Main Corridor, International School of Konoha (ISK), 07.25 a.m.

"Gaara! Gaara!" Suara toa Naruto menggema di sepanjang koridor sekolah. Ia terus berteriak memanggil Gaara yang berada jauh didepannya sambil berlari heboh. Siswa-siswi beserta para guru yang terganggu dan tertabrak Naruto menggerutu.

"Eh, lo anak kelas 10 jangan cari ribut deh!"

"Kenapa sih tu anak,"

"Aduh! Telinga gue sakit bego!"

"Aseeeem! Siapa yang nabrak gue hah?"

Dan masih banyak lagi gerutuan-gerutuan lain semacam itu.

"Ma, maaf, Kak,"

"Maaf,"

"Sorry, Bro!"

"Hiiiiy, maaf maaf maaf!"

Naruto terus-terusan meminta maaf kepada orang-orang yang ditabraknya. Tak peduli seberapa kesal mereka.

Merasa namanya diteriaki, anak laki-laki rambut merah yang bernama Gaara hanya melirik sebentar ke belakang lalu melanjutkan langkahnya dengan cuek. Pura-pura tidak kenal. Penampilan Naruto aneh, sih.

GO AWAY FROM MY LIFE

Disclaimer : Bokap gue! #aduh! Iye iye, Kishimoto Masashi

Rated : T semi M?

Genre : Friendship Romance +Humor

Warning! : AU/AR, bad languange, tidak menggunakan EYD pada dialog, tidak menggunakan panggilan Jepang seperti -san, -kun, -chan, -senpai, -nee, dll.

Don't like, don't read.

Dengan perjuangan penuh, akhirnya Naruto sudah berada di samping Gaara dan mengambil nafas sebanyak-banyaknya karena kelelahan. "Gaara! Tega bener lo sama gue! Dari tadi gue teriak-teriak manggil. Eh, malah lo kacangin!"

Gaara memperhatikan penampilan Naruto dari atas sampai ke bawah dengan bingung. Naruto memakai topi kertas berwarna kuning, kalung nama bertulisan 'FOX' yang bergambar rubah, sepatu berbeda sebelah, dan membawa banyak chokochoko – stick coklat yang panjang–. Yang membuat Gaara semakin bingung, ada bulatan merah di ujung hidung Naruto yang sepertinya dibuat memakai spidol. Penampilan Naruto seperti badut.

"Naru, lo ngapain pakai benda-benda aneh itu?" tanya Gaara kalem dengan wajah datarnya. "Tadi juga ada murid lain yang kayak lo. Kalian ngapain?" sambungnya.

Naruto menatap Gaara dengan kesal. "Karena itu! Gue dari tadi manggil-manggil lo!" Naruto mengambil nafas sejenak. "Mana perlengkapan MOS lo? Buruan pake, nanti MOS keburu dimulai!"

Gaara menggerutu dalam hati. Bisa gak sih, Naruto ngomong gak pakai tanda seru. "Perlengkapan MOS? Apaan MOS?"

"APPAAAAAA? LO GAK TAU MOS?" Naruto menepuk kepalanya sendiri. Gaara, sahabat kecil Naruto yang cerdas, brilian, dan pandai, ternyata gak tau MOS! "Gaara, sebelum resmi kelas 7, junior high school di Suna gak ada MOS-nya ya?" tanya Naruto dengan pelan dan sabar. Tidak seperti kalimat sebelumnya yang membuat telinga sunging.

"Gue baru dibolehin sekolah waktu kelas 8,"

"Oh, oke. Dan kesimpulannya, lo gak tau bahwa hari ini ada MOS?"

"Iya." Gaara mengangguk pelan dengan polosnya. Naruto membeku.

Sebenarnya, saat pengumuman diterimanya siswa-siswi baru International School of Konoha, semua calon murid diberi buku panduan sekolah. Di buku itu, terdapat tata tertib ISK, peta seluruh area ISK, asal-usul ISK, dan semua detail lengkap tentang ISK. Termasuk tentang acara MOS yang dilaksanakan setiap awal tahun beserta tetek bengeknya. Salahkan Kankurou yang seenaknya memberikan buku panduan sekolah itu ke abang tukang buku loak sebelum dibaca oleh Gaara. Kankurou pikir, buku itu adalah majalah infotaiment bulanan Temari yang sudah tidak terpakai lagi. Poor Kankurou.

