Love for Him

.

Rated :T

Genre :Romance/Friendship

Main Pairing :GxLavina (Yes~ You didn't wrong to read it~ XD Lavina, Hayato's Mom)

Major Pairing :GiottoxOC | AlaudexOC | UgetsuxOC | LampoxOC | DaemonxElena |

Warning :Twisted Universe, OOC, Typo (mungkin loh~), OC, Hope not Mary Sue~

KHR © Amano Akira-sama

.

G adalah orang yang menjadi pilihan terakhir bagi para guardian Vongola untuk dibayangkan akan mengikat hubungan dalam tali asmara. Namun, apakah kebakaran yang mempertemukannya dengan seorang gadis akan mengubah pandangan mereka?

.

Suasana yang sangat nyaman dan juga tenang di Vongola Mansion kala itu. Burung-burung berkicau, dan juga angin musim dingin berhembus tanpa suara. Ah, benar-benar cuaca yang sangat bagus untuk beristirahat di dalam ruangan ditemani dengan penghangat yang nyaman.

"Seharusnya seperti itu, G apakah kau tidak bisa memberikanku sedikit waktu untuk istirahat? Kepalaku akan pecah kalau sampai mendapati laporan menumpuk lagi," pemuda berambut kuning yang tampak tenggelam dalam tumpukan laporan itu hanya bisa membenturkan kepalanya berkali-kali. Giotto Taru, adalah seorang pemimpin sebuah kelompok Vigilante yang terkenal di Sicilly.

"Jangan mengeluh, kau baru saja beristirahat 1 jam yang lalu Giotto. Kalau kau terus menerus kabur dari pekerjaanmu, tentu saja pekerjaan ini akan terus bertambah," pemuda berambut merah pucat yang lebih menyerupai pink itu hanya menghela nafas sambil membaca beberapa laporan di tangannya.

"Kau terlalu serius bekerja G, lama-lama kau bisa tua tanpa menikah."

"Kau benar-benar ingin aku membuatmu mencari penerus Vongola ya?" Kepalanya berkedut saat dikatakan seperti itu. Apakah salah kalau ia setia pada Vongola dan mengesampingkan urusan asmaranya? Lagipula ia berfikir kalau perempuan itu benar-benar merepotkan, "dan kau berkata seolah kau sudah memiliki kekasih saja…"

"Hei, yang sudah memiliki kekasih di Vongola hanya Spade, jangan mengatakan seolah hanya aku yang tidak memiliki kekasih!"

"Kubalikkan perkataan itu padamu," G hanya menghela nafas dan memijat dahinya. Vongola adalah kelompok baru kala itu, dan ia beranggapan kalau Vongola perlu untuk dipantau agar tidak melenceng dari tugas mereka sebagai kelompok Vigilante. Semenjak Sephira mempercayakan Vongola Ring pada Giotto, banyak kelompok mafia yang mencoba untuk merebut cincin itu, dan ia tidak memiliki waktu untuk tidak memikirkan keselamatan sahabat sekaligus bossnya itu.

"Giotto!"

Pintu yang terbuka lebar dengan sangat tidak berperikepintuan itu menampakkan sang Rain Guardian yang tampak terburu-buru dan panik.

"Ada apa?"

"Kau ingat panti asuhan yang kau beli untuk diselamatkan dari Tenebre Famiglia?" Giotto dan G tampak mengangguk dan Ugetsu menatap mereka sambil berdecak, "mereka diserang dan bangunan disana tampak terbakar hebat."

"APA!"

.

Beruntung tempat yang dituju oleh mereka tidak terlalu jauh dari mansion Vongola. Namun saat mereka tiba api sudah menyebar hampir diseluruh tempat disana. Bangunan berlantai 3 itu tampak benar-benar akan hancur dalam waktu yang singkat.

"Bagaimana dengan orang-orang yang ada di dalam?"

"Beberapa orang yang menjaga panti asuhan sudah keluar, namun yang lainnya sudah tewas karena serangan dari beberapa orang secara tiba-tiba," salah satu anak buah Vongola tampak menghampiri Giotto, G, dan juga Ugetsu, "anak-anak sebagian sudah diamankan tetapi sebagian lagi masih terjebak di dalam."

"Lalu kenapa kalian tidak bergerak untuk menolong mereka?!"

