"Kekasihku"

Naruto © Masashi Kishimoto

SasuSaku FanFiction by Hanaxyneziel

Enjoy!

.

.

.

Uchiha Sasuke,dokter muda yang dinginnya melebihi es di kutub utara, menyebalkan, tidak pengertian, irit kosakata dan tidak peka. Ya, itulah yang ada di dalam pikiran gadis bersurai merah muda tersebut mengenai kekasihnya—pria yang tidak kurang dua tahun ini mengisi ruang kosong hatinya. Ia memang tidak memungkiri ketampanan dan kepintaran pria itu—tidak memungkiri dua hal yang telah menarik paksa hatinya untuk bertekuk lutut. Tapi tetap saja, sepintar-pintarnya pria berambur raven itu dalam menangani pasien-pasiennya, dalam mendiagnosa suatu penyakit atau bahkan melakukan sebuah operasipun tetap saja dalam urusan percintaan ia nol besar. Entahlah, gadis dengan kedua bola mata yang menyerupai emerald itu tak habis pikir kenapa prianya itu begitu tidak kompeten dalam urusan percintaan. Apa ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya hingga menyampingkan masalah percintaannya? Menyampingkan? Ah, tunggu dulu! Kenapa kedengarannya seperti merupakan hal yang tidak penting? Gadis itu meringis takkala membayangkan jika apa yang ia pikirkan itu benar—kalau Sasuke tidak menganggap penting hubungannya selama ini.

Haruno Sakura—gadis yang sedetik yang lalu sempat berpikir yang tidak-tidak mengenai kekasihnya itu—mengerling ke arah pria stoic yang berada di hadapannya tersebut sebentar lalu lekas menyeruput jus alpukatnya dengan malas. Kalau dihitung-hitung ia telah lima kali melakukan hal ini—sebut saja mencuri pandang, menyeruput jusnya dan tidak lupa berakhir dengan suara desahan frustasi. Suasana tenang café seakan menambah kesan membosankan yang teramat sangat mengusik gadis itu. Ia tidak suka keadaan seperti ini, di mana 'keheningan' menyelimuti meraka berdua—ya, ia tidak menampik resiko berhubungan dengan Sasuke berarti akan menenggelamkannya dalam lautan 'diam seribu bahasa'. Tapi tetap saja ia mengaharapkan pria itu untuk berucap—terutama di hari 'ini', sekedar 'hn' pun tidak masalah, asalkan pria itu yang terlebih dulu memulai, bukan dirinya. Tapi sepertinya hal tersebut takkan mungkin terjadi—selama kalian percaya kucing tidak memiliki sayap.

Gadis berambut sebahu itu menyerah. Sudah cukup berdiam dirinya—ia tidak tahan lagi. Ia ingin berbicara—koreksi, mendapatkan perhatian pria itu— walaupun ia tahu mengganggu Uchiha bungsu yang sedang membaca buku tidak akan menghasilkan hal yang menarik sedikitpun. Tapi ia tidak peduli, kali ini ia ingin protes—bukan menyangkut 'diamnya' pria itu karena ia sudah paham betul begitulah tabiat pria tersebut. Ini soal lain, mengenai suatu hal yang sangat penting baginya—dan ia tak habis pikir pria itu sama sekali tidak menyinggungnya sedikitpun.

Gadis bermarga Haruno itu berdehem pelan sembari meletakkan gelas jusnya di atas meja, ia kembali menatap pria itu dengan garis-garis tak beraturan yang saat ini sedang menyelimuti wajah cantiknya.

"Sasuke-kun,"

"Hn,"

Jika Sakura baru mengenal pria itu mungkin ia akan bertanya-tanya makna yang tersirat di balik 'hn' tersebut, bertanyakah? Mengiyakankah? Atau hanya sekedar bergumam? Tapi ia adalah kekasihnya yang tentunya sudah paham betul gelagat ataupun kebiasan pria tersebut—dua tahun bukanlah waktu yang singkat baginya untuk memahami pria itu.

"Sasuke-kun, apa kau ingat ini hari apa?" sambungnya lagi dengan wajah sedikit berharap—berharap pria tersebut tidak melupakan sesuatu yang 'sangat penting' terjadi hari ini.

Onyx itu mengalihkan pandangannya dari buku yang sedang ia baca. Ia menatap gadisnya sekilas—lalu kemudian kembali mematri buku bersampul merah tua itu.

"Kamis."

Haruno Sakura mendesah pelan. Ia masih bersabar, ya setidaknya ia masih mengaharapkan pria itu tidak benar-benar melupakan hal tersebut. Mungkin saja Sasuke menganggap pertanyaannya yang tadi merupakan 'pertanyaan yang sesungguhnya'—tanpa makna yang tersirat. Terkadang Sasuke memang terlewat polos—oh, atau mungkin terlewat tidak peka?

