The Incuvamp
Jika orang-orang biasanya ke perpustakaan itu untuk membaca buku, berbeda dengan Sehun. Akhir-akhir ini ia sangat sering ke tempat ini bukan untuk membaca atau meminjam lembaran kertas yang di jilid jadi satu itu. Ia sama sekali tidak berminat. Sama sekali bukan gayanya. Lalu kenapa dia jadi senang sekali ke Perpustakaan di jam istirahat, padahal perutnya dalam keadaan lapar tak tertahaankan?
Itu semua karena Mr. Oh ini sedang jatuh cinta. Tapi anehnya kali ini pada seorang namja. Awalnya ia tidak terima. Tapi semakin ia berusaha menolaknya semakin ia memikirkan orang itu. Biar bagaimanapun juga laki-laki itu sangat keren menurut Sehun. Tapi sayang sekali mereka ada pada level yang berbeda. Itu membuatnya yang memang sudah pemalu jadi semakin malu hanya untuk sekedar berkata 'Hey!'. Memangnya siapa dia? Kenal juga tidak.
Jongin itu pintar sangat pintar hingga membuat guru sekalipun terlihat bodoh jika berdebat dengannya. Jika biasanya seorang siswa yang akan was-was jika pelajaran di mulai, tapi berbeda dengan Jongin. Sang Guru lah yang akan ketakutan setiap kali akan memasuki kelasnya.
Lagi-lagi dia tertidur. Apa dia sangat lelah pikir Sehun. Pasti jadi orang pintar itu sangat melelahkan, makanya Sehun tidak mau. Dia itu gampang stress. Jadi ia menghindari berfikir terlalu keras.
Sudah beberapa minggu ini Sehun terus saja mengamati Jongin. Dan kadang ia merasa ada yang aneh dengan laki-laki itu. Bukan, bukan wajahnya yang terlalu tampan itu. Tidak ada yang salah dengan wajah Jongin. Bagi Sehun, wajah Jongin adalah hal terindah dalam masa muda nya.
Bolehkah ia mendekat? Jongin kan sedang tidur. Sekali saja.
Ia ingin melihat pujaan hatinya itu dari jarak dekat. Kalu ia beruntung mungkin bisa menyentuh ujung rambut Jongin. Itu saja mungkin sudah membuat Sehun menjaga jarinya agar tidak terkontaminsi dengan apapun dan untuk alasan apapun.
Tap
Tap
Tap
Kenapa tiba-tiba langkah kakinya jadi se berisik ini? Apa mungkin itu hanya perasaan Sehun saja karena merasa terlalu gugup? Yang manapun itu, Sehun merasa khawatir Jongin akan terbangun karena suara sepatunya.
Mata Sehun memandang takjub ke arah pangerannya itu. Rambutnya terlihat sangat lembut. Hitam kelam dan sedikit berantakan. Wajahnya sangat tampan dari jarak sedekat ini. Sehun jadi berdebar. Ia tidak percaya bisa berjarak sedekat ini dengan Jongin. Bagaimana jadinya jika ia menyentuhnya? Bisa-bisa jantungnya meledak karena berdetak terlalu cepat. Kenapa ia tak mencobanya saja? Jarang sekali ia bisa seberani ini. Sedikit saja pasti tidak akan ketahuan. Ia mengulurkan tangannya pelan. Sangat hati-hati seperti akan menangkap kupu-kupu, meskipun kupu-kupu di dalam perutnya sudah terlalu banyak.
GREBBB!
Tangan Sehun serasa tersengat listrik. Kim Jongin memegang tangannya, mencengkram kalau orang lain bilang. Tapi Sehun menolak menyebut itu cengkraman. Mata itu terbuka. Kornea hitam kelam segelap malam. Memandangnya tajam penuh ancaman yang tak Sehun sadari. Satu hal yang ia tahu. Ia sedang terpesona.
Setelah sadar sepenuhnya dari pengaruh karisma Jongin, barulah Sehun gugup bukan main. Bagaimana ini? Kenapa Jongin terbangun? Padahal Sehun belum sempat menyentuhnya. Sama sekali belum menempel. Apa sebenarnya ia tidak tidur? Matilah kau Oh Sehun. Hello? Ada yang jual karung? Sehun ingin menutupi wajahnya dengan karung saja.
"ARGHHH...!"
