Writer : Xoxocav

Title : Coffee Shop

Genre : Romance

Cast :

Irrene Kim

Sehun Oh

Myungsoo Kim

Xi Luhan

Yoo Ara

Length : Oneshot

Rated : T

Happy Reading ^^

Irrene menghela nafas panjang. Matanya berkeliaran menatap seluruh penjuru coffee shop yang sedang dijaganya itu. Wajahnya lemas, lesu, seperti tak ada lagi semangat hidup. Perlahan dia merebahkan kepalanya di atas meja dan memeluk lengannya sendiri. Memang cuaca seoul siang hari ini cukup dingin, ditambah lagi seragam pegawainya yang bisa terbilang minim itu. Hanya kemeja putih lengan pendek dan rok mini berwarna senada. Oh, jangan lupa celemek setengah lingkaran yang melilit pinggangnya dan sebuah topi hitam khas pegawai.

Cafe bernuansa Eropa tengah itu tengah sepi pengunjung, bisa dilihat dari berpasang-pasang kursi kayu yang tak di tempati. Lagipula, siapa yang mau berkunjung ke coffee shop pada siang hari yang terik? Dan juga, ini sudah lewat dari jam makan siang. Mungkin, sore hari nanti cafe ini akan kembali ramai.

"Apa pangeranmu belum datang?" Ara menepuk pundah Irrene pelan, gadis itu hanya menoleh sebentar kemudian menggeleng pelan.

"Aku tak tau, Ra. Sudah seminggu dia tak datang kesini," desahan malas keluar dari bibir plum Irrene.

Ara menatap kasihan sekaligus geram kepada Irrene. Gadis itu seperti sudah kecanduan oleh seorang pria yang setiap harinya selalu mendatangi cafe ini dan duduk di sudut pojok kanan. Pria yang selalu menggunakan kemeja yang dipadu jeans juga sepatu converse nya, "dan kau pasti belum makan siang, Ren. Apa kau tak kasihan melihat tubuh kurusmu itu? ditambah kulitmu semakin lama semakin memucat saja," omel gadis berambut ikal gelombang tersebut.

"Aku akan makan nanti, Ra. Kau tau usah khawatir," gadis manis itu berkilah sembari mencoba tersenyum –walaupun paksa— kepada Ara.

"Hh~ terserah kau saja, Ren. Yang jelas aku tak mau ikut mengantarmu jika kau pingsan kelaparan nanti,"

"Hey, bisakah kalian bekerja dengan benar? Kalau tidak aku akan memecatmu nona," Irrene dan Ara tersentak mendengar suara bariton yang tak asing di telinganya. Itu suara Luhan, boss nya yang tampan dan errr~ mesum, "kau mendengarku nona-nona?" ulangnya yang disambut anggukan dari Irrene dan Ara yang langsung kabur menuju meja pelanggan.

"I ..., iya boss, maafkan aku." Irrene membungkuk cepat kepada Luhan, sedikit banyaknya dia merasa tak enak dengan boss nya, pasalnya ini sudah ketiga kalinya dalam minggu ini dia ditegur oleh Luhan.

"Yasudah, kau sudah makan siang kan? Oh iya, nanti sepupuku Direktur Kim dan Direktur Oh akan berkunjung kesini, katanya sih ingin melihat mu bekerja," Luhan mengangkat bahu-nya acuh, wajahnya terlihat malas membahas tentang mereka.

"L ..., lalu apa yang harus saya lakukan boss?"

"Kenapa kau bertanya padaku? Itu terserahmu ingin membuatkannya apa, setahuku mereka menyukai Italian Coffee,"

"Oh, b-baik boss," lagi, Irrene membungkuk kaku, melihat itu sebuah smirk terpasang disisi rahang Luhan.

"Ya ya ya, oke ..., dan kau sebaiknya jangan terlalu sering membungkuk Ren, orang lain bisa melihat apa yang ada dibalik rok mini mu itu, ya cukup aku saja yang sempat melihatnya," Luhan tersenyum mesum dan mengedipkan sebelah matanya kepada Irrene, kemudian berlalu dengan tawa yang tak berhenti dari mulutnya.

Irrene ternganga lebar, wajahnya memerah padam mendengar dirty talk dari Luhan. Buru-buru dia duduk dan menenggelamkan wajahnya pada meja kerja. Dia malu, bahkan sangat malu mendengar boss nya mengucapkan kata yang tak pantas seperti itu. Semantara dibalik pintu dapur, Ara sudah menjatuhkan serbet yang di bawanya ke lantai.

'Boss Mesum! Aku benci kau Luhan!' seperti yang ku katakan tadi, Luhan adalah boss yang tampan dan pervert.