"Tanggal?"

"28."

"Bulan?"

"Maret," pria itu kembali menatap Sakura malas.
"Hn berhentilah menanyakan pertanyaan yang tidak penting, Sakura."

Dor!
Emerald gadis itu membulat tak percaya. Tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar—mengenai kenyataan bahwa pria tersebut benar-benar telah melupakan hari ulang tahunnya. Ya, itu benar! Hari ulang tahunnya! Hari ulang tahun kekasihnya! Hanya terjadi satu kali dalam setahun dan Sasuke benar-benar telah melupakannya—atau bahkan pria tersebut tidak pernah mengingatnya?

Sakura menekuk wajahnya kesal. Kesal bukan main karena tingkah kekasihnya itu—yang terkadang bersikap begitu tidak peka dan tidak peduli. Bahkan terkadang gadis berumur dua puluhan itu tidak percaya kalau Sasuke telah memilihnya sebagai pelengkap harinya. Terkadang tersirat pemikiran kalau Sasuke tidak pernah benar-benar menyukainya. Mungkin saja Sasuke merasa kesepian dan ia membutuh seseorang di sisinya—dan kebetulan Sakura adalah perawat yang selalu setia berada di sisinya. Tiga tahun yang lalu ia dipertemukan dengan pria itu di Rumah Sakit Konoha sebagai perawat dan dokter. Sakura yang notabene adalah perawat baru tentunya merasa gugup karena harus ditugaskan menjadi asisiten dokter muda itu, apalagi keangkuhan—itulah yang ada dipikiran gadis itu dulu—sikapnya sama sekali tidak membantu mengurangi kegelisahannya saat itu. Sampai suatu hari Sasuke menghampirinya dan melontarkan dereretan kalimat yang membuat gadis itu tertegun tak percaya.

Kembali lagi ke masa sekarang. Tidak ada yang berubah. Pria tersebut tetap setia membaca bukunya dengan gadis bersurai merah muda yang tetap memandangi pria itu dengan wajah cemberut.

"Sasuke-kun! Sasuke-kun! Sasuke-kun!" ucap gadis itu setengah berteriak—kesal lebih tepatnya. Setelah mendapatkan tanggapan dingin dari kekasihnya tersebut membuat Sakura menjadi dua kali lebih berang dari sebelumnya.

"Hn berisik," Sasuke menutup buka bersampul merah tua itu dan meletaknya di atas meja. onyx bungsu Uchiha itu menatap datar emerald sang gadis.
"…kau ini kenapa sih Sakura? Tadi bertanya soal hari, tanggal, bulan dan sekarang merengek tidak jelas,"

Sakura memasang wajah masam. Ia berpura-pura acuh dan menatap ke arah jendela cafe—menurutnya jendela itu lebih menarik daripada kekasihnya. Dan usahanya itu sepertinya berhasil karena sekarang pusat perhatian pria itu sepenuhnya tertuju pada dirinya.

"Apa… kau sakit, hn," tiba-tiba Sasuke menarik pergelangan tangan Sakura hingga membuat gadis itu sontak menatap onyx Sasuke terkejut. Ia meraba daerah pergelangan tangan gadis itu, menekan sedekit ujung jarinya tepat di daerah aliran nadi Sakura.
"Hn, tidak ada yang salah."

Sakura hanya mampu menghela napas berat. 'Dokter, di manapun dan kapanpun selalu saja menyangkutpautkan segala hal dengan urusan kesehatan.' pikir gadis itu dan Sasuke adalah salah satu dokter muda yang terlalu 'berlebihan pedulinya' mengenai urusan kesehatan—berbanding terbalik mengenai percintaannya. Sakura meringis ketika mengingat kalau Sasuke tidak pernah sekalipun mengiriminya pesan 'selamat pagi' terlebih dahulu—selalu ia yang memulai.

Pria penyuka tomat itu kembali mengalihkan pandangannya tepat pada kedua manik gadisnya. Ia menatapnya dengan sorot mata yang sulit untuk diartikan—Sakura merasa ada yang janggal dari sorot mata itu.

Sakura menahan napas ketika pria itu menarik dagunya mendekat—mempersempit jarak diantara mereka. Semburat kemerahan mewarnai pipi gadis tersebut takkala emeraldnya bertemu pandang dengan kelamnya onyx itu. Walaupun mereka adalah sepasang kekasih tapi tetap saja Sakura selalu merasa malu jika pria tersebut melakukan hal-hal mengejutkan padanya—seperti yang tengah ia lakukan saat ini.

Wajah putri tunggal keluarga Haruno itu semakin memerah ketika telapak tangan Sasuke menyentuh dahinya.

"Badanmu juga tidak panas," Sasuke tampak berpikir sejenak—tetapi tak sekalipun mengalihkan pandangannya dari manik Sakura. Emerald yang begitu mempesona dan menawan.