"Bangunan ini akan runtuh, kami tidak bisa sembarangan masuk atau bangunan ini akan menimpa semuanya," G tampak berdecak kesal dan Giotto hanya bisa menghela nafas. Apa yang dikatakan oleh orang itu benar, dan kalau berada disini cukup lama saat mencari beberapa anak yang ada disana, mereka juga akan tertimbun oleh bangunan ini.

"Tetapi kalau seperti ini anak-anak itu juga akan mati terpanggang," Ugetsu tampak terlihat cukup panik dan menoleh pada Giotto yang tampak mencoba untuk berfikir. Ia bisa membekukan beberapa bagian, namun tidak akan ada cukup waktu untuk mencari mereka.

"Tunggu," G menoleh sekeliling saat menyadari sesuatu, "aku mendengar sesuatu…"

Giotto dan juga yang lainnya tampak bingung namun pada akhirnya mencoba untuk mendengarkannya juga. Sebuah alunan piano yang terdengar samar, berasal dari bangunan yang ada di depan mereka.

"Itu berasal dari ruangan musik!"

"Dimana letaknya?" Giotto menoleh pada salah satu pengurus panti asuhan itu yang langsung menunjuk pada salah satu dari ruangan yang ada di bangunan itu. Baru saja akan mendekat saat Ugetsu yang menyadari sesuatu menoleh kekiri dan kekanan.

"Giotto-dono, G tidak ada!"

.

Entah apa yang membuatnya masuk tiba-tiba tanpa memberitahukan pada Giotto terlebih dahulu. Mungkin saja karena sesuatu tentang masa lalunya, ataupun suara yang entah bagaimana membuatnya tergerak untuk bergerak secepat mungkin.

G adalah seorang Yatim Piatu yang semenjak ia bisa mengingat sesuatu sudah hidup dalam kesendirian. Ayah dan ibunya tewas dan ia dipindahkan ke panti asuhan sebelum bertemu dengan Giotto. Ia sendiri juga tidak ingat dengan baik apa yang terjadi sebelum bertemu dengan Giotto.

Namun, selalu—setiap ia melihat kebakaran seperti ini ia tidak bisa berfikir seperti biasa. Seperti sebuah memori yang tidak pernah bisa ia ingat.

'Dari sini…'G mendengar suara piano itu dari balik sebuah pintu. Mencoba untuk membukanya, namun ada sesuatu yang menghalangi hingga ia tidak bisa membukanya, 'sial…' "HEI, APAKAH ADA ORANG DISINI!?"

'Tidak ada suara sama sekali, apakah anak-anak itu benar-benar masih hidup? Tetapi suara piano ini benar-benar berasal dari sini…'

Terbatuk saat api mulai menjalar disekelilingnya, ia harus cepat atau semuanya akan selesai. Menarik nafas, sebelum mencoba untuk mendobrak pintu di depannya. Dalam dua kali dobrakan, pintu itu tampak terbuka dan menunjukkan beberapa anak yang berada di sekeliling piano. Dan seorang perempuan berambut perak tampak duduk di kursi piano sambil memainkan piano itu.

"Ap—" G baru saja akan mendekat saat tiba-tiba saja tubuh gadis itu melemas dan dengan segera ditangkap oleh G yang langsung berlari, "hei, kau tidak apa-apa?!"

"Anak-anak ini…" mata emerald itu tampak tidak fokus menatapnya. G menatap kearah anak-anak yang ada disana, sebelum merasakan berat tubuh gadis itu semakin menekannya dan saat melihat kearah gadis itu ia sudah tidak sadarkan diri.

"O—oi!" G melihat anak-anak itu, dan ia tahu tidak mungkin membawa semuanya sekaligus. Tidak ada waktu untuk bolak balik keluar masuk bangunan ini, 'apa yang harus kulakukan…'

"G/G-dono!" suara itu membuatnya menoleh untuk menemukan Giotto dan juga Ugetsu yang berada disana. Merasa lega, namun tiba-tiba suara retakan membuatnya menoleh untuk menemukan beberapa kayu yang menyangga tempat itu tampak terbakar dan akan menimpa tempat mereka.

BRAK!

"G!?" Giotto dan juga Ugetsu menatap kearah dimana G berada. Penuh dengan kayu yang terbakar dan tidak ada tanda-tanda sang storm guardian, perempuan berambut perak itu, dan anak-anak itu, "G, jawab aku!"