Irrene keluar dari konter dapur dengan membawa nampan yang berisi beberapa gelas coffee. Tangannya sedikit gemetar saat keping kecokelatannya bersibobrok dengan bola kelam serupa obsidian milik pria berwajah es di hadapannya. Oh Sehun –pria yang ditunggunya sejak seminggu yang lalu— itu ternyata direktur cafe ini, dan disebelahnya Kim Myungsoo –kakak angkatnya— yang sama sekali tak pernah Irrene temui. Dengan ragu, Irrene meletakkan gelas demi gelas itu di meja, dia tersenyum kaku yang dibalas tawa ringan dari Myungsoo dan Luhan. Kini dia tak berani lagi membungkuk, karena sedari tadi Luhan masih menyimpan seringaian geli di wajahnya.

"Jangan kaku seperti itu, aku tidak akan memecatmu kok," ucap Myungsoo dengan tawa khas dari bibirnya. 'Uuh ..., sungguh menawan,' batin Irrene.

"Ya, kau jangan seperti ketakutan begitu, saat berhadapan dengan kami, kau seperti sedang berhadapan dengan kanibal," imbuh Luhan sambil menepuk-nepuk kursi di sebelahnya –mengisyaratkan Irrene untuk duduk—

Gadis itu duduk dengan gelisah, bagaimana tidak gelisah jika sedari tadi ketiga pria tampan sedang memperhatikan wajahnya dengan lekat. Terlebih, pria es itu –Sehun— yang hanya menatapnya dengan pandangan yang tak bisa ditebak dan tidak bersuara sama sekali. Sungguh membuat bulu kuduk Irrene meremang, dia sudah terbiasa melihat senyum kecil dan hangat Sehun saat memasuki cafe ini, tapi kenapa sekarang dia seolah tidak menyukai ini semua dan mengeluarkan aura es yang sungguh dingin.

Perlahan namun pasti, Myungsoo mengangkat gelasnya, menghirup sedikit aroma espresso yang kuat kemudian menyeruput sedikit cairan hitam dengan whip cream di atasnya. Alisnya menyerngit, merasakan sensasi aneh namun familliar yang menusuk lidahnya.

"Apa kau mencampurnya dengan alkohol? Aku seperti merasakan grappa di dalamnya." Myungsoo menatap Irrene lekat.

"Ya, itu Itallian Coffe, Caffe Corretto alla Grappa. Coffee ini aku buat dengan mencampurkan espresso dengan shot grappa. Namun jika ingin, grappa bisa diganti dengan sambuca atau brendy, mungkin akan lebih nikmat." Irrene menjelaskan kepada Myungsoo apa yang terdapat di dalam coffee itu, dan Myungsoo maupun Luhan terkesima, mereka tak menyangka jika alkohol sangat cocok dipadukan dengan coffee dan rasanya jauh lebih nikmat daripada meminum alkoholnya secara langsung.

"Dan yang diminum oleh Direktur Oh itu,..."

"Panggil Sehun saja," Sehun memotong perkataan Irrene dengan cepat.

"Ba..baiklah ..., yang diminumnya itu Granita Di Caffe Con Panna atau Granita. Itu adalah espresso beku yang kemudian dipecah sampai membentuk butiran kristal kecil, lalu rasa dari cafein es tersebut akan sedikit melemah dengan sedikit gula dan whip cream, coffee ini memiliki rasa yang cerah dan bukan kah sangat nikmat jika diminum di siang hari yang terik begini?" Irrene tersenyum melihat ekspresi kagum dari ketiga atasannya. Myungsoo bahkan bertepuk tangan heboh mendengar penjelasan dari Irrene. Myungsoo memang bukan penggila coffee seperti kakaknya –Sunggyu—, namun setelah ini mungkin dia akan mulai mempelajari apapun yang berhubungan dengan coffee, mungkin dia bisa belajar dari gadis ini?

"Kau sungguh hebat, nona. Lalu, yang diminum Luhan itu apa? Sepertinya pekat sekali," Myungsoo bertanya lagi, namun sebelum Irrene sempat menjawabnya, pria dingin di depannya telah terlebih dulu menjawab apa yang Myungsoo tanyakan.

"Kalau tak salah, yang diminum Luhan gege adalah Dopio, bukan begitu?" dan Irrene hanya bisa mengangguk kaku mendengar suara lembut Sehun. "kalau tak salah lagi, coffee itu kandungan espresso-nya dua kali lipat dari espresso biasa," untuk kedua kalinya gadis manis itu mengangguk, membenarkan setiap ucapan Sehun.

"Wah, aku tak menyangka Hun, ternyata kau lebih mengetahui seluk beluk coffee daripada kami, kukira kau hanya menyukai satu cup bubble tea saja," Luhan dan Myungsoo tergelak, terbayang dibenak mereka bagaimana saat Sehun dengan addict nya sedang meminum bubble tea hingga habis tak bersisa.

