. Aku mendekap tubuhku dengan kedua tanganku. Dingin.
"Sakura!" teriak seseorang yang tiba-tiba muncul di pinggir jalan. Dia membuka helm dan turun dari motornya. Sasori? Deg!
"Membeli buku ya? Sudah dari tadi?" tanya Sasori dan hanya aku jawab dengan anggukan.
"Ayo pulang bersama!"
"Ti..tidak perlu," jawabku tanpa melihat wajahnya. Bukannya apa, tapi aku hanya malu jika tiba-tiba wajahku berubah menjadi merah.
"Kenapa?" tanya Sasori yang hanya aku jawab dengan gelengan.
"Akhir-akhir ini kau jadi aneh, Sakura" kata Sasori lirih hampir tidak terdengar. Wajahnya mengisyaratkan kebingungan.
"Kau bilang apa?" tanyaku, padahal aku mendengarnya tadi walaupun samar-samar.
"Ah...Tidak! Hujannya sudah mulai reda. Ayo!" ajak Sasori, belum sempat aku menjawab dia sudah menarik tanganku.
To be continue...
