Somehow

©baguettes

.

Jongin - Baekhyun

Rating for teen

.

This is fiction only.


And till now, I'm still loving you.

My only dear...

.

.

Jongin membeli sebuah cincin cantik nan mungil untuk kekasihnya, Baekhyun. Jongin merasa bangga dengan dirinya sendiri karena telah berhasil mendapatkan benda yang selama ini diidamkannya. Seluruh jerih payahnya terbayar sudah. Langkah yang dilaluinya terbuka lebar, menunjukkan betapa senangnya ia saat ini. Mengendarai sepeda tua miliknya yang sudah jarang tidak ia pakai, dikayuhnya pedal miliknya kuat-kuat agar bisa sampai di tempat yang ia tuju secepat mungkin.

Sebelumya, ia selalu mengenakan mobil kalau berpergian. Hidupnya selalu bergelimang harta, tidak ada yang tidak dimilikinya; wanita cantik bertubuh seksi, uang, teman, status, dan sebagainya. Tapi kemashyuran yang dimilikinya bukanlah pilihannya.

Jongin menginginkan keindahan berwujudkan kesucian. Tidak adanya material sebagai tanda pengenal, dan berbagai muka palsu yang sering ditemukannya.

Kemudian, doanya pun terkabul.

Ia menemukan seseorang yang sampai saat ini selalu berdiri kokoh dan terlihat megah di bingkai hatinya. Sebuah kesederhanaan yang selalu diajarkan oleh pria mungil pemilik toko bunga yang terletak bersebelahan dengan toko buku langganannya.

Lucunya, sebelum ia bertemu dengan pria mungil itu, ia adalah seorang heteroseksual. Entah sihir apa yang diberikan olehnya hingga membuat Jongin tidak berkutik dan menjadikannya sebagai anjing yang setia dengan tuannya. Menuruti setiap kemauannya, dari hal yang wajar sampai abnormal sekali pun. Mungkin itulah yang dinamakan cinta itu buta.

Permulaan sebelumnya, Jongin tidak pernah berpikir kalau ia akan bertemu pria mungil nan menyebalkan itu di toko bunga yang akan dikunjunginya. Nama panjangnya Byun Baekhyun, pria berumur 25 tahun yang sangat manis tetapi menyebalkan di saat yang bersamaan. Pertemuannya dengan Baekhyun sangatlah menyebalkan.

Di saat Jongin sedang pusing-pusingnya dikarenakan tugas dari dosennya menumpuk dan tidak terkira banyaknya, tanpa sengaja Jongin menyenggol tanaman milik Baekhyun hingga pecah (sialnya, ia memecahkan tiga vas sekaligus). Alhasil ia menjadi korban amukan Baekhyun. Mereka sampai bertengkar hebat di depan toko dan menjadi tontonan menarik untuk para pejalan kaki di sana.

Walaupun kesan pertama pertemuan mereka sangat jelek, tetapi tidak untuk pertemuan selanjutnya. Bahkan, kisah percintaan mereka dimulai di saat kunjungan Jongin yang ke-3.

Jongin sempat mengalami kecelakaan ketika ia dan keluarganya berlibur ke villa. Ayah dan Ibunya mengalami cidera berat, tidak seperti dirinya yang bisa keluar dari rumah sakit setelah seminggu dirawat di sana. Jongin tidak terbiasa mengalami situasi seperti ini dan membuatnya tertekan. Beruntung, Baekhyun menemuinya dan memberikannya sebuah bunga yang begitu cantik.

'Setidaknya, izinkan bunga ini untuk menghiburmu. Berdoalah dan teruslah berdoa kepada Tuhan agar kedua orang tuamu bisa sehat kembali dan tidak meninggalkanmu lagi seperti saat ini. Sebuah tarikan kecil dari sudut bibirmu saja sudah bisa membuat bunga ini ikut tertawa bersamamu, Tuan Kim Jongin.'