Note: Temari kakak pertama Gaara. Kankurou kakak kedua Gaara.

Dengan sabar yang dibuat-buat, Naruto menjelaskan tentang MOS kepada Gaara. Ia juga menjelaskan apa saja perlengkapan yang haru disiapkan. Topi kertas yang sama dengan warna rambut siswa, kalung nama hewan berbahasa Inggris yang mirip dengan siswa, sepatu yang berbeda sebelah, chokochoko berjumlah tanggal lahir siswa, berbagai macam makanan untuk panitia MOS, dan barang-barang aneh lainnya. Naruto juga memberitahukan Gaara bahwa panitia MOS nanti bukanlah senior-senior kelas 11 atau 12. Melainkan orang-orang yang ditunjuk langsung oleh kepala sekolah.

"Nah, gue saranin deh! Mendingan nanti kalung nama lo 'PANDA' aja! Kalo enggak 'RACOON'! Pasti cocok banget sama lo!" ucap Naruto dengan wajah tanpa dosa.

"Apaan lo." Gaara keki. Panda? Rakun? Tidak ada kerennya sama sekali.

'Ting tung ting tung...'

Bel tanda masuk berbunyi. Bunyi yang sama persis seperti di bandara. Naruto melirik jam tangannya. 07.30.

Naruto mengguncang bahu Gaara. "Ga, gawat Gaar! Lo bisa dimarahin panitia MOS! Lo gak bawa perlengkapannya, sih!"

"So?" tanya Gaara. Raut wajahnya sama sekali tidak menampakkan rasa takut, cemas, atau nervous sedikit pun. Tetap datar.

"Haaaaaah! Gue gak mau tau masalah lo nanti!" Naruto langsung kabur menuju kelasnya, 10-1. Kelas yang sama seperti Gaara.

000

10-1 Class, International School of Konoha (ISK), 07.50 a.m.

Sudah 20 menit tidak ada guru maupun panitia MOS yang masuk ke kelas. Gaara duduk di sebelah Naruto dengan bosan. Sahabatnya yang berambut kuning jabrik itu, sepertinya melupakannya. Naruto sedang asik tertawa tak jelas bersama anak berambut coklat dengan gigi taring tajam yang memakai kalung nama 'DOG'. Yah, Gaara mengakui, anak berambut coklat itu memang mirip anjing. Sesekali, Naruto terlihat melemparkan senyum kepada gadis berambut merah muda dibelakangnya. Si rambut merah muda itu memakai kalung nama 'BUTTERFLY'.

Karena tidak ada kerjaan, Gaara mulai memperhatikan siswa-siswi di kelasnya. Walaupun kelihatannya dari luar cuek, sebenarnya Gaara sangat senang melihat dan memperhatikan keadaan di sekitarnya. Kebetulan ia duduk di barisan paling depan ujung kanan, Gaara bisa dengan mudah melakukan hobinya.

Gaara melihat seorang anak perempuan yang duduk dengan anggun di pojok belakang sendirian. Rambutnya panjang berwarna indigo lembut yang langka. Tetapi, topi kertasnya berwarna ungu. Karena penasaran, Gaara mendongak untuk mengetahui tulisan di kalung nama anak perempuan itu. Agak susah, karena anak itu terus-terusan menunduk.

"Sna – Snai – SNAIL?" ucap Gaara pelan agak bingung. Siput? Menurutnya, si rambut indigo itu lebih cocok dengan kuda putih atau merpati karena auranya yang anggun. Tetapi, siput? Sama sekali tidak cocok.

Gaara memperhatikan si rambut indigo itu sambil menyandarkan punggungnya pada dinding disampingnya. Perlahan si rambut indigo mengangkat wajahnya. Tanpa sengaja, pandangan matanya mengarah tepat ke arah Gaara. Wajah si rambut indigo langsung merah padam karena mengetahui Gaara sedang memperhatikan dirinya. Ia cepat-cepat menundukkan wajahnya lagi. Tipikal gadis pemalu. Rupanya ini kemiripannya dengan siput. Si rambut indigo yang menyembunyikan wajahnya dengan menunduk mirip seperti siput yang menyembunyikan kepalanya ke dalam keong. Gaara tersenyum tipis.

'BRAAAAAAKKK!'