Kayu yang ada disana tampak bergerak-gerak, sebelum beberapa bagiannya tampak terlempar. Sepertinya G tampak menahannya dengan tangannya untuk melindungi semua yang ada disana.

"G, kau tidak apa-apa?!" Giotto mencoba untuk membekukan beberapa bagian dari bangunan itu untuk pergi ke tempat G dan mengecek keadaannya, "G!"

"Aku tidak apa-apa Giotto, bantu aku membawa mereka…" G tampak mencoba untuk berdiri dan menggendong perempuan berambut perak yang tadi ia selamatkan. Giotto dan Ugetsu hanya mengangguk dan membawa empat anak yang bersama dengan gadis itu keluar dari bangunan yang tidak akan bertahan lama itu.

"Tanganmu," Giotto menatap kearah tangan G yang tampak terluka bakar.

"Aku tidak apa-apa…"

.

"Mereka masih tertidur, selain kekurangan oksigen tidak ada luka serius di tubuh mereka," Knuckle segera bertindak saat G, Giotto, dan juga Ugetsu kembali dengan seorang perempuan dan juga tiga orang anak kecil digendongan mereka, "bahkan kukira luka milik G lebih parah daripada mereka…"

"Kau dengar itu bukan G, kau harus mengobati lukamu sekarang!" Giotto menatap tajam sahabat sekaligus tangan kanannya itu yang hanya menelan ludah dan memalingkan wajahnya. Ia selalu tidak menyukai Rumah Sakit dan juga obat-obatan. Dan ia tidak pernah mau mengobati lukanya kecuali Giotto dan juga yang lainnya memaksa dengan cara mereka masing-masing, "tidak ada alasan!"

"Tetapi kita harus memastikan kalau mereka baik-baik sa—"

"Ow," suara itu membuat semuanya menoleh dan menemukan gadis berambut perak itu tampak bangun dan memegangi kepalanya, "ini—"

"Kau sudah sadar? Jangan terlalu banyak bergerak langsung," gadis itu hanya mengangguk dan menoleh kesekelilingnya, "kau mencari anak-anak itu?" gadis itu mengangguk dan Knuckle menunjuk pada ranjang yang ada di sampingnya dimana ketiga anak itu tampak berbaring dan tidak terganggu oleh apapun.

"Terima kasih sudah menolong kami," gadis itu menoleh pada G dan menyadari luka bakar yang ada di tangannya. walaupun dalam keadaan setengah sadar, ia masih bisa mengingat kalau pemuda itu yang menolongnya, "luka itu, kau baik-baik saja?"

"Hanya luka kecil, tidak perlu difikirkan."

"Tetapi itu karena kau menyelamatkan kami bukan? Dan itu tampak parah kau tahu—" G hanya berdecak kesal, sementara gadis itu mencoba untuk melihat keadaan tangan G dengan baik-baik, "bisakah aku mengobatinya? Aku benar-benar merasa bersalah karena aku—"

"Sudah kubilang aku tidak apa-apa! Jangan dipermasalahkan—"

"Minimal, bisakah aku mengobatinya? Hanya untuk mengucapkan terima kasih karena sudah menolong kami," G menatap pada gadis itu yang tersenyum dan ia hanya terdiam sebelum berdecak dan menggerutu pelan. Ia juga merasakan tatapan tajam dari semua orang yang ada disana (ya, termasuk Ugetsu).

"Che, baiklah-baiklah! Kau bisa mengobatiku, jangan menatapku seperti itu kalian juga!" G mendeatglare Giotto dan juga yang lainnya yang hanya tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh G.

"Baiklah," Knuckle memberikan sebuah kotak obat pada gadis yang duduk di depan G, "ini adalah obat dan juga perban yang bisa digunakan untuk mengobati anak ini. Aku mengandalkanmu nona."

"Baiklah," gadis itu hanya tertawa dan membawanya. Knuckle melihat jam dinding di ruangan itu, "aku harus pergi ke gereja untuk—menangani pemakaman yang meninggal."

Gadis itu hanya tersenyum dan mengangguk. Ugetsu membungkukkan tubuhnya sebelum membuka pintu, dan G yang melihat keduanya(?) tampak menyadari sesuatu dan menoleh pada jendela yang ada di depannya.

"GIOTTO! KEMBALI KEMARI KAU BODOH!"