Jongin tidak bisa berkata tidak. Baekhyun adalah orang pertama yang membuatnya jatuh cinta seperti orang gila. Maka dari itu, setelah beberapa hari ia melakukan pemulihan pada hatinya sendiri, ia pun menjadi sering berkunjung ke toko bunga milik Baekhyun untuk sekedar mengajak Baekhyun mengobrol atau ikut membantunya menjual bunga.

Semakin lama Jongin mengenal Baekhyun ia pun mengetahui apabila Baekhyun memiliki 'masalah' dalam menjalin sebuah hubungan. Jongin yang mengetahui hal tersebut langsung mengajak Baekhyun untuk menjadi kekasihnya, karena ia ingin merubah hal tersebut pada diri Baekhyun. Semula Baekhyun ragu untuk menerima Jongin karena jarak umur mereka yang cukup jauh, tetapi Jongin bersikeras (Jongin pernah nekat tidur di depan rumah Baekhyun hingga ia terserang demam dan flu berat) dn pada akhirnya Baekhyun menerima Jongin sebagai kekasihnya.

Berhubungan dengan Baekhyun adalah hal terindah yang pernah ia alami selama hidupnya. Baekhyun tidak pernah menuntut apa-apa darinya, tidak seperti kekasihnya terdahulu. Ketika Jongin mengajak Baekhyun untuk dinner di sebuah restoran mahal, Baekhyun lebih memilih agar Jongin makan malam di rumahnya. Ketika Jongin ingin mengajak Baekhyun jalan-jalan dengan mobilnya, Baekhyun pun menolak, dan lebih memilih untuk berjalan-jalan menggunakan sepeda atau pun hanya berjalan kaki. Terkesan biasa tetapi sangat mempengaruhi diri Jongin.

Jongin tidak bisa menyembunyikan senyumnya setiap ia mengingat masa-masa itu.

Jongin menjalankan sepedanya dengan santai menuju tempat Baekhyun berada. Ia tidak sabar ingin memperlihatkan cincin itu kepada Baekhyun. Jongin yakin Baekhyun akan sangat menyukainya walaupun ia tahu Baekhyun tidak akan memperlihatkan padanya secara terang-terangan. Baekhyun pasti akan memarahinya habis-habisan karena seharusnya Baekhyun-lah yang membelikan cincin itu bukan Jongin. Tetapi Jongin tetaplah Jongin, tidak akan mendengar ocehan tidak bermutu yang keluar dari mulut Baekhyun.

Senyumnya semakin melebar ketika menyadari dirinya hanya tinggal berjarak beberapa meter lagi ke tempat yang ia tuju. Ia berbelok melalui gang sempit agar mempercepat jaraknya menuju tempat tersebut, dan tidak membutuhkan waktu lama hingga ia melihat pagar besar yang terlihat tua tetapi tetap kokoh karena masih dirawat baik oleh warga setempat dan penjaga tempat tersebut. Ia memberhentikan sepedanya di tempat parkiran yang sepi karena jarang sekali orang mengunjungi tempat tua ini.

Ia membetulkan pakaian yang ia kenakan. Tidak ingin terlihat berantakan dihadapan kekasihnya itu, dan ia sendiri ingin memberikan kesan baik karena untuk saat ini ia tidak akan bermain-main lagi. Setelah rapi, ia pun segera memasuki tempat tersebut dengan langkah gagah. Tidak ada yang berubah dari tempat ini, masih sama rindangnya seperti dulu dengan kemewahan berupa sebuah tempat istirahat yang tenang. Tempat yang sangat cocok untuk Baekhyun beristirahat.

Jongin menelusuri setiap batu besar dengan corak eropa dengan matanya, hingga ia pun menangkap pohon rindang besar yang terdapat batu putih menghiasi bawahnya. Disana, ia bisa melihat Baekhyun tersenyum padanya. Jongin pun mempercepat langkahnya, matanya terlihat berbinar dan hatinya pun berdegup begitu kencang.