Pintu kelas ditendang dengan kasar oleh seseorang yang ber-name tag panitia MOS'Uchiha Itachi'. Dibelakangnya, terdapat segerombolan panitia MOS lainnya. Mereka memakai pakaian bebas yang santai. Wajah-wajah mereka tampak sangar dan galak. Kelas yang tadinya ribut menjadi sunyi seketika.

Itachi duduk di atas meja guru sambil membuka buku absen. "Perkenalkan, gue Itachi. Ketua panitia MOS kelas 10-1. Mereka yang disitu, teman-teman gue sesama Panmos," ucapnya. "Yang cewek itu namanya Konan, disampingnya Pein, yang rambut merah Sasori, dan sisanya Deidara."

Deidara mengerutkan alisnya dengan sebal. Sisanya?

Hening beberapa menit. Tidak ada siswa yang berani berbicara sedikit pun.

"Lo! Rambut kuning." Itachi menunjuk Naruto tiba-tiba. Yang ditunjuk terkejut bukan main karena aura Itachi yang seram dan mengintimidasi.

"Y-ya?" tanya Naruto gugup. Namikaze Naruto yang hiperaktif, cerewet, dan tidak pekaan bahkan gugup bila Itachi mengeluarkan aura itu.

"Lo tau Akatsuki?"

"I-iya tau,"

Itachi menatap dalam mata biru cerah Naruto. "Apa itu Akatsuki?"

"Akatsuki itu geng terkenal di Konoha yang terdiri dari 10 orang berandalan kelas atas. M-mereka sering bermasalah dengan polisi," jawab Naruto yang tidak sanggup menatap balik mata Itachi. Terlalu menyeramkan. Terlalu mengintimidasi.

"Ya, bagus." Itachi menyeringai. "Dan selama tiga hari MOS, kalian, kelas 10-1 akan bersama 5 orang berandalan anggota Akatsuki."

Seluruh penghuni kelas 10-1 shock. Tidak pernah mereka bayangkan akan satu ruangan bersama separuh anggota Akatsuki. Kepala sekolah mereka memang keterlaluan menjadikan Akatsuki sebagai panitia MOS.

Akatsuki dan keberandalannya memang terkenal di Konoha. Tetapi hanya sebagian kecil warga Konoha yang tahu siapa saja kesepuluh anggota Akatsuki itu. Bertambahlah daftar masalahmu jika ingin mencari tahu siapa saja anggota-anggotanya.

"Well, sudah cukup terkejutnya. Yang merasa namanya gue panggil, silahkan maju ke depan," perintah Itachi. Ia mulai mengabsen satu persatu siswa-siswi kelas 10-1. Ia bersama teman-temannya nya mulai menilai perlengkapan dan menginterogasi siswa-siswi yang maju ke depan.

"Amari Karin." Seorang siswi yang bernama Karin maju ke depan kelas.

Sasori menilai perlengkapan Karin. "Semua lengkap. Tanggal berapa lo lahir?" tanya Sasori.

"E-empat belas," jawab Karin gugup. Wajahnya memucat.

Konan, satu-satunya panitia MOS perempuan mulai menghitung jumlah chokochoko yang dibawa Karin dan meletakkannya ke kumpulan chokochoko lain yang dibawa siswa. "Hm, empat belas. Jumlah–"

"Tunggu." Sasori menyela perkataan Konan. "Amari Karin, lo bohong?"

Karin tersentak. "A-aku tidak berbohong."

"Tapi aneh ya. Di buku data kesiswaan, tanggal lahir lo 15."

Sungguh, keputusan untuk berbohong benar-benar bukan pilihan yang tepat untuknya. Ia tidak mengetahui bahwa acara MOS di ISK akan seserius ini. Bahkan panitia MOS-nya membawa buku kesiswaan resmi milik kepala sekolah hanya untuk mencocokkan jumlah stick coklat yang dibawa dengan tangal lahir siswa.

"Aku-aku..." Mata Karin berkaca-kaca. Ia terlihat sangat gugup dan mencoba untuk menahan tangisnya.

"Lo berani membohongi Akatsuki, huh?" tanya Itachi. Ia melirik Pein yang sedaritadi melihat Karin dari atas sampai bawah dengan mesum. "Pein, ada cewek nganggur tuh!"

"Boleh buat gue?" tanya Pein menyeringai.

Tanpa jawaban dari Itachi, ia mulai mendekati Karin. Tangannya meraba dada gadis berambut merah itu dengan kasar. Sepertinya Pein ingin melakukan hal itu di depan kelas sebagai tontonan. Karin sudah tidak bisa menahan tangisnya lagi. Tangisnya pecah dan tubuhnya gemetaran.