"Kau hanya mengetahui aku yang addict dengan bubble tea saja, hyung. Kau mana tahu jika aku sering ke cafe ini," Sehun bersungut-sungut seperti anak kecil yang meminta bubble tea, dan bagi Irrene, ini adalah pemandangan yang sangat menarik untuknya. "jika kau tak percaya aku sering kemari, kau tanyakan saja pada nona ini, dia yang selalu melayani pesananku, bukan begitu nona?" tiba-tiba saja Sehun mengedipkan sebelah matanya kepada Irrene dan tersenyum genit. Jelas saja wajah Irrene yang putih pucat itu seketika menjadi semerah kepiting rebus.

"Kau jangan modus seperti itu, Hun. Kau tak lihat wajahnya sudah terbakar begitu?"

"Siapa yang modus, hyung. Kau tak tahu saja, jika nona ini selalu memperhatikan aku yang sedang menegak satu cup choco bubble tea di meja pojok kanan. Aku tahu dia menyukaiku."

Deg!

Deg!

Jantung Irrene serasa berhenti berdetak, gadis itu menundukkan wajahnya dalam-dalam. Oh tidak~ pria ini sungguh frontal dan terlalu sadar jika ada seorang gadis yang memperhatikannya. Kenapa dia harus mengatakannya dengan keras di hadapan Myungsoo dan Luhan? Besar sekali mulutnya. Irrene yang terlanjur malu pun berdiri dan membungkuk izin untuk kembali ke dapur, namun sayang, pergerakannya kalah cepat oleh tangan Luhan yang mencekal lengannya.

"Jadi, yang membuat kinerja mu menurun seminggu ini karena kau tak melihat Sehun, benar?"

"Dan kenapa kau bisa menyukai seorang bubble tea addict sepertinya? Bisa-bisa jika dia menjadi namjachingu mu, dia akan lebih mencintai bubble tea dan Luhan nya daripada dirimu." Myungsoo semakin gencar menggoda Irrene, sementara gadis itu? Entahlah, dia menahan malu sampai hampir menangis seperti itu.

"Luhan? Se ..., Sehun Yaoi?" ucapnya dengan nada tinggi, air mata yang menggenang di kelopaknya membuat Myungsoo dan Luhan tak tahan untuk tidak tertawa kencang, lalu Sehun? Dia mendecak kesal melihat hyungnya menjahili Irrene hingga menangis.

"Hey, hyung. Kalian hampir membuatnya menangis. Kau tenang saja Irrene Oh, jika kau menerimaku menjadi namjachingu mu, aku tentu akan lebih mencintaimu dibanding apapun, termasuk Luhan dan Bubble tea. Kau jangan percaya ucapan Myungsoo hyung dan Luhan gege." Sehun mendekat kearah Irrene dan menepuk-nepuk kepalanya seperti dia menepuk-nepuk bayi kecil Kriss –gegenya—

"Apa-apaan kau mengganti marga pegawaiku seenaknya, Oh Sehun!"

"Dia saja tak keberatan, kenapa kau yang mengomel, Lulu ge? Oh iya, kau tunggu disini sebentar yeobo~ aku akan membuatkan sesuatu untukmu,"

Pria es itu berlari ke dapur, dia mengambil gelas, coffee, brown sugar, sebotol Irish wishky dan whipe cream dingin. Dia menyeduh coffee di press pot, kemudian memasukkan 30 ml whisky dan kemudian menuangkan whipe cream ke atas punggung sendok dengan sangat lihai hingga membentuk lapisan-lapisan atau lipatan di atas permukaan coffee. Dia tersenyum senang melihat hasil kerjanya yang sangat baik. Sehun kembali ke tempat dimana Hyungnya dan Irrene berada, kemudian memberikan coffee yang dibuatnya kepada Irrene. Gadis itu terlihat bingung, namun dia menerima juga coffee yang diberikan Sehun.

"Aku membuatkanmu Irish Coffee, kau tau maknanya?" Irrene menggeleng.

"Dengarkan aku. Pasangan yang sempurna itu layaknya secangir Irish Coffee. Dimana coffee yang hangat dipadukan dengan whipe cream yang dingin. Ketika diminum, coffee hangat itu akan mengalir melewati lapisan-lapisan whipe cream dan menimbulkan sensasi lumer yang menyenangkan. Sama seperti kau maupun aku. Pribadiku yang dingin membutuhkan seseorang yang hangat layaknya dirimu untuk melumerkan hatiku yang beku."

FIN

Hohoho, hai aku author newbie disini. Mohon bantuanya, review beserta sarannya ya ^_~ Ghamsahamnida ^^ /bow/