Jongin tersenyum sangat manis ketika ia berhenti tepat di hadapan Baekhyun. Baekhyun sama sekali tidak berubah dari rupanya yang dulu, ia terlihat tetap cantik dan manis. Jongin meraih Baekhyun untuk tetap berada di genggamannya. Bukankah Jongin adalah pria paling beruntung karena bisa memiliki seorang pria manis seperti Baekhyun?

Tentu saja karena dia adalah Kim Jongin.

"Aku kembali, Baekhyun." Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal pertanda bahwa ia gugup bukan main. Ini pertama kalinya ia melakukan hal seperti ini (karena Jongin bukanlah orang yang romantis). Ia meronggoh saku jaketnya, lalu menunjukkan cincin mungil itu dihadapan Baekhyun yang tengah tersenyum manis hingga menampakkan eyesmile miliknya.

Karena inilah pilihan yang dipilihnya. Sekalipun Baekhyun telah tiada di dunia ini, dan ia saat ini hanya berbicara dengan sebuah foto usang, Jongin tidak akan pernah mundur.

"Kamu ingat janjiku?" tanyanya. Baekhyun tidak menjawab, ia masih saja tersenyum. Tetapi Jongin tahu kalau Baekhyun akan membalasnya dan menyebutnya 'bodoh' tanpa henti.

"Apabila aku telah lulus dan berhasil meraih mimpiku menjadi seorang dancer, aku akan membelikanmu cincin dan melamarmu." Jongin menatap lekat foto Baekhyun seraya menaruhnya kembali di atas batu putih yang bertuliskan nama Byun Baekhyun di sana.

Baekhyun telah tiada. Kenyataan yang begitu menyakitkan karena ia tidak melihat Baekhyun meninggal. Setibanya ia di toko bunga, ia hanya bisa melihat kekasihnya terbaring di lantai rumahnya tanpa nyawa. Jongin tidak pernah mengetahui bahwa Baekhyun selama ini mengindap penyakit kanker hati, dan hal itu lah yang membuatnya semakin terpukul.

"Aku mencintaimu, Baekhyun. Perasaanku padamu tidak pernah berubah sekalipun dirimu telah tiada di dunia ini lagi." Ia menghentikan perkataannya, lalu merubah posisinya hingga berlutut di hadapan batu nisan Baekhyun. Ia memasang tampang serius dengan senyuman tulus terukir di bibirnya.

"Will you marry me? " Ucapnya tulus. Ia meletakkan kotak cincin tersebut di batu nisan Baekhyun lalu ia pun kembali berdiri. Dadanya bergemuruh, takut dengan jawaban yang akan diberikan Baekhyun padanya.

"Kamu tahu? Kamu tidak perlu menjawabnya sekarang karena aku tahu kamu sedang menangis bahagia disana. Aku tahu ini sangat konyol tetapi aku mohon terimalah diriku." Ia menghapus air mata yang mengalir dari matanya, sedangkan senyumnya tidak memudar sedikit pun. Ia merasa bahagia. Merasa cukup, ia pun membalikkan tubuhnya lalu melangkah pergi meninggalkan tempat peristirahatan Baekhyun kemudian pulang ke rumahnya.

Ia yakin Baekhyun tidak akan melupakannya, Baekhyun pasti akan membalasnya.

Setidaknya ia sudah berani mencoba. Hanya tinggal menanti kepastian dari Baekhyun walau harus menunggu seribu tahun lamanya.

.

Sepeninggalnya Jongin, samar-samar di balik suara pepohonan yang diterpa angin terdengar suara seseorang menjawab pernyataan Jongin;

'Yes, I do...'

Begitu lirih.

Suara yang diutarkannya tidak akan mungkin menyapa pendangaran Jongin. Tetapi ia yakin akan satu hal; Jongin belum menyerah padanya. Dan selama rasa cinta itu tetap mekar dalam hati Jongin, ia pun akan tetap selalu menjaganya. Walaupun dalam rupa tak nyata.

.

.

Because its from Y to Y

.

- END -

(edit: 25/02/2015)