Seluruh penghuni kelas –jangan hitung panitia MOS– tersentak. Ini terlalu berlebihan untuk sebuah acara MOS.

'Crash! Crash! Crash!'

Rambut Karin yang terurai panjang hingga sepinggang kini hanya tinggal sebatas bahu. Rambut panjang merahnya terjatuh begitu saja di lantai kelas. Konan memotongnya dengan cepat tanpa perasaan bersalah sedikitpun. Ia menyuruh Karin untuk kembali ke tempat duduknya dengan isyarat dagu. Tanpa disuruh dua kali, Karin langsung menuju ke tempat duduknya. Beberapa anak perempuan yang duduk di dekat Karin menenangkan tangisnya.

"Itachi, Pein, ingat kata-kata kepala sekolah tadi. Jangan berbuat keonaran yang serius kepada siswa," ucap Konan yang memutar-mutar guntingnya dengan jari. Huh, menggunting seenaknya rambut salah satu siswi juga termasuk serius, kan?

"Well, okay," sahut Pein. Itachi hanya mengangguk kecil acuh tak acuh sambil mengutak-atik ponselnya.

Kini absen dipegang oleh Deidara. "Ya sudah, un. Murid selanjutnya, Chocolatess, un."

.

.

Naruto menunggu namanya dipanggil dengan gelisah. Sesekali ia menghitung jumlah stick coklatnya. Untunglah, masih tetap sepuluh. Naruto menyenggol lengan Gaara yang berada di sebelahnya.

"Pssst... Gaa, Gaara," panggil Naruto berbisik.

Merasakan lengannya disenggol oleh seseorang, Gaara menengok. "Ya?"

"Bersiaplah. Lo bisa dimakan Akatsuki hidup-hidup," kata Naruto menatap Gaara dengan horror dan prihatin.

Gaara mengerutkan alis tipisnya. "Mana mungkin, Naru. Mereka bukan zombie."

"Gaara, gue sama sekali gak bercanda. Gue khawatir tauk!"

"Iya, iya. Thanks khawatirnya."

"Gaaraaaaaaa! Gue udah bersumpah sama Temari buat ngejagain lo di sekolah. Kalau nanti lo kenapa-kenapa jangan bawa-bawa nama gue!"

"Iya, Naru."

Naruto menghela nafas. Sepertinya sobatnya yang satu itu tidak mengenal kata takut, gugup, cemas, atau sejenisnya. Yah, semoga saja Gaara tidak dimacam-macami oleh Akatsuki. Apa yang akan Naruto katakan pada Temari jika nanti ada sesuatu yang tidak beres pada Gaara? Memikirkannya saja sudah membuat Naruto merinding.

.

.

.

"Hyuuga Hinata, un," panggil Deidara. Anak perempuan berambut indigo maju ke depan kelas dengan menunduk. Tangannya yang membawa stick coklat terlihat gemetaran. Dari tempat duduk, seseorang berambut merah memperhatikan Hyuuga Hinata tajam.

"Tanggal lahir 27 kan?" tanya Sasori datar.

"I-iya," jawab Hinata gugup ketika Sasori mengambil stick coklat dari tangannya yang dingin dan gemetar.

"Kenapa topi lo warna ungu? Warna rambut lo kan kebiruan gitu?" Konan bertanya sambil menyentuh ujung rambut panjang Hinata. Hinata semakin gugup. Ia takut jika Konan membuat rambutnya bernasib sama seperti rambut Karin yang tergeletak tak jauh dari kakinya.

"A-aku tidak m-menemukan kertas yang sama de-dengan warna r-rambutku,"

"Lo kan bisa ngecat rambut lo?" tanya Konan.

"Aku tidak dibolehkan m-mengecat rambut."

"Kalau gitu warnain aja kertasnya, tolol! Goblok amat, sih!"

Mata Hinata berkaca-kaca. Seumur hidupnya, ia tidak pernah dihina seperti ini. Hinata menundukkan kepalanya dalam-dalam. "K-kata Kak Neji ti-tidak apa-apa seperti i-ini."

"Kak Neji? Huh, memangnya siapa dia? Kepala sekolah? Guru yang mengajar disini? Ketua panmos kelas lain?" tanya Konan sarkastis.