{0}

"Akhirnya aku bisa kabur juga," Giotto yang menggunakan kekuatannya untuk terbang keluar dari ruangan itu kini sedang berjalan di tengah hutan. Ia tahu kalau G akan menemukannya secepatnya. Namun, istirahat sejenak seperti ini juga sudah cukup untuknya, "aku tidak akan heran kalau G akan melajang selamanya karena sikapnya ini…"

"HIEEEE!" suara itu membuat Giotto mencari sumber suara dan menemukan seorang gadis yang duduk (atau sepertinya jatuh) di bawah pohon. Satu dari sekian maid baru yang didatangkan oleh kakeknya untuk mengurusi mansion. Memiliki rambut cokelat pendek dan tubuh yang lebih mungil daripada gadis yang ada di dalam mansion, "seharusnya aku memanggil pelayan laki-laki untuk membantuku…"

"Kau tidak apa-apa?" suara Giotto sepertinya membuatnya terkejut dan dengan segera berdiri saat melihat sang boss yang berdiri di depannya.

"P—Primo, maafkan aku…"

"Kenapa kau malah meminta maaf? Aku hanya menanyakan apakah kau baik-baik saja."

"A—ah maaf, aku tidak apa-apa… hanya jatuh dari pohon saat aku mencoba mengambil beebrapa apel," ia menepuk pakaiannya yang kotor dan menunjuk pada pohon di atasnya yang dipenuhi oleh apel, "aku juga mendengar kalau tuan Tempesta berteriak dari gedung. Apakah anda kabur lagi dari ruangan anda Primo?"

Giotto hanya terdiam dan membatu.

"Kumohon, jangan katakan pada G kalau aku disini," menepuk kedua tangannya dan memohon pada gadis yang tampak panik dan segera menganggukkan kepalanya, "terima kasih! Maaf, aku tidak tahu namamu, aku tidak pandai mengingat nama orang."

"Na—Namaku adalah Hime, Sawada Himeko…"

{0}

"Tch, dia adalah boss yang malas dan idiot… aku benar-benar akan mengikatnya di kursi kalau aku menemukannya," G menggerutu saat gadis berambut perak panjang itu masih mengobati tangan G.

"Biarkan primo beristirahat sejenak bisakah?" gadis itu hanya tertawa dan masih mencoba mengobati tangan G yang menatapnya dengan tatapan tajam, "tidak akan optimal kalau kau memaksakan Primo untuk bekerja sekarang…"

"Ia hanya orang yang kekanak-kanakan yang tidak pernah memikirkan masa depan…"

"Pria yang memaksakan kehendaknya hingga orang lain memutuskan untuk kabur juga seorang yang kekanakan bukan," G mendeathglare gadis itu yang hanya tertawa. G benar-benar tidak mengerti kenapa gadis itu tidak takut seperti gadis-gadis lainnya yang menghadapi sifatnya, "dan selesai!"

"Nama—" gadis itu yang sedang meletakkan kotak obat menoleh saat G berbicara seseorang, "namamu siapa?"

.

.

.

"Lavina—namaku adalah Gokudera Lavina."

[ To be Continue ]

Hahaha XD

Yah, ini ada rencana memang kalau anak mereka itu Vongola 10th, jadi jangan heran kalau nama-nama keluarga mereka bakal sama XD

Dan demi apa…

PLISSS KENAPA GUE SUKA SAMA PAIRING GXLAVINA! /udahnyantenak

Lavina need more ffic…

Meskipun di KHR cuma nongol di Flash Back tapi dia bener-bener kelihatan Motherly banget ^^ dan kayaknya cewe yang cocok buat model-model cowo kaya G atau Hayato /plak

Lagipula Lavina itu karakter cewe yang paling ane suka ^^ dan kalau dibuat rumus GxLavina = Hayato juga masih masuk akal /ditendang

Jadi, entah kenapa saya tiba-tiba jadi tobat pas bikin ffic ini (walaupun yang HSADBSLAS sama Fallen Sky tetep ga tobat-tobat) dan jadilah ffic dengan pairing FirstGenxOC (kecuali G & Melon Spade /plak)

Kalau ada yang berkenan bisa dibaca, tapi saya ga maksa karena KHR indo ga terlalu banyak yang suka sama ffic OC o.o

Oke, *uhuk* daripada curcol aja mendingan saya akhiri aja ya u.u ini ffic iseng kok :) tapi akan sangat senang kalau ada yang baca atau review ^^