lili putih
Osomatsu-san © Akatsuka Fujio
Dibuat untuk kesenangan semata, tidak ada keuntungan lainnya yang didapatkan.
warning: osokara / osomatsu x karamatsu. bl—boys-love.
.
.
.
Hari ini tanggal empat belas Februari. Atau bisa juga disebut sebagai hari perayaan kasih sayang. Hari di mana para gadis akan memberi cokelat buatan mereka kepada para lelaki pujaannya. Atau ada juga beberapa lelaki yang akan memberi hal yang sama pada gadis yang mereka sukai.
Osomatsu pikir, hari kasih sayang itu tidak perlu. Karena bukankah kasih sayang itu harus diberikan setiap hari?
Tapi walau dia berpikir hal seperti ini tidak perlu dilakukan, ia tetap berjalan membawa setangkai bunga lili putih.
"Osomatsu, pernahkah kau berpikir mengapa orang mati lebih banyak mendapat bunga daripada orang yang masih hidup?"
Panggilan dari Choromatsu ia abaikan. Bunga lili itu ia tatap sebentar, lalu menghela napas panjang.
Ah, banyak sekali pasangan-pasangan yang bermesraan di jalan. Ia dapat melihat sepasang kekasih yang sibuk berbincang berdua, si gadis begitu erat memeluk lengan si lelaki. Atau pemuda di ujung jalan yang tampak membawa sekantong cokelat—apa dia populer?
Osomatsu mempercepat langkahnya menuju rumah sakit, ingin cepat juga menyampaikan bunga ini pada seseorang.
"Uh, aku tidak pernah memikirkannya. Memangnya kenapa?"
Pintu otomatis rumah sakit bergeser membuka, dan ia lekas masuk, beralih menuju lift di sebelah kanan. Beruntung sekali lift itu sedang terbuka, dengan cepat ia masuk dan memencet tombol lantai yang ia tuju.
"Itu karena—
Osomatsu mengatur napasnya, lelah berjalan cepat dari rumah menuju tempat ini yang jaraknya lumayan jauh. Tapi senyum lebar langsung menghampiri wajahnya ketika kedua matanya menatap pintu bernomor di hadapannya.
"Hei, Karamatsu."
—rasa penyesalan lebih sering dirasakan orang-orang dibanding rasa syukur atau sekedar untuk berterima kasih."
Setangkai lili putih itu ia taruh di vas yang terletak di atas nakas. Lalu pandangannya beralih pada seseorang yang berada di atas ranjang satu-satunya di ruangan itu.
"Kau suka lili putih? Aku tidak tahu harus membawakan bunga apa untukmu—yah kau tidak pernah bilang apa bunga kesukaanmu. Tapi kata Ichimatsu kau itu seperti lili putih; suci, dan murni. Entahlah."
Osomatsu duduk di atas kursi, kedua mata masih menatap sosok yang terbaring tak jauh darinya.
"Hei, aku sudah bawakan bunga untukmu. Sebagai rasa syukur atas keberadaanmu, sebagai tanda terima kasih untuk selama ini, jadi ... jadi, Karamatsu, cepatlah sadar."
.
.
.
END
a/n: kok maso :'"