Hinata hanya menggeleng diam.

"Hyuuga Neji, un! Aku ingat!" seru Deidara tiba-tiba. "Yang ngajarin kita samurai dulu itu lho! Yang hebat itu!" sambungnya.

"Ah bener! Pantesan, rasanya gue pernah liat Hinata waktu kita belajar samurai di klub Neji." Sasori menimpali.

Itachi ikut menimbrungi. "Jadi lo adiknya Neji?" tanyanya pada Hinata.

"I-iya," jawab Hinata takut-takut.

"Ooooooh..." Kelima anggota Akatsuki ber-oh ria bersamaan.

"Hinataaaaaa sorry ya tadi gue ngehina-hina lo. Kalau tau lo adiknya Neji, gue gak bakal marah kok." Konan memeluk dan mengelus rambut Hinata dengan lembut.

"Iya, tidak apa-apa Kak Konan." Hinata benar-benar merasa canggung sekarang. Rasa gugup dan takutnya tadi sudah meluap walaupun masih ada tersisa sedikit. Mempunyai kakak sehebat Neji rupanya membawa keberuntungan untuk Hinata.

"Ya sudah, silahkan kembali ke tempat duduk, Nona Hyuuga Hinata yang cantik," kata Itachi sambil tersenyum lembut. Begitu juga dengan keempat anggota Akatsuki lainnya. Tidak terlihat galak dan sangar sedikitpun. Mereka sangat ramah dan baik terhadap Hinata. Bahkan Sasori mengantarkan Hinata kembali ke tempat duduknya dengan gentle seperti pangeran yang mengantar sang putri kembali ke istana.

"Te-terimakasih," ucap Hinata tersenyum canggung. Sasori tersenyum ramah membalasnya.

"Hey, denger semuanya! Jangan ada yang berani mengganggu Nona Hyuuga Hinata! Kalau sampai gue denger Nona Hinata kenapa-napa, Akatsuki gak bakal tinggal diam. Mengerti?" Itachi memperingatkan siswa-siswi 10-1. Tidak ada lagi senyum lembut dan ramah yang terlihat dari kelima anggota Akatsuki. Atmosfir mereka cepat sekali berubahnya.

"Iyaaaaaaa...," jawab siswa-siswi serentak.

"Satu hal lagi. Ketua OSIS disini, Uchiha Sasuke, dia adek gue. Jadi, selain berurusan dengan Akatsuki, kalian juga bisa terancam Drop Out dari ISK kalau melupakan peringatan gue."

"I-iyaaaaaa..." Kali ini suara siswa-siswi agak gemetar. Dengar-dengar dari para senior, katanya ketua OSIS tahun ini adalah ketua yang paling sangar dan kejam. Pantas saja, kakaknya sudah semengerikan ini, pasti adiknya tak kalah mengerikan juga. Sepertinya 'Mengerikan' adalah ciri khas Uchiha.

Lalu, Bagaimana dengan Hinata? Ia hanya bisa menunduk dengan wajahnya yang sudah sangat merah. Menjadi perhatian orang banyak merupakan salah satu dari berbagai macam hal yang tidak disukainya.

"Murid selanjutnya!" Deidara kembali mengabsen.

.

.

.

"Berikutnya, Sabaku no Gaara, un!"

Gaara maju ke depan kelas. Naruto mendoakan Gaara dari tempat duduknya, semoga Gaara kembali ke tempat duduk dengan selamat. Naruto terus mengulang-ulang kalimat itu dengan was-was.

"Ternyata si putra bungsu perdana menteri Suna sekolah disini. Hm, mana perlengkapan lo?" tanya Sasori. Raut wajahnya menampakkan ketidaksukaan.

"Gue gak bawa," kata Gaara cuek. Tidak ada kalimat lain yang dapat Gaara katakan selain kalimat itu. Ingin berbohong, objek apa yang dibohongkan?

"Huh, berani amat lo ngomong pake 'GUE' sama orang yang lebih tua dari lo."

"Oh, sorry. Tapi kelihatannya lo lebih muda, baby face?" Seluruh kelas terdiam mendengar ucapan Gaara. Terlebih lagi Itachi, Pein, Konan, dan Deidara. Berani sekali si Sabaku no Gaara itu. Apa dia sudah bosan hidup? Begitulah isi pikiran mereka. Mereka tau, Sasori paling benci jika ia disebut baby face. Bahkan dulu Sasori pernah menghajar Deidara hingga Deidara harus rawat inap di rumah sakit selama 3 hari hanya karena si blonde itu mengatakan 'Sasori si baby face'. Padahalkan Deidara hanya bercanda.