Sehun berteriak kesakitan ketika pemuda idamanya itu melakukan hal yang tidak pernah ia duga. Jongin menggigit jari Sehun. Bahkan mengulumnya. Menyesap cairan merah yang keluar dari jari tangannya. Sehun ingin menarik tangannya tapi gengaman Jongin terlalu kencang. Seperti borgol. Meskipun Sehun kadang berlebihan, tapi kali ini keadaanya memang begitu adanya.
Sehun mencoba lagi menarik tangannya dan membuat Jongin terkejut. Sehun jadi bingung. Harusnya ia yang terkejut. Bukan Jongin. Laki-laki itu menatap Sehun tajam membuat bulu kuduknya berdiri. Apa? Bahkan ia belum sempat menyentuhnya. Kenapa Jongin melihatnya seperti itu. Harusnya itu bagian Sehun, tapi Jongin malah merebutnya.
"Kau, kenapa bisa ada disini?" Suaranya sangat sexy. Persis di mimpi Sehun. Jangan tanya mimpi yang seperti apa. Sehun tidak akan mau menjawab.
"I, ini perpustakaan,.. a... aku tentu saja sedang.. mencari... mencari buku," Sehun mendesah lega meskipun perkataannya tidak terlalu lancar. Tapi setidaknya dia punya alasan.
"Jongin ssi, tanganku, bisa kau lepaskan?"
Mata hitam Jongin berubah jadi semerah darah. Jongin menarik tubuh Sehun. Mendekap tubuh itu ke dalam pelukannya. Kemudian dunia seperti berputar sangat cepat di mata Sehun. Telinganya berdenging nyaring. Ia pusing. Rasanya mau muntah. Apa yang terjadi? Sehun bingung. Sangat-sangat bingung sampai ia rasa otaknya overload.
BLAAASHHHHH!
Mata Sehun terkerjab. Sekali, dua kali. What the hell? Ia ada di atas sebuah gedung pencakar langit? Wae? Apa dia bermimpi? Karena sekeras apapun ia berfikir ini sangat-sangat tidak masuk akal. Mulutnya menganga lebar tidak percaya.
"Mwoya? Apa aku bermimpi?" Sehun memukul-mukul pipinya.
"Kau tidak mimpi," Sehun berjalan mendekati Sehun dengan sangat keren. Lihatlah bagaimana cara kaki jenjangnya itu melangkah indah. Seperti model. Model profesional. Sekali lagi, Sehun terpesona.
"Mwoya? Kalau begitu, apa yang terjadi?" Ia memang menyukai Jongin, tapi kali ini ia lebih memilih melangkah mundur meski Sang Pangeran tengah mendekat padanya.
"Aku bukan manusia," Kata Jongin pelan. Sehun terdiam dengan mulut terbuka. Ia yakin sekarang ini pasti mimpi. Meskipun apa yang ia rasakan terlalu nyata.
Jongin mendekat. Dia bisa merasakannya. Detak jantung yang meningkat. Suara aliran pembuluh darah yang merdu. Kira-kira apa golongan darah Sehun? Kalau dari rasanya, Jongin kira itu O. Manis, tapi punya Sehun itu terlalu manis.
"Kau tahu kan? Vampir?" Bisik Jongin pelan.
Sehun hanya mengangguk. Ia terlalu gugup untuk bersuara. Bukan karena takut pada Jongin. Sama sekali bukan. Tapi karena jaraknya sangat dekat dengan Jongin hingga ia dapat mencium aroma pemuda itu. Apa ya? Sehun rasa ini bau bunga mawar. Romantis sekali.
"Gampangnya, aku itu satu jenis dengan vampir."
"Harusnya aku aman-aman saja kalau kau tidak muncul tiba-tiba. Jadi Oh Sehun, Jika sampai kau memberitahu tentang diriku..."
Jongin menjeda ucapannya. Menyeringai lalu mengendus leher Sehun. Menjilat leher putih itu kemudian mengecupnya. Jangan tanya apa yang terjadi dengan Sehun. Pemuda itu hanya bisa mematung dengan jantungnya yang berdetak cepat. Harusnya Sehun takut, harusnya ia menggigil tapi itu justru tidak ia rasakan. Apa ia memang sudah benar-benar gila akan seorang Kim Jongin?