"Hn kau ini berisik," Sakura hanya terdiam ketika mendengar penuturan Sasuke. Seolah terhipnotis akan kelamnya onyx tersebut.

"Tapi," pria itu mendekatkan wajahnya pada gadis itu dan—

CUP!

"… Aku menyukainya." Sasuke tampak menyeringai tipis—sangat tipis— ketika melihat Sakura menunduk—menyembunyikan wajah memerahnya.

"S-Sasuke-kun menyebalkan!" protes Sakura setelah berusaha untuk menetralisir rasa malunya. Walaupun hanya kecupan ringan yang mendarat di bibirnya, tapi tetap saja bibir bertemu bibir menyiratkan sekilas emosi di sana—kehangatan kasat mata yang menyeruak ketika dua titik itu bertemu. Sakura tersenyum tipis—abaikan segala kepura-puraannya tadi, ia senang sekaligus lega karena ciuman singkat ini cukup membuktikan betapa pria itu begitu mencintainya—ia merasa bersalah karena sempat meragukan perasaan Sasuke padanya.

Tapi tunggu dulu. Sedetik kemudian Sakura kembali menatap ke arah pria itu dengan pandangan sebal.

Sasuke yang melihat perubahan drastis yang tampak di wajah Sakura hanya mampu menaikkan sebelah alisnya bingung.
"Kenapa lagi, hn?

pria itu tetap saja melupakan satu hal penting.

"Ah," Sasuke menggumam pelan seraya melirik arlojinya sekilas.
"Tiga puluh menit lagi kita ada operasi," Sasuke kemudian bangkit dari tempat duduknya, ia menatap gadisnya dalam-dalam.

Sakura menunduk—tak bergeming sedikitpun.

"Sakura…"

Gadis itu enggan menatap manik pria yang tengah berdiri memandanginya itu barang sedikitpun. Hatinya sudah terlanjur kecewa takkala mengetahui ternyata pria tersebut sedikitpun tidak menyinggung mengenai ulang tahunnya sama sekali.

"Kali ini apalagi?" Sasuke menghembusakan napas pelan—mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. Ia menarik paksa tangan mungil gadis tersebut—membuat kedua pasang bola mata itu saling beradu pandang.
"Ayo kita ke Rumah Sakit."

Sakura melepaskan genggeman tangan Sasuke dengan satu hentakkan keras. Ia lekas beralih menatap ke arah lain—terlalu kesal untuk menatap kelamnya onyx itu lagi.

"Pergilah sendiri, kau bisa meminta bantuan Ino untuk operasinya."

Habis sudah kesabaran bungsu Uchiha itu. Ia sama sekali tidak mengerti jalan pikiran Sakura—ia mencoba untuk mengerti, tapi alhasil hanyalah berujung kebuntuan. Gadisnya adalah sosok yang sulit untuk ditebak.
"Jangan bertingkah seperti anak kecil terus, bersikaplah professional! Kau itu perawat, tepatkan dirimu sebagai seorang perawat ketika kau harus menjadi perawat bukan sebagai kekasihku. "

DEG.
Iris emerald itu membulat tak percaya. Perkataan Sasuke barusan sukses membuat Sakura merasakan nyeri yang teramat sangat pada hatinya. Sasuke memang dingin, tidak peduli dan tidak peka tapi selama dua tahun mereka berpacaran baru kali ini Sakura mendengar pria itu membentaknya—dengan deretan kalimat yang begitu menusuk.

"Pergi!"

Sasuke menatap Sakura dengan sorot mata datar—tanpa tersirat perasaan menyesal barang secuilpun.

"AKU BILANG PERGI!" manik itu tampak berkaca-kaca.

"…."

"…pergilah, selamatkan pasien berhargamu itu. Dokter Sasuke."

TAP.
Dan sedetik kemudian terdengar suara pintu café yang tertutup.

.

.

.

*Bersambung*


Hai Minna, bejumpa lagi dengan Author gaje nan abal yang satu ini #dadada
Cucol dulu ya sebentar. #ueh
Minggu kemarin Hana baru aja UAS dan sumpah demi apa kepala ini rasanya muak tingkat akut buat liat buku-buku pelajaran (mana besok dah mulai belajar lagi.) T.T
Dan inilah fic yang Hana ciptain untuk menghilangkan sedikit kepenatan akan belajar dan lagi-lagi ini fic yang fail (dari judulnya aja udah fail!).
Itu Sasuke kenapa jadi tsundare begitu yak? #garukkepala #authorangkatkaki(?)
Oh ya biar nggak kepanjangan fic ini Hana bagi jadi dua chap dan chap endingnya bakalan Hana publish pas ultah Sakura nanti! #yeaay
Kalau berkenan ripuw ya? #wink

Salam hangat Hanaxyneziel.