Sasori mencengkram kerah seragam Gaara kasar. "Sementang lo anak perdana menteri, lo seenaknya ya di sekolah? Gitu?" tanya Sasori.

"Bukannya elo yang seenaknya?" tanya Gaara balik. Ia melepas cengkraman Sasori dari kerah bajunya.

"Whahahahaa... Gaara, lo gak berubah sedikitpun ya," ucap Sasori sambil merangkul pundak Gaara. Ia juga mengacak-acak rambut Gaara dan tertawa santai.

Gaara mendecak sebal, tidak suka jika ada orang yang memberantaki rambutnya. "Lo berubah banyak, Sas," ucapnya.

"Haha, perubahan itu penting! Gue bukan orang yang konstan kayak lo." Sasori memeluk Gaara. "Long time no see," sambungnya.

"Yaa." Gaara membalas pelukan Sasori hangat.

Lagi dan lagi, semua orang yang berada di dalam kelas terdiam.

'Ada apa sebenarnya diantara Gaara dan Sasori? Apa jangan-jangan mereka berdua yaoi? Aaaaaaakh mereka tidak boleh jadi yaoi! Sangat disayangkan jika dua cowok tampan itu pasangan yaoi! Nooooooooo!' Itu adalah isi pikiran para gadis pecinta straight yang ada dikelas.

'Ada apa sebenarnya diantara Gaara dan Sasori? Apa jangan-jangan mereka berdua yaoi? Aaaaaaakh asiiik! Mereka berdua sama-sama tampan! Kira-kira mana yang seme mana yang uke ya? Yeeeeeeeeeyy!' Ini adalah isi pikiran para fujoshi yang ada dikelas.

"Saso, tu anak sapa lo sih?" Pein memecah keheningan.

"Oh, anaknya adik nyokap gue," jawab Sasori.

"Haa? Maksudnya?"

"Sepupu gue."

Para pecinta straight bersorak kegirangan dalam hati. Sedangkan para fujoshi hanya bisa merengut. Sepupu tidak mungkin yaoi kan? Yah, kecuali kalau incest.

"Waaaah mirip banget ama lo, Sas! Beneran deh! Kayak anak kembar!" seru Konan. Sasori hanya tersenyum. Gaara diam. Mereka sudah sering dikatakan kembar oleh orang-orang. Apalagi waktu mereka masih kecil, sebelum Gaara mempunyai tato didahinya dan lingkaran hitam dimatanya. Sangaaaat mirip. Padahal usia mereka berbeda agak jauh, 4-5 tahun.

"Tapi kenapa lo gak bawa perlengkapannya?" tanya Sasori pada Gaara. "Lo gak baca buku panduan sekolah?"

"Gue gak dapat bukunya," jawab Gaara seenak jidatnya. Sangat tidak elit jika Gaara mengatakan bahwa buku panduannya telah diberikan kepada tukang buku loak.

"Ya sudah, buat hari ini gak apa-apa. Tapi besok lo harus bawa perlengkapannya," kata Itachi, sang ketua panitia MOS memutuskan. "Jangan lupa, nama hewan di kalung nama harus mirip sama lo. Gue liat ada beberapa murid yang gak mirip sama sekali ama nama hewan di kalung namanya."

"Iya." Gaara mulai memikirkan hewan apa saja yang mirip dengannya. Wolf? Horse? Eagle? Sepertinya Gaara akan memilih eagle.

"PANDA!" seru Konan tiba-tiba. "Gaara, mending lo pilih panda aja!"

"Menurut gue lebih mirip rakun." Pein nampak tidak setuju dengan pendapatnya Konan.

Konan nampak kesal. "Dia lebih mirip panda, Pein! Coba liat lingkaran hitam dimatanya itu! Seperti panda."

"Itu kan cuma matanya dia. Kalau diliat dari mukanya yang kayak orang memelas dan lemes itu, dia lebih mirip rakun," balas Pein tidak mau kalah.

"Pokoknya PANDA!"

"RACOON!"

"PANDA!"

"RACOON!"

"PANDA!"

"RACOON!"

"PANDA!"

"RACOON!"