"Kalau itu terjadi, aku akan menghisap darahmu sampai kering. Arraseo?"
"Nne,.. a... arraseo..."
BLAASHH!
Lagi, mata Sehun seperti berputar dan telinganya berdenging. Jongin membawanya kembali ke sekolah. Tapi bukan di perpustakaan. Mereka di toilet. Di bilik yang sama. Dan ini sangat sempit.
BLAASHHH
Jongin menghilang. Dia benar-benar menghilang.
…
.
…
Kenapa? Kenapa Sehun merasa seperti ada yang mengawasinya. Di kelas, di koridor, di halaman, di toilet, bahkan di kamarnya. Ia jadi bergidik sendiri. Ditambah lagi otaknya yang masih bertanya-tanya apa kejadian yang ia alami kemarin dengan Jongin itu nyata atau tidak.
PLAKK
"Hyaaaaaaa!"
"Ya, Oh Sehun, ada apa denganmu? Aku hanya menepuk punggungmu tahu." Gadis di sebelah Sehun cemberut.
"W waeyeo Krystal-si?"
"Kau tidak sadar?"
"A apa, sadar kenapa?"
"Kim Jongin, dari tadi ia terus melihatmu."
Sehun menoleh. Memutar pandangannya mencari Jongin tapi tiadak ada sama sekali. Apa Krystal berbohong?
"Tidak ada, jangan mengigau. Ini masih siang Krys,.."
"Eh, tadi, tadi aku melihatnya... di.. dimana dia?" Gadis itu bingung. Tapi ia yakin tadi melihat Jongin yang sedang menatap Sehun tajam.
"Tidak ada Jongin disini. Jangan melawak." Sehun melangkah pergi, ia harus ke perpustakaan.
Tapi ia mendesah kecewa ketika tidak ada Jongin di sana. Kenapa? Kenapa ia justru mencari Jongin lagi? Harusnya ia pergi jauh-jauh dari Vampir itu kan? Tapi ia justru semakin memikirkan Jongin setelah berinteraksi dengannya. Itu adalah momen terindah sepanjang hidupnya.
"Mencariku? Oh Sehun?" Bisik Jongin dari belakang Sehun.
"A... aniyeo.."
Jongin memejamkan matanya sambil menghirup nafas dalam di ceruk leher Sehun. Membuat pemuda itu bergidik. Antara terangsang dan ketakutan. Perutnya terasa panas hingga ke pipinya. Kulit putihnya itu memerah.
"Katakan padaku? Kenapa kau selalu mengamatiku beberapa hari ini?"
Tangan Jongin melingkar di perut Sehun. Dan itu benar-benar membuat Sehun kacau. Dadanya berdebar tak keruan. Nafasnya tak beraturan. Ia bisa mati jika Jongin tetap bergeming seperti itu. Ini terlalu mengejutkan bagi Sehun. Tapi juga menyenangkan. Jujur ia menyukainya.
"Aku tidak mengamatimu," Sehun berujar dengan suara bergetar.
"Kau bohong, aku tahu itu. Jadi jangan mencoba menipuku," Sehun menelan ludahnya ketika suara sexy itu terdengar olehnya.
Apa dia harus bilang sekarang? Apa dia harus mengakuinya? Tapi Jongin itu bukan manusia. Bagaimana jika darahnya benar-benar dihisap sampai habis jika ia membuat Jongin marah. Lagi pula, ia akan terlihat konyol. Mereka sama-sama laki-laki. Tapi kapan lagi ia punya kesempatan seperti ini? Terlalu berharga untuk di abaikan.
"A, aku... aku menyukaimu.."
Andai Sehun melihatnya. Seringaian aneh di bibir Jongin saat ini. Benar-benar terlihat menyeramkan.
Jongin melepas pelukannya. Dan ia sudah berada di hadapan Sehun saat ini. Sangat tiba-tiba. Sehun bisa sakit jantung kalau yang ada di depan matanya bukan wajah tampan Jongin.
"Meskipun kau tahu aku bukan manusia?"
Sehun mengangguk.
"Oh Sehun, ayo kita berkencan!"
Mulut Sehun terbuka lebar. Apa dia sedang bermimpi? Ia tidak ingin terbangun jika ini benar-benar mimpi.
...
.
...
To Be Continued~~
.
.
.
Apa ini? Saya juga tidak tahu.