Deidara menengahi adu mulut mereka berdua. "Hey hey, sudah, jangan adu mesra disini! Kalau mau pacaran nanti aja waktu pulang, un."

"SHUT UP YOU, DEI!" omel Konan dan Pein bersamaan.

Itachi angkat bicara. "Sudah, sudah. Gaara, besok lo pake kalung nama 'PANDA', lusanya 'RACOON'."

Gaara terpaksa mengiyakannya dengan anggukan. Keputusan Itachi sebagai ketua panitia MOS di kelasnya tidak bisa diganggu gugat. Sialnya, pasti Gaara akan ditertawakan oleh Kankurou dan Temari jika memakai kalung nama itu. Rupanya saran Naruto tadi pagi akan terwujudkan besok dan lusa. Gaara melirik Naruto yang sedang cengar-cengir kesenangan.

"Well, silahkan kembali ke tempat duduk," kata Itachi.

Sasori heran dengan sikap Itachi angkat bicara. "Dia gak dihukum? Disuruh apa gitu?"

"Mood gue lagi bagus. Males ngehukum orang," jawab Itachi santai.

.

.

.

"Tugas pertama kalian, tulis nama lengkap masing-masing di buku yang kami sediakan 1000 kali! Yang sudah selesai boleh istirahat, masuk lagi habis makan siang jam 1!" perintah Itachi sambil membagi buku tulis bersama panitia MOS yang lain.

"Tu buku sudah ada nomornya. Jadi kalian gak bisa bohong," sambung Konan.

"Nona Hinata, tidak apa kan menulis 1000 kali?" tanya Sasori. "Kalau capek, bilang ya," ucap Sasori dengan ramah.

"Iya, jadi kalau Nona Hinata kecapekan boleh istirahat duluan." Konan menambahkan.

Hinata merasa tidak enak karena perlakuan panitia MOS kepadanya sangat berbeda dengan perlakuan kepada siswa-siswi yang lain. "Ti-tidak apa-apa."

Siswa-siswi mulai melaksanakan tugasnya dengan lesu. 1000 kali? Astaga, tangan siapa yang tidak pegal jika disuruh menulis nama lengkap sendiri sampai 1000 KALI! Lagipula, acara MOS macam apa di ISK ini? MOS itu kan seharusnya memperkenalkan siswa dengan lingkungan sekolah, atau mengakrabkan diri dengan senior-senior dan teman-teman seangkatan. Bukan disuruh menulis nama sampai seribu kali seperti ini!

Sayangnya, protes dari siswa-siswi itu hanya mereka simpan dalam hati. Tidak ada yang berani memprotes secara langsung. Jika ada orang yang berani protes, bersiaplah dijadikan budak oleh kepala sekolah.

Lalu, apa yang dilakukan oleh kelima anggota Akatsuki selagi siswa-siswi menulis hal yang sangat tidak penting itu? Inilah jawabannya.

"Eh, gue kemaren download lagunya Madcon yang 'Fuck You' itu lho, un! Keren sih, tapi lagunya panjang banget, hampir 10 menit, un." Deidara mengetik sesuatu di laptop yang dibawanya. Terdengarlah lagu yang dimaksud Deidara tadi.

Setelah lagu itu selesai, Pein tampak menekan tombol 'Play' di ponselnya. "Gue juga punya lagu 'Fuck You', tapi yang ini punyanya Cee Lo Green."

Konan melanjutkannya kemudian dengan lagu 'Fuck You Very Much' milik Lilly Alen dari mp3 playernya. "Gue suka lagu yang ini," ujar Konan usai lagu itu berakhir.

"Tapi gue lebih suka yang ini, lagunya Snoop Dogg feat Akon, 'I Wanna Fuck You'," kata Itachi lalu menaikkan volume suara ponselnya.

Setelah lagu yang dimainkan oleh ponsel Itachi selesai, terdengarlah lagu 'I Just Want to Fuck You' dari laptop Sasori. "Lagu yang ini keren, Dr Dre feat Devon the Dude."

Kemudian kelimanya saling bertukar lagu-lagu bertema 'Fuck You' yang lainnya. Entahlah, mereka mempunyai berapa banyak koleksi lagu dan musik yang seperti itu. Tidak ada yang tau. Tidak ada yang ingin mencari tau. Kurang kerjaan, sih.

.

.

.

"Lo nulisnya udah dapat berapa Gaa?" tanya Naruto pelan. Ia tidak mau mendapat resiko dibentak Akatsuki karena ribut. Lagipula ia tadi sudah mendapat deathglare dari Itachi karena terlalu banyak mengobrol dengan Inuzuka Kiba, si doggie boy.

"Hampir 550," jawab Gaara.

"Damn! Cepet banget lo! Gue baru 300an."

"Makanya, jangan ngobrol terus,"

"Aaaaakh! Lo curang! Sabaku no Gaara kan Cuma 13 huruf. Nah, gue, Namikaze Naruto, 14 huruf! Gak adil! Pasti lo selesai duluan satu jam daripada gue!"

"..."

"Gaara?"

"..."

"Garaa!"

"..."

"Gaara jawab dong!"

Gaara yang sudah kesal diganggu Naruto akhirnya menanggapi. "Naru, anggap aja paling lama, lo nulis satu huruf, setengah detik. 14 huruf, jadi 7 detik. 7 dikali 1000 sama dengan?"

"7000?" jawab Naruto yang masih belum mengerti arah pembicaraan Gaara.

"Iya. Jadi waktu maksimal elo 7000 detik. Kalau dibulatin hampir 2 jam. Nah, sekarang waktunya sudah lewat satu jam dari awal kita nulis tadi. Harusnya lo sudah dapat sampai 500an," jelas Gaara sambil tetap menulis.

"Oooh. Nah, berarti kalau lo 6500 detik aja dong? Beda 500 detik itu jauuuuuuuuh!"

"500 detik itu cuma 8 menitan, Naruuuu."

"Ah iya ya! Berarti sebentar aja dong?"

"Iya."

"Jadi gue nulisnya lama karena kebanyakan ngobrol ya?"

"Sudah jelas, baka-Naru."

Hening.

Naruto dengan cepat bediri dari duduknya sambil berkacak pinggang menghadap Gaara. "APPWAAAAAAAA! LO BILANG, GUE BAKA? DASAR PANDAAAA!" Sepertinya Naruto tidak sadar, volume suaranya dapat terdengar hingga radius 1 km. Oke, ini berlebihan. Yang jelas suaranya dapat memekakkan telinga orang yang berada di dalam kelas tersebut.

'BRAAAAKKK!' Pein menggebrak meja Naruto.

"Woy, kuning, bisa diam gak lo?" tanya Pein tenang namun dengan wajah yang sangar.

Naruto membiru seketika. "I-iya, ma-maaf Kak Pain,"

"Gue Pein! Bukan Pain."

"M-ma-maaf Kak Pein,"

Pein kembali ke tempatnya. Naruto kembali duduk di kursinya dengan tenang. Gaara tidak tau-menahu. Siswa-siswi lainnya yang tadi terkejut melanjutkan kembali tulisannya. Panitia MOS melanjutkan kegiatan mereka bertukar lagu.

Dari kejauhan, anak perempuan berambut indigo tersenyum kecil memperhatikan tingkah laku Naruto yang menurutnya lucu dan menggemaskan.

To be Continued

Whahahaha... Well, chap 1 ini baru pengenalan tokoh-tokoh doang, mulai muncul masalahnya nanti, chapter 2.

Hm, Choco gak tau nama depannya Karin apa. Ya udah, jadinya Choco tulis Amari Karin. Soalnya yang cocok jadi pemerannya itu cuma si Karin, sih.

Oh iya, di lappie Choco tiap kali Choco ngetik 'cuma' kok huruf C nya jadi besar otomatis ya? Padahal bukan di awal kalimat. Choco udah meriksa di AutoCorrect, ini itu segala macem tapi tetap aja nulis 'cuma' pasti jadinya 'Cuma'. Ada yang tau gimana mengatasinya?

Chapter depan:

"Hai Nona Hinata. Gue Naruto! Ini sobat gue, Gaara!"

"Hai, A-aku Hi-hinata. Panggil Hinata saja."

...

"Gaa! Gaara! Kenapa sih? Kok lo ngacangin gue terus? Bete nih!"

"Bisa diam?"

"Lo marah ma gue ya?"

...

"Saso, menurut lo, apa bocah rambut merah itu manis?"

"Haa? Kok gue merinding ya, denger kalimat lo. Lo Itachi yang gue kenal bukan sih?"

Review nya dong? Saran, kritik, dll. Choco doain yang ngereview jerawatnya ilang,

Thank you (^.